Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS PUTUSAN Nomor 8/Pid.

Sus/2020/PN Ptk
PIDANA MATI NARKOTIKA

NAMA : DHEA RESKI QURSAINY


NIM : H1A119028
KELAS :A
HUKUM PENINTENSIER

A. KASUS POSISI
Bahwa dalam Putusan Nomor : 8/Pid.Sus/2020/PN ptk. Ats nama
terdakwa Ahmad sajali alias Ahmad di jatuhi vonis hukuman pidana mati atas
kasus percobaan atau permufakatan jahat secara tanpa hak atau melawan hukum
menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menjadi perantara dalam jual beli,
menukar, menyerahkan, atau menerima Narkotika Golongan I, sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya melebihi (1)
kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman
beratnya 5 (lima) gram. berupa 19 (sembilan belas) bungkus plastik yang
bertuliskan GUANWINYANG yang berisikan Narkotika berat netto + 18.410,24
(delapan belas titik empat satu nol koma dua empat) gram.Bermula pada tahun
2017 saat terdakwa bertemu dengan saksi Reza alias Amak di sebuah bengkel
tempat terdakwa bekerja, dimana terdakwa mengenalkan dengan Conficius yang
merupakan Bandar narkotika, semenjak dari situ terdakwa menerima perintah dari
Conficius untuk bertransaksi narkotika dan mendapat upah 75 juta.
Kemudian Conficius memerintahkan terdakwa untuk bersiap-siap untuk
mengambil narkotika jenis shabu-shabu di Pontianak dan langsung disetujui oleh
terdakwa,kemudian terdakwa di perintahkan untuk menuju hotel santika di kamar
566 untuk mengambill sabu-sabu dan kemudian terdakwa diberikan sabu-sabu
yang di bungkus dengan plastik GWANYINWANG berjumlah 19 bungkus,
kemudian terdakwa kembali ke hotel Maestro dan menyimpannya ke dalam
lemari hotel, keeseokan harinya terdakwa di perintahkan oleh Conticius untuk
mencari kapal barang tujuan Makassar. Kemudian terdakwa yang menginap di
kediaman saudara istrinya meminta di antar ke pelabuhan Dwikora Pontianak
kemudian pada saat pemeriksaan dan mobil yang di tumpangi terdakwa bersama
rekan-rekannya, Kepolisian ditemukan 1 buah tas yang berisikan 19 bungkus
plastik bertuliskan GWANYINWANG yang berisikan narkotika jenis shabu-shabu
yang di simpan di belakang jok sopir dan setelah di introgasi mereka dan
terdakwa menjawab itu merupakan pesanan orang yang akan di bawa ke
Makassar, setelah di lakukan uji tes bahwa benar barang tersebut positif narkotika
golongan I. perbuatan yang dilakukan terdakwa yakni menawarkan untuk dijual,
menjual, perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan narkotika tidak
memiliki izin dari pihak berwenang sesuai Pasal 114 ayat (2) Jo Pasal 132 ayat (1)
Undang-Undang RI Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, atas dasar itu
terdakwa di vonis hukuman mati.

B. Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Nomor ; 8/Pid.Sus/2020/PN Ptk.


Bahwa dari Putusan dengan Nomor : 8/Pid.Sus/2020/PN.Ptk atas kasus
Narkotika Majelis Hakimmenjatuhi Hukuman Mati terhadap terdakwa hal ini di
dasari dengan terpenuhinya unsure, dan barang bukti yang ditemukan bersama
dengan terdakwabahwa berdasarkan Dari hasil pemeriksaan barang bukti secara
Laboratoris kriminalistik dengan menggunakan alat GC MSD Agilent
Technologies 5975 C di dapatkan hasil sebagai berikut:
Nomor barang bukti Hasil Pemeriksaan Uji Pendahuluan Uji Konfirmasi
15177/2019/NNF s/d 15195/2019/NNF (+) positip narkotika (+) positip
metamfetamina.yang dapat disimpulkan Bahwa barang bukti dengan nomor:
15177/2019 s/d 15195/2019/NNF seperti tersebut dalam (I) adalah benar kristal
Metamfetamina, terdaftar dalam dasarkan fakta-fak I (satu) nomor urut 61
Lampiran I Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang
Narkotika.
Majelis hakim berpendapat bahwa berdasarkan fakta-fakta di persidangan
telah terbukti terdakwa telah menerima Narkotika Golongan I dan menjadi
perantara dalam jual beli Narkotika Golongan I. Kemudian majelis hakim
berpendapat bahwa benar narkotiak yang dibawa oleh terdakwa jenis bukan
tanaman yang beratnya lebih dari 5 gram. Majelis Hakim juga berendapat bahwa
terdakw atidak memiliki hak dan melawan hokum yang dimana narkotika yang
dibawa oleh terdakwa tanpa izin, dan tidak di gunakan untuk kegiatan ilmu
pengetahuan atau kepentingan pelayanan kesehatan. Kemudian Majelis Hakim
berpendapat bahwa terdakw atelah melakukan permufakatan Jahat dengan
contifucius dan reza yakni saling berkomunikasi untuk menyelundupkan narkotika
jenis shabu-shabu. Makadari hal-hal yang menjari pertimbangan hakim maka
Yang Mulia Majels Hakim menjatuhkan Vonis Hukuman Mati kepada terdakwa.
Yang dimana amar Putusan Majelis Hakim adalah :
1. Menyatakan Terdakwa Ahmad Sajali alias Ahmad bin Mardiansyah, telah
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
“PERMUFAKATAN JAHAT MENJADI PERANTARA DALAM JUAL
BELI NARKOTIKA GOLONGAN I DALAM BENTUK BUKAN
TANAMAN YANG BERATNYA MELEBIHI 5 (LIMA) GRAM”,
sebagaimana dakwaan Pertma;
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Ahmad Sajali alias Ahmad bin
Mardiansyah tersebut dengan pidana mati;
3. Menetapkan agar Terdakwa tetap ada dalam tahanan;

