BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah Negara Hukum, dimana penegakan hukum
harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku yang berdasarkan pancasila dan
ayat (3) menyebutkan bahwa Indonesia adalah Negara Hukum. Ini berarti
terdapat di seluruh dunia. Hukum menurut isinya di bagi menjadi dua bagian,
yaitu :
1. Hukum privat (hukum sipil), yaitu yang mengatur
hubungan yang satu dengan orang yang lain dengan menitik
beratkan pada kepentingan orang-perorangan.
2. Hukum public (Negara), yaitu hukum yang mengatur
hubungan Negara dengan alat-alat perlengkapanya atau hubungan
antara Negara dengan perseorangan (warga Negara). Hukum publik
itu sendiri terdiri dari Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi
Negara, Hukum Pidana dan Hukum Internasional.²
keadilan hukum. Untuk menjamin tercapainya dua hal tersebut, perlu adanya
mengatur tentang ketentuan pidana bagi siapa saja yang dapat dikenakan
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman, baik sintesis maupun
menimbulkan ketergantungan. 2
Salah satu jenis kejahatan yang cukup menyita perhatian masyarakat
narkotika dapat diolah sedemikian banyak seperti yang terdapat saat ini serta
2 Kancil, CST. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Putaka. 1989
Hal 25
3
kehidupan gerasi suatu bangsa. Hampir setiap hari berita mengenai peredaran
majalah, radio, maupun internet. Masalah narkotika saat ini telah memasuki
kehidupan semua warga negara, mulai dari orang dewasa hingga anak-anak,
dari kalangan bawah sampai pejabat, bahkan kalangan politisi dan penegak
Undang Nomor 35 Tahun 2009 merupakan pelaku tindak pidana yaitu adanya
bahwa terhadap pecandu narkotika dapat dijatuhi vonis rehabilitasi sosial dan
rehabilitasi medis.
4
undang dan tidak dibenarkan, namun hal tersebut belum memenuhi syarat
Asasnya adalah tiada pidana tampa kesalahan. Peran unsur kesalahan sebagai
syarat untuk penjatuhan pidana terlihat dengan adanya asas mens rea yaitu
subjektif guilt yang melekat pada si pembuat, subjektif guilt ini merupakan
diproses sebagai tindak pidana, hal itu membuat vonis yang dijatuhkan hakim
Negara atau penjara. Hal ini tentu saja bertentangan dengan teori viktimologi,
atau mata rantai peredaran narkoba yang sulit melepaskan diri dari
ketergantungan.
Menempatkan korban pengguna narkoba dilembaga pemasyarakatan
(lapas) atau rumah tahanan (rutan) Negara justru tidak membuat korban
sembuh atau jera, sebaliknya banyak rutan dan lapas menjadi pasar baru
everdosis.
Di Nusa Tenggara Barat (NTB) sendiri, Kepala Badan Narkotika
Tenggara Barat hingga tahun 2017 sudah mencapai 63.000 orang atau 1,77
persen dari total penduduk. Ini menandakan bahwa jumlah pelaku atau korban
dan kemajuan Daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) khususnya maupun hingga
tersendiri, disatu sisi apabila pengguna dikenakan sanksi pidana, maka akan
narkotika, akan tetapi tetap saja masih banyak yang terjadi penyalahgunaan
perilaku yang berlebihan dari orang yang susah berhenti terhadap obat-obatan
fisik dan mereka mau tidak mau harus memenuhi rasa ketagihan tersebut
3http://justnodrugs.blogspot.com
6
kerusakan pada sistem syaraf pusat dan organ-organ tubuh seperti jantung,
sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan sanksi pidana oleh Badan Narkotika
narkotika.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah merupakan kajian dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang melakukannya.
Adapun pengertian hukum pidana menurut Moeljatno adalah
5 Ibid,hal. 59
9
Inggris disebut Criminal Law. Pidana merupakan istilah yang lebih khusus,
masing-masing.
