Anda di halaman 1dari 4

Sudah menjadi sebuah kewajiban bagi kita selaku umat Islam untuk

mengenal siapa pembawa risalah kebenaran ini, yaitu Muhammad bin Abdullah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jika tak kenal maka tak cinta, jika tak
cinta maka tak akan menjalankan sunnahnya. Dalam tulisan ini akan dibahas
beberapa poin tentang kehidupan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
sebelum diutus menjadi nabi dan rasul. Keterangan dan riwayat yang kuat
berkenaan kehidupan Muhammad Saw. sebelum beliau diutus menjadi Nabi dan
Rasul menunjukkan kenyataan-kenyataan berikut ini:
Pertama, beliau dilahirkan dari keturunan yang mulia, berasal dari Bani
Hasyim, suku yang mulia dan terpandang dari kabilah Quraisy. Demikian juga
kabilah Quraisy merupakan kabilah yang terhormat di kalangan bangsa Arab. Ibnu
Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah menciptakan makhluk-Nya dan menjadikanku yg
terpilih dari firqoh mereka (kelompok-kelompok) dan yang terpilih dari dua
kelompok. Kemudian Allah memilih dari kabilah-kabilah dan menjadikanku
kabilah yg terpilih. Kemudian Allah memilih suku-suku dan menjadikan aku
suku yg terpilih daripada suku-suku mereka. Maka sesungguhnya aku lebih
baik dari jiwa dan suku mereka.” (H.R. At-Tirmidzi).
Dalam Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh Jami’ At-Tirmidzi (10: 54) disebutkan
penjelasan hadits tersebut bahwa Allah ta’ala telah menciptakan makhluk-makluk-
Nya dan menjadikan mereka berkelompok-kelompok, kemudian Allah ta’ala
menjadikanku manusia yang terpilih dari kelompok-kelompok tersebut dan yang
terpilih dari dua kelompok (bangsa Arab dan non-Arab). Kemudian Allah ta’ala
memilih dari kabilah-kabilah Arab dan menjadikanku kabilah yang terpilih yaitu
dari kabilah Quraisy. Kemudian Allah ta’ala memilih suku-suku dan
menjadikanku suku yang terpilih yaitu bani Hasyim. Maka sungguh, aku adalah
jiwa, ruh dan jasad yang lebih baik daripada jiwa-jiwa mereka. Karena Allah telah
menjadikanku Nabi dan Rasul sekaligus penutup kerasulan. Demikian juga aku
adalah keturunan yang baik karena berasal dari yang baik kepada yang baik yaitu
tulang sulbi Abdullah bin Abdul Muthalib. Keturunan yang berasal dari
pernikahan bukan dari perzinahan.
Dengan kemuliaan nasab Nabi Muhammad Saw. di kabilah Quraisy inilah,
kita tidak mendapati tuduhan yang dialamatkan kepada nasab beliau untuk
mencari-cari kekurangan dan aib. Sungguh pun telah ditemukan tuduhan yang
mengada-ada pada aspek lainnya, namun bukan pada aspek nasabnya.
Kedua, beliau tumbuh dalam keadaan yatim, ayahnya telah meninggal
dunia semasa Muhammad berada dalam kandungan ibunya dengan masa
kehamilan yang sangat muda yaitu dua bulan. Selanjutnya ketika Muhammad
berusia enam tahun, Aminah (Ibunya) pun meninggal dunia. Maka pada masa
kecilnya tersebut, Muhammad tidak merasakan kasih-sayang dan pemeliharaan
kedua orang tuanya. Kemudian Muhammad kecil dipelihara oleh kakeknya yaitu
Abdul Muthalib. Dan kakeknya meninggal dunia semasa Muhammad berusia
delapan tahun. Kemudian beliau dipelihara oleh pamannya yaitu Abu Thalib
sehingga beliau tumbuh besar dan dewasa. Al-Quran mengisyaratkan keadaan
yatim Nabi Muhammad Saw. dalam firman Allah ta’ala:
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia
melindungimu? (QS. Ad-Dhuha (93): 6). Dalam Taisir Al-Karim Ar-Rahman, As-
Sa’dy menjelaskan maksud ayat tersebut, Allah telah mendapati Muhammad
tanpa ibu dan ayah, melainkan keduanya telah meninggal dunia dan dia tidak
dapat mengurusi kehidupan dirinya. Lantas Allah memelihara kehidupan
Muhammad, menjadikan kakeknya yang memelihara. Lalu sepeninggal kakeknya,
Allah menjadikan pamannya yaitu Abu Thalib yang mengurusi kebutuhan hidup
Muhammad. Sehingga Allah menolong dan menguatkannya, juga menolong kaum
mukmin.
Ketiga, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam melewati empat tahun
pertama dari masa kecil kehidupannya di perkampungan Bani Sa’ad. Dia tumbuh
semakin besar dengan fisik yang kuat dan sehat, fasih tutur ucapannya, serta
berhati kuat. Dia pandai berkuda sekalipun usianya masih kecil, karena terlatih
dalam lingkungan dengan udara yang bersih dan tenang.
Ibnu Ishaq menuturkan, “Halimah dan suaminya pergi dari desa tempat
