Anda di halaman 1dari 8

ANDREAS DWI NUGROHO

190513595

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA


UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2021/2022

MATA UJIAN : Hukum Pidana diluar Kodifikasi.


HARI, TANGGAL : Selasa 14 Desember 2021
KELAS : B dan C
WAKTU : Pk.13.30 – 15.00 WIB
DOSEN PENGUJI : Dr. Anny Retnowati, S.H., M.Hum.

SOAL
 Analisislah Setiap kasus dibawah ini ( Dijawab harus urut ) berdasarkan teori
dan Peraturan Hukum yang berlaku.
a. bagaimana pertanggungjawabannya
b. pasal berapa yang dilanggar
b. sebutkan penyimpangan dari ketentuan tersebut dari :
1). KUHP
2). KUHAP
 Jawaban UAS dikirim pada situs kuliah minimal 5 halaman maksimal 10
halaman

1. Kasus Narkotika
Jakarta - Asisten rumah tangga (ART), Pandjiyanto, mengungkap proses penangkapan
terhadap majikannya, Nia Ramadhani-Ardi Bakrie, terkait kasus penyalahgunaan
narkoba. Pandjiyanto mengungkap, saat ditangkap polisi, Nia sedang berada di dapur
rumahnya. Hal itu diungkapkan Pandjiyanto dalam persidangan lanjutan Nia Ramadhani-
Ardi Bakrie di ruang sidang Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jalan Bungur Besar Raya,
Jakpus, Kamis (9/12/2021). Pandjiyanto menjawab pertanyaan hakim perihal posisinya
saat kejadian penangkapan terhadap Nia dan Ardi."Saat kejadian lagi apa?," tanya hakim.
"Lagi bersih-bersih di dapur, Pak," kata Pandji.Pandji lalu melihat polisi tak berseragam
masuk ke rumah Nia. Saat itu, kata Pandji, ada 3 polisi yang datang."Polisi pakaian
preman masuk ke dapur," kata Pandji.Pandji mengungkap, saat polisi datang, Nia sedang
bersamanya di dapur. Polisi tersebut pun memintanya pergi.Kepada siapa berbicara?,"
tanya hakim. Kebetulan kepada Ibu Nia," jawab Pandji."Setelah itu, apa yang saudara
lihat dan dengar?," tanya hakim lagi."Habis itu saya tidak tahu apa-apa lagi. Soalnya tadi
kepolisian itu mengatakan yang tidak berkepentingan keluar, ya saya keluar, tidak tahu
lagi," ungkap Pandji. Dalam sidang ini, Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie didakwa
ANDREAS DWI NUGROHO
190513595

menggunakan narkoba jenis sabu di rumahnya. Penyalahgunaan narkoba itu turut


dilakukan bersama sopirnya yang bernama Zein Vivanto. Ketiganya saat ini menjadi
terdakwa dalam kasus ini.

Jawab:

Pertanggungjawabannya: Dalam kasus penyalahgunaan narkoba ini Nia Ramadhani-


Ardi Bakrie sebagai terdakwa dan Bersama dengan sopirnya Bernama Zein Vivanto telah
didakwa menggunakan narkoba jenis sabu di rumahnya. Terdakwa dapat di melakukan
rehabilitasi atas penggunaan narkotika jenis sabu. Dampak mengunakan dan kecanduan
mengunakan narkotika sangatlah buruk dan oleh sebab itu dilakukannya rehabilitasi bagi
para penguna demi kebaikan mereka sendiri. Terdakwa dapat dijatuhi hukuman pidana
penjara ataupun denda sebagai pertanggungajawabanya atas tindakannya tersebut.

Pasal berapa yang dilanggar: Sabu termasuk dalam narkotika golongan I, dan atas
tindakannya mereka bertiga di tangkap dan didakwa atas Pasal 127 ayat (1) huruf a
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika yaitu “Setiap Penyalah Guna
Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun” Adapun Tindakan rehabilitasi yang di berikan kepada pengguna atau
pencandu narkotika, walaupun akan memakan waktu dalam pemulihan bagi pecandu.

Penyimpangan dari ketentuan KUHP:

Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP “Dipidana sebagai pelaku tindak pidana yang melakukan,
yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan”. Karena Tindakan
Nia Ramadhani-Ardi Bakrie yang mengajak juga supirnya untuk mengkonsumsi
narkotika jenis sabu, dan juga sekaligus mengunakannya demi diri sendiri dengan sadar.

