Legal Opinion
Posisi Kasus
Ahmad, usia: 36 Tahun, Pekerjaan: Guru, beralamat di Jl Perkutut Nomor 12 RT 02
RW 33 Dusun Sono Malangrejo Wedomartani Ngemplak Sleman DIY, telah
mengajukan permohonan ijin pengeringan atas tanah sawah miliknya yang terletak di
Dusun Sono Malangrejo yang letaknya di sebelah utara berbatasan dengan tanah milih
Poimin, sebelah selatan berbatasan dengan sungai desa; sebelah timur berbatasan
dengan sawah milik Ponidi dan sebelah barat berbatasan dengan jalan Garuda. Tanah
milik Ahmad tersebut seluas 1600 meter persegi. Alasan dari Dinas Perijinan
Pemerintah Kabupaten Sleman yang menolak permohonan pengeringan sawah
tersebut adalah karena tanah sawah milik Ahmad termasuk dalam kategori lahan
pertanian strategis yang dilindungi oleh UU Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Perda Kabupaten Sleman
Nomor 12 Tahun 2010 tentang Perlidungan Lahan Pertanian Berigasi Teknis yang
pada intinya melarang alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian.
Ahmad merasa dirugikan akibat dari tidak dikabulkannya permohohonan ijin
pengeringan yang diajukannya melalui surat permohonan ijin pengeringan lahan
pertanian miliknya tertanggal 6 Juli 2021 karena akibat dari penolakan ijin
pengeringan itu Ahmad gagal menjual tanahnya kepada pengembang perumahan PT
Indah Property yang beralamat di Jalan Raya Tajem Nomor 12 Sleman DIY yang
sudah terlanjur memberikan uang muka pembelian tanah senilai 1, 5 Milyar Rupiah.
Atas kerugian yang dialaminya, Ahmad bermaksud menggugat penolakan ijin
pengeringan tadi yang dikeluarkan melalui Surat dari Kepala Dinas Perijinan
Pemerintah Kabupaten Sleman Nomor 123/I/P/Kab.Sleman tertanggal 17 Agustus
2021.
Permasalahan Hukum
Terkait dengan kasus posisi di atas, permasalahan terjadi karena permohonan
pengeringan sawah ditolak berdasarkan UU Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Perda Kabupaten Sleman
Nomor 12 Tahun 2010 tentang Perlidungan Lahan Pertanian Berigasi Teknis dalam
surat Nomor 123/I/P/Kab.Sleman tertanggal 17 Agustus 2021.
Pembahasan
Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar dan hal-hal
sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, bumi air dan ruang angkasa, termasuk
kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh
Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Dalam undang-undang Pokok
Agraria memperhatikan pula kepentingan-kepentingan perseorangan, bahwa hukum
agraria tersebut harus pula merupakan pelaksanaan dari pada Dekrit Presiden tanggal
5 Juli 1959, kete ntuan dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar dan Manifesto Politik
Republik Indonesia, sebagai yang ditegaskan dalam Pidato Presiden tanggal 17 Agus
tus 1960, yang mewajibkan Negara untuk mengatur pemilikan tanah dan memimpin
penggunaannya, hingga semua tanah di seluruh wilayah kedaulatan bangsa
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik secara perseorangan
maupun secara gotong-royong. Ada juga pernyataan yang hampir sama pada Pasal 4
ayat (1) UU 5 tahun 1960 Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang
dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi,
yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik
sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum.
