Anda di halaman 1dari 30

Similarity Report ID: oid:22918:20493104

PAPER NAME

hasil penelitian eka putriani - Copy-1.doc


x

WORD COUNT CHARACTER COUNT

4565 Words 29556 Characters

PAGE COUNT FILE SIZE

25 Pages 41.9KB

SUBMISSION DATE REPORT DATE

Aug 8, 2022 9:10 AM GMT+8 Aug 8, 2022 9:11 AM GMT+8

25% Overall Similarity


The combined total of all matches, including overlapping sources, for each database.
25% Internet database 5% Publications database
Crossref database Crossref Posted Content database
0% Submitted Works database

Summary
6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Disebutkan bahwa Indonesia merupakan negara hukum1. Konstitusi Indonesia

Pasal 1 Ayat 3 menerangkan hal ini sesuai dengan kebijakan ini (UUD 1945). Dengan
25
UUD 1945, NKRI adalah negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang

berdasarkan keadilan dan kebenaran serta menjamin ketertiban, kepastian, dan

perlindungan hukum.

Sejak lahir tahun 1945, UUD RI Indonesia memuat ketentuan-ketentuan yang

melarang perbuatan yang merugikan atau melanggar hukum. Akibatnya, jika

kejahatan melawan hukum dilakukan di masyarakat, sistem hukum yang tepat

digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Tujuan utamanya adalah membuat

kehidupan masyarakat lebih mudah diatur dan menyenangkan bagi semua orang.

Kehidupan sosial suatu masyarakat tercermin dalam hukum-hukumnya, dan

sebaliknya. Sistem hukum suatu masyarakat dapat dipandang sebagai cerminan dari

sejarah sosialnya, tetapi hukum itu sendiri bersifat dinamis dan dapat berubah selama

ia terus melayani masyarakat yang dimaksudkan untuk dilayaninya2. Karena

melingkupi HAM dan memastikan bahwa tiap-tiap individu dalam masyarakat

diperlakukan sama di bawah hukum, hukum dan pemerintah berfungsi sebagai alat
8
1
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun
1945
2
H. Zamhari Abidin, Pengertian Dan Asas Hukum Pidana, Palembang : Ghalia Indonesia,
1986, Hal. 84

1
vital untuk memastikan bahwa kehidupan sehari-hari masyarakat berjalan dengan

lancar di semua lini.

Orang-orang di masyarakat saat ini sangat rentan terhadap kekerasan karena

mereka tidak dididik tentang hak-hak hukum mereka. Akibat kurangnya pengetahuan

tentang hukum, banyak masyarakat yang memiliki pandangan negatif terhadap

penegakan hukum dan pemerintah. Karena kondisi ekonomi yang sulit saat ini,

kejahatan meningkat di masyarakat kita.

Kriminalitas yang sering kali dialami pada kehidupan masyarakat sekarang ini

seperti tindak pencurian, tindak penjambretan, tindak perampokan, penganiayaan,

pembunuhan, pemerkosaan, pemukulan, pengeroyokan, dan lain sebagainya.

Seringkali terjadi tindak kejahatan atau kriminalitas dalam kehidupan bermasyarakat,

maka hukum mengisi kedudukan yang penting dalam menuntaskan sebuah

permasalahan kejahatan atau kriminalitas. Perangkat hukum dibutuhkan dalam

menuntaskan kejahatan ataupun kriminalitas yang terjadi.

Hukum acara pidana harus dikembangkan sehingga masyarakat dapat

memenuhi hak dan kewajiban serta menumbuhkan sikap aparat kepolisian sesuai

dengan fungsi dan kewenangannya dalam menegakkan supremasi hukum, menjamin

keadilan, dan melindungi harkat dan martabat manusia.

Femonema terjadinya kejahatan atau kriminalitas yang terjadi dimasyarakat

pada akhirnya akan mengakibatkan timbulnya keresahan pada masyarakat. Diantara

2
banyaknya kejahatan yang terjadi diantaranya adalah tindak pidana pengeroyokan

ditetapkan dalam KUHP.

Hukum pidana disebut juga sebagai hukum publik karena menyangkut seluruh

masyarakat. Artinya, dimungkinkan untuk menafsirkan hukum pidana sebagai

melayani kepentingan masyarakat secara keseluruhan daripada satu individu.3 Jadi

hukum adalah seperangkat aturan yang mengatur bagaimana orang harus berperilaku

dalam masyarakat secara keseluruhan, dengan tujuan tunggal untuk memastikan

kesejahteraan setiap orang dan mempromosikan harmoni.4

Banyak para sarjana hukum mengutarakan bahwa tujuan pidana, sebagai

berikut :5

1. Mencegah kejahatan dengan mengancam orang, baik dengan mengancam

banyak individu atau perlindungan umum atau dengan mengancam individu-

individu spesifik yang telah bertindak kejahatan sehingga tidak

mengulanginya atau perlindungan khusus.

2. Bagi mereka yang telah menunjukkan kecenderungan untuk berbuat salah,

tujuannya adalah untuk mengubah mereka menjadi anggota masyarakat yang

bermoral lurus.

9
3
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, Bandung : PT. Refika
Aditama, 2011, Hal. 14
4
Ibid. Hal. 15
5
Ibid. Hal. 19-20

3
Berdasarkan hal tersebut diatas, menurut penulis merupakan hal yang wajar

saja meskipun tujuan pidana diartikan sebagai bentuk ancaman tetapi bisa berperan

besar sekali dalam meluruskan masyarakat.

Pertama, harus ada norma, seperti larangan, perintah, atau aturan, dan kedua,

harus ada sanksi atau sanksi bagi yang melanggar norma, seperti ancaman dengan

hukum pidana.6 Sehingga, unsur “hukuman” menjadi sebuah ganjaran terkandung

dalam unsur “pidana”. Tujuannya adalah untuk menciptakan ketertiban serta

kepastian hukum bagi masyarakat.