Penyimpangan dari ketentuan KUHAP:

2. Kasus psikotropika
Rektorat Reserse Narkoba Polda Lampung menyita 7.300 pil ekstasi dan satu ons
sabu-sabu dari tangan tersangka Ponidi (39), mantan penghuni Lapas Rajabasa,
ANDREAS DWI NUGROHO
190513595

yang nilainya setara dengan Rp1,5 miliar.Ponidi ditangkap tanpa melawan. Dia
diperiksa di dalam rumahnya dan di sini ditemukan 7.300 pil ekstasi dan sabu-sabu
seberat satu ons, yang seluruhnya setara dengan Rp1,5 miliar.

Jawab:

Pertanggungjawabannya: dalam kasus di atas Ponidi telah tertangkap 7.300 pil ekstasi
dan satu ons sabu-sabu, oleh karena itu Ponidi menjadi tersangka atas kepemilikan
psikotropika tersebut. Dapat dilakukan penahanan atas tindakanya sebagai kurir atas
pemesanan psikotropika tersebut. Dan akan di adili dengan barang bukti tersebut
walaupun itu bukan merupakan miliknya, namun bila kedapatan membawa akan tetap
dikenakan pidana narkotika dan kuhp. Tersangka dapat dijatuhi hukuman pidana penjara
ataupun denda sebagai pertanggungajawabanya atas tindakannya tersebut.

Pasal berapa yang dilanggar: bahwa pelanggaran yang dilakukan Ponidi telah
melanggar Pasal 62 UU No 5 tahun 1997 tentang prikotropika yaitu “Barang secara tanpa
hak, memiliki, menyimpan dan/atau membawa psikotropika dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00
(seratus juta rupiah).” Jelas bahwa Ponidi telah membawa psikotropika tersebut yang
setatusnya dilarang untuk di edarkan tanpa surat.

Penyimpangan dari ketentuan KUHP: Pasal 55 ayat (1) ke-1 dan ke-2 KUHP
“Dipidana sebagai pelaku tindak pidana yang melakukan, yang menyuruh melakukan,
dan yang turut serta melakukan perbuatan”. “mereka yang dengan memberi atau
menjanjikan sesuatu dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan
kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau
keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan”. Itu terjadi
karena ponidi sebagai kurir atau pengatar pesanan yang di bawanya.

Penyimpangan dari ketentuan KUHAP:


ANDREAS DWI NUGROHO
190513595

3. kasus ITE
Kisah beberapa media yang harus berhadapan dengan hukum karena dianggap
mencemarkan nama baik dan menghina. Media daring Tirto.id bikin keramaian di lini
masa. Dalam akun twitter-nya, media ini mengunggah kartun grafis yang bernada
provokatif. Sebuah meme menampilkan komentar Kiai Haji Ma’ruf Amin yang
dipenggal: “....Zina bisa dilegalisir....” Satu meme lagi juga mengutip pernyataan
Sandiaga Uno yang diplesetkan: “Kami akan hapuskan UN” yang kemudian ditanggapi
oleh Pak Tirto (maskot Tirto.id): “Eh..? Kirain apus NU…” Sebagaimana umum
diketahui NU adalah organisasi massa Islam terbesar di Indonesia.  Dua meme tersebut
diolah menanggapi debat calon wakil presiden yang dihelat baru-baru ini. Bermaksud
jenaka namun kartun grafis tersebut malah dianggap  menyudutkan. Alih-alih menjadi
hiburan, kecaman justru berdatangan dari warganet. Pengurus Besar (PB) NU dalam
akun twitter-nya telah menyatakan protes atas meme tersebut. Berbagai tanda pagar
bermunculan sebagai tanda tidak simpatik seperti: #TirtoButuhDuit, #TirtoPabrikHoax,
#TirtoIDMediaSampah. Redaksi Tirto.id sendiri dalam laman beritanya mengakui telah
melakukan kesalahan fatal dengan secara gegabah memotong kalimat-kalimat Ma’ruf
Amin dan Sandi. Dituding menyebarkan hoax, meme ditarik dari peredaran namun
kadung viral. Permintaan maaf pun dilayangkan. Di masa lalu, kelalaian serupa pernah
terjadi. Harian Rakyat Merdeka dan Tabloid Warta Republik harus berurusan dengan
hukum karena konten beritanya. Masalah yang dihadapi tergolong serius dan berbuntut
jerat pasal pidana.

