PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sebagai suatu alat untuk merubah tingkah laku masyarakat agar terbawa
hukum, sebagaimana frasa yang sering kita dengar yaitu Ibi societas, Ibi
Ius (dimana ada masyarakat, di situ ada hukum) oleh karena itu Indonesia
dapat menimbulkan hak dan kewajiban antara satu dengan yang lainnya.
Hubungan yang menimbulkan hak dan kewajiban itu telah diatur dalam
peraturan atau hukum yang disebut hubungan hukum. Oleh karena itu
1
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana Prenanda Media Group,
2013), hal. 41.
2
Soepomo, Bab-bab Tentang Hukum Pidana Adat, (Jakarta:Paradnya, 2012), hal. 5.
1
tertulis maupun tidak tertulis, di mana sumber hukum yang tidak tertulis
ini banyak sekali ditemui di Indonesia. Wujud dari hukum tidak tertulis ini
berupa hukum adat yang eksistensinya tetap diakui sebagai sebuah norma
dan mempunyai daya ikat dan sanksi sebagaimana dalam Pasal 18B Ayat
eksistensi hukum adat sebagai salah satu bentuk hukum yang berlaku
dalam kehidupan dan budaya hukum masyarakat Indonesia, yang mana hal
3
Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembar Negara
Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 165), Pasal 6.
2
hukum adat dipandang sebagai prasarana yang digunakan oleh Masyarakat
Hukum Adat dalam memenuhi “hak adat” mereka. Hukum adat harus
dijaga.
yang bangkit dan tumbuh dari dalam dan disebabkan oleh pergaulan hidup
dan kaidah hukum adat timbul seiring dengan dinamika hubungan antar
manusia akan menentukan sifat dan corak daripada kaidah hukum, untuk
namun di sisi lain hukum adat juga bersifat terbuka sehingga hukum adat
4
Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Edisi Revisi, Cetakan ke-3
(Bandung: PT Alumni, 2014), hal. 7.
3
lahir dan berlaku ditengah kehidupan masyarakat, sehingga hukum adat
hukum adat disebabkan oleh tiga hal, yaitu:6 pertama disebabkan oleh
adil.
ada dua hukum yang berbeda yang digunakan oleh masyarakat yaitu
KUHP dan peraturan lainnya. Kemudian hukum pidana yang tidak tertulis
Hukum pidana adat adalah hukum yang hidup (the living law)
5
Desi Apriani, “Urgensi Hukum Adat dalam Pembaharuan Hukum Pidana di Indonesia”,
Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Riau”, Vol. 05 No. 01, Tahun 2014, hal. 7.
6
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), hal. 338-
339.
7
Topo Santoso, Hukum Pidana Suatu Pengantar, (Jakarta: Ersesco, 2020), hal. 5-6.
4
ketentraman serta keseimbangan masyarakat. Untuk memulihkan
hukum pidana adat di Indonesia. Ada tiga konklusi dasar dari ketentuan
yaitu:
8
Ibid., hal. 15.
9
Indonesia, Undang-Undang Darurat Nomor 1 Tahun 1951 tentang Tindakan-Tindakan
Sementara Untuk Menyelenggarakan Kesatuan Susunan Kekuasaan dan Acara Pengadilan-
Pengadilan Sipil (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 9), Pasal 5.
5
adalah pidana penjara dengan ancaman paling lama tiga bulan atau
KUHP.
3. Sanksi adat dalam konteks di atas dapat dijadikan pidana pokok dan
Hal ini karena masyarakat kita sudah terbiasa dengan hukum adat yang
6
KUHP dan bukan Pasal 364 KUHP karena batasan pencurian ringan yang
diatur dalam Pasal 364 KUHP terbatas pada barang atau uang yang
nilainya di bawah Rp. 250,- (Dua Ratus Lima Puluh Rupiah). Nilai
tersebut tentunya sudah tidak relevan lagi dengan situasi saatini, karena
hampir tidak ada barang yang nilainya di bawah Rp 250,-. Atas dasar
Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP, dengan
masyarakat.10
melepaskan diri dari ikatan itu menurut pendapat Ter Haar.11 Berdasarkan
definisi yang dikemukakan oleh Ter Haar tersebut, dapat dikataan bahwa
10
CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2018),
hal. 123.
11
Djamanat Samosir, Hukum Adat Eksistensi Dalam Dinamika Perkembangan Hukum di
Indonesia, (Bandung: NuansaAulia, 2013), hal. 73-73
7
mempunyai penguasa, mempunyai kekayaan baik berwujud maupun tidak
atau keturunan. 12
Dengan demikian berdasarkan unsur-unsur/ ciri-ciri
yang terikat dalam tatanan hukum adatnya, warga masyarakat hukum adat,
keturunan.13
Denda dalam KUHP, Pasal 1 “Kenaikan nilai denda yang tercantum dalam
Pasal 364 (pencurian ringan), Pasal 373 (penipuan ringan), Pasal 379
(penggelapan ringan), Pasal 384, Pasal 407, dan Pasal 482 KUHP yakni
KUHP, kecuali Pasal 303 Ayat (1), (2), Pasal 303 bis Ayat (1), Ayat (2),
12
Ibid.
13
Ibid, hal.76.
14
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Penyelesaian Batas Tindak Pidana
Ringan dan Jumlah Dendan dalam KUHP, hal. 2
8
Dalam rangka untuk memberikan keadilan yang diharapkan,
solusi yang bersifat win-win solution. Salah satu cara yang dapat ditempuh
proses ini menekankan pada pemulihan atas kerugian yang dialami korban
15
Afthonul Afif, Pemaafan, Rekonsiliasi dan Restorative Justice, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2015), hal. 341-350.