Adapun hak-hak atas tanah sebagai yang dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) hak milik,
hak guna-usaha, hak guna-bangunan, hak pakai, hak sewa, hak membuka tanah, hak
memungut hasil hutan, hak-hak lain. Jadi bahwa kita bisa angkat atas kepentingan
perseorangan yang memang ada dalam peraturan agraria, dan memang ada pula
kepentingan masyarakat yang harus diimbangi demi kemakmuran, keadilan dan
kebahagiaan bagi rakyat seluruhnya (pasal 2 ayat 3). Namun kepentingan
perseorangan dapat dilakasanakan bila tidak merugikan kepentingan umum maka
pemilikan dan penguasaan tanah yang melampaui batas tidak diperkenankan Pasal 7
UU 5 tahun 1960. Karena permasalahan yang timbul Berhubung dengan fungsi
sosialnya, maka adalah suatu hal yang sewajarnya bahwa tanah itu harus dipelihara
baik-baik, agar bertambah kesuburannya serta dicegah kerusakannya. Kewajiban
memelihara tanah ini tidak saja dibebankan kepada pemiliknya atau pemegang haknya
yang bersangkutan, melainkan menjadi beban pula dari setiap orang, badan hukum
atau instansi yang mempunyai suatu hubungan hukum dengan tanah itu (pasal 15).
Dalam melaksanakan ketentuan ini akan diperhatikan kepentingan pihak yang
ekonomi lemah, serta telah melalui prosedur yang telah dilakukan untuk mengajukan
permohonan pengeringan.
Kesimpulan
Kami dari pihak Ahmad memang merasa keberatan dan dirugikan atas surat Nomor
123/I/P/Kab.Sleman tertanggal 17 Agustus 2021. Karena pihak kami bisa dibilang
ekonomi lemah, dan memanfaatkan tanah untuk di jual. Pengendalian tanah pertanian
melalui proses mekanisme perijinan, dalam hal tersebut diatas seharusnya terdapat
penyaringan atau pengaturan agar pemanfaatan yang dilakukan sesuai dengan
kebijaksanaan peraturan perundangan yang berlaku. Demikian pula dengan ijin
perubahan penggunaan tanah pertanian menjadi tanah non pertanian yang seharusnya
sebagai salah satu alat mengendalikan alih fungsi tanah pertanian pada kenyataanya
belum dapat dilaksanakan secara maksimal.
Pada kenyataanya permohonan yang diajukan sebagian besar dikabulkan meskipu
masih menggunakan tanah pertanian. Dikabulkannya permohonan ini dikarenakan
pemohon sebelum mendapatkan ijin telah melakukan alih fungsi terlebih dahulu
sehingga panitia pertimbangan pemberian ijin perubahan penggunaan tanah pertanian
menjadi non pertanian terpaksa mengabulkan permohonannya. Proses atas
permohonan pengeringan tidak konsisten memperhatikan aspek perlindungan
terhadap tanah pertanian. Mekanisme pengendalian alih fungsi tanah pertanian
sehubungan dengan pembangunan tidak berjalan dengan baik. Terbukti dengan
diberikannya ijin perubahan penggunaan tanah pertanian menjadi non pertanian
meskipun telah melanggar prosedur.
Posisi Kasus
Ahmad, usia: 36 Tahun, Pekerjaan: Guru, beralamat di Jl Perkutut Nomor 12 RT 02
RW 33 Dusun Sono Malangrejo Wedomartani Ngemplak Sleman DIY, telah
mengajukan permohonan ijin pengeringan atas tanah sawah miliknya yang terletak di
Dusun Sono Malangrejo yang letaknya di sebelah utara berbatasan dengan tanah milih
Poimin, sebelah selatan berbatasan dengan sungai desa; sebelah timur berbatasan
dengan sawah milik Ponidi dan sebelah barat berbatasan dengan jalan Garuda. Tanah
milik Ahmad tersebut seluas 1600 meter persegi. Alasan dari Dinas Perijinan
Pemerintah Kabupaten Sleman yang menolak permohonan pengeringan sawah
tersebut adalah karena tanah sawah milik Ahmad termasuk dalam kategori lahan
pertanian strategis yang dilindungi oleh UU Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Perda Kabupaten Sleman
Nomor 12 Tahun 2010 tentang Perlidungan Lahan Pertanian Berigasi Teknis yang
pada intinya melarang alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian.