Jawab:

Pertanggungjawabannya: dalam kasus di atas oknum yang menyebarkan informasi atau


berbentu meme atau kartun grafis yang bernada provokatif, bahwa Tindakan tersebut juga
termasuk penyebaran informasi hoax yang mengakibatkan penilaian masyarakat yang
akan di ubah atas informasi yang tidak valid dan terbukti benar, tirto maupun media
harian rakyat merddekan dan tabloid warta republic perlunya penyelidikan atas kasus
tersebut
ANDREAS DWI NUGROHO
190513595

Pasal berapa yang dilanggar: pasal yang dilanggar yaitu Pasal 28 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU ITE”)
melarang: Setiap Orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.
Karena adannya penyebaran hoax mengakibatkan adanya kesalahpahaman atas informasi
tersebut dapat di kenakan sangksi yang terdapat pada pasal 52 ayat 4 Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU ITE”) yaitu
“Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 37
dilakukan oleh korporasi dipidana dengan pidana pokok ditambah dua pertiga.”

Penyimpangan dari ketentuan KUHP: dalam pencemaran nama baik ada pada Pasal
310 ayat (1) KUHP, pencemaran nama baik diartikan sebagai perbuatan menyerang
kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal yang maksudnya
terang supaya hal itu diketahui.

Penyimpangan dari ketentuan KUHAP:

4. Kasus delik Pers


Liputan6.com, Surabaya - Polda Jawa Timur menaikkan status kasus penganiayaan dan
kekerasan terhadap Jurnalis Tempo Nurhadi, dari penyelidikan ke penyidikan usai tim
khusus gelar perkara. "Lidik (penyelidikan) ditingkatkan ke tahap sidik (penyidikan),"
kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jatim Kombes Polisi Totok Suharyanto di
Surabaya, Selasa (20/4/2021) dikutip dari Antara. Naiknya status penyidikan ini juga
tertera dalam Surat Perintah Penyidikan Nomor SP.Sidik/338/RES/IV.1.6/2021 yang
diterbitkan hari ini. Fatkhul Khoir, Koordinator Advokasi Aliansi Anti-Kekerasan
Terhadap Jurnalis yang mendampingi Nurhadi, mengatakan penggunaan delik pers dalam
kasus ini merupakan terobosan dalam kasus-kasus pelanggaran terhadap pers dan
jurnalis."Selama ini banyak kasus kekerasan terhadap jurnalis yang kemudian hanya
menerapkan pasal-pasal KUHP. Jadi, saya kira penerapan delik pers ini adalah terobosan
ANDREAS DWI NUGROHO
190513595

yang bagus dan sesuai dengan harapan kami," kata Fatkhul.Tim Advokasi Aliansi Anti-
Kekerasan Terhadap Jurnalis mengapresiasi penyelidik dan penyidik Polda Jatim yang
telah menerapkan delik pers dalam peristiwa kekerasan kepada Nurhadi tersebut.
Apalagi, dengan menerapkan Undang-Undang Pers, penyelidik harus mencari lebih
banyak keterangan mengenai kerja-kerja jurnalistik.

Jawab:

Pertanggungjawabannya: dalam kasus ini adanya Tindakan penganiayaan dan


kekerasan terhadap korban mengakibatkan masuk dalam delik pers dan khup. Tersangka
dapat dijatuhi hukuman pidana penjara ataupun denda sebagai pertanggungajawabanya
atas tindakannya tersebut.

Pasal berapa yang dilanggar: pasal yang dilanggar yaitu Pasal 18 UU No 40 tahun
1999 tentang pers yaitu “Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja
melakukan tindakan yang berakiba t menghambat atau menghalangi pelaksanaan
ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)”

Penyimpangan dari ketentuan KUHP: penyimpangan terdapat pada Pasal 351 ayat 1
KUHP “Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah” dalam kasus ini
terdapat Tindakan penganiayaan di sertai kekerasan yang di terima oleh korban, korban
juga mengalami luka dan dapat dikenakan Pasal 351 ayat 2 KUHP “jika perbuatan
mengakibatkan luka luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun”

Penyimpangan dari ketentuan KUHAP:

5. Kasus Terorisme
ANDREAS DWI NUGROHO
190513595

Semarang, Momentum- Aksi terorisme tentu sudah tidak asing di telinga masyarakat
Indonesia. Di awal tahun ini, terorisme kembali menjadi perbincangan hangat di
masyarakat karena serangan teroris terjadi dua kali secara beruntun di tempat yang
berbeda. Aksi terorisme tahun ini diawali di Makassar, Sulawesi Selatan pada hari
Minggu, (28/03/2021). Sebuah bom bunuh diri meledak di Gereja Katedral Makassar.
Kejadian diawali saat pelaku yang merupakan pasangan yang baru menikah enam bulan
tersebut hendak memasuki gereja. Namun, karena petugas keamanan curiga, mereka
tidak diperbolehkan masuk dan hanya berada di parkiran aja. Saat itulah bom yang
mereka bawa meledak. Akibat kejadian ini, pasangan tersebut meninggal dan
menyebabkan 20 orang terluka. Beberapa hari kemudian, tepatnya Rabu, (31/03/2021),
aksi terorisme kembali terjadi di Jakarta. Kali ini, pelaku yang merupakan seorang wanita
berumur 2 tahun menyerang Mabes Polri dengan senjata api. Penyerangan ini diawali
dengan pelaku yang diduga masuk dari pintu belakang Mabes Polri. Ia kemudian berjalan
menuju depan untuk menanyakan letak kantor pos kepada salah satu anggota polisi.
Setelah itu, pelaku berjalan keluar dari Mabes Polri. Namun, tidak disangka wanita
tersebut kembali dan menembakkan senjata kepada anggota polisi. Tembakan
dilayangkan sebanyak 6 kali dan tidak ada korban jiwa dalam aksi terror ini.Pengamat
terorisme, Najahan Musyafak mengatakan, “Ideologi pengeboman terhadap gereja itu
tidak ada bedanya dengan dulu, misalnya di Kepunton, Surabaya, kemudian di Jakarta,
Riau. Dilihat dari sisi sasaran itu sama, gereja. Ideologi yang mereka anut itu sama”. Dari
situ dapat ketahui bahwa pola dan motif mereka dalam melakukan pengeboman itu mirip,
mereka memang tidak saling mengenal satu sama lain, tetapi mereka berada dalam satu
ideologi, yaitu menjadikan Indonesia menjadi negara khilafah.

Jawab:

Pertanggungjawabannya: dalam aksi pertanggungjawaban pelaku sebagai tersangka


atas tindak pidana terorisme yang akan di tahan dalam pelaksanakan pemeriksaan dan
penyidikan dalam kasus tersebut, dan akan di adili di persidangan atas Tindakan
terorisme karena menimbulkan dampak yang besar bagi masyarakat atas terror, karena
ketakutan dan mental yang tidak stabil dari para korban akan berdapak buruk bagi
ANDREAS DWI NUGROHO
190513595

Kesehatan. Tersangka dapat dijatuhi hukuman pidana penjara ataupun denda sebagai
pertanggungajawabanya atas tindakannya tersebut.

Pasal berapa yang dilanggar: Kasus ini melanggar Pasal 6 UU No.5 Tahun 2018
tentang perubahan atas UU No.15 Tahun 2003, yang dimana bunyi pasal 6 tersebut,
yakni: ”Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau Ancaman
Kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas,
menimbulkan korban yang bersifat massal dengan cara merampas kemerdekaan atau
hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau
kehancuran terhadap Objek Vital yang Strategis, lingkungan hidup atau Fasilitas Publik
atau fasilitas internasional dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, pidana penjara seumur hidup, atau pidana mati.”
Dikatakan melanggar karena di dalam kasus ini, aksi perempuan tersebut dimana
menimbulkan terror kepada masyarakat maupun polisi sebagai targetnya dan sepasang
suami istri tersebut menimbulkan korban bahkan menghilangkan nyawa, dimana terdapat
2 (sebagai pelaku) tewas dan 14 orang luka-luka. Fasilitas publik, khususnya gerbang
gereja Katedral Makassar tersebut juga tentu mengalami kerusakan akibat ledakan bom
tersebut. Pelanggaran pada Pasal ini akan terancam pidana paling singkat 5 tahun dan
paling lama 20 tahun ataupun dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana mati.

Penyimpangan dari ketentuan KUHP: penyimpangan yang terjadi ada pada Pasal 28A
UUD NRI 1945 yang dimana bunyi pasal 28A tersebut, yakni: “Setiap orang berhak
untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.” Kasus diatas tentu
melanggar pasal ini karena dari tindakan bom bunuh diri yang dilakukan pelaku tersebut,
tentu saja sudah merebut atau merenggut hak orang lain untuk hidup karena ledakan yang
tergolong berbahaya tersebut sudah mengancam nyawa hidup orang lain yang mana
dalam kasus ini terdapat 1 pelaku yang tewas dan 14 korban luka-luka.

Penyimpangan dari ketentuan KUHAP:

Anda mungkin juga menyukai