12
Dalam KUHP, pasal yang menetapkan tentang tindak pidana pengeroyokan

yaitu Pasal 170 KUHP. Tindak pengeroyokan tersebut termasuk pada Kejahatan

Terhadap Ketertiban Umum yakni pada Buku II Bab V KUHP.


10
Dibandingkan dengan pasal-pasal lain dalam KUHP, Pasal 170 KUHP

memiliki ancaman pidana yang lebih tinggi. Sebuah pasal dalam KUHP, Pasal 170,
6
menyatakan “Barang siapa dimuka umum, bersama-sama melakukan kekerasan
34
terdahap orang atau barang... ”7. Selanjutnya, Pasal 170 Ayat (2) bagian 1

menyatakan “... yang bersalah dipidana penjara selama tujuh tahun, apabila kekerasan

yang dilakuka mengakibatkan individu terluka.”8

6
Ibid. Hal. 13
7 28
Anonim, 3 Kitab Undang-Undang (KUHPer, KUHP & KUHAP), Grahamedia Press, 2016,
Hal. 523
8
Ibid

4
Tindak pidana pengeroyokan dapat terjadi dan dilakukan oleh siapa saja

dengan sebab apapun, bahkan dilakukan oleh aparat hukum terhadap warga sipil,

seperti dialami oleh Figi Hudan Purwanto di Semarang. Dengan kronologi kejadian
1
dimana pada 18 Desember 2008 pukul 21.00 WIB Figi Hudan Purwanto mengalami

tindak pengeroyokan yang dilakukan oleh Subagyo yang ternyata adalah seorang

anggota TNI Angkatan Laut dan kawan-kawannya yang merupakan warga sipil.

Tindakan yang dilakukan oleh Kopdar Mar Subagyo tersebut menyalahi atau

tidak bersesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan pada

KUHP yaitu Pasal 170 mengatur mengenai tindak pidana pengeroyokan. Dalam hal

ini, tindakan pengeroyokan yang telah dilaksanakan oleh Kopdar Mar Subagyo
8
tepatnya tidak sesuai dengan Pasal 170 Ayat (2) Bagian 1 KUHP sebab tindak pidana

pengeroyokan yang telah dilakukannya sampai mengakibatkan luka pada Figi Hudan
11
Purwanto. Tindakan tersebut, berdasarkan Pasal 170 Ayat (2) Bagian 1 KUHP

diancam dengan hukuman maksimal tujuh tahun lamanya.

1
Berdasarkan Putusan Nomor : PUT/35-K/PM.II-10/AL/IV/2009 tindakan

pengeroyokan yang dilakukan oleh Kopdar Mar Subagyo dijatuhi pidana yakni 2

bulan 20 hari oleh Pengadilan Militer II-10 Semarang. Putusan hakim menurut

penulis redah dibandingkan dengan apa yang diancamkan oleh Pasal 170 KUHP,
11
terutama berdasarkan Pasal 170 Ayat (2) ke-1 KUHP. Dengan ancaman maksimal

sampai tujuh tahun lamanya dalam KUHP.

5
Apalagi dengan status yang dimiliki oleh Kopdar Mar Subagyo sebagai

anggota TNI Angkatan Laut yang notabennya adalah aparatur negara yang

seharusnya mengayomi, melindungi dan memberikan contoh cara bersikap yang baik

untuk menyelesaikan setiap permasalahan,kemudian memilih untuk menyelesaikan

permasalahan dengan unjuk kekuatan dan melakukan kekerasan dalam hal ini tindak

pidana pengeroyokan.

Keberadaan aparat negara ada untuk melindungi rakyat maupun setiap lapisan

masyarakat dari pelanggaran dan/atau kejahatan tapi jika aparat negara yang

melanggar aturan dan/atau melakukan kejahatan terhadap masyarakat itu sendiri

bukankah sudah sepantasnya mendapatkan hukuman yang pantas.

1
Menurut penulis, kasus Putusan Nomor : PUT/35-K/PM.II-10/AL/IV/2009

merupakan jenis kasusyang termasuk dalam peradilan koneksitas atau hukum acara

koneksitas atau koneksitas yang syarat dengan adanya penyertaan, dimana tindak

pidana pengeroyokan ini melibatkan dua lingkungan peradilan. Dengan keputusan

hakim yang menetapkan keputusam pidana penjara 2 bulan 20 hari, dengan adanya

unsur penyertaan dan terdakwa yang kedudukannya adalah sebagai aparat negara TNI

Angkatan Laut adalah termasuk dalam hal-hal yang memberatkan hukumannya. Oleh

karena itu hakim dapat menjatuhkan putusannya lebih dari pada itu, karena pidana

penjara 2 bulan 20 harirelatif ringan.

6
Dalam perkara pidana, putusan hakim menjadi tolak ukur pemahaman hakim

terhadap perkara penuntut umum, sekaligus klimaks dari proses hukum. Oleh karena

itu, penulis berharap dapat mempelajari hal-hal tertentu dalam penelitian ini, yaitu:
24
“Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana
1
Pengeroyokan Yang Dilakukan Oknum TNI (Putusan Nomor : PUT/35-

K/PM.II-10/AL/IV/2009)”.

B. Rumusan Masalah

In light of the information presented above, the question posed in this study is:

What factors does the judge take into account when rendering a criminal verdict in
1
the case of decision Number: PUT/35-K/PM.II-10/AL/ IV/2009)?.

C. Tujuan Penelitian
23
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam
1
menjatuhkan putusan pidana dalam kasus putusan nomor PUT/35-K/PM.II-

10/AL/IV/2009.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis adalah agar mampu menjadi bahan referensi bagi pembaca
30
ataupun masyarakat mengenai dasar pertimbangan hakim dalam

menjatuhkan putusan.
9
2. Manfaat praktis, selain sebagai pemenuhan syarat dalam memperoleh gelar

Sarjana Hukum juga untuk mengembangkan pola pikir penulis juga sebagai

tolak ukur kemampuan penulis dalam menerapkan pegetahuan yang telah

diperoleh.