Ahmad merasa dirugikan akibat dari tidak dikabulkannya permohohonan ijin
pengeringan yang diajukannya melalui surat permohonan ijin pengeringan lahan
pertanian miliknya tertanggal 6 Juli 2021 karena akibat dari penolakan ijin
pengeringan itu Ahmad gagal menjual tanahnya kepada pengembang perumahan PT
Indah Property yang beralamat di Jalan Raya Tajem Nomor 12 Sleman DIY yang
sudah terlanjur memberikan uang muka pembelian tanah senilai 1, 5 Milyar Rupiah.
Atas kerugian yang dialaminya, Ahmad bermaksud menggugat penolakan ijin
pengeringan tadi yang dikeluarkan melalui Surat dari Kepala Dinas Perijinan
Pemerintah Kabupaten Sleman Nomor 123/I/P/Kab.Sleman tertanggal 17 Agustus
2021.
Permasalahan Hukum
Terkait dengan kasus posisi di atas, permasalahan terjadi karena lahan yang termasuk
dalam kategori lahan pertanian strategis yang dilindungi oleh UU Nomor 41 Tahun
2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Perda
Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2010 tentang Perlidungan LahanPertanian
Berigasi Teknis.
Pembahasan
Tindakan Ahmad sebagai pemilik tanah seluas 1600 meter persegi yang terletak di
Dusun Sono Malangrejo, Ahmad menjual tanah tersebut kepada pengembang
perumahan PT Indah Property yang beralamat di Jalan Raya Tajem Nomor 12 Sleman
DIY. Timbul permasalahan yang diakibatkan karena Ahmad ingin melakukan
pengeringan atas tanah sawah yang telah dijualnya, namun pengajuan permohonan
pengeringan tanah sawah tersebut ditolak. Sebagai mana yang dimuat dalam pasal 34
ayat 1 UU Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan “Setiap orang yang memiliki hak atas tanah yang ditetapkan sebagai
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan berkewajiban memanfaatkan tanah sesuai
peruntukan dan mencegah kerusakan irigasi”. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menjadi kewajiban Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bahwa berdasarkan pasal 44 UU Nomor 41 Tahun 2009 Lahan yang sudah ditetapkan
sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dilindungi dan dilarang
dialihfungsikan. Namun dalam hal untuk kepentingan umum, Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dialihfungsikan, dan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bila
Pengalihfungsian Lahan yang sudah ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan untuk kepentingan umum sebagaimana disebutkan di atas hanya dapat
dilakukan dengan syarat dilakukan kajian kelayakan strategis, disusun rencana alih
fungsi lahan, dibebaskan kepemilikan haknya dari pemilik dan disediakan lahan
pengganti terhadap Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang dialihfungsikan.
Analisi dalam permasalahan di atas, terdapat beberapa poin yaitu bila ahmad tetap
ingin melakukan pengeringan dengan mengalihfungsikan tanah tersebut jika dapat
menyediakan lahan pengganti terhadap Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang
dialihfungsikan. Sesuai dengan pasal 46 Penyediaan lahan pengganti terhadap Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan yang dialihfungsikan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 44 dilakukan atas dasar kesesuaian lahan, dengan ketentuan yaitu paling sedikit
tiga kali luas lahan dalam hal yang dialihfungsikan lahan beririgasi, paling sedikit dua
kali luas lahan dalam hal yang dialihfungsikan lahan reklamasi rawa pasang surut dan
nonpasang surut (lebak) dan, paling sedikit satu kali luas lahan dalam hal yang
dialihfungsikan lahan tidak beririgasi. Penyediaan lahan pengganti terhadap Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan yang dialihfungsikan dilakukan dengan jaminan
bahwa lahan pengganti akan dimanfaatkan oleh petani transmigrasi maupun
nontransmigrasi dengan prioritas bagi petani yang lahannya dialihfungsikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Segala kewajiban yang harus
dilakukan dalam proses penggantian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44, Pasal
dan Pasal 46 menjadi tanggung jawab pihak yang melakukan pengalihfungsian Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Kesimpulan
Kami dari pihak pemerintah sudah sewajarnya mengawasi dan melakukan Tindakan
atas segala sesuatu yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undang yang ada.
