Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PUTUSAN UJARAN KEBENCIAN

KEPADA AHMAD DHANI BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG TRANSASI ELEKTRONIK

SULASTRI (110117A018)

PROGAM SUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM DAN HUMANIORA

UNIVERITAS NGUDI WALUYO

2020
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ahmad Dhani merupakan musisi Indonesia yang akan
mencalonkan dirinya sebagai Gubernur DKI Jakarta, tidak lama kemudian
Ahmad Dhani terkena kasus pencemaran nama baik. Pendukung pasangan
nomor urut 02, Prabowo-Sandi itu dilaporkan karena berawal dari vlognya
saat di Surabaya. Ketika itu ia tak bisa menghadiri acara politik lantaran di
hadang massa pengunjuk rasa. Dari situ Ahmad Dhani kemudian membuat
vlog dan menyebut kata ‘idiot’. Akibatnya, sejumlah orang melaporkan
Dhani ke polda Jawa Timur. Dan akhirnya Ahmad Dhani di periksa
sebagai tersangka pada Kamis (18/10/2018) di Mapolda Jawa Timur.
Dilansir dari kompas.com. Kasus Ahmad Dhani yang mengatakan ‘idiot’
di vidionya beredar luas di media sosia. Seperti yang di wartakan oleh
Tribunnews, “kami menyatakan Ahmad Dhani sebagai tersangka kasus
nama baik.” Tegas Kombes Pol Jatim. Ia pertamanya heran dengan
kasusnya yang mana menurutnya tidak ada masalah dalam perkataanya
tersebut.
Kasus terebut menjadi hal menaik terendiri semenak adanya
Undang-Undang Infomasi Transaksi Elektronik ( UU ITE) No 11 Tahun
2008. Diketahui bahwasaanya banyak sekali pasal karet yang terdapat
dalam undang-undang ini akiatnya tidak ada pemisah antara pelaksanaan
asas demokrasi dan tindak pidana. Undang-undang tersebut hanya
meberikan ketakutan kepada masyarakat untuk menjalanan kebebasnya
dan seolah hak kebebasan berpendapat mati menjak disahkannya undag-
undang tersebut.
Oleh kaena itu penulis brmaksud untuk menganaisis apakah secara
yuridis perbuatan yan dilakukan Ahmad Dhani merupakan tindakan
pencemaran nama baik atau sekedar menjadi korban pasal karet UU ITE.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Baimanakah syarat memenuhi unsur delik?
2. Bagaimanakah analisis yuridis putusan kasus tersebut?
C. TUJUAN
1. Untuk megetahui apakah perbuatan sudah memenuhi unsur delik.
2. Untuk mengetahui analisis yuridis putusan kasus tersebut.

BAB II PEMBAHASAN
A. Unsur-unsur Tindak Pidana
Menurut S. R. Sianturi, secara ringkas unsur-unsur tindak pidana, yaitu:
1. adanya subjek;
2. adanya unsur kesalahan;
3. perbuatan bersifat melawan hukum;
4. suatu tindakan yang dilarang atau diharuskan oleh
undang-undang/perundangan dan terhadap yang melanggarnya
diancam pidana;
5. dalam suatu waktu, tempat dan keadaan tertentu.

Merujuk pada unsur-unsur tindak pidana di atas, S. R. Sianturi


merumuskan pengertian dari tindak pidana sebagai suatu tindakan pada
tempat, waktu dan keadaan tertentu, yang dilarang (atau melanggar
keharusan) dan diancam dengan pidana oleh undang-undang serta bersifat
melawan hukum dan mengandung unsur kesalahan yang dilakukan oleh
seseorang yang mampu bertanggung jawab (hal. 208).

Lima unsur di atas, dapat disederhanakan menjadi unsur subjektif dan


unsur objektif. Unsur subjektif meliputi subjek dan adanya unsur
kesalahan.

Sedangkan yang termasuk unsur objektif adalah perbuatannya bersifat


melawan hukum, tindakan yang dilarang atau diharuskan oleh undang-
undang/perundangan dan terhadap pelanggarnya diancam pidana, dan
dilakukan dalam waktu, tempat dan keadaan tertentu.