7
6
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Sanksi Pidan Lebih Ringan Putusan


1
Pidana Dalam Putusan Nomor : PUT/35-K/PM.II-10/AL/I/2009

1. Kasus Posisi
Pada
1
tanggal 18 Desember 2008 atau setidak-tidaknya pada waktu itu di Jalan
Kulbanda No. 6 RT 02/RW 06, Kel. Beji, Kec. Pemalang telah terjadi Tindak Pidana
Pengeroyokan/Pemukulan/Penganiayaan yang dilaksanakan oleh Terdakwa Kopda
Mar Subagyo dan pada faktanya adalah seorang Prajurit TNI-AL terhadap saksi Figi
Hudan Purwanto (Figi) yang disebabkan oleh ketersinggungan saat sedang
berkendara melintasi Polres Pemalang dengan maksud untuk menyalip saksi korban
tetapi tidak dihiraukan oleh saksi korban sehingga menyebabkan terjadinya tindak
Pidana Pengeroyokan. Setelah itu, kejadian berlanjut di luar toko milik dapur saksi
Mohammad Rifai. Luka dan trauma perut yang dialami saksi Figi merupakan akibat

8
perbuatan terdakwa Kopda Mar Subagyo dan kawan-kawan yang dibuktikan
1 1
dengan
Surat Keterangan Pemeriksaan Luka dari RS Santa Maria Pemalang tanggal 13
Januari 2009 yang ditandatangani oleh dr Adi Setiawan. Telah ditetapkan secara sah
dan meyakinkan bahwa Terdakwa dalam perkara Kopda Mar Subagyo melaksanakan
tindak pidana pemukulan seperti yang dimaksud pada Pasal 170 Ayat (2) KUHP
Filipina.

2. Dakwaan Oditur Militer


1
Dalam kasusPutusan Nomor : PUT/35-K/PM.II-10/AL/IV/2009 dakwaan

yang digunakan oleh Oditur Militer yaitu Perbuatan Terdakwa Kopda Mark Subagyo
4
tersebut diatur dan diancam dalam Pasal 170 Ayat (2) ke-1 KUHP.9

“Yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, apabila
individu secara sengaja merusak barang ataupun kekerasan yang dilakukan
menimbulkan luka”

1. Tuntutan Oditur1Militer
Atas Putusan Nomor PUT/35-K/PM.II-10/AL.II/10, Penuntut Militer meminta

kepada Majelis Hakim tuntutan pidana “requisito”, dimana Penuntut Militer


27
menerangkan bahwa terdakwa dengan sah dan membuktikan terbukti salah
1
melakukan tindak pidana yang ditetapkan dan diancam dengan pidana dalam Pasal

170 Ayat (2) 1 KUHP dan maka Jaksa Militer meminta agar terdakwa dihukum :

1. 5 (lima) bulan kurungan. Jumlah total hukuman yang dijatuhkan harus


dikurangi selama terdakwa ditahan dalam tahanan sementara, itu harus
diputuskan.
2. Membayar Rp. 5.000 (juga ditulis sebagai "5.000 rupiah") biaya perkara.
3. Temukan
1
barang bukti dari surat-surat yang dilampirkan ke file kasus.
- 1 (satu) lembar Fotocopy Kartu Tanda Anggota atas nama Kopda Mar
Subagyo NRP. 74810
- 1 (satu) lembar Surat Keterangan Pemeriksaan Luka dari RSU Maria
Pemalang Nomor 10/S/X-1/I/2019 tanggal 13 Januari 2009 An. Figi Hudan
Purwanto.
9
Anonim, Op. Cit, Hal. 523

9
4. Amar Putusan dan Pertimbangan Hakim
a. Amar Putusan 1
Berdasarkan Putusan Nomor : PUT/35-K/PM.II-10/AL/IV/2009 Majelis

Hakim menyatakan amar putusannya yaitu sebagai berikut :


7
1. Mengakui telah melakukan tindak pidana dengan “secara terbuka dan
paksaan secara kolektif dengan menggunakan kekerasan terhadap orang yang
menimbulkan kerugian” dengan pangkat Terdakwa Kopda Mar NRP. 74810
telah dinyatakan bersalah atas kejahatan ini.
2. Menuntut Terdakwa selama dua bulan dua puluh hari penjara. Hukuman
dikurangi menjadi nol jika terdakwa ditemukan dalam tahanan sementara.
3. Identifikasi
1
surat-surat yang dilampirkan pada file kasus sebagai bukti.
- 1 (satu) lembar Fotocopy Kartu Tanda Anggota atas nama Kopda Mar
Subagyo NRP. 74810
- 1 (satu) lembar Surat Keterangan Pemeriksaan Luka dari RSU Maria
Pemalang Nomor 10/S/X-1/I/2019 tanggal 13 Januari 2009 An. Figi Hudan
1
Purwanto.
4. Membebankan biaya kasuskepada terdakwa dalam kasusini sebesar Rp. 5.000-,
“lima ribu rupiah”.

b. Pertimbangan Hakim

Tidak ada masalah dengan sanksi pidana yang diberikan hakim sepanjang

tidak melampaui sanksi pidana minimal dan maksimal yang diancam dalam pasal

yang berkaitan. Permasalahan tersebut dengan dasar atau alasan pertimbangan

hakim ketika mengambil keputusan berupa sanksi pidana agar putusan tersebut

dijatuhkan. Suatu hasil yang dapat diterima oleh masyarakat luas, baik bagi korban

dan terdakwa, maupun bagi mereka yang menjadi saksi. Secara singkat Pasal 182

KUHAP menjelaskan proses pengambilan keputusan sebagai berikut:10


29
1. Penuntut Umum dapat mengajukan tuntutan pidana jika Hakim menyatakan
bahwa penyidikan telah selesai (persyaratan).

10 2
Bambang Waluyo, Pidana Dan Pemidaan, Jakarta : Sinar Grafika, 2013, Hal, 86-88.