Menurut sudarto :
diakui dalam hukum. Sanksi yang tajam dalam hukum pidana inilah yang
sarana terakhir apabila sanksi atau upaya-upaya pada bidang hukum yang
tidak memadai.
6 Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana. Alumni, Bandung. 1981. Hal. 110
10
reaksi atas teori yang dikemukakan oleh Roeslan Saleh ini menunjukan
melawan hukum, maka Negara berdasarkan sistem yang telah di buat dan
kedamaian.
Beberapa pengertian serta ruang lingkup pidana atau straft atau
7 Roeslan Saleh, Stelse Pidana Indonesia, Bina Aksara, Jakarta, 1987. hal. 5
8 Tolib Setiady,. Pokok-Pokok Hukum Penitensier Indonesia, Alfabeta. Bandung, 2010. hal 19
11
menurut undang-undang.
Sistem hukum di Indonesia, pidana dan perbuatan-perbuatan yang
pidana. Hal ini sesuai dengan asas yang disebut dengan Nullum delictum
nulla poena sine praevia lege poenali, seperti yang tercantum dalam Pasal
1 ayat (1) KUHP. Dalam hal ini terdapat perbedaan istilah hukuman dan
9 Lamintang, P.A.F, Hukum Penitensier Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2010. hlm. 35
12
paling lama. Akan tetapi dalam berapa hal lamanya hukuman penjara
13
349 KUHP.
Pidana penjara selama waktu tertentu sekali-kali tidak boleh
lebih dari dua puluh tahun. Hal ini hendaknya benar-benar diperhatikan
tahun paling lama. Pidana kurungan lebih ringan dari pada pidana
KUHP).
3) Orang yang dipidana kurungan boleh memperbaiki
d. Pidana denda
Pidana denda adalah hukuman yang dijatuhkan dengan
terpidana pribadi, tidak ada larangan jika denda ini secara sukarela
keputusan hakim
b) Tidak berlaku seumur hidup, tetapi dengan jamgka waktu
dirumuskan dalam Pasal 317, 318, 334, 347, 348, 350, 362, 363,
365, 372, 374, 375. Sifat hak-hak tertentu yang dicabut oleh hakim
ditanggung terpidana.
Perbedaan antara pidana pokok dengan pidana tambahan
sebagai berikut :
17
pidana pokok
2) Penjatuhan pidana pokok merupakan keharusan (bersifat
KUHP).
3) Berlakunya pidana tambahan pencabutan hak-hak tertentu
sebagai penghukuman10
Pemidanaan sebagai suatu tindakan terhadap seseorang penjahat,
tetapi agar pelaku kejahatan tidak lagi berbuat jahat dan orang lain takut
110 Ad a mi.. “Pelajaran Hukum Pidana, Bagian 1 : Atelsel Pidana Teori-Teori Pemidanaan dan
Batas Berlakunya Hukum Pidana,” : Raja Grafindo Persada Jakarta , 2002. hal 27
18
berikut :
a. Pemberian pidana oleh pembuat undang-undang;
b. Pemberian pidana oleh badan yang berwenang;
c. Pemberian pidana oleh instansi pelaksana yang berwenang.
Hukum pidana sengaja mengenakan penderitaan dalam
terakhir, apabila sanksi atau upaya-upaya pada cabng hukum lainya tidak
mempan hukum pidana baru akan diberlakukan. Dalam sanksi pidana itu
bermata dua. Dalam hukum pidana itu merupakan hukum sanksi belaka
theorien)
Teori absolut (teori retributif), memandang bahwa pemidanaan
demi kesalahanya. Menurut teori ini, dasar hukuman harus dicari dari
111 Soedarto, Hukum Pidana Jilid 1A dan 1B, Universitas Jenderal Soedirman, Purworkerto. 1975.
Hlm. 32
kata lain dua alasan itu menjadi dasar dari penjatuhan pidana. Pada
pidana, sehingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah
21
dan ditentukan dengan jelas untuk dapat memisahkan dengan istilah yang
ada yang memakai istilah delik, peristiwa pidana, perbuatan pidana, tindak
113 Amir iliyas, Asas-Asas Hukum Pidana, Rangkan Edication Yogyakarta dan pukap Indonesia,
Yogyakarta, 2012. hlm. 18.
