Anda di halaman 1dari 11

e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha

Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 Tahun No. 1 Tahun 2020)

PENJATUHAN SANKSI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA


PEMBUNUHAN
(STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SINGARAJA DALAM
PERKARA NO.124/PID.B/2019/PN.SGR)

I Gusti Ayu Devi Laksmi C.D.M., Ni Putu Rai Yuliartini, Dewa Gede Sudika Mangku

Program Studi Ilmu Hukum


Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
E-mail : { devilaksmi96@gmail.com, raiyuliartini@gmail.com,
dewamangku.undiksha@gmail.com }

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui dan menganalisis penerapan unsur-unsur tindak pidana
pembunuhan berdasarkan Pasal 338 KUHP dalam perkara No.124/Pid.B/2019/PN.Sgr, serta (2)
mengetahui dan menganalisis pertimbangan Majelis Hakim dalam menjatuhkan hukuman terhadap
pelaku tindak pidana pembunuhan dalam perkara No.124/Pid.B/2019/PN.Sgr. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian hukum empiris, dengan sifat penelitian deskriptif. Lokasi penelitian ini
dilaksanakan di Pengadilan Negeri Singaraja Kelas I B. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah dengan cara studi dokumen, observasi, dan wawancara. Teknik penentuan sampel yang
digunakan adalah teknik Non Probability Sampling dan penentuan subyeknya menggunakan teknik
purposive sampling. Teknik pengolahan dan analisis data secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa (1) penerapan unsur-unsur tindak pidana pembunuhan berdasarkan Pasal 338 KUHP dalam
perkara No.124/Pid.B/2019/PN.Sgr telah memenuhi semua unsur yang terdapat dalam Pasal 338 KUHP
yang mana ketiga unsur dalam Pasal 338 KUHP tersebut telah dengan jelas diuraikan dan dijelaskan
oleh Majelis Hakim, (2) pertimbangan Majelis Hakim dalam menjatuhkan hukuman terhadap pelaku
tindak pidana pembunuhan dalam perkara ini yaitu dengan mempertimbangkan keadaan yang
memberatkan, keadaan yang meringankan, surat dakwaan, dan fakta-fakta hukum yang muncul di
persidangan sehingga Majelis Hakim dapat menghasilkan kesepakatan yang bulat untuk menjatuhkan 14
(empat belas) tahun penjara kepada terdakwa.
Kata Kunci : Tindak Pidana, Pembunuhan, Pertimbangan Majelis Hakim, Penjatuhan Sanksi

ABSTRACT
This study aimed at (1) knowing and analyzing the implementation of crime of murder elements based on
Article 338 of Procedure Criminal of Law in the case No.124/Pid.B/2019/PN.Sgr, and (2) knowing and
analyzing consideration of the Penal of Judges in sentencing the murderer of the case
No.124/Pid.B/2019/PN.Sgr. This is an empirical law study, with descriptive qualitative approach. The
location of this study was in Singaraja District Court Class I B. The data collection was done by using
documentation, observation and interview. The samples were collected by using Non-Probability
Sampling technique and the subjects were determined by using purposive sampling technique. The data
processing and data analysis were done qualitatively. The findings showed that (1) the implementation of

48
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 Tahun No. 1 Tahun 2020)

crime of murder elements based on Article 338 of Procedure Criminal of Law in the case
No.124/Pid.B/2019/PN.Sgr has fulfilled the elements of Article 338 of Procedure Criminal of Law in which
the three elements in Article 338 of Procedure Criminal of Law has been clearly described and explained
by the Penal of Judges, (2) the consideration of Penal of Judges in sentencing the murderer in this case,
i.e. by considering the aggravating circumstances, mitigating circumstances, indictment, and legal facts
appeared at the trial so the Penal of Judges could produce unanimous agreement to sentence the
defendant for 14 (fourteen) years of jail.
Keywords : Criminal, Murder, Penal of Judges consideration, Sentence.