10
2. Setelah jaksa penuntut umum memiliki kesempatan untuk memberikan
tanggapan, terdakwa atau penasihat hukum memiliki kesempatan untuk
mengajukan pembelaannya. Terdakwa atau penasihat hukum harus tetap
memiliki kata terakhir.
3. Tuntutan, pembelaan, dan tanggapan semuanya disampaikan dengan tertulis
kepada Ketua Sidang, yang kemudian mendistribusikan salinannya kepada
semua pihak yang terlibat.
4. Hakim di suatu persidangan akan menyatakan pemeriksaan ditutup ketika
acara selesai. 2 Sebagai pilihan lebih lanjut, perkara tersebut dapat dibuka
kembali, baik atas permintaan Penuntut Umum, terdakwa atau kuasa hukum,
dengan menyebutkan alasan pembukaan kembali.
4
5. Terdakwa, saksi, penasihat hukum, penuntut umum, dan hadirin
meninggalkan ruang sidang setelah pemeriksaan selesai, dan hakim
melakukan musyawarah terakhir untuk memperoleh keputusan apabila
diperlukan.
6. Sangat penting bahwa dakwaan dan semua bukti yang disajikan di
persidangan dipertimbangkan ketika membuat keputusan.
7. Semua 37 pendapat dan pertanyaan dari hakim ketua majelis, serta dari anggota
majelis dari yang paling muda hingga yang paling tua, harus disertai dengan
pertimbangan dan alasan dalam musyawarah.
8. Sebagai aturan umum, keputusan bulat dicapai dalam musyawarah majelis,
tetapi jika ini tidak memungkinkan, aturan berikut berlaku:
- Putusan dengan suara terbanyak
- Jika suara terbanya ktidak di peroleh, putusan hakim yang diambil adalah
yang paling menguntungkan terdakwa
9. Sebuah buku set keputusan telah dibuat khusus untuk tujuan ini, dan isi buku
dirahasiakan. 2
10. Untuk memberitahukan kepada Penuntut Umum, terdakwa, dan penasehat
hukum tentang putusan Pengadilan Negeri, harus disampaikan dan
diberitahukan pada hari yang sama ataupun hari yang lain sebelum putusan
itu dibuat resmi.
7
Terdakwa Kopda Mar Subagyo telah divonis oleh Pengadilan Militer II-10
7
Semarang di Indonesia. Artinya, terdakwa dinyatakan bersalah oleh Pengadilan

Militer II-10 Semarang atas kejahatan yang didakwakan kepadanya. Kopdar Mar

Subagyo dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana pemukulan berdasarkan

Pasal 170 KUHP Pertama menurut alat bukti dan keterangan saksi di bawah
32
sumpah, dan barang bukti dan fakta yang terungkap di persidangan.

11
Pengadilan Militer II-10 Semarang memutuskan bahwa Kopdar Mar

Subagyo telah dinyatakan bersalah melakukan pemukulan oleh majelis hakim


7
meliputi satu hakim ketua dan dua hakim menjadi anggota. Dengan demikian,
2
Majelis Hakim Pengadilan Militer II-10 Semarang memvonis terdakwa dengan

pidana penjara 2 bulan 20 hari. Hukuman dikurangi seluruhnya karena Terdakwa

ditahan dalam tahanan sementara; dia juga didenda lima ribu rupiah untuk kasus
15
ini. Adalah tindak pidana yang diancam dengan Pasal 170 Ayat (2) KUHP 1

tentang pemukulan.

Persoalan bagaimana hakim mengambil keputusan akan muncul jika

hukum pidana digunakan untuk memberantas tindak pidana. Ada banyak faktor

yang menentukan apakah hukuman seseorang dipandang adil atau tidak, atau dapat

dijelaskan oleh pertimbangan hakim. Sanksi yudisial tidak menjadi masalah,

selama tidak berada di luar sanksi pidana minimal dan maksimal yang digariskan

dalam pasal yang berkaitan. Persoalannya terletak pada apa yang digunakan hakim

sebagai dasar atau alasan pengambilan keputusannya mengenai sanksi. keadilan

bagi masyarakat luas, serta bagi keluarga korban, aparat penegak hukum, dan

mereka yang terlibat dalam perkara pidana.


4
Kekuasaan Kehakiman BAB IV Kitab Undang-undang Hukum Republik

Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 juga menyatakan: Hakim juga harus

mempertimbangkan sifat baik dan jahat terdakwa dalam memutuskan berat

ringannya kejahatan.

12
Alasan Majelis Hakim untuk memenangkan Terdakwa Kopda Mar
1
Subagyo dalam Putusan Nomor: PUT/35-K.PM.II-10/AL/IV/2009 meliputi :
2
1. Pertimbangan hakim yang memberatkan terdakwa:

a. Perbuatan terdakwa mencoreng citra Institusi TNI khususnya kesatuan

Terdakwa dalam hal ini Pangkalan Korps Marinir Jakarta.


2
b. Perbuatan terdakwa yang menyebabkan orang lain luka.

2. Pertimbangan hakim yang meringankan terdakwa:

a. Terdakwa menyesal atas perbuatan sendiri;


1
b. Terdakwa belum pernah dijatuhi hukuman pidana dan disiplin;

c. Terdakwa jujur menjelaskan sehingga melancarkan proses persidangan.

Dalam pertimbangannya, untuk beberapa hal yang memberatkan dan

meringankan majelis mengacu pada ketetapan Pasal 197 Ayat (1) huruf KUHAP.

5. Analisis Penulis
1 7
Kasus Putusan Nomor : PUT/35-K/PM.II-10/AL/IV/2009 pada Pengadilan

Militer II-10 SEMARANG merupakan suatu peristiwa hukum yang dimaksud

sebagai kasus koneksitas. Dalam KUHAP dijelaskan dalam Pasal 89 KUHAP bahwa
17
kasus koneksitas merupakan tindak pidana yang dilaksanakan bersama oleh beberapa

individu termasuk lingkungan peradilan umum dan militer, diselidiki dan diadili oleh

pengadilan.
7
Perih tersebut sama halnya kasus pengeroyokan yang diadili oleh Pengadilan

Militer II-10 Semarang dengan Terdakwa Kopda Mar Subagyo yang merupakan

13
seorang Prajurit TNI-AL bersama 4 teman-temannya yang statusnya warga sipil yang

melakukan tindak kekerasan dalam hal ini pengeroyokan terhadap Figi. Berdasarkan
5
hal tersebut, kasus ini termasuk dalam lingkup lingkungan peradilan umum dan

lingkungan peradilan militer sinkron dengan Pasal 89 Ayat (1) KUHAP yang

menyatakan bahwa “Tindak pidana yang dilaksanakan bersama oleh beberapa

individu yang termasuk Iingkungan peradilan umum dan militer,.....”11.

Menurut penulis, karena kasus ini merupakan kasus koneksitas maka sesuai

dengan ketentuan hukum acara pidana harus diperiksa menggunakan acara


5
pemeriksaan koneksitas yaitu sistem peradilan yang ditetapkan berdasarkan sebuah

tindak pidana yang mana diantara para tersangka ataupun terdakwa mengalami

penyertaan (deelmening) ataupun dengan bersama (mede dader) dilaksanakan oleh

individu yang memiliki status militer (TNI) dan orang sipil. Sejalan dengan pendapat
12
penulis, Prof Andi Hamzah12 menyatakan peradilan koneksitas merupakan sistem

peradilan terhadap tersangka pembuat delik penyertaan diantara orang sipil dengan

militer, begitu pula HM Rasyid Hariman dan Fahmi Raghib13 dalam bukunya

menyatakan bahwa koneksitas adalah tindak pidana antara tersangka mengalami


33
penyertaan. Maka, oleh karenanya penulis menyimpulkan bahwa kasus koneksitas

pasti menyangkut delik penyertaan yang melibatkan orang dengan sipil dalam suatu

tindak pidana secara bersama seperti yang ditetapkan pada Pasal 55 dan 56 KUHP14.

11
Anonim, Op. Cit, Hal. 710
12
Andi Hamzah, Op.cit Hal. 214
13
HM Rasyid Ariman, Fahmi Raghib, Op.Cit, Hal 117-118
14
Anonim, Opcit, Hal. 492

14
Selanjutnya untuk menentukan peradilan mana yang lebih berwenang juga
16
diatur dalam KUHAP tepatnya Pasal 91 Ayat (1) KUHAP dan Ayat (2) KUHAP15
5
yang pada intinya menerangkan bahwa dimana letak titik berat kerugian yang

diakibatkan dari tindak pidana lebih kepada kepentingan umum atau militer, maka

berdasarkan hal tersebut, maka kasus yang dilakukan oleh saudara Kopda Mar

Subagyo yang diadili dalam lingkup peradilan militer menurut hemat penulis sudah
22
tepat adanya dan juga bersesuaian dengan Pasal 9 Ayat (1) UU No. 31 Tahun 1997

tentang Peradilan Militer.

Menurut penulis, peristiwa hukum yang terjadi dalam kasusini merupakan

peristiwa hukum yang mana kekerasan dilakukan oleh lebih dari satu individu,

sehingga dibutuhkan beberapa pasal yang ditautkan dalam dakwaan Oditur Militer

mengenai keikutsertaan seseorang sehingga terjadi suatu perbuatan yang

mengakibatkan terjadinya peristiwa hukum.


1
Dalam Putusan Nomor : PUT/35-K/PM.II-10/AL/IV/2009 menerangkan
19
dalam dakwaannya Oditur Militer menggunakan Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP yang

menetapkan mengenai dipidana sebagai pelaku tindak pidana mereka yab

melaksanakan, memaksa serta ikut melaksanakan tidak pidana

(penyertaan/deelmening). Berkaitan dengan kasus yang menjelaskan keikutsertaan

seseorang lebih spesifik mengenai keikutsertaan seseorang dalam melakukan

penyerangan yaitu diikuti banyak individu, selain bertanggungjawab setiap individu

15
Ibid, Hal. 710-711

15
terhadap apa yang spesifik dilaksanakan oleh diri sendiriyang megakibatkan luka
6
berat seperti yang ditetapkan dalam Pasal 358 Ayat (1) KUHP.

Dalam pertimbangannya, majelis tidak memasukan perbuatan tedakwa

yang mengakibatkan individu lain terluka sebagai beberapa hal yang memberatkan,

fakta bahwa terdakwa memangku jabatan sebagai TNI aktif, serta fakta bahwa kasus

ini adalah koneksitas yang sarat dengan adanya penyertaan atas tindak pidana yang

dimaksud dalam pertimbangan hal-hal yang memberatkan pada kasus ini.

Menurut penulis, hal tersebut dilakukan majelis hakim karena sebenarnya


15
majelis mengetahui bahwa Pasal 170 Ayat (2) ke-1 KUHP perbuatan terdakwa

yang menyebabkan saksi Figi mengalami luka-luka bukanlah unsur yang dapat

menjadi pemberat dalam pasal ini. Hal ini disebabkan karena perbuatan yang
26
diterangkan pada Pasal 170 Ayat (2) ke-1 KUHP adalah perbuatan yang dapat

mengancam atau mengganggu kepentingan umum atau dapat membahayakan

kehidupan masyarakat.

Namun penulis mendapati dalam perihal keputusan majelis memberikan

terdakwa vonis hukuman penjara 2 bulan 20 hari dikatakan ringan dan tidak
14
sinkron dengan tuntutan jaksa, sebab Hakim memutuskan sebuah hukuman tidak

melampaui tuntutan jaksa dengan 5 bulan penjara. Hakimmemang tidak

berdasarkan terhadap penjatuhan yang telah ditetapkan pada 170 KUHP dengan

isi meliputi :

16
Pasal 170 KUHP mengenai pengeroyokan dijelaskan:16
3
1. Barang siapa secara terang-terangan dengan tenaga bersama melakukan
kekerasan terhadap individu ataupun barang diancam dengan pidana penjara
paling lama 5 tahun 6 bulan.
2. Yang bersalah diancam:
a. Dengan pidana penjara paling lama 7 tahun, apabila ia secara sengaja
merusak barang ataupun apabila kekerasan yang dilakuka menimbulkan
luka.
b. Dengan pidana penjara paling lama 9 tahun, apabila kekerasan
menimbulkan luka berat.
c. Dengan pidana penjara paling lama 12 tahun, apabila kekerasan
menimbulkan kematian.

Dalam menjatuhkan hukuman, hakim memikirkannya dari segisubjektif,


2
didasarkan dari keyakinan (diri pribadi) hakim untuk mengadili sebuah perkara,

keyakinan diukur dengan pemikiran yang terdapat didalam diri terdakwa meliputi

kealpaan, iktikad baik dan sikap batin terdakwa. Terdapat beberapa alasan hakim

dalam meninjau kasus yaitu meliputi :


2
1. Hakim melihat berapa banyak individu yang melaksanakan tindak pidana,

sebab pada pasal 170 KUHP menyatakan pelaku kejahatan lebih dari satu

individu maka hukuman yang diberikan akan semakin ringan.


2
2. Melihat upaya yang dilakukan terdakwa ketika melaksanakan tindak pidana

kekerasan, seperti terdakwa melaksanakannya dengan tangan kosong tanpa

benda.
2
3. Apakah tindak pidana yang dilaksanakan oleh terdakwa dengan niat, hati

nurani dan mengakibatkan kesadaran ataupun tidak.

16
Anonim, Op. Cit, Hal. 523

17
2
4. Melihat dari usia terdakwa yang muda dan dapat memiliki masa depan yang

cerah.

5. Meninjau sebab peristiwa terdakwa ketika mabuk, sehingga bukan karena

sengaja dalam pengeroyokan.

Berdasarkan penulis, terdakwa Kopdar Mar Subagyo telah memenuhi bukti


1
berdasarkan kesalahannya yaitu keterangan dari saksi-saksi, dan 1 lembar

Fotocopy Kartu Tanda Anggota atas nama Kopda Mar Subagyo NRP. 74810 dan 1

lembar Surat Keterangan Pemeriksaan Luka dari RSU Maria Pemalang Nomor
2
10/S/X-1/I/2019 13 Januari 2009 An. Figi Hudan Purwanto. Sehingga dari alat

bukti yang sah, Majelis Hakim yakin bahwa telah terjadi tindak pidana yang

dilaksanan terdakwa dan dijatuhi hukuman pidana penjara selama 2 bulan 20 hari.
2
Berdasarkan pernyataan Mr. MH.Tirtamidjaja dalam bukunya Kedudukan

Hakim dan Jaksa yang dikutib oleh Leden Marpaung, hakim dalam menetapkan

suatu penjatuhan pidana yang dialami oleh masyarakat dan terdakwa adalah

sebuah hukuman adil dan bertanggungjawab sehingga hakim perlu mencermati

beberapa hal meliputi :17


9
1. Jenis tindak pidana yang telah terjadi (baik tindak pidana berat maupun ringan).
2. Ancaman pembalasan atas tindak pidana.
3. Apa yang terjadi pada saat melakukan kejahatan? (memperberat dan
meringankan).
4. Yang paling penting adalah apakah terdakwa benar-benar penjahat atau mantan
narapidana, atau apakah terdakwa hanya satu kali pelanggar atau terpidana
penjahat yang telah melakukan pelanggaran kembali.
5. Motif untuk melakukan kejahatan dijelaskan di sini.

17
LedenMarpaung,Proses PenangananPerkara Pidana,Jakarta: SinarGrafika,1992, hal,414-415

18
6. Menentukan apakah dia menyesali perbuatannya atau masih menyangkal
2
kesalahannya di hadapan bukti sebaliknya.
7. Kepentingan masyarakat umum (hukum pidana diberlakukan untuk menjaga
kepentingan umum, pada keadaan spesifik memerlukan hukuman yang berat bagi
tindak pidana).

Menurut penulis, berdasarka beberapa fakta dan pernyataan sebelumnya


1
dapat ditarik kesimpulan bahwa pads kasus Putusan Nomor : PUT/35-K/PM.II-

10/AL/IV/2009) Majelis Hakim dalam memutus kasus belum tepat, menurut

penulis karena pengeroyokan tersebut termasuk kategori penganiayaan berat an

mengakibatkan trauma abdomen yang mengganggu aktifitas korban di tambah

lagi perbuatan Kopdar Mar Subagyo dilaksanakan dengan terang-terangan dan

bersama-sama. Berikut alasan hukum penulis terhadap peristiwa hukum dalam


1
kasusPutusan Nomor : PUT/35-K/PM.II-10/AL/IV/2009, sebagai berikut :

1. Dalam kasus Kopda Mar Subagyo mengakibatkat luka dan trauma ebdomen

sehingga menghalangi aktivitas korban.

2. Sebelum melihat dengan cara apa terdakwa melakukan tindak pidana,

seharusnya melihat dulu efek yang diterima korban karna belum tentu

kekerasan menggunakan benda dapat menyebabkan luka berat.

3. Mengkonsumsi minuman keras, minuman keras merupakan penyebab

terjadianya tindak pidana kekerasan, karena dapat membuat adrenalin terpacu,

menjadikan seseorang lebih sensitif dalam hal ini mudah tersinggung dan susah

untuk mengontrol diri, sehingga perbuatan pidana tersebut terjadi.

4. Terdakwa melakukan dengan niat, karena terdakwa mengejar korban sebelum

melakukan tindak kekerasan.

19
5. Terdakwa diusia muda apalagi sebagai anggota TNI aktif harus memberi

contoh kepada masyarakat tidak melaksanakan beberapa hal yanh tidak baik

yang memberikan kerugian pada diri sendiri dan masyarakat.

