Anda di halaman 1dari 5

Tugas Hukum Adat

Nama : M Rahmandio N.P


NIM: 03181133039
Kelas: C-1

Konsep Hukum Adat Menurut Para Ahli

1. Prof. Dr. Soepomo, S.H

“Hukum adat adalah hukum tidak tertulis didalam peraturan tidak tertulis, meliputi
peraturan-peraturan hidup yang meskipun tidak ditetapkan oleh yang berwajib tetapi
ditaati dan didukung oleh rakyat berdasarkan atas keyakinan bahwasanya peraturan-
peraturan tersebut mempunyai kekuatan hukum.”

2. Soeroyo Wignyodipuro, S.H

“Hukum adat adalah suatu ompleks norma-norma yang bersumber pada perasaan
keadilan rakyat yang selalu berkembang serta meliputi peraturan-peraturan tingkah
laku manusia dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, sebagaian besar tidak
tertulis, senantiasa ditaati dan dihormati oleh rakyat karena mempunyai akibat hukum
( sanksi ).”

3. Dr. Sukanto, S.H.

“Hukum adat adalah kompleks adat-adat yang pada umumnya tidak dikitabkan, tidak
dikodifikasikan dan bersifat paksaan, mempunyai sanksi jadi mempunyai akibat
hukum”.

4. Mr. J.H.P. Bellefroit.

“Hukum adat sebagai peraturan-peraturan hidup yang meskipun tidak diundangkan


oleh penguasa, tetapi tetap dihormati dan ditaati oleh rakyat dengan keyakinan bahwa
peraturan-peraturan tersebut berlaku sebagai hukum.”
5. Prof. M.M. Djojodigoeno, S.H

“Hukum adat adalah hukum yang tidak bersumber kepada peraturan – peraturan.”

6. Prof. Dr. Hazairin

“Hukum adat adalah endapan kesusilaan dalam masyarakat yaitu kaidah-kaidah


kesusialaan yang kebenarannya telah mendapat pengakuan umum dalam masyarakat
itu.”

7. Prof. Mr. Cornelis van Vollen Hoven:

“Hukum adat adalah keseluruhan aturan tingkah laku masyarakat yang berlaku dan
mempunyai sanksi dan belum dikodifikasikan.”

8. Prof. Mr. B. Terhaar Bzn:


“Hukum adat adalah keseluruhan peraturan yang menjelma dalam keputusan-
keputusan dari kepala-kepala adat dan berlaku secara spontan dalam masyarakat.
Terhaar terkenal dengan teori “Keputusan” artinya bahwa untuk melihat apakah
sesuatu adat-istiadat itu sudah merupakan hukum adat, maka perlu melihat dari sikap
penguasa masyarakat hukum terhadap sipelanggar peraturan adat-istiadat. Apabila
penguasa menjatuhkan putusan hukuman terhadap sipelanggar maka adat-istiadat itu
sudah merupakan hukum adat.”

9. Bushar Muhammad,

“Hukum adat adalah terutama hukum yang mengatur tingkah laku manusia Indonesia
dalam hubungan satu sama lain, baik yang merupakan keseluruhan kelaziman dan
kebiasaan (kesusilaan) yang benar-benar hidup di masyarakat adat karena dianut dan
dipertahankan oleh anggota-anggota masyarakat itu, maupun yang merupakan
keseluruhan peraturan-peraturan yang mengenai sanksi atas pelanggaran dan yang
ditetapkan dalam keputusan-keputusan para penguasa adat, yaitu mereka yang
mempunyai kewibawaan dan berkuasa memberi keputusan dalam masyarakat adat itu,
ialah yang terdiri dari lurah, penghulu, pembantu lurah, wali tanah, kepala adat, dan
hakim”
https://www.silontong.com/2018/05/08/pengertian-hukum-adat/#
Konsep Masyarakat Hukum Adat Menurut Peraturan Perundang Undangan

1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 , dalam UUD


NRI 1945 tidak memberikan definisi masyarakat hukum adat secara langsung.
Namun demikian, terdapat pasal yang mengakui eksistensi dari masyarakat
hukum adat. Hal ini muncul sejak amandemen kedua Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada tahun 2000, yaitu pada pasal 18 B
ayat (2):
“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang diatur dalam undang-undang.”
2 Pasal 1 ayat (3) Peraturan Menteri Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman
Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Adat yang diterbitkan oleh
Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional diatur bahwa
masyarakat hukum adat adalah sekelompok orang yang terikat oleh tatanan
hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum karena
kesamaan tempat tinggal ataupun atas dasar keturunan.

3 Pasal 3 UUPA menyebutkan “Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam


Pasal 1 dan 2 pelaksanaan Hak Ulayat dan hak hak yang serupa itu dari
masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada,
harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan Negara,
yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan
Undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi.” Artinya UUPA
memegang kuat konsep bahwa pemilik hak ulayat adalah masyarakat hukum
adat.

4 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan juga mengatur


keberadaan masyarakat hukum adat yang tertuang didalam Pasal 67 ayat (1) yang
menyatakan keberadaan masyarakat hukum adat menurut kenyataannya
memenuhi unsur :
a) Masyarakatnya masih dalam bentuk paguyuban (rechtgemenschaap);
b) Ada kelembagaan dalam bentuk perangkat penguasaan adatnya;
c) Ada wilayah hukum adat yang jelas;
d) Ada pranata dan perangkat hukum yang khususnya peradilan adat yang masih
ditaati;
e) Mengadakan pemungutan hasil hutan di wilayah hutan sekitarnya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
https://www.bphn.go.id/data/documents/mekanisme_pengakuan_masy_hkm_adat.
pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/47878/Chapter%20II.pdf?
sequence=3&isAllowed=y

http://procurement-notices.undp.org/view_file.cfm?doc_id=39284

http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/viewFile/19/19

Anda mungkin juga menyukai