Anda di halaman 1dari 10

LANDASAN HUKUM ADAT SEBAGAI SISTEM HUKUM

DIINDONESIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

ICCAK

SUCI RAHMADANI

FADHILAH ASANTY DWI PUTRI

ALI ICHSAN KIRAMANG

SAFRIL SALMAN

PROGRAM STUDI ILMU HUKUMFAKULTAS HUKUMINSTITUT ILMU


SOSIAL DAN BISNIS ANDI SAPADAPAREPARE 2022
BAB I PENDAHULUAN

Hukum Indonesia adalah keseluruhan kaidah dan asas berdasar-kan

keadilan yang mengatur hubungan manusia dalam masyarakat yang berlaku

sekarang di Indonesia. Hukum Indonesia sebagai perlengkapan masyarakat ini

berfungsi untuk mengintegrasikan kepentingan-kepentingan anggota masyarakat

sehingga tercipta ketertiban dan keteraturan.Karena hukum mengatur hubungan

antarmanusia dengan manusia, manusia dengan masyarakat, dan sebaliknya, maka

ukuran hubungan tersebut adalah keadilan.

Setiap masyarakat di seluruh dunia mempunyai tata hukum di dalam wilayah

negaranya. Adat istiadat pada hakikatnya sudah ada pada zaman kuno, yakni pra-

masuknya agama Hindu ke Indonesia.Pada waktu itu adat yang berlaku adalah

adat-adat Melayu-Polinesia. Lambat laun kultur Islam dan Kristen juga memengaruhi

kultur asli. Pengaruh kultur-kultur pendatang tersebut sangat besar sehingga

akhirnya kultur asli yang sejak lama menguasai tata kehidupan masyarakat

Indonesia itu tergeser, dan adat yang berlaku merupakan akulturasi antara adat asli

dengan adat yangdibawa oleh agama Hindu, Islam, dan Kristen. Dengan demikian

dalam perkembangan hukum adat pun di masyarakat sangatlah dipengaruhi oleh

ketiga agama tersebut.

Dalam hukum Indonesia di dalamnya terdapat hukum adat yang menjadi

salah satu unsur pembentuk hukum nasional.Hukum adat diakui keberadaannya

sebagai hukum yang hidup dan berkembang di masyarakat di tengah keberagaman

suku dan adat di Indonesia.


BAB ll PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HUKUM ADAT

Istilah hukum adat juga berasal dari bahasa Arab, yaitu hakama-yahkumu-hukman

yang berarti ketentuan dan 'adah yang berarti kebiasaan. Jadi dapat dikatakan

bahwa "hukum adat" adalah hokum kebiasaan.(38)

Adapun pengertian hukum adat menurut para ahli, di antaranya sebagai

berikut.

1. Menurut Soepomo:

Hukum adat adalah hukum yang hidup (the living law), karena ia menjelmakan

perasaan hidup yang nyata dari rakyat sesuai dengan fitrahnya. Hukum adat terus-

menerus tumbuh dan berkembang, seperti masyarakat sendiri.(46)

2. Menurut Cornelis van Vollenhoven:

Hukum adat adalah himpunan peraturan tentang perilaku yang berlaku bagi orang

pribumi dan Timur Asing pada satu pihak, mempunyai sanksi, dianggap patut, dan

mengikat para anggota ma-syarakat yang bersifat hukum, oleh karena ada

kesadaran keadilan umum, bahwa aturan-aturan atau peraturan itu harus

dipertahankan oleh para petugas hukum dan petugas masyarakat dengan upaya

pemaksa atau ancaman hukuman (sanksi).

3. Menurut Soerjono Soekanto:


Hukum adat pada hakikatnya merupakan hukum kebiasaan, artinya kebiasaan-

kebiasaan yang mempunyai akibat hukum (sein-sollen).Berbeda dengan kebiasaan

belaka, kebiasaan yang merupakan hukum adat adalah perbuatan-perbuatan yang

diulang-ulang dalam bentuk yang sama yang menuju pada rechtsvardigeordening

der samenlebing yang artinya organisasi masyarakat yang sah

B. DASAR BERLAKUNYA HUKUM ADAT

Dasar berlakunya hukum adat terbagi dari beberapa aspek, di antaranya sebagai

berikut.

1. Dasar Filosofis

Dasar filosofis dari hukum adat adalah sebenar-nya nilai-nilai dan sifat hukum adat

itu sangat identik dan bahkan sudah terkandung dalam butir-butir Pancasila.Sebagai

contoh, religio magis, gotong royong, musyawarah mufakat, dan keadilan. Dengan

demikian Pancasila merupakan kristalisasi dari hukum adat.

2. Dasar Sosiologis

Secara empiris berlakunya hukum adat di masyarakat telah diterima dan

dilaksanakan oleh masyarakat secara sukarela tanpa ada paksaan.

Jadi hukum adat merupakan hukum yang hidup (the living law).

3. Dasar Yuridis

Pasal 75 (lama) RR alinea 3 menyebutkan:

"Kecuali jika ada pernyataan seperti dimaksud dalam alinea 2 atau kecuali dalam hal

orang Bumi Putra secara sukarela menundukkan diri kepada perundang-undangan

mengenai hukum kerakyatan dan hukum dagang Eropa maka diterapkan oleh hakim

Bumi Putra peraturan keagamaan, lembaga-lembaga rakyat, adat kebiasaan dari


orang Bumi Putra dengan pembatasan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip

kepatutan dan keadilan yang lazim diterima baik. Pasal 131 ayat (2b) IS yang berisi

perintah kepada pembuat Undang-Undang untuk mengadakan kodifikasi hukum

privat bagi golongan Bumi Putra dan Timur Asing. UUD 1945 tidak memuat satu

pasalpun mengenai dasar yuridis berlakunya hukum adat"

Dalam ketentuan Pasal II AP dikatakan bahwa "Segala Badan Negara dan peraturan

yang ada masih langsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut UUD

ini". Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Darurat Nomor 1 Tahun 1951 menentukan

bahwa secara berangsur-angsur akan ditentukan oleh Menteri Kehakiman,

dihapuskan:

C. SUMBER PENGENAL HUKUM ADAT

Sumber pengenal hukum adat terbagi dua, di antaranya sebagai berikut.

1. Sumber Hukum Welbron

Sumber hukum Welbron adalah sumber yang menunjukkan lem-baga yang

berwenang mengeluarkan hukum atau menyebabkan terjadi hukum.Sumber hukum

ini menunjukkan adanya lembaga tertentu yang berwenang mengeluarkan

peraturan.Sumber hukum ini digunakan dalam Hukum Tata Negara yang mengatur

tentang lembaga negara sesuai dengan wewenangnya dapat mengeluarkan

peraturan.

2. Sumber Hukum Kenbron

Sumber hukum Kenbron(tempat atau pengenal) adalah sumber yang menunjuk

kepada tempat atau bahan yang dapat digunakan untuk mengetahui dimana hukum
itu ditempatkan dalam lembaran negara, misal suatu UU yang telah ditetapkan dan

disahkan berlakunya akan diberi nomor urut pada tahun yang bersangkutan dan

kemudian diundangkan dalam suatu lembaran negara.

D. PERBEDAAN HUKUM ADAT DAN ADAT

Menurut Van Dijk, Perbedaan antara hukum adat dengan adat terletak pada sumber

dan bentuknya. Hukum Adat bersumber dari alat-alat perlengkapan masyarakat dan

tidak tertulis dan ada juga yang tertulis, sedangkan adat bersumber dari masyarakat

sendiri dan tidak tertulis

F. SIFAT, CIRI DAN SANKSI HUKUM ADAT,

Hukum adat di Indonesia memiliki sifat tersendiri yang bersifat khas, di antaranya

sebagai berikut.

1. Sifat religio-magis, Sifat ini diartikan sebagai pola pikir yang didasarkan pada

religiusitas, yakni keyakinan masyarakat tentang adanya sesuatu yang bersifat

sakral. Sebelum masyarakat adat mengenal agama, sifat religius ini diwujudkan

dalam cara berpikir yang tidak logis, animisme, dan Repercayaan pada hal-hal yang

bersifat gaib. Sifat magis-religius ini merupakan kepercayaan masyarakat yang tidak

mengenal pemisahan dunia lahir (fakta) dengan dunia gaib.Sifat ini mengharuskan

masyarakat untuk selalu menjaga keseimbangan antara dunia lahir (dunia nyata)

dengan dunia batin (dunia gaib). Setelah masyarakat adat mengenal agama, maka

sifat religius ter-sebut diwujudkan dalam bentuk kepercayaan kepada Tuhan Yang

Maha Kuasa. Masyarakat mulai memercayai bahwa setiap perilaku akan ada
imbalan dan hukuman dari Tuhan. Kepercayaan itu terus berlangsung dalam

kehidupan masyarakat modern

2. Sifat commun/komunal (kebersamaan), yaitu mendahulukan kepen-tingan umum

daripada kepentingan sendiri.Menurut pandangan Hukum Adat setiap individu,

anggota masyarakat merupakan bagian integral dari masyarakat secara

keseluruhan.Hubungan antara anggota masyarakat yang satu dan yang lain dida-

sarkan oleh rasa kebersamaan, kekeluargaan, tolong-menolong, dan gotong

royong.Masyarakat Hukum Adat meyakini bahwa setiap kepentingan individu

sewajarnya disesuaikan dengan kepentingan masyarakat karena tidak ada individu

yang terlepas dari masyarakatnya.

3. Sifat contant (tunai), Sifat ini mempunyai makna bahwa suatu perbuatan selalu

diliputi oleh suasana yang serba konkret, terutama dalam hal pemenuhan

prestasi.Bahwa setiap pemenuhan prestasi selalu diringi dengan kontra prestasi

yang diberikan secara serta-merta.Prestasi dan kontra prestasi dilakukan secara

bersama-sama pada waktu itu juga.Dalam Hukum Adat segala sesuatu yang terjadi

sebelum dan sesudah timbang terima secara kontan adalah di luar akibat hukum,

perbuatan hukum telah selesai seketika itu juga.

Adapun ciri-ciri dari hukum adat, yaitu sebagai berikut. ∞

1. Tidak tertulis dalam bentuk perundangan dan tidak dikodifikasi.

2. Tidak tersusun secara sistematis.

3. Tidak dihimpun dalam bentuk kitab perundangan.

4. Tidak teratur.

5. Keputusannya tidak memakai konsideran (pertimbangan).


6. Pasal-pasal aturannya tidak sistematis serta tidak mempunyai penjelasan.

Dalam hukum adat terdapat sanksi yang ditanggung jika melanggar aturan adat

yang berlaku di daerah tersebut, tetapi secara umum sansi yang sering diberikan

kepada orang yang melanggar adat istiadat seperti pengucilan, dikeluarkan dari

masyarakat atau kastanya, dan sanksi lainnya tergantung dari kebiasaan daerah

tertentu.

Adat yang dimiliki setiap daerah yaitu berbeda-beda, salah satunya adat yang

dimiliki daerah sulawesi selatan (suku bugis) yaitu adat siri. Kata siri dalam bahasa

makassar bermakna malu, Budaya Siri’ merupakan tuntutan budaya terhadap setiap

individu dalam masyarakat Sulawesi Selatan untuk mempertahankan kesucian

mereka sehingga keamanan, ketertiban dan kesejahteraan tetap terjamin.

Contohnya kasus kekerasan, seperti penganiayaan atau pembunuhan dimana pihak

atau keluarga korban yang merasa terlanggar harga dirinya (siri’na) wajib untuk

menegakkannya kembali, entah ia harus membunuh atau terbunuh. Utang darah

harus dibayar dengan darah, utang nyawa harus dibayar dengan utang nyawa.
BAB III KESIMPULAN

Hukum Adat Merupakan Hukum Tertua yang Hidup dimasyarakat. Pola Kebijakan

Sebagai Panduan Untuk Komunitas Tersebut dipercayakan Penyusunannya kepada

tetua Adat. Mayoritas hukum adat Kebanyakan tidak tertulis.Hukum Adat Merupakan

solusi agar manusia saling bersengketa Berselisih Sama Sama memperoleh

keadilan.
BAB IV DAFTAR PUSTAKA

Kutipan ‘’38 Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia,


(Bandung: Mandar Maju,1992), hlm. 8.

46 Imam Sudiyat, Asas-Asas Hukum Adat Pengantar, (Yogyakarta: Liberti


Yogyakarta,1991), him. 8.

47 R.M. Soeripto, Hukum Adat dan Pancasila, dalam Undang-Undang Pokok


Kekuasaan Kehakiman, (Jember: FH Universitas Jember, t.th.), him. 24.

52Andiana Yuni Lestari, Hukum Adat, (Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas


Muhammadiyah, 2017).

53 lbid.

54 Ibid., him. 12.( Buku hukum adat diindonesia oleh Dr. siska lis sulistiani, M.Ag.,
M.E.Sy. hal 30 )’’

‘’55 Yulia, Adat dan Hukum Adat, (Lhokseumawe: UNMAL Press, 2016), him. 14-
15.,

64 Hilman Hadikusuma, Pengantar /Imu Hukum Adat Indonesia, (Bandung: Mandar


Maju, 2003), hlm. 20.

Anda mungkin juga menyukai