tinggal mereka bersama seorang anaknya yang menyertai dalam sebuah
rombongan beserta perempuan-perempuan Bani Sa’ad bin Bakr untuk mencari
anak-anak yang kelak akan disusui. Dia berkata, ‘Hal ini terjadi pada tahun yang
sulit dimana tiada apapun yang kami bawa dengan menunggangi unta yang lemah.
Demi Allah, tiada satu tetes pun air susu yang keluar, mata kami pun tidak terlelap
semalaman karena tangisan anak kami yang kelaparan. Demikian pula, unta yang
kami tunggangi pun tidak menghasilkan air susunya untuk menutupi
kelaparannya. Akan tetapi kami tetap mengharapkan adanya pertolongan dan
kemudahan. Dan unta yang kami tunggangi terus berjalan dengan payah dan
kondisinya yang kurus. Sehingga tibalah kami di Mekah untuk mendapati anak-
anak yang akan kami susui.’ Maka tidak ada satupun perempuan yang ditawari
untuk menyusui Muhammad, melainkan mereka itu menolak karena keadaannya
yang yatim. Karena kami mengharapkan upah jasa dari ayah anak tersebut. Kami
pun berkata, ‘Dia seorang yang yatim, tidak ada suatu pun yang diharapkan dari
ibu dan kakeknya.’ Kami pun menolaknya dengan alasan itu. Namun tidak ada
seorang perempuan pun dari Bani Sa’ad kecuali pulang dengan membawa anak
untuk disusuinya selain aku. Ketika kami sepakat untuk kembali, aku berkata
kepada suamiku, ‘Demi Allah, sungguh tidaklah aku sukai pulang bersama
kawan-kawanku tanpa membawa seorang anak pun untuk disusui. Demi Allah,
aku akan pergi kepada anak yatim itu dan membawanya besertaku.’ Suaminya
berkata, ‘Silahkan, kamu boleh melakukannya, semoga Allah memberikan
keberkahan bagi kita pada anak tersebut.'”
Keempat, keunggulan pribadi beliau terlihat juga sejak masa kecil beliau.
Kepintarannya telah nampak dan membuat tertarik siapa saja yang melihatnya.
Hal ini terlihat manakala beliau berada di tempat duduk bersama kakeknya, yaitu
Abdul Muthalib. Jika beliau duduk disana, maka tidak ada seorangpun dari anak-
anaknya (paman-paman Muhammad) yang duduk di tempat tersebut. Sekalipun
mereka berupaya untuk mencegahnya, namun Abdul Muthalib berkata kepada
mereka, “Biarkan dia, demi Allah sungguh dia memiliki urusan yang besar.”
Kelima, semasa mudanya Muhammad Saw. menggembala kambing untuk
penduduk Mekah dan beliau memperoleh upah beberapa dirham dari
pekerjaannya itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menuturkan:
“‘Tiada seorang Nabi pun melainkan pernah menggembala kambing.’ Para
sahabat berkata, ‘Demikian juga engkau ya Rasulullah?’ Beliau berkata,
‘Demikian juga aku.’ Dalam riwayat lainnya, beliau berkata, ‘Tiada
seorang Nabi pun yang diutus, melainkan dia pernah menggembala
kambing.’ Maka para sahabat berkata, ‘Apakah engkau juga ya
Rasulullah?’ Beliau pun menjawab, ‘Aku pun pernah menggembala
kambing penduduk Mekah dengan upah beberapa dirham.'”
Kemudian ketika Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berusia dua
puluh lima tahun, beliau bekerja pada Khadijah binti Khuwailid dan berniaga
mengelola hartanya. Dan Muhammad mendapatkan upah dari pekerjaannya
tersebut.
Keenam, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah ikut serta
bersama teman-teman sebayanya dari pemuda-pemuda Mekah dalam perbuatan
sia-sia dan permainan mereka yang melalaikan. Sungguh Allah ta’ala telah
menjaga beliau dari hal-hal tersebut. Disebutkan dalam riwayat bahwa beliau
hendak menyaksikan pertunjukan musik yang diadakan pada salah satu pesta
pernikahan. Ketika beliau hendak menyaksikannya, Allah ta’ala menanamkan rasa
kantuk dan beliau pun tertidur. Kemudian beliau terbangun ketika matahari mulai
terang. Demikian juga beliau tidak ikut bersama-sama kaumnya dalam
menyembah berhala, tidak memakan sembelihan mereka, tidak meminum khamr,
tidak berjudi, dan tidak pernah terucap kata-kata kotor dalam tutur bahasanya.
Begitulah kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebelum
Allah mengutusnya sebagai nabi dan rasul untuk seluruh manusia. Begitu
agungnya akhlak beliau meskipun sebelum menjadi rasul. Betapa Allah begitu
mencintai beliau sehingga beliau selalu terjaga dari dosa dan maksiat di masa
muda khususnya. Semoga kita mendapatkan ibrah yang berharga dari kisah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebelum diutus menjadi nabi ini.

Anda mungkin juga menyukai