6. Kasus ini adalah kasus koneksitas yang tindak pidananya melibatkan 2

lingkungan peradilan sebagaimana dalam Pasal 89 KUHAP.

7. Terdakwa melakukannya bersama dengan teman-temannya sehingga dalam

perbuatannya mengandung delik penyertaan, oleh karena hukumannya bisa

lebih daripada yang diputuskan.


21
8. Adanya unsur pemberatan karena dilakukan secara bersama-sama sebagaimana

dimaksud dalam pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.

Pada dasarnya tindak pidana merupakan suatu tindakan yang merugikan baik

itu terhadap pelaku terlebih lagi terhadap korban. Sehingga tidak ada pembenaran

terhadap suatu tindak pidana apalagi jika tindak pidana tersebut dilakukan oleh aparat

penegak hukum, TNI atau prajurit yang pada dasarnya memiliki tugas dan kewajiban

untuk menjaga ketertiban umum dan keamanan masyarakat dan negara. Selain itu,
1
sebagai seorang TNI yang seharusnya memberikan contoh dan menjadi panutan oleh

masyarakat dalam bersikap dan bertindak sehingga sangat tidak pantas dan tidak

dapat dibenarkan untuk berbuat sewenang-wenang hingga membuat orang lain

mengalami luka-luka.

Kesalahan Kopdar Mar Subagyo sebagai pelaku kekerasan

ditemukan oleh juri, yang memutuskan bahwa ia telah terbukti secara hukum

bersalah. Akibatnya, Terdakwa divonis dua bulan dua puluh hari penjara.

20
Menetapkan bahwa hukuman Terdakwa dikurangi menjadi nol karena

penahanan sementara, dan terdakwa dalam hal ini dituntut dengan tambahan
4
Rp. 5.000-, "lima ribu rupiah" biaya. Pasal 170 Ayat (2) 1 KUHP yang

mengatur tentang tindak pidana pemukulan menjadi landasan hukum bagi

sanksi pidana.
2
Pasal 183 KUHAP menyatakan bahwa keyakinan hakim atas

kesalahan terdakwa harus didasarkan pada sekurang-kurangnya dua alat


4
bukti yang sah ketika menjatuhkan hukuman. Oleh karena itu, putusan
18
hakim harus didasarkan pada sekurang-kurangnya dua (dua) alat bukti yang

sah dan keyakinan hakim, sesuai dengan Pasal 183 KUHAP.


13
Hukuman terdakwa harus dipertimbangkan dengan matang dan

sesuai dengan hukum yang berlaku oleh hakim. Hakim juga harus

mempertimbangkan kebutuhan masyarakat dan hak-hak terdakwa dalam

menjatuhkan putusan.

Kepentingan umum mengharuskan mereka yang melanggar hukum dihukum

sesuai dengan kejahatannya. Selama dia diperlakukan secara adil, terdakwa


2
berharap tidak ada orang yang tidak bersalah akan dihukum atau bahkan jika dia
2
terbukti bersalah, dia tidak akan dihukum secara berlebihan (dalam hal ini ada asas

equality before the law).18

18
2
Lubut MP Pangaribuan, Hukum Acara Pidana :Surat-Surat
ResmidiPengadilanolehAdvocat,Jakarta:Djambatan,2005, hal.3-4

21
2
Menurut analisis penulis pertimbangan hukum yang diambil majelis hakim

Pengadilan Militer II-10 Semarang dalam kasusPutusan Nomor : PUT/35-K/PM.II-

10/AL/IV/2009 telah mempertimbangkan baik itu secara yuridis dan sosiologis.

Hanya saja, sangat disayangkan karena majelis hakim mengkualifikasikan tindakan


20
kekerasan yang dilakukan oleh Terdakwa sebagai tindak pidana pengeroyokan yang

diatur dalam Pasal 170 Ayat (2) ke-1 KUHP yang pada dasarnya deliknya berfokus

pada akibat dari perbuatan yang dapat megganggu kepetinngan umum atau dapat

membahayakan masyarakat.

Dengan mengkualifikasikan perbuatan Terdakwa sebagai perbuatan yang


10
dimaksud pada Pasal 170 Ayat (2) ke-1 KUHP berarti penuntut umum maupun majelis

hakim hanya perlu mempertimbangkan aspek kepentingan umum sebagai akibat dari
36
perbuatan tersebut. Aspek kepentingan umum yang menjadi salah satu pertimbangan

majelis hakim dalam memutus kasus a aquo dalam analisis penulis dalam fakta-fakta

dalam persidangan tidak ada aspek kepentingan umum yang menjadi terganggu akibat
35
dari perbuatan pidana ini, sehingga tujuan dari Pasal 170 KUHP ini tidak terpenuhi.

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan ada beberapa aspek yang


31
dilewatkan hakim yang menjadi pertimbangan hakim dalam memutus perkara ini,

unsur koneksitas yang syarat dengan penyertaan dalam perbuatannya, juga status dari

terdakwa yang merupakan orang militer (Anggota TNI aktif) seharusnya menjadi

perhatian khusus oleh Majelis Hakim. Perbuatan seorang TNI pasti menjadi pusat

perhatian baik bagi masyarakat sipil ataupun orang militer lainnya serta dapat
2
mencoreng citra institusi TNI perbuatan terdakwa yang menyebabkan orang lain luka.

22
Seharusnya hal-hal tersebut menjadi hal-hal yang memberatkan dalam pertimbangan
2
hakim untuk memeriksa dan mengadili suatu tindak pidana.

Seseorang dapat dipidana 7 (tujuh) tahun penjara berdasarkan Pasal 170 Ayat (2)

Bagian 1 untuk kekerasan kolektif terhadap orang atau harta benda, yang

mengakibatkan luka. Sebagai anggota TNI yang seharusnya menjadi panutan dan

pelindung masyarakatnya, penulis berpendapat bahwa hukuman dua bulan dua puluh
2
hari masih terlalu ringan karena tindakan terdakwa tidak sesuai dengan kemanusiaan.

Apalagi dalam perkara ini melibatkan dua lingkungan peradilan yang sudah jelas

bahwa dalam kasus ini pasti memiliki unsur penyertaan dalam terjadinya tindak

pidana tersebut, bahwa seharusnya majelis hakim dalam pertimbangannya selain

Pasal 170 Ayat (2) Bagian 1 KUHP juga mempertimbangkan bahwa ini adalah delik
5
penyertaan. Selain itu, kasus ini adalah tindak pidana koneksitas yang mana tindak

pidana ini dilakukan oleh orang militer (anggota TNI) bersama-sama dengan orang-

orang sipil sehingga majelis hakim dapat menjatuhkan putusan lebih daripada 2 bulan

20 hari. Karena majelis hakim cenderung menggunakan Pasal 170 Ayat (2) Bagian 1

tetapi ketikan menjatuhkan putusan pidana 2 bulan 20 hari, seharusnya putusan hakim

tidak sekedar itu karena yang melakukan adalah orang militer (anggota TNI aktif).

23
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1
Dalam perkara nomor PUT/35-K/PM.II-10/AL/IV/2009, hakim

mempertimbangkan beberapa faktor sebelum memutuskan menjatuhkan

hukuman yang lebih ringan dari tuntutan Jaksa Militer dan ancaman hukuman

dalam Pasal 170 Ayat (2) 1. Faktor-faktor tersebut antara lain cara terdakwa
2
melakukan tindak pidana kekerasan—ia melakukannya dengan tangan kosong

dan tidak menggunakan benda apa pun—usianya yang dinilai hakim terlalu

rendah dan dapat berkontribusi Bukti-bukti yang dihadirkan dalam

persidangan beserta pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan pada

keyakinan atau hati nurani hakim, menjadi dasar pertimbangan hakim dalam
13
perkara tindak pidana pemukulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 170

Ayat (2) 1 KUHP yang dilakukan oleh Kopda. Mar Subagyo. Dalam

pertimbangannya dalam menjatuhkan putusan pidana, majelis hakim


2
cenderung mengedepankan hal-hal yang meringankan terdakwa sehingga
2
majelis hakim tidak memasukkan perbuatan terdakwa yang menyebabkan

orang lain luka sebagai hal-hal yang memberatkan serta fakta bahwa terdakwa

memangku jabatan sebagai anggota TNI aktif dan perbuatan terdakwa yang

mencoreng citra institusi TNI.

B. Saran

24
10
1. Sebaiknya majelis hakim yang menangani, mengadili dan memutus

perkara khususnya perkara tindak pidana harus lebih memperhatikan


16
unsur-unsur delik yang berkaitan dengan tindak pidana yang dilakukan

oleh orang maupun aparat penegak hukum agar dapat terpenuhinya

keadilan bagi masyarakat khususnya korban sebagai pencari keadilan

dilingkungan peradilan.

2. Seharusnya majelis hakim Peradilan Militer dapat menjatuhkan putusan

hukuman yang lebih berat terhadap terdakwa karena terdakwa adalah

aparat penegak hukum yang mana seharusnya menjadi contoh dalam

berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat dan biasanya kasus-kasus

yang melibatkan aparat penegak hukum mendapat perhatian lebih baik

bagi masyarakat sipil ataupun orang militer lainnya serta perbuatan

terdakwa telah mencoreng citra Institusi TNI.

25
Similarity Report ID: oid:22918:20493104

25% Overall Similarity


Top sources found in the following databases:
25% Internet database 5% Publications database
Crossref database Crossref Posted Content database
0% Submitted Works database

TOP SOURCES
The sources with the highest number of matches within the submission. Overlapping sources will not be
displayed.

dilmil-semarang.go.id
1 7%
Internet

eprints.walisongo.ac.id
2 6%
Internet

eprints.radenfatah.ac.id
3 1%
Internet

repository.ub.ac.id
4 1%
Internet

digilib.uinsby.ac.id
5 <1%
Internet

repositori.uin-alauddin.ac.id
6 <1%
Internet

lib.unnes.ac.id
7 <1%
Internet

repository.ubharajaya.ac.id
8 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:22918:20493104

repository.unhas.ac.id
9 <1%
Internet

wisuda.unissula.ac.id
10 <1%
Internet

sumsel.suara.com
11 <1%
Internet

repository.unbari.ac.id
12 <1%
Internet

digilib.uns.ac.id
13 <1%
Internet

123dok.com
14 <1%
Internet

hukum-hukum.com
15 <1%
Internet

mekkel.wordpress.com
16 <1%
Internet

pustakabagopscianjur.blogspot.com
17 <1%
Internet

eprints.uns.ac.id
18 <1%
Internet

Stevani Gonadi. "PEMBERIAN SUAP OLEH ADVOKAT DITINJAU DARI U...


19 <1%
Crossref

jdih.ubl.ac.id
20 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:22918:20493104

berita-one.com
21 <1%
Internet

digilib.esaunggul.ac.id
22 <1%
Internet

download.garuda.ristekdikti.go.id
23 <1%
Internet

eprints.ums.ac.id
24 <1%
Internet

muki.or.id
25 <1%
Internet

parismanalush.blogspot.com
26 <1%
Internet

David Bani Adam. "Pertimbangan Hukum Putusan Bebas Pada Perkara...


27 <1%
Crossref

dspace.uii.ac.id
28 <1%
Internet

jubi.co.id
29 <1%
Internet

repository.unika.ac.id
30 <1%
Internet

bizlawnews.id
31 <1%
Internet

de.scribd.com
32 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:22918:20493104

ejurnal.ung.ac.id
33 <1%
Internet

jurnal.unej.ac.id
34 <1%
Internet

podiumindonesia.com
35 <1%
Internet

repository.unpas.ac.id
36 <1%
Internet

septisiregar.wordpress.com
37 <1%
Internet

Sources overview

Anda mungkin juga menyukai