Dalam permasalahan ini jelas bahwa kami ingin mempertahankan tanah sawah atau
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang memiliki peran dan fungsi strategis bagi
masyarakat Indonesia yang bercorak agraris karena terdapat sejumlah besar penduduk
Indonesia yang menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Dengan demikian,
lahan tidak saja memiliki nilai ekonomis, tetapi juga sosial, bahkan memiliki nilai
religius. Oleh karena itu, pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan melalui
perlindungan lahan pertanian pangan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan
ketahanan dan kedaulatan pangan, dalam rangka meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan petani dan masyarakat pada umumnya. Perlindungan lahan pertanian
pangan merupakan upaya yang tidak terpisahkan dari reforma agraria. Reforma
agraria tersebut mencakup upaya penataan yang terkait dengan aspek
penguasaan/pemilikan serta aspek penggunaan/ pemanfaatan sebagaimana ditetapkan
dalam Pasal 2 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor IX/MPR-RI/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya
Alam.
SURAT KUASA
NOMOR : 01/GPTUN/III/2021
Nama : Ahmad
Kewarganegaraan : Indonesia
Tempat tinggal : Jl Perkutut Nomor 12 RT 02 RW 33 Dusun Sono
Malangrejo Wedomartani Ngemplak Sleman DIY
Pekerjaan : Guru
KHUSUS
Untuk dan atas nama oleh karenanya bertindak atas nama Pemberi Kuasa
sebagai Penggugat dalam gugatan Tata Usaha Negara di Pengadilan Tata Usaha
Negara Yogyakarta atas diterbitkannya Surat Keputusan Nomor 123/I/P/Kab.Sleman
tertanggal 17 Agustus 2021 tentang penolakan permohonan pengeringan sawah.
Selanjutnya Penerima Kuasa berhak baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama
membuat, menandatangani surat gugatan, menyampaikan replik, mengajukan acara
cepat, mengajukan penundaan,mengajukan pembuktian, mengajukan kesimpulan dan
mengajukan segala permohonan yang menjadi hak Penggugat, mengajukan banding,
kasasi, peninjauan kembali, serta melakukan segala perbuatan dan tindakan yang
dibenarkan oleh hukum guna kepentingan Pemberi Kuasa Demikian surat kuasa ini
dibuat dengan hak substitus.
SURAT KUASA
NOMOR : 65/GPTUN/III/2021
KHUSUS
Untuk dan atas nama oleh karenanya bertindak atas nama Pemberi Kuasa
sebagai Tenggugat dalam gugatan Tata Usaha Negara di Pengadilan Tata Usaha
Negara Yogyakarta atas diterbitkannya Surat Keputusan Nomor 123/I/P/Kab.Sleman
tertanggal 17 Agustus 2021 tentang penolakan permohonan pengeringan sawah.
Selanjutnya Penerima Kuasa berhak baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama
membuat, menandatangani surat gugatan, menyampaikan replik, mengajukan acara
cepat, mengajukan penundaan,mengajukan pembuktian, mengajukan kesimpulan dan
mengajukan segala permohonan yang menjadi hak Tergugat, mengajukan banding,
kasasi, peninjauan kembali, serta melakukan segala perbuatan dan tindakan yang
dibenarkan oleh hukum guna kepentingan Pemberi Kuasa Demikian surat kuasa ini
dibuat dengan hak substitus.
3. Gugatan
Yogyakarta, 16 September 2021
Kepada Yth:
Dengan hormat
Nama : Ahmad
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Guru
Kewarganegaraan : Indonesia
I. Objek Sengketa :
V. Permohonan Penundaan :
- Bahwa Objek sengketa ternyata akan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 2021,
sehingga terdapat keadaan mendesak .
- Bahwa apabila Surat Objek Sengketa dilaksanakan maka Penggugat akan sangat
dirugikan/terdapat keadaan yang sulit untuk dikembalikan/dipulihkan seperti keadaan
semula.