16
Ridwan Mansyur, “Tindak Pidana Kekerasan dalam Rumah Tangga Menurut Sistem Peradilan
Pidana dalam Perspektif Restorative Justice”, Jurnal Hukum dan Peradilan, Vol. 05 Edisi No. 3,
Tahun 2016, hal. 442.
17
Dewi dan Fatahillah, Mediasi Penal, (Depok: Indie Publishing, 2011), hal. 86.
9
ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
pidana di luar jalur penal. Mediasi penal sering dinyatakan sebagai “the
third way” atau “the third path” dalam upaya “crime control and criminal
18
Barda Nawawi Arief, Mediasi Penal Penyelesaian Perkara Pidana Di Luar Pengadilan,
(Semarang: Pustaka Magister, 2012), hal. 51.
19
Ibid., hal. 52.
10
lebih memberikan perhatian lebih terhadap nilai-nilai sosial yang tumbuh
Taufik alias Reza Bin Kusnan telah terbukti secara sah mengambil 2 (dua)
tandan buah kelapa sawit dan 1 (satu) buah agrek di Desa Rimpin Dusun
diterangkan pada Pasal 362 dan Pasal 363 butir ke-5 KUHPidana apabila
tidak dilakukan di dalam sebuah rumah atau perkarangan tertutup yang ada
di rumahnya, jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua puluh lima
rupiah diancam dengan pencurian ringan dengan pidana paling lama tiga
bulan atau pidana denda dua ratus lima puluh rupiah”. Dan Undnag-
korban pun memaafkan perbuatan Reza Taufik dan besedia berdamai atau
11
dialog dan mediasi yang melibatkan pelaku, korban, keluarga
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
12
perkara tindak pidana ringan ditinjau dari Hukum Pidana Adat.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan teoritis :
b. Kegunaan praktis :
3) Masyarakat
13
konstitusi dan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
D. Kerangka Konseptual
dari latar belakang Penulis dalam mengangkat kasus yang sedang dikaji
sebagai berikut:
kebijakan.20
third party, either directly (face- to-face) or indirectly via the third party,
accept and act on their responsibilities”. (suatu proses di mana korban dan
20
Purwanto dan Sulistyastuti, Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2012,) hal. 21.
21
Ahmad Ubbe, “Peradilan Adat dan Keadilan Restoratif”, Jurnal Media Hukum Nasional,
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2013, hal. 8.
14
untuk mengekspresikan apa yang menjadi kebutuhan dan perasaannya dan
perbuatannya).
menyampaikan maksud, akal dan ikhtisar. Peter Salim dan Yeni Salim
mengatakan upaya adalah “bagian yang dimainkan oleh guru atau bagian
atas dapat diperjelas bahwa upaya adalah bagian dari peranan yang harus
semua pihak yang bersengketa saling berhadapan satu sama lain untuk
Indrawan WS, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media,2014), hal. 568.
22
23
Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Modern English
Press, 2018), hal, 1187.
24
Rachmadi Usmani, Mediasi di Pengadilan Dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Sinar Grafika,
2012), hal. 8.
15
win-lose solution.25 Sedangkan alternatif penyelesaian sengketa adalah
Berdasarkan Pasal 205 ayat (1) KUHAP tindak pidana ringan yaitu
Perkara yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama 3
(tiga) bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 7500 (tujuh ribu lima
205 ayat (1) KUHAP); Terhadap perkara yang diancam pidana kurungan
paling lama 3 (tiga) bulan atau denda lebih dari Rp 7500, juga termasuk
Hukum pidana adat adalah hukum yang hidup (living law), diikuti
25
Nurnaningsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa di Pengadilan, (Jakarta:
Grafindo Persada, 2012), hal. 16.
26
Dewi Tuti Mayati dan B. Rini Heryanti, “Pengaturan dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa
Nonlitigasi Dibidang Perdagangan, Jurnal Dinamika Sosial Budaya, Vol 13 No.1 2011, hal.
50..
27
Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang
Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali, (Jakarta: Sinar Grafika, 2017), hal. 422
16
dan ditaati oleh masyarakat adat secara terus menerus, dari satu generasi
si pelanggar diberikan reaksi adat, koreksi adat atau sanksi adat oleh
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
dari objek yang akan diteliti. Agar penelitian tersebut memenuhi syarat
bahan bahasan untuk memahami objek yang diteliti, dan hasil penelitian
28
I Made Widnyana, Kapita Selekta Hukum Pidana Adat, (Bandung: Eresco, 2016), hal. 3.
17
dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai
Pengadilan Sipil;
29
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Nornatif Suatu Tinjauan
Singkat, Cetakan ke-17, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 20015), hal. 13-14.
18
Tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan.
3. Pendekatan Penelitian
umum.
teknik analisis data deduktif, yaitu cara menarik kesimpulan dari hal-hal
yang bersifat umum ke hal-hal yang besifat khusus yang berpangkal pada
premis mayor (aturan hukum), premis minor (fakta hukum), dari dua hal
30
Ibid.
19
tersebut kemudian dapat ditarik suatu conclusion (konklusi).
F. Sistematika Penulisan
Selanjutnya pada bab III, Data hasil penelitian mengenai data dan
Bab V Penutup merupakan bagian akhir dari seluruh uraian skripsi ini,
berdasarkan hasil penelitian dan saran sebagai tambahan solusi konkrit dari
20
21