P.A.F. Lamintang dalam buku Dasar-dasar Hukum Pidana


Indonesia juga berpendapat bahwa setiap tindak pidana yang terdapat
dalam KUHP pada umumnya dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur yang
pada dasarnya dapat kita bagi menjadi dua macam unsur, yakni unsur-
unsur subjektif dan unsur-unsur objektif (hal. 193).

Yang dimaksud dengan unsur subjektif itu adalah unsur-unsur yang


melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku
dan termasuk ke dalamnya, yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam
hatinya (hal. 193).

Sedangkan yang dimaksud unsur objektif adalah unsur-unsur yang ada


hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu di dalam keadaan-keadaan
mana tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan (hal. 193).
Unsur subjektif dari sesuatu tindak pidana itu adalah (hal. 193 – 194):

1. kesengajaan (dolus) atau ketidaksengajaan (culpa);


2. maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging seperti
yang dimaksud di dalam Pasal 53 ayat (1) KUHP;
3. macam-macam maksud atau oogmerk, seperti yang terdapat di
dalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan,
pemalsuan, dan lain-lain;
4. merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad, seperti yang
terdapat di dalam kejahatan pembunuhan berencana dalam Pasal
340 KUHP;
5. perasaan takut atau vrees, seperti terdapat di dalam rumusan tindak
pidana menurut Pasal 308 KUHP.

Unsur-unsur objektif dari sesuatu tindak pidana adalah (hal. 194):

1. sifat melanggar hukum atau wederrechtelijkbeid;


2. kualitas dari si pelaku, misalnya “keadaan sebagai seorang pegawai
negeri” di dalam kejahatan jabatan atau “keadaan sebagai pengurus
atau komisaris dari suatu perseroan terbatas” di dalam kejahatan
menurut Pasal 398 KUHP;
3. kausalitas, yakni hubungan antara suatu tindakan sebagai penyebab
dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat.

Jadi untuk menentukan suatu perbuatan sebagai tindak pidana,


perbuatan tersebut haruslah perbuatan yang dilarang dan diancam dengan
pidana kepada subjek tindak pidana yang melakukannya atau dalam
rumusan hukum pidana disebut dengan barangsiapa yang melanggar
larangan tersebut. Untuk mengetahui apakah perbuatan dalam sebuah
peristiwa hukum adalah tindak pidana, dapat dilakukan analisis mengenai
apakah perbuatan tersebut telah memenuhi unsur-unsur yang diatur dalam
sebuah ketentuan pasal hukum pidana tertentu.Untuk itu, harus diadakan
penyesuaian atau pencocokan (bagian-bagian/kejadian-kejadian) dari
peristiwa tersebut kepada unsur-unsur dari delik yang didakwakan.

B. ANALISIS YURIDIS KASUS AHMAD DHANI

Berikut perjalanan kasus Ahmad Dhani hingga divonis 1,5 tahun penjara:

Senin, 23 November 2017

Ahmad Dhani resmi menyandang status tersangka kasus ujaran


kebencian dalam kasus cuitan sarkastis. Cuitannya di Twitter yang
dilaporkan oleh Ketua BTP Network Jack Lapian diduga melanggar
Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal 28 ayat
2 juncto Pasal 45a ayat 2.

Dhani lalu dikenai Pasal 45 A ayat 2 juncto Pasal 28 ayat 2 UU RI No


19 Tahun 2016 tentang Perubahan UU No 11 Th 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

Senin, 16 April 2018

Ahmad Dhani menjalani sidang perdana kasus ujaran kebencian di


Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan.

Sidang Ahmad Dhani dipimpin oleh Ketua majelis hakim Ratmoho


dengan hakim anggota Sudjarwanto, dan Totok Sapto Indrato.

Dhani yang mengenakan kaus #2019GantiPresiden itu didakwa


melakukan ujaran kebencian lewat akun Twitter. Cuitan Dhani, menurut
jaksa, bisa menimbulkan rasa kebencian dan permusuhan.

"Terdakwa Dhani Ahmad Prasetyo alias Ahmad Dhani bersama-sama


dengan Suryopratomo Bimo alias Bimo pada Februari 2017 hingga Maret
2017, yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta
melakukan perbuatan dengan sengaja tanpa hak menyebarkan informasi
yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan
individu dan atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan SARA," kata
jaksa membacakan surat dakwaan.

Ada tiga cuitan yang diunggah di akun Twitter Ahmad Dhani,


@AHMADDHANIPRAST. Cuitan ini diunggah admin Twitter Ahmad
Dhani, Bimo.

Senin, 26 November 2018

Ahmad Dhani dituntut hukuman 2 tahun penjara dalam kasus ujaran


kebencian. Jaksa penuntut umum (JPU) menggangap perbuatan Ahmad
Dhani bisa meresahkan masyarakat.

"Dalam perkara ini menurut hakim memutuskan, menyatakan terdakwa


terbukti secara sah dan meyakinkan menyebarkan informasi untuk
menyebarkan rasa kebencian," kata jaksa penuntut umum, di Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan, Jalan Ampera Raya, Jakarta Selatan, Senin
(26/11/2018).

JPU menilai perbuatan Ahmad Dhani bertentangan dengan Pasal 45


huruf A ayat 2 jo 28 ayat 2 UU Nomor 19 Tahun 2016 jo UU Nomor 11
Tahun 2008 tentang ITE jo Pasal 55 ayat 1 KUHP. "Kedua menjatuhkan
pidana terhadap terdakwa Ahmad Dhani Prasetyo dengan pidana penjara
selama 2 tahun," ujarnya.

Senin, 17 Desember 2018

Ahmad Dhani membacakan nota pembelaan (pleidoi). Dia mengatakan


kasus ujaran kebencian yang melilitnya dipolitisasi.

Pleidoi tersebut diberi judul 'Indonesia di Persimpangan Menuju


Negara yang Para Penista Agama, dan Negara Para Persekutor
Demokrasi'.
Menurut Dhani, kasusnya ini murni politik, bukan hukum murni. Dia
mengaku ada beberapa oknum yang mengatakan secara langsung
kepadanya terkait kasusnya yang dipolitisasi.

Senin, 28 Januari 2019

Ahmad Dhani dihukum 1,5 tahun penjara. Ahmad Dhani dinyatakan


bersalah melakukan ujaran kebencian lewat cuitan di akun Twitter.

"Menyatakan terdakwa Dhani Ahmad Prasetyo alias Ahmad Dhani


terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana,"
ujar hakim ketua Ratmoho membacakan amar putusan dalam sidang vonis
Ahmad Dhani di PN Jaksel, Jl Ampera Raya, Jaksel, Senin (28/1/2019).

Kasus yang menjerat pentolan grup band Dewa 19 ini bermula saat dia
hendak menghadiri acara deklarasi 2019 Ganti Presiden di Surabaya pada
26 Agustus 2018. Acara yang diselenggarakan di Tugu Pahwalan itu
gagal, karena didemo sejumlah warga. Ahmad Dhani yang menginap di
Hotel Majapahit, Tunjungan, Surabaya juga tidak bisa keluar karena
dihadang pengunjuk rasa yang menolak acara deklarasi.

Terjebak di dalam hotel, suami Mulan Jameela itu kemudian membuat


vlog. Dalam vlognya dia meminta maaf kepada massa aksi 2019 Ganti
Presiden karena tidak bisa keluar hotel. Dia mengatakan dirinya dihadang
oleh pendemo pro pemerintah. Dhani mengucapkan kata idiot dalam
videonya.

Atas pernyataannya, kelompok yang menamakan Koalisi Bela NKRI


melaporkan Dhani ke Polda Jawa Timur pada 30 Agustus 2018. Kelompok
itu merasa Dhani melakukan pencemaran nama baik.

Pada 1 Oktober 2018, polisi untuk pertama kalinya memeriksa Dhani


di Mapolda Jawa Timur. Seusai pemeriksaan, Dhani membantah
bermaksud mengatai para pendemo sebagai orang idiot.
Akan tetapi, polisi kemudian menetapkan Dhani sebagai tersangka
pada 18 Oktober 2018. Degan tuntutan Pasal 27 ayat (3) UU ITE adalah
sebagai berikut: Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.

Ancaman pidana bagi orang yang melanggar Pasal 27 ayat (3) UU ITE
ini diatur dalam Pasal 45 ayat (3) UU 19/2016, yang berbunyi: Setiap
Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan
penghinaan dan/atau pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh
ratus lima puluh juta rupiah).

Dengan pasal Polisi menyatakan menemukan bukti permulaan yang


cukup untuk meningkatkan status Ahmad Dhani. “Yang bersangkutan,
saudara AD kami tetapkan sebagai tersangka atas laporan pencemaran
nama baik karena ujaran I,” kata Kepala Bidang Humas Polda Jatim,
Komisaris Besar Frans Barung Mangera.

Polda Jatim kemudian melimpahkan berkas kasus Ahmad Dhani ke


Kejaksaan Tinggi Jatim pada 7 Desember 2018. Namun, kejaksaan sempat
mengembalikan berkas itu kepada polisi karena dinilai belum lengkap.
Hingga pada awal Januari 2019, kejaksaan menyatakan berkas Ahmad
Dhani telah lengkap.

Bercermin pada pasal 45 ayat 3 UU ITE: Setiap Orang yang dengan


sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta
rupiah).

Maka dapat di uraikan:

Setiap orang: seluruh warga negara Indonesia (Ahmad Dhani)

Dengan sengaja: saat pengploadan vidio tersebut Ahmad Dhani dalam


keadaan sadar tanpa tekanan dari pihak manapun.

Menditribusikan: mengupload

Penghiaan: mengadung kata idiot yang dalam KBBI bermakna tingkat


kecerdasan sangat rendah.

Dari raian tersebut peristiwa hukum yang dilakukan oleh Ahmad


Dhani telah memenuhi unsur yang ada dalam pasal tersebut. Namun secara
pribadi penulis menyayangkan seorang pejabat negara yang anti terhadap
kritik, adalah kritik tersebut disampaikan karena adanya suatu kekuasaan
yang diberikan kepadanya dari rakyat itu sendiri. Jadi penegak hukum
seharusnya lebih selekif dala menanggapi suatu kasus tanpa adanya
campur tangan politik yang sedang meanas sat itu.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPUAN

Untuk menentukan suatu perbuatan sebagai tindak pidana, perbuatan


tersebut haruslah perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana
kepada subjek tindak pidana yang melakukannya atau dalam rumusan
hukum pidana disebut dengan barangsiapa yang melanggar larangan
tersebut. Untuk mengetahui apakah perbuatan dalam sebuah peristiwa
hukum adalah tindak pidana, dapat dilakukan analisis mengenai apakah
perbuatan tersebut telah memenuhi unsur-unsur yang diatur dalam sebuah
ketentuan pasal hukum pidana tertentu.Untuk itu, harus diadakan
penyesuaian atau pencocokan (bagian-bagian/kejadian-kejadian) dari
peristiwa tersebut kepada unsur-unsur dari delik yang didakwakan.

Dari uraian peristiwa hukum dan unsurtindak pidana yang dilakukan


oleh Ahmad Dhani telah memenuhi Pasal 45 ayat 3 UU ITE yaitu: Setiap
Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan
penghinaan dan/atau pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh
ratus lima puluh juta rupiah).

Unsur yang dipenuhi secara redaksi:


Setiap orang: seluruh warga negara Indonesia (Ahmad Dhani)

Dengan sengaja: saat pengploadan vidio tersebut Ahmad Dhani dalam


keadaan sadar tanpa tekanan dari pihak manapun.

Menditribusikan: mengupload

Penghiaan: mengadung kata idiot yang dalam KBBI bermakna tingkat


kecerdasan sangat rendah.

B. SARAN
Penegak hukum hendaknya membikan suatu putusan tanpa
menghrauan tekanan dari luar, karena apabila penegakan hukum yang
demikian tetap dijalankan tujuan keadilan, kepastian, dan kemanfaatan
hukum tidak dapat dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Rinda Sihaloho. 2019. Ahmad Dhani Tersangka Atas Kasus Pencemaran Nama
Baik. Madiun. Universitas Khatolik Widya Mandala.

Tribunews.com

Kompas.com

Anda mungkin juga menyukai