114 Suharo RM, Hukum Pidan Meteriil Unsur-Unsur Objektif Sebgai Dasar Dakwaan Edisi Ke
Dua, Jakarta, Sinar Grafika, 1996. hlm. 28-29
petindak.
2) Unsur objektif yang berupa tindakan yang
pembentuk undang-undang.
c. Moeljatno
Menyatakan istiah perbuatan pidana adalah perbuatan yang
pidana.
2. Unsur-Unsur Tindak Pidana
Unsur-unsur tindak pidana dapat dibedakan kedalam tiga bagian
yaitu :
a. Ada perbuatan (mencocoki rumusan delik)
Artinya perbuatan tersebut merupakan suatu perbuatan yang
hukum”, bukan saja terkait dengan hak orang lain (hukum subjektif),
yaitu :16
1) Sifat melawan hukum umum
Ini diartikan sebagai syarat umum untuk dapat dipidana yang
hukum facet”.
delik telah dipenuhi (jadi semua syarat tertulis untuk dapat dipidana).
4) Sifat melawan hukum materiil
Sifat melawan hukum materiil berarti melanggar atau
117 Roeslan Saleh. Perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana. Penerbit Aksara Baru.
Jakarta. 1983. Hal. 75.
25
489, 490, 492, 496, 497, 503, 505, 514, 517, 519, 526, 531, 532, 536, dan
540 serta belum lewat dua tahun sejak dinyatakan bersalah karena
bersalah.
Masalah pertanggung jawaban ini menyangkut tindak pidana yang
untuk menentukan siapa yang bersalah dalam suatu perkara harus sesuai
dengan proses yang ada dalam sistim peradilan pidana yang ditetapkan.
yang telah berjalan itu ternyata tidak mencapai tujuan atau persyaratan
perbuatan pidana atau delik, suatu tindakan melanggar hukum yang telah
dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh seseorang yang dapat
seseorang yang untuk menerima atau menanggung akibat atau efek yang
adalah suatu penderitaan atau siksaan yang harus di terima dan dipikul
akibat atau efek yang dari tindakan atau perbuatan pidana yang telah
dilakukan.
C. Tinjauan Umum Tentang Narkotika
1. `Pengertian Narkotika
yang didapat.
dari bahasa Yunani yaitu narke yang berararti terbius sehingga tidak
drug yaitu jenis zat yang bila dipergunakan akan membawa efek dan
halusinasi.19
118 Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana Untuk Mahasiswa dan
Praktisi Serta Penyuluh Masalah Narkotika, Mandar Maju, Bandung, 2003. hlm. 35
dimaksud dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
berasal dari kata “Narkoties”, yang sama artinya dengan kata narcosis
Tentang Narkotika, mempunyai cakupan yang lebih luas baik dari segi
nilai dan norma dalam ketentuan yang berlaku tidak memadai lagi sebagai
2. Penggolongan Narkotika
ketergantungan.
b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dala terapi dan/ atau tujuan untuk
mengakibatkan ketergantungan.
masing :
1) Opium atau candu, yaitu hasil olahan getah dari buah
adalah opium mentah, opium masak dan morfin. Jenis opium ini
220 Wresniworo, Narkotika, Psikotropika dan Obat Berbahaya, yayasan Mitra Bintibmas Bina
Dharma Pemuda, Jakarta. 2001. hal. 10.
30
didalamnya adalah tindak kejahatan, akan tetapi tidak perlu disaksikan lagi
hubungan antara Ayah dan Ibu, orang tua dan anak serta antara anak-
anaknya sendiri.