- Bahwa fakta fakta diatas telah memenuhi ketentuan pasal 67 UU Peradilan TUN.
- Bahwa oleh karenanya Penggugat mohon agar diterbitkan Penetapan yang berisi
perintah kepada Tergugat agar menunda Pelaksanaan Objek Sengketa, sampai perkara
a quo berkekuatan hukum tetap.
VI. Petitum/Tuntutan :
A. Dalam Penundaan.
Hormat Kami,
Nomor 25/G./2021/PTUN-YK
Antara :
Lawan
Dengan hormat,
Untuk dan atas nama Tergugat dengan ini menyampaikan jawaban sebagai
berikut :
I. DALAM EKSEPSI :
1. Bahwa tergugat menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil Penggugat, kecuali yang
secara tegas diakui oleh Tergugat;
2. Bahwa Tergugat dalam mengeluarkan surat keputusan objek sengketa secara sah
berupa Surat Keputusan Nomor 123/I/P/Kab.Sleman tertanggal 17 Agustus 2021
tentang penolakan atas permohonan pengeringan lahan persawahan telah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
3. Bahwa obyek sengketa tersebut menurut tergugat masih dalam tenggat waktu sesuai
pasal 55 UU No. 5 Tahun 1986 tentang PTUN.
4. Bahwa Tergugat dalam mengeluarkan surat keputusan obyek sengketa Surat
Keputusan Nomor 123/I/P/Kab.Sleman tertanggal 17 Agustus 2021 tentang penolakan
atas permohonan pengeringan lahan persawahan telah dilakukan penkajian dan
dipertimbankan terlebih dahulu.
5. Bahwa dalil-dalil yang dikemukakan oleh penggugat adalah tidak benar dan tidak
berdasarkan hukum sebagaimana alasan hukum sebagai berikut:
a. Surat Keputusan telah diterbitkan sesuai dengan kewenangan dan prosedur yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku yakni Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
b. Substansi atau isi keputusan Obyek sengketa juga telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlakau sebagai mana diatur dalam pasal 25 UU No. 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
c. Surat Keputusan Tergugat juga telah sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan
yang baik, khususnya Asas Kepentingan Umum.
d. Kerugian yang disebutkan penggugat bukan berdasarkan akhibat hukum yang
timbul dari diterbitkanya Surat Keputusan Nomor 123/I/P/Kab.Sleman tertanggal
17 Agustus 2021 tentang penolakan atas permohonan pengeringan lahan
persawahan.
Maka berdasarkan segala alasan yang dikemukakan diatas, Tergugat mohon kepada
Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta agar berkenan memutuskan
sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI
REPLIK
ANTARA
AHMAD
(SELAKU PENGGUGAT)
MELAWAN
PETRUS SURYADI
(SELAKU TERGUGAT)
Kepada,
di tempat
Dengan hormat,
Untuk dan atas nama serta guna kepentingan hukum Ahmad selaku PENGGUGAT,
berdasarkan surat kuasa tanggal 7 September 2021kami yang namanya disebut dibawah ini:
DALAM EKSEPSI
1. Bahwa Penggugat dengan tegas menolak dalil-dalil Tergugat yang tidak memiliki
dasar sama sekali
2. Bahwa ternyata Tergugat tidak cermat dalam mempelajari isi dan maksud gugatan
Penggugat sehingga telah salah dalam perkara ini
3. Bahwa Penggugat dengan tegas menolak seluruh eksepsi Tergugat
Bahwa pada posita memang benar adanya pihak Dinas Perijinan Pemerintah
Kabupaten Sleman telah melakukan perbuatan melawan hukum melalui penerbitan
obyek sengketa Surat Keputusan Kepala Dinas Perijinan Pemerintah Kabupaten
Sleman Nomor 123/I/P/Kab.Sleman tertanggal 17 Agustus 2021.
PENUNDAAN/PENANGGUHAN
DUPLIK
Kepada Yth.
