Anda di halaman 1dari 20

HUKUM ADAT

I. Pengertian Hukum Adat

Hukum Adat berasal dari bahasa Arab yaitu Hadazt yang artinya

sesuatu yang diulang-ulang kembali dan akhirnya menjadi kebiasaan yang

mana kebenarannya diyakini oleh masyarakat, hukum adat juga merupakan

pencerminan dari kepribadian suatu masyarakat/bangsa.

Dalam kepustakaan Hukum Adat orang yang pertama kali memakai

istilah Hukum Adat yaitu Prof. Dr. C. Snouk Hurgronye dalam bukunya De

Atjehers.

Hukum ada dalam kenyataannya di masyarakat tidak statis,

mengikuti perkembangan jaman dan ikuti unsur-unsur pembentuknya.

Unsur-unsur pembentuk hukum ada ada dua (2) yaitu :

1. Unsur Kenyataan

Adat dalam keadaan sama selalu ditaati oleh masyarakat.

2. Unsur Psikologis

Ada keyakinan dari masyarakat, bahwa hukum adat mempunyai

kekuatan untuk ditaati sehingga menimbulkan kewajiban hukum

(Opinium Yuris Necissetis), jadi apabila orang tersebut dimasyarakat

tidak menjalankan ketentuan hukum adat dengan baik dinilai oleh

masyarakat kurang baik.

Prof. Supomo

a. Pengertian hukum adat ialah hukum yang tidak tertulis yang berada

di dalam peraturan legislatif (Unstatory Law).

b. Hukum adat adalah hukum yang tak tertulis yang timbul dari

keputusan-keputusan hukum (Judge Mad Law).

1
Dr. Sukanto

Hukum adat adalah kumpulan daripada adat yang tidak dibukukan yang

mempunyai sifat paksaan (sanksi) serta mempunyai akibat hukum itu pula.

Prof. Joyodiguno

Hukum adat adalah hukum yang tidak bersumber pada peraturan.

Prof. Van Vollen Hovan

Hukum adat adalah hukum yang tidak bersumber kepada peraturan yang

dibuat oleh peerintah Hindia Belanda yang disebut Adat Recht.

II. Dasar Berlakunya & Kekuatan Material Hukum Adat

Keberadaan hukum adat ada dasar hukum yang mengatur yaitu :

1. Pasal 2 Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945 yang pada

dasarnya mengatakan bahwa badan ataupun aturan hukum yang berlaku

sebelum Proklamasi Kemerdekaan selama tidak dicabut dinyatakan

berlaku.

2. Pasal 131 I.S pasal ini mempunyai kaitan erat dengan pasal 163 I.S

yang mengatakan kepada orang Indonesia pada dasarnya berlaku hukum

adat kecuali ada ketentuan-ketentuan lain/penyimpangan.

Di dalam masyarakat hukum adat ada tiga wujud bentuk hukum ada :

1. Hukum yang tidak tertulis (Jus Non Scriptrum) merupakan bagian

yang terbesar/mayoritas.

2. Hukum yang tertulis/peraturan yang dikeluarkan oleh Raja.

3. Uraian hukum yang tertulis yang merupakan hasil penelitian/riset.

2
Contoh dari hasil riset ialah :

Hukum Perdata adat Jabar = Prof. SUPOMO

Hukum Perdata adat Jateng = Prof JOYO DIGUNO

Kekuatan materiel/dasar pengikat supaya hukum adat dipatuhi oleh

masyarakat peraturan hukum adat di masyarakat itu tergantung pada faktor-

faktor sebagai berikut :

1. Lebih atau kurang banyaknya penetapan-penetapan yang serupa

yang memberikan stabilitas kepada peraturan tersebut.

2. Seberapa jauh keadaan sosial didalam masyarakat mengalami

perubahan.

3. Seberapa jauh peraturan yang diwujudkan itu selaras dengan sistem

hukum adat yang berlaku.

4. Seberapa jauh peraturan itu selaras dengan syarat kemanusiaan.

Perkembangan hukum adat, semakin