Pendahuluan menghendaki perwujudan atas hal


Hukum merupakan pilar utama dalam ketentraman serta ketertiban dalam
menggerakkan sendi-sendi kehidupan masyarakat, karena eksistensi hukum
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. pidana dalam masyarakat tidak terlepas dari
Salah satu ciri utama dari suatu negara upaya negara dalam mewujudkan
hukum yaitu terletak pada ketertiban. Hal ini dijamin oleh sebuah
kecenderungannya untuk menilai tindakan- paradigma, dimana bahwa hukum pidana
tindakan yang dilakukan oleh masyarakat hadir dengan tujuan untuk melindungi dan
atas dasar peraturan-peraturan hukumnya. memelihara ketertiban hukum guna
Negara Indonesia adalah Negara hukum, mempertahankan keamanan dan ketertiban
hal ini telah dijelaskan dalam Pasal 1 ayat masyarakat (Marpaung, 2009:4). Akan
(3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun tetapi, dalam kehidupan yang riil dapat
1945. dipastikan bahwa akan selalu saja
Sebagai sebuah Negara Hukum, ditemukan adanya peristiwa-peristiwa yang
maka Indonesia harus menjadikan hukum menjadi serta dalam memberi pengaruh dan
sebagai sarana dalam mewujudkan tujuan- penyebab terganggunya keamanan dan
tujuan negaranya karena ketertiban negara ketertiban di dalam masyarakat.
akan terjadi ketika ketertiban hukum yang Kejahatan kekerasan tidak pernah
mampu mendorong dan merealisasikannya. lenyap dari keberadaan manusia sepanjang
Oleh karena negara hadir untuk masa karena kejahatan tidak mungkin
mewujudkan sebuah kesejahteraan dan ditiadakan sama sekali selama manusia
kedamaian sosial, maka sudah sepatutnya hidup bermasyarakat. Namun hal tersebut
pula hukum hadir untuk mewujudkan dapat dikurangi dengan mencegah
sebuah kesejahteraan dan kedamaian perluasan dari tindak kejahatan, tetapi tidak
sosial. Kesejahteraan dan kedamaian itu menghilangkannya. Maka tidak suatu hal
sendiri haruslah dimaknai dengan yang mustahil bagi manusia untuk
gambaran bahwa tidak adanya gangguan melakukan kesalahan-kesalahan yang
terhadap ketertiban serta tidak ada batasan dilakukan baik itu secara sengaja maupun
terhadap kebebasan yang mana hanya ada tidak sengaja yang dapat merugikan orang
ketentraman dan ketenangan pribadi tanpa lain dan/atau melanggar hukum, kesalahan
adanya gangguan dari pihak lain. itu dapat berupa suatu tindak pidana (delik).
Setiap warga negara wajib merugikan orang lain dan/atau melanggar
“menjunjung hukum”. Dalam kenyataannya hukum, kesalahan itu dapat berupa suatu
sehari-hari bahwa warga negara yang lalai tindak pidana (delik).
atau sengaja tidak melaksanakan Peraturan yang melarang seseorang
kewajibannya sehingga dapat merugikan untuk melakukan tindak pidana dalam
masyarakat, dikatakan bahwa warga negara kejahatan terhadap nyawa orang lain yang
tersebut melanggar hukum karena termuat di dalam Undang-Undang Dasar
kewajiban tersebut telah ditentukan 1945 dalam Pasal 28 A yang menyatakan
berdasarkan hukum (Marpaung, 2009:22). bahwa “setiap orang berhak untuk hidup
Hukum pidana merupakan salah satu serta berhak mempertahankan hidup dan
sub bagian dari hukum yang juga kehidupannya”. Bila dilihat dalam Kitab

49
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 Tahun No. 1 Tahun 2020)

Undang-Undang Hukum Pidana yang perbuatannya (Marpaung, 2009:8). Delik


selanjutnya disingkat KUHP segera dapat pembunuhan jelas merupakan salah satu
diketahui bahwa pembentuk undang- delik yang bertentangan dengan keadaan
undang telah bermaksud mengatur alamiah manusia, karena sebagaimana
ketentuan-ketentuan pidana tentang telah dijelaskan diatas bahwa manusia tidak
kejahatan-kejahatan yang ditujukan boleh mengganggu hidup sesamanya.
terhadap nyawa orang dalam Buku ke II Jika matinya seseorang karena
Bab ke-XIX KUHP yang terdiri dari tiga penganiayaan, dirumuskan dalam Pasal
belas pasal, yakni dari Pasal 338 sampai 351 KUHP orang dapat mengetahui bahwa
dengan Pasal 350 (Lamintang, 2012:11). Undang-undang hanya berbicara mengenai
Walaupun telah diatur di dalam penganiayaan tanpa menyebutkan unsur-
Undang-undang maupun di dalam KUHP, unsur dari tindak pidana penganiayaan itu
namun kasus pembunuhan masih menjadi sendiri, kecuali hanya menjelaskan bahwa
kejahatan yang paling sering dan marak kesengajaan merugikan kesehatan (orang
terjadi di masyarakat. Berbagai faktor lain) itu adalah sama dengan
menjadi pemicunya yaitu seperti ada yang penganiayaan. Dimana yang dimaksud
disertai oleh tindak pidana kekerasan atau dengan penganiayaan itu adalah
penganiayaan dalam lingkungan keluarga kesengajaan menimbulkan rasa sakit atau
ataupun rumah tangga, dalam lingkungan menimbulkan luka pada tubuh orang lain
pertemanan, pemerkosaan, perampokan, (Lamintang, 2012:132).
penipuan, atau pertengkaran dalam Untuk menyebutkan seseorang itu telah
menjalani hubungann kekasih yang melakukan penganiayaan terhadap orang
berujung pembunuhan, serta kejahatan lain, maka orang tersebut harus mempunyai
lainnya. Dalam hal ini muaranya hanya opzet atau suatu kesengajaan untuk:
satu, dimana pembunuhan sangat gampang a. Menimbulkan rasa sakit pada orang
dilakukan dan banyak orang merasa bahwa lain,
pembunuhan adalah jalan yang paling b. Menimbulkan luka pada tubuh orang
aman dalam menuntaskan rasa sakit lain atau
hatinya. c. Merugikan kesehatan orang lain.
Pembunuhan yang dilakukan oleh Dengan kata lain, orang tersebut
kekasih atau kekerasan yang dilakukan harus mempunya opzet yang
dalam berpacaran yang menyebabkan ditujukan pada perbuatan untuk
kematian biasanya bersifat konfliktual atau menimbulkan rasa sakit pada orang
akumulatif, yang mana artinya disini bahwa lain atau untuk menimbulkan luka
pembunuhan tersebut terjadi karena pada tubuh orang lain ataupun untuk
bermula dari konflik yang kecil menjadi merugikan kesehatan orang lain
besar yang terus menerus terjadi secara (Lamintang, 2012:132).
berkepanjangan ataupun adanya orang Akan tetapi, jika kematian korban
ketiga yang menjadi kesalahpahaman memang menjadi tujuan awal dari si pelaku,
dalam hubungan berpacaran sehingga maka pelakunya dapat dijerat dengan Pasal
menimbulkan rasa cemburu, marah, 338 KUHP walaupun kematian tersebut
emosional atau timbulnya rasa sakit hati. diawali dengan adanya pembacokan atau
Delik yang digunakan dalam kasus penganiayaan. Hal ini sebagaimana yang
pembunuhan adalah delik materiil dimana telah dijelaskan oleh R. Soesilo dalam
suatu perbuatan itu dilakukan dengan bukunya yang menyatakan bahwa luka
sengaja menghilangkan nyawa orang lain. berat atau mati disini (Pasal 351 KUHP)
Perumusannya menitikberatkan kepada harus hanya merupakan akibat yang tidak
akibat yang dilarang dan diancam dengan dimaksud oleh si pembuat. Apabila luka
pidana oleh undang-undang, dengan kata berat itu dimaksud, akan dikenakan Pasal
lain hanya disebut rumusan dari akibat 354 KUHP (penganiayaan berat) dan

50
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 Tahun No. 1 Tahun 2020)

apabila penganiayaan tersebut pidana. Jenis kejahatan tersebut dapat juga


menyebabkan matinya orang maka akan disebabkan adanya dampak negatif yang
dikenakan Pasal 351 ayat (3). Sedangkan timbul dari adanya pembangunan yang
jika kematian itu dimaksudkan oleh si berdampak pada lahirnya kesenjangan
pelaku, maka perbuatan tersebut masuk ke soaial dalam masyarakat. Hal tersebutlah
pembunuhan (Pasal 338). Hal ini juga yang menjadi salah satu pemicu rasa iri
semakin diperkuat dengan penjelasan R. maupun dengki yang mengakibatkan
Soesilo terkait dengan Pasal 338 KUHP, adanya masalah sosial seperti agresivitas di
yang menyatakan bahwa kejahatan ini masyarakat, serta masalah yang menjadi
dinamakan makar mati atau pembunuhan. tugas pemerintah untuk mengatasi masalah
Dimana disini diperlukan perbuatan yang kesenjangan sosil yang juga memicu tindak
mengakibatkan kematian orang lain, kejahatan seperti pencurian, perampokan,
sedangkan kematian itu disengaja yang penganiayaan, hingga pembunuhan.
mana artinya dimaksud yang termasuk Melihat pada kasus pembunuhan yang
dalam niatnya (Soesilo, 1995:240). terjadi di wilayah hukum Buleleng tepatnya
Jadi, dari penjelasan di atas haruslah di Kota Singaraja, dimana kota Singaraja ini
dilihat terlebih dahulu tujuan dari perbuatan terkenal dengan julukan kota pendidikan.
si pelaku, apakah memang si pelaku dalam Tetapi dalam kota pendidikan ini masih ada
menganiaya sampai menyebabkan matinya saja kasus-kasus yang dilarang akibatnya
si korban memang berniat untuk membunuh oleh Undang-undang, salah satu kasusnya
si korban atau hanya menganiaya korban yaitu kasus penganiayaan yang
yang mana kematian korban bukan menjadi menyebabkan hilangnya nyawa orang lain
tujuan si pelaku melainkan hanya berniat yang dilakukan oleh kekasih korban yang
untuk membuat si korban merasakan sakit, mana kasus ini telah tercatat dalam Perkara
menyebabkan perasaan tidak enak, atau Nomor 124/Pid.B/2019/PN.Sgr di
luka saja. Pengadilan Negeri Singaraja.
Tindak pidana pembunuhan pada Dikutip dalam Putusan Perkara Nomor
dasarnya telah mengalami improvisasi 124/Pid.B/2019/PN.Sgr, tindak pidana
seperti mutilasi, pembunuhan disertai pembunuhan ini dilakukan karena lantara si
dengan perampokan atau disertai dengan terdakwa atas nama I Kadek Indrajaya alias
kasus pemerkosaan, dan pembunuhan Kodok emosional dan cemburuan terhadap
yang dilakukan karena emosional. Apalagi kekasihnya (si korban). Kasus kematian
terhadap pembunuhan yang dilakukan mahasiswi perguruan tinggi Undiksha atas
karena rasa emosional yang tinggi maka nama Ni Made Ayu Serli Mahardika yang
akan dikaitkan dengan pembunuhan biasa, tinggal di kos-kosan Jalan Wijaya Kusuma
sebagaimana dalam Pasal 338 KUHP. Gang IV No. 1 Singaraja Kabupaten
Dimana problem yang memicu tindak Buleleng menjadi bukti berjalannya
pembunuhan yang dilakukan karena rasa pembunuhan yang dilakukan oleh
emosional yang tinggi, hal ini dapat kekasihnya karena motif cemburu dan
diakibatkan oleh tingkat pendidikan, moral, emosional.
emosional, kecemburuan yang tinggi, serta Terdakwa dalam kesaksiannya yang
akhlak dan agama yang tidak berfungsi lagi tercantum didalam Putusan perkara
terhadap sesama manusia. No.124/Pid.b/2019/PN.Sgr, menyatakan
Meskipun segala tingkah laku dan bahwa terdakwa tidak ada niat untuk
perbuatan yang telah diatur dalam setiap membunuh korban namun terdakwa hanya
undang-undang, kejahatan masih saja berniat untuk menganiaya korban saja
marak terjadi di negara ini. Salah satunya tanpa membunuhnya. Tetapi majelis hakim
yaitu kejahatan terhadap penganiayaan berpendapat bahwa dari dalam diri
yang menyebabkan hilangnya nyawa orang terdakwa terdapat kesengajaan dengan
lain yang tidak lain adalah kejahatan tindak kesadaran dan tidak dalam pengaruh hal-

51
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 Tahun No. 1 Tahun 2020)

hal eksternal yang membuatnya berada di


luar kesadarannya yang mengakibatkan Penerapan Unsur-Unsur Tindak Pidana
korban meninggal. Pembunuhan Berdasarkan Pasal 338
Berdasarkan latar belakang yang telah KUHP Dalam Perkara
diuraikan diatas penulis tertarik mengkaji No.124/Pid.B/2019/PN.Sgr
lebih lanjut untuk menulis dalam bentuk Penerapan unsur-unsur Pasal 338
skripsi dengan judul “Penjatuhan Sanksi KUHP dalam perkara
Terhadap Pelaku Tindak Pidana No.124/Pid.B/2019/PN.Sgr ini, majelis
Pembunuhan (Studi Kasus Di Pengadilan hakim mempertimbangkannya terlebih
Negeri Singaraja Dalam Perkara NO. dahulu yang mana bahwa dari surat
124/Pid.B/2019/PN.Sgr). dakwaan Penuntut Umum sebagaimana
dakwaan primer adalah melanggar
Rumusan Masalah ketentuan Pasal 338 Kitab Undang-Undang
1. Bagaimana penerapan unsur-unsur Hukum Pidana (KUHP) dengan unsur-
tindak pidana pembunuhan unsur:
berdasarkan Pasal 338 KUHP dalam 1. Barangsiapa;
perkara No.124/Pid.B/2019/PN.Sgr 2. Dengan sengaja;
? 3. Merampas nyawa orang lain.
2. Bagaimana pertimbangan Majelis Untuk memastikan tentang siapa yang
Hakim dalam menjatuhkan hukuman sebenarnya yang dapat dipandang sebagai
terhadap pelaku tindak pidana pelaku atau sebagai dader dari suatu tindak
pembunuhan dalam perkara pidana pembunuhan itu tidaklah semudah
No.124/Pid.B/2019/PN.Sgr? yang diperkirakan orang. Sebelum
seseorang dapat memastikan tentang siapa
Metode Penelitian yang sebenarnya dapat dipandang sebagai
Jenis penelitian yang digunakan pelaku dari suatu tindak pidana
dalam penelitian ini adalah jenis penelitian pembunuhan, lebih dulu orang harus
hukum empiris. Penelitian hukum empiris memastikan tentang tindakan atau perilaku
adalah penelitian yang mengacu kepada mana yang sebenarnya dapat dipandang
kenyataan hukum yang mencangkup sebagai penyebab dari timbulnya akibat
kenyataan-kenyataan sosial atau yang terlarang atau yang tidak dikehendaki
budayanya, penelitian terhadap penjatuhan oleh Undang-undang, yakni yang berupa
sanksi terhadap pelaku tindak pidana hilangnya nyawa orang lain (Lamintang,
pembunuhan di Pengadilan Negeri 2018:28-29).
Singaraja. Penelitian ini bersifat deskriptif Dalam hukum pidana terdapat
dan menggunakan data dan sumber yaitu berbagai unsur untuk mengetahui adanya
data primer dan data sekunder yaitu bahan tindak pidana, hal ini pada umumnya
hukum primer dan data sekunder yaitu dirumuskan dalam peraturan perundang-
bahan hukum primer, bahan hukum undangan pidana atau sering disebut
sekunder dan bahan hukum tersier. Dalam dengan KUHP tentang perbuatan-perbuatan
rangka pengumpulan data primer maupun yang dilarang yang disertai dengan sanksi.
data sekunder, penulis menggunakan tiga Dalam rumusan tersebut ditentukannya
jenis pengumpulan data yaitu teknik studi beberapa unsur ataupun syarat yang
dokumen, teknik wawancara dan teknik menjadi ciri atau sifat khas dari suatu
observasi atau pengamatan. Teknik larangan sehingga dengan jelas dapat
penentuan sampel penelitiannya dibedakan dari perbuatan lain yang tidak
menggunakan teknik non probality sampling dilarang.
dan bentuknya purvosive sampling. Rumusan ketentuan pidana mengenai
tindak pidana pembunuhan yang diatur
Hasil dan Pembahasan dalam Pasal 338 KUHP, orang dapat

52
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 Tahun No. 1 Tahun 2020)

mengetahui bahwa tindak pidana tersangka tidak dalam keadaan mabuk atau
pembunuhan yang oleh pembentuk hal eksternal lain yang memberikan efek
Undang-undang telah disebut dengan kata lain kepada si tersangka.
doodslag itu mempunyai unsur-unsur Setiap tindakan pidana yang terdapat
sebagai berikut (Lamintang, 2018:28) : di dalam KUHP itu pada umumnya dapat
a. Unsur Subjektif : opzetelijk atau dijabarkan ke dalam unsur-unsur yang
dengan sengaja dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
b. Unsur objektif: unsur subyektif dan unsur obyektif. Yang
1. Broven atau menghilangkan dimaksud dengan unsur subyektif adalah
2. Het leven atau nyawa unsur yang berasal dari dalam diri pelaku.
3. Een ander atau orang lain. Dimana asas hukum pidana menyatakan
Dimana dalam kasus ini pada hal bahwa “tidak ada hukum kalau tidak ada
unsur subyektifnya yaitu dapat tilihat bahwa kesalahan” (an act does not make a person
kesengajaanya terwujud dari kesadaran guilty unless the mind is guality or actus non
terdakwa untuk melakukan perbuatan facit reum nisi mens sit rea), kesalahan
dengan tujuan menimbulkan akibat yang dimaksud disini adalah kesalahan
kematian terhadap korban yang mana yang diakibatkan oleh kesengajaan
tersangka lakukan dengan cara membekap (intention/opzet/dolus) dan kealpaan
dan menutup seluruh wajah korban dengan (negligence or schuld). Sedangkan unsur
bantal yang berwarna ungu motif bunga objektif merupakan unsur dari luar diri
yang ada di atas kasur yang melakukan pelaku yang terdiri atas perbuatan manusia
dengan membekap mulut dan hidung berupa perbuatan aktif dan perbuatan
korban dan korban juga menekan dada posesif, omission (perbuatan yang
korban dengan lutut kiri dan menjepit membiarkan atau mendiamkan), akibat
dengan lutut kanan yang maksudnya agar (result), keadaan-keadaan (circumstances)
tubuh si korban tidak bergerak. yang berupa keadaan pada saat perbuatan
Kesengajaan disini juga didukung dengan dilakukan, keadaan setelah perbuatan
mencekik lebih keras sehingga si korban dilakukan, sifat dapat dihukum dan sifat
tidak memiliki daya. Dan yang terakhir melawan hukum (Marpaung. 2009:9-10).
dimana si terdakwa memberikan pukulan Mengenai delik pembunuhan diatur
dua kali pada leher korban yang merupakan dalam Pasal 338 KUHP yang menyatakan
bagian lemah dan sangat vital yang bahwa “ Barang siapa dengan sengaja
mengakibatkan si korban meninggal dunia. menghilangkan jiwa orang lain, dihukum,
Jika si pelaku tidak sengaja karena makar mati, dengan hukuman
melakukan perbuatan yang mengakibatkan penjara selama-lamanya lima belas tahun”
hilangnya nyawa si korban, seharusnya (Soesilo, 1995:240). Dengan melihat
terdakwa memberikan pertolongan kepada rumusan rumusan pasal tersebut kita dapat
si korban saat wajahnya mulai membiru dan melihat unsur-unsur tindak pidana
tubuhnya mulai lemas, bukan jurstu pembunuhan yang terdapat di dalamnya
memukulnya hingga si korban kehilangan yaitu: 1) unsur barang siapa; 2) unsur
nyawanya. dengan sengaja; 3) unsur merampas; 4)
Selanjutnya dalam unsur objektif dari unsur nyawa orang lain. Keempat unsur
penjabaran tindak pidana dalam kasus tersebut secara garis besar dapat dibagi
pembunuhan ini yaitu dimana si terdakwa menjadi unsur-unsur subjektif dan unsur-
melakukan perbuatannya dengan spontan unsur objektif. Unsur barang siapa dan
karena pada saat itu si terdakwa dalam unsur dengan sengaja adalah unsur
keadaan emosi dan tanpa berfikir untung subjektif, sedangkan unsur merampas dan
dan ruginya. Dalam keadaan emosi si unsur nyawa orang lain adalah unsur
tersangka tetap dianggap sadar karena objektif (Hiariej, 2016:131).
pada saat melakukan perbuatannya si

53
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 Tahun No. 1 Tahun 2020)

Penerapan unsur-unsur tindak pidana dan terperinci serta semua unsur delik telah
pembunuhan berdasarkan Pasal 338 dalam dapat dibuktikan seluruhnya oleh Majelis
perkara No.124/Pid.B/2019/PN.Sgr ini Hakim.
bahwa semua unsur yang ada di dalam
Pasal 338 KUHP telah terpenuhi dan telah Pertimbangan Majelis Hakim Dalam
dapat dibuktikan oleh Jaksa Penuntut Menjatuhkan Hukuman Terhadap Pelaku
Umum dan Majelis Hakim. Dimana unsur- Tindak Pidana Pembunuhan Dalam
unsur tersebut dapat dijabarkan sebagai Perkara No.124/Pid.B/2019/PN.Sgr
berikut: Penafsiran gramatikal dan pendapat
1. Barangsiapa, yang dimaksud para ahli mengemukakan bahwa “keadaan
dengan barang siapa dipersamakan yang memberatkan dan yang meringankan”
dengan setiap orang yang merupakan suatu sifat, perihal, susunan
merupakan subyek hukum yang atau situas yang berlaku yang berkaitan
melakukan tindak pidana dan dengan tindak pidana, diluar dari tindak
kepadanya dapat dimintakan pidananya itu sendiri, yang
pertanggungjawaban atas segala menggambarkan tingkat keseriusan tindak
perbuatannya secara hukum, dan pidananya atau tingkat bahaya si pelaku,
yang dimaksud dengan subyek yang mempengaruhi ukuran berat-
hukum oleh KUHP adalah terbatas ringannya pidana yang akan dijatuhi.
pada orang. Adapun karakteristik dari
2. Dengan sengaja, dimana pembuat keadaan yang memberatkan dan
Undang-undang tidak memberikan meringankan pidana ini adalah sebagai
penjelasan tentang apa yang berikut:
dimaksud dengan “sengaja”, akan 1. Bentuknya berupa sifat, perihal,
tetapi menurut Memorie van suasana atau situasi yang berlaku
Teolichting (MvT) yang dimaksud yang berkaitan dengan tindak
“dengan sengaja” atau “opzet” itu pidana, yang mana dapat diartikan
adalah “willen en weten” dimana bahwa segala sesuatu yang
seseorang yang melakukan suatu mempengaruhi tindak pidana atau
perbuatan dengan sengaja harus terpengaruh akibat tindak pidana
menghendaki (willen) perbuatan itu yang dapat berupa:
serta harus menginsafi atau 1) Suatu penyebab, pemicu,
mengerti (weten) akan akibat dari atau pendorong yang
perbuatan itu (Marpaung, 2009:13). berkaitan dengan tindak
3. Merampas nyawa orang lain, pidana;
dimana merampas nyawa orang lain 2) Dapat berupa segala sesuatu
dipersamakan dengan hal yang berlaku pada saat
mengakibatkan hilangnya nyawa/ dilakukannya tindak pidana;
jiwa seseorang akibat dari dan/atau
perbuatannya. 3) Segala dampak atau akibat
Berkaitan dengan penerapan unsur- dari dilakukannya tindak
unsur tindak pidana pembunuhan pidana tersebut.
berdasarkan Pasal 338 KUHP dalam 2. Rumusannya ditemukan diluar dari
perkara No.124/Pid.B/2019/PN.Sgr sudah tindakan pidananya itu sendiri. Jika
sesuai dan berpedoman dengan unsur- suatu rumusan perbuatan pidana
unsur yang tercantum dalam Pasal 338 dapat dilihat dari unsur-unsur tindak
KUHP tersebut. Pertimbangan yang pidana, maka rumusan keadaan
dilakukan oleh Majelis Hakim dalam memberatkan dan keadaan yang
menjabarkan unsur-unsur yang ada di meringankan ini berada di luar
dalam Pasal 338 KUHP sudah sangat jelas rumusan unsur-unsur tindak pidana,

54
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 Tahun No. 1 Tahun 2020)

namun jika berkaitan dengan tindak tambahan yang


pidananya itu sendiri maka memberatkan pidana
dihubungkan dengan sebagaimana merupakan salah satu unsur
yang telah disyaratkan dalam ciri ke- atau elemen perbuatan
1 diatas. Pengertian keadaan yang pidana (Moeljatno, 2009:69).
memberatkan dan meringankan b) Pemberat pidana yang
disini harus dibedakan dengan dirumuskan di dalam
“keadaan penyerta yang dirumuskan undang-undang.
pada delik”, yaitu keadaan yang 2. Judicial Aggravating Circumstances,
menyertai suatu perbuatan pada yaitu keadaan-keadaan
waktu dilakukan dan keadaan yang memberatkan yang penilaiannya
datang kemudian sesudah merupakan kewenangan
perbuatan dilakukan, misalnya pengadilan.
seperti keadaan di muka umum Sekalipun sama-sama sebagai faktor
sebagaimana ditentukan dalam pemberatan pidana, yang mana keduanya
Pasal 170 Ayat (1) KUHP tentang harus dibedakan karena kedua faktor
kekerasan terhadap orang atau tersebut diatas memiliki pengaruh yang
barang dan keadaan di luar berbeda dalam penjatuhan pidana. Dimana
perkawinan sebagaimana ditentukan legal aggravating circumstances
dalam Pasal 285 KUHP tentang menentukan pada batas pemidanaannya,
pemerkosaan. sedangkan judicial aggravating
3. Menggambarkan tingkat keseriusan circumstances menentukan bentuk dan
tindak pidananya atau tingkat tingkat pidana yang dijatuhkan.
bahayanya si pelaku yang Untuk menjatuhkan pidana terhadap
mempengaruhi ukuran berat- terdakwa, Majelis hakim
ringannya pidana yang akan mempertimbangkan terlebih dahulu
dijatuhkan. Ciri ini membatasi keadaan yang memberatkan dan
pengertian “berkaitan dengan tindak meringankan terdakwa yaitu sebagai
pidana” yang mana hanya terbatas berikut:
pada segala sesuatu yang 1) Keadaan yang memberatkan:
memberikan gambaran tingkat a. Terdakwa sudah pernah
keseriusan tindak pidananya atau dihukum, dimana terdakwa
tingkat bahayanya si pelaku, dan terlibat dalam kasus
karenanya keadaan-keadaan pengeroyokan dan saat itu
tersebut mempengaruhi ukuran dihukum 7 (tujuh) bulan
berat-ringannya pidana yang akan penjara.
dijatuhkan. b. Perbuatan terdakwa
Secara umum faktor pemberatan dilakukan dengan kejam
pidana yang diatur dalam undang-undang, sehingga mengakibatkan
terdiri dari : korban tidak berdaya;
1. Legal Aggravating Cricumstances, c. Perbuatan terdakwa
yaitu faktor pemberat pidana yang dilakukan terhadap pacarnya
diatur dalam undang-undang yang sendiri, yang mana
terdiri dari: seharusnya terdakwa
a) Keadaan tambahan yang lindungi;
memberatkan pidana yang 2) Keadaan yang meringankan:
dirumuskan sebagai unsur Terdakwa bersikap baik dan
tindak pidana; mengakui terus terang atas
Dimana menurut pendapat perbuatan yang dilakukannya.
Moeljatno, bahwa keadaan

55
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 Tahun No. 1 Tahun 2020)

Dalam doktrin hubungan keluarga menyimak fakta-fakta hukum yang muncul


atau hubungan emosional itu biasanya tidak di persidangan baik itu dari Jaksa Penuntut
menjadi hal yang memberatkan, namun Umum, saksi, barang bukti, dan lain
pada kasus ini hubungan emosional sebagainya. Dari sanalah muncul
dijadikan sebagai keadaan yang kesepakatan Majelis Hakim untuk
memberatkan karena seperti penjelasan di memutuskan menjatuhkan pidana 14
atas bahwa keadaan-keadaan (empat belas) tahun penjara kepada
memberatkan penilaiannya merupakan terdakwa. Majelis Hakim juga berpendapat
kewenangan dari pengadilan. Dan juga bahwa 14 (empat belas) tahun itu sudah
karena hakim memiliki kewenangan untuk sangat pantas dijatuhkan kepada pelaku
menggali keadaan-keadaan yang mengingat bahwa pelaku sangat tidak
memberatkan yang dapat hakim memiliki perasaan kepada sesama manusia
pertimbangkan secara kasuistis atau dan tidak saling menjaga sesama manusia,
penelitian sebab-sebab yang sesuai dengan karena dalam Pasal 28 A UUD Negara
karakteristik. Republik Indonesia Tahun 1945
Berdasarkan Pasal 182 ayat (4) menyatakan bahwa “setiap orang berhak
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 untuk hidup serta berhak mempertahankan
tentang Hukum Acara Pidana, dasar Hakim hidup dan kehidupannya”.
untuk bermusyawarah mengambil Selama proses di persidangan juga
keputusan adalah surat dakwaan dan fakta- Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal
fakta hukum yang terungkap dalam yang dapat melepaskan
persidangan, oleh karena itu Majelis Hakim pertanggungjawaban pidana terhadap diri
mempertimbangkan terlebih dahulu apakah terdakwa baik itu merupakan alasan
fakta-fakta yang telah terjadi dan muncul di pembenar maupun pemaaf, dengan
persidangan dapat menyatakan terdakwa demikian Majelis Hakim berpendapat
telah melakukan tindak pidana yang terdakwa mampu bertanggungjawab
didakwakan sebagaimana termuat dalam haruslah dinyatakan telah terbukti secara
Surat Dakwaan Penuntut Umum. meyakinkan bersalah melakukan tindak
Pasal 182 ayat (6) KUHAP pidana dan sudah sepatutnya dijatuhi
menyatakan bahwa “pada asasnya putusan hukuman.
dalam musyawarah majelis merupakan Memperhatikan Pasal 338 Kitab
hasil pemufakatan bulat kecil jika hal itu Undang-Undang Hukuk Pidana, Undang-
setelah diusahakan dengan sungguh- Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
sungguh tidak dapat dicapai, maka berlaku Hukum Acara Pidana, serta peraturan
ketentuan sebagai berikut : a) putusan perundang-ndangan lainnya yang
diambil dengan suara terbanyak; b) jika bersangkutan maka Majelis Hakim dengan
ketentuan tersebut huruf a tidak juga dapat itu mengadili:
diperoleh putusan yang dipilih adalah 1. Menyatakan terdakwa I Kadek Indra
pendapat hakim yang paling Jaya alias Kodok identitas tersebut
menguntungkan bagi terdakwa”. telah terbukti secara sah dan
Majelis Hakim dalam menjatuhkan meyakinkan bersalah melakukan
pidana dengan pidana penjara 14 tahun tindak pidana “Pembunuhan”;
kepada I Kadek Indra Jaya alias Kodok 2. Menjatuhkan pidana kepada
(pelaku) telah melakukan proses Terdakwa oleh karena itu dengan
musyawarah sesuai dengan Pasal 182 ayat pidana penjara selama 14 (empat
(3) dan ayat (6) KUHAP. Dalam belas) tahun;
musyawarah yang dilakukan oleh Majelis 3. Menetapkan masa penahanan yang
Hakim dimana Majelis Hakim melihat telah dijalani oleh Terdakwa
perjalanan dari perkara tersebut, tidak dikurangkan seluruhnya dari pidana
hanya itu saja Majelis Hakim juga yang dijatuhkan;

56
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 Tahun No. 1 Tahun 2020)

4. Menetapkan agar terdakwa tetap Dikembalikan kepada terdakwa


berada dalam tahanan; Kadek Indrajaya Alias Kodok atau
5. Menetapkan barang bukti berupa: kepada yang berhak.
1) 1 (satu) buah celana pendek Membebankan kepada terdakwa membayar
warna biru garis putih yang biaya perkara masing-masing sejumlah Rp.
digunakan oleh korban. 5.000,00 (lima ribu rupiah).
2) 1 (satu) buah baju kaos berkerah
warna biru motif endek yang Simpulan
digunakan oleh korban. Kalau dimungkinkan dalam RUU
3) 1 (satu) buah lembar selimut KUHP atau KUHAP agar unsur-unsur untuk
warna hijau yang ditemukan dapat dipidana menurut Pasal 338 KUHP
pada tubuh korban di atas kasur. agar diperbanyak lagi dan diperjelas dalam
4) 1 (satu) buah bantal dengan artian mampu mempersempit celah hukum
sarung warna ungu motif bunga bagi pelaku kejahatan terutama kejahatan
ditemukan dibawah kepala yang menghilangkan nyawa seseorang
korban sebagai penyangga mengingat tujuan pemidanaan adalah
kepala. memberikan efek jera bagi pelaku
5) 1 (satu) buah kaleng kecil yang kejahatan.
didalamnya berisi abu dan Kemudian Pertimbangan Majelis Hakim
putung rokok ditemukan di atas dalam menjatuhkan hukuman terhadap
meja sebelah selatan korban. pelaku tindak pidana pembunuhan dalam
6) 1 (satu) buah bantal leher warna perkara No.124/Pid.B/2019/PN.Sgr yaitu
kuning yang ditemukan di atas dengan membertimbangkan keadaan yang
kasur dekat korban. memberatkan dimana terdakwa membunuh
Dirampas untuk dimusnahkan. pacarnya sendiri dengan cara yang kejam
1) 1 (satu) buah anak kunci kamar dan karena terdakwa sudah pernah
kos ditemukan disela-sela dihukum sebelumnya karena kasus
jendela kamar. pengeroyokan, sedangkan keadaan yang
Dikembalikan kepada saksi Kadek meringankan dimana bersikap baik serta
Sara Nugraha alias Sure. mengakui dengan terus terang perbuatan
1) 1 (satu) buah laptop merk Asus yang telah ia lakukan sehingga Majelis
warna casing putih ditemukan Hakim sepakat untuk menjatuhkan pidana
diatas kasur sebelah korban. 14 (empat belas) tahun penjara kepada
2) 1 (satu) buah HP merk Iphone terdakwa.
casing warna putih gold
ditemukan diatas kasur sebelah
korban
Dikembalikan kepada saksi. Saran
3) 1 (satu) unit Sepeda Motor Adapun saran yang dapat diberikan dalam
Yamaha N-MAX, DK 6012 HR, penelitian ini yang pertama jika
Tahun 2016, Warna Hitam, dimungkinkan dalam RUU KUHP atau
Nosin : G3E4E-0345153, Noka : KUHAP agar unsur-unsur untuk dapat
MH3SG3120GK240203, BPKB dipidana menurut Pasal 338 KUHP agar
No. : M-08238676, STNK atas diperbanyak lagi dan diperjelas dalam artian
nama: I NYOMAN JAYA mampu mempersempit celah hukum bagi
SAPUTERA, Alamat : Jalan pelaku kejahatan terutama kejahatan yang
Hasanudin Gang IV/5 Dajan menghilangkan nyawa seseorang
Peken Tabanan beserta kunci mengingat tujuan pemidanaan adalah
dan STNKnya. memberikan efek jera bagi pelaku
kejahatan. Kedua bilamana unsur-unsur

57
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 Tahun No. 1 Tahun 2020)

dalam Pasal 338 KUHP telah memenuhi


syarat hendaknya pengambil keputusan
dalam hal ini yaitu Hakim, dimana Hakim
tidak perlu mempertimbangkan hal-hal lain
yang sifatnya meringankan pelaku tindak
pidana mengingat yang bersangkutan
dalam hal ini terpidana/ terdakwa adalah
pernah atu berulang kali melakukan
perbuatan pidana.

Daftar Pustaka
Buku
Ali, H.Zainuddin. 2016. Metode Penelitian
Hukum. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Hiariej, Eddy O.S. 2016. Prinsip-Prinsip
Hukum Pidana (Edisi Revisi).
Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.
Ishaq. 2017. Metode Penelitian Hukum.
Bandung: Alfabeta.
Lamintang, P.A.F. dan Lamintang, Theo.
2018. Delik-delik Khusus Kejahatan
Terhadap Nyawa, Tubuh, dan
Kesehatan. Jakarta: Sinar Grafika.
Marpaung, Leden. 2009. Asas-Teori-Praktek
Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika.
Moeljatno. 2009. Asas-Asas Hukum Pidana.
Jakarta: Rineka Cipta.
Waluyo, Bambang. 2008. Penelitian Hukum
Dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafika.

Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Kita Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1981
Nomor 79, Tambahan Lembaran
Republik Indonesia Nomor 3258)

58

Anda mungkin juga menyukai