Di- Tempat
Dengan Hormat,
Pekerjaan : Advokat
melakukan pelanggaran terhadap PERDA Nomor 3 tahun 2012 sehingga Walikota Jambi
Februari 2015 Tentang Pencabutan Izin Usaha Toko Harum Manis Jaya. Pihak tergugat
telah melakukan pemanfaatan dan penelitian di lapangan yang mana dalam hal ini
dilakukan oleh Badan Tim Khusus yang diberi mandat oleh Walikota Jambi.
Bahwa berdasarkan alasan-alasan kepada Bapak ketua majelis Hakim agar memutuskan
sebagai berikut:
Demikian alasan-alasan dan dalil-dalil serta duplik kami atas replik penggugat.
Ketersediaan tanah untuk berbagai keperluan merupakan dilemma yang tiada habis,
tingginya kebutuhan tanah untuk kegiatan pembangunan berakibat meningkatnya
kegiatan alih fungsi tanah pertanian menjadi tanah non pertanian. Berdasarkan apa yang
telah di jelaskan di atas, ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan jual beli tanah pertanian
dalam kasus ini sesuai dengan peraturan yang ada yaitu Pasal 26 UUPA, kenyataan yang
terdapat di lapangan jual beli tanah dapat disimpangi oleh masyarakat, karena menurut
masyarakat jual beli tidak harus di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan
tidak juga harus memenuhi syarat pemilik tanah adalah empunya tanah secara hukum,
masyarakat pada hakekatnya memiliki tanah dengan cara jual beli hanya dibawah tangan
bermaterai.
Klasifikasi tanah dalam kasus posisi masuk kelas S IV yaitu tanah pertanian produktif
yang masih dialiri air dikarenakan mempunyai sumber mata air yang mengairi lahan
pertanian tersebut. Jika ijin pengeringan ditolak oleh Kantor Dinas Perijinan Pemerintah
Kabupaten Sleman atau Pertanahan dan jika tanah tersebut akan dijual maka penjualan
tanah tersebut hanya dibawah tangan saja tanpa melalui proses jual beli di PPAT dan
tanpa didaftarkan ke Kantor Pertanahan. Dari hal tersebut diatas tindakan selanjutnya agar
masyarakat dapat membalik nama sertipikatnya adalah dengan satu satunya jalan yaitu
dengan cara datang ke kantor PPAT untuk menandatangani akta jual beli, lalu datang ke
Kantor Pertanahan untuk memohon ijin pengeringan atau ijin Peralihan Hak dengan
syarat dan ketentuan berlaku yaitu dalam jangka waktu 5 tahun pemilik tanah harus
membangun tanah yang dibelinya, lalu tanah yang di fragmentasi jika pembelinya dalam
satu Kelurahan harus dilakukan pengeringan maka jalan satu-satunya yaitu tanah yang
akan dibeli tersebut diukur dahulu lalu luas hasil ukur tersebut dijadikan dasar untuk
pengeringan jadi luas yang dibeli saja yang dikeringkan apabila keseluruhan maka hanya
akan membebai masyarakat, akan tetapi hal tersebut sangat sulit mengingat pada Kantor
Pertanahan banyak sekali pungli-pungli yang seharusnya tidak membebani masyarakat,
pada bagian Seksi Tata Guna Tanah sendiri harus mengeluarkan biaya untuk keperluan
sidang panitia ijin peralihan tanah pertanian menjadi non pertanian.
Tanah yang akan dikeringkan harus terlebih dahulu diubah status klasifikasi tanahnya dari
pertanian ke non pertanian, karena menurut tata ruang wilayah dan ketentuan diktum pada
Surat Keputusan Kepala Pertanahan No.460.4/IPPT-570/XII/2008, menyebutkan dengan
kata-kata menimbang (memperhatikan peraturan-peraturan yang ada dan terkait dengan
pemberian status klasifikasi tanah dari pertanian ke non pertanian) dan memutus bahwa
tanah tersebut memang benar-benar bukan tanah pertanian produktif.
Pertimbangan Hukum
Menimbang;
Mengingat;
Putusan