3) Karena politik yang ingin mendiskreditkan lawan politiknya
221 AW Widjaja, Masalah Kenakalan Remaja Dan Penyalaan Narkotika, Bandung. Armico 1985,
hlm 73.
32
sebagai berikut :
a. Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (dend, kurungan, penjara,
narkotika/psikotropika, dan;
b. Memberantas peredaran gelap narkotika/psikotropika.
Oleh karena itu, semua perumusan delik dalam Undsang-Undang
sendiri.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Pada penelitian penulisan skripsi ini, jenis penelitian yang digunakan
suatu jawaban yang sistematis dan runtut sesuai dengan pokok permasalahan
yang diteliti.
B. Metode pendekatan
Pada sebuah metode penelitian, metode pendekatan mempunyai
digunakan adalah :
1) Pendekatan Konseptual (Conseptual Approach) yaitu pendekatan
bersumber dari:
a. Data Lapangan, yaitu data yang dikumpulkan dengan bentuk
wawancara terstruktur
b. Data Kepustakaan, yaitu data yang diperoleh dari berbagai literatur
yang terjadi.
2. Jenis Data
Ada beberapa jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini,
yaitu :
a. Data Primer, yaitu berupa data yang dikumpulkan melalui
penelitian lapangan.
b. Data sekunder, yaitu merupakan data yang diperoleh melalui
jurnal hukum.
37
Indonesia.
D. Teknik/Cara Memperoleh Data
1. Data lapangan dikumpulkan dengan cara wawancara terstruktur
diteliti.
E. Analisis Data
Sebagai tindak lanjut dari sumber data yang telah terkumpul tersebut
akan di analisis :
1. Analisis Deskriptif, yaitu menguraikan tulisan berdasarkan
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Amir iliyas, 2012. Asas-Asas Hukum Pidana, Rangkan Edication Yogyakarta dan
pukap Indonesia, Yogyakarta
Hari Sasangka, 2003. Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana Untuk
Mahasiswa dan Praktisi Serta Penyuluh Masalah Narkotika, Mandar
Maju, Bandung
Kancil, CST. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai
Putaka. Jakarta
Made Widnyana, 2010. Asas-Asas Hukum Pidana, PT. Fikahati Aneska, Jakarta
Moeljatno, 2009. Asas-asas Hukum Pidana, Edisi Revisi cet. Ke 8, PT. Rineka
Cipta, Jakarta
Soedarto, 1975. Hukum Pidana Jilid 1A dan 1B, Universitas Jenderal Soedirman,
Purworkerto.
Suharo RM, 1996. Hukum Pidan Meteriil Unsur-Unsur Objektif Sebgai Dasar
Dakwaan Edisi Ke Dua, Sinar Grafika , Jakarta
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
C. INTERNET
http://rahmanamin1984.blogspot.co.id/2015/05/teori-teori-pemidanaan-dalam-
hukum. Di akses tanggal 24 Januari 2019
USULAN PENELITIAN
Oleh:
Mu’amar Adfal
61511A0049
41
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
MATARAM
2018
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL
OLEH
Mu’amar Adfal
61511A0049
42
Menyetujui;
Pembimbing I Pembimbing II
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING................................................ ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A..............................................................................Latar Belakang
........................................................................................................1
B.........................................................................Rumusan Masalah
........................................................................................................6
C......................................................Tujuan dan Manfaat Penelitian
........................................................................................................7
D.............................................................Ruang Lingkup Penelitian
........................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 9
A.......................................Tinjauan umum Tentang Hukum Pidana
........................................................................................................9
1........................................................Pengertian Hukum Pidana
..................................................................................................1
2............................................................Pengertian Pemidanaan
................................................................................................19
B.....................................................Tinjauan Umum Tindak Pidana
......................................................................................................23
1..........................................................Pengertian tindak pidana
................................................................................................23
43