C. Analisis Putusan Nomor : 8/Pid.Sus/2020/Pn.Ptk.


Pemberian Hukuman mati bagi kasus tindak pidana peredaran narkotika
merupakan salah satu langkah yang tepat dilakukan negara untuk mengeksekusi
para pengedar narkoba yang dapat merusak generasi bangsa. Dengan adanya
Undang–Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dapat menjerat
pengedar/bandar narkoba dengan memberikan hukuman paling berat yaitu
hukuman mati. Permasalahan diangkat adalah penegakan hukuman mati bagi
bandar narkoba di Indonesia dan hukuman mati bagi Bandar Narkoba ditinjau dari
aspek hak asasi manusia
Bahwa berdasarkan putusan dengan Nomor : 8/Pid.Sus/2020/Pn.Pti dan
membaca pertimbangan hakim dengan menjatuhkan vonis hukuman Mati, Pasal
yang digunakan dan melihat rentetan kronologi Kejadian maka menurut penulis
sudah tepat jika di jatuhkan hukuman Mati mengingat narkotika yang akan di
selundupkan oeh terdakwa sebanyak 19 bungkus jenis shabu-shabu, dan yang
sebelumnya pula terdakwa pernah menjadi perantara jual beli narkotika, dan
melakukan permufakatan atau menjalankan perintah dari contfius, ha ini terlihat
jelas bahwa terdakw adlam melaksanakan aksinya bukan yang pertama kali akan
tetapi sudah beberapa kali dan telah menerima upah. Maka menurut penulis
dengan dikenakan atau di jatuhkan vonis hukuman Mati maka sudah sepantasnya
dan sudah tepat hal ini guna member efek jera terhadap pelaku Bandar, narkotika
khususnya di Indoensia. Pada dasrnya in merupakan upaya yang dilakukan
pemerintah untuk memberantas narkotika di Indonesia.
Penjatuhan hukuman mati bagi terpidana kasus peredaran gelap narkoba
diatur dalam Undang - Undang Nomor 35 Tahun 2009 pasal 1135 ayat (2) dan
Pasal 114 ayat (2).Penjatuhan hukuman mati jika ditinjau dari hukum positif
Indonesia bertentangan dengan hak asasi manusia yang tertuang di dalam Pasal 4
Undang - Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Karena hak
asasi manusia menentang pembunuhan tetapi di dalam KUHP dan peraturan
perundang–undangan Indonesia menjelaskan bahwa: Pasal 10 KUHP menentukan
jenis-jenis pidana yang salah satunya dalam Pasal 1 huruf a angka 1 menjelaskan
salah satu pidananya adalah pidana mati. Hal tersebut menunjukkan bahwa
hukuman mati di Indonesia masih merupakan dilema karena hak asasi manusia
juga mengatur bahwa setiap manusia memiliki hak untuk hidup dan
penghidupannya.
Dalam kasus tindak pidana narkoba yang dianggap sebagai kejahatan yang
paling serius dan bahkan akibat yang ditimbulkan dapat menghancurkan masa
depan anak bangsa. Namun, dalam sejumlah penelitian menunjukkan, ternyata
tidak ada korelasi positif antara hukuman mati dengan berkurangnya tingkat
kejahatan tersebut, di Indonesia justru menunjukkan peningkatan dari pengguna
dan pengedar, sampai pada adanya produsen. Dalam kaitan ini, upaya
penanggulangan narkoba di negara-negara maju sudah mulai dilakukan dengan
meningkatkan pendidikan sejak dini dan melakukan kampanye anti narkoba, serta
penyuluhan tentang bahayanya. Demikian seriusnya penanggulangan masalah
narkoba bagi kehidupan manusia sudah mendorong kerja sama internasional
dalam memerangi kejahatan narkoba tersebut. Maka dari itu penulis pun
beranggapan bahwa Karen aNarkotika merupakan masalah dan tindak pidana
serius yang bisa berdampak bagi generasi mudan dan mas adepan Negara
Indonesia sehingga tidak bertentangan dengan HAM, sehingga penjatuhan pidana
mati oleh terdakwa dalam Putusan Nomor 8/Pid.Sus/2020/Pn.Ptk sudah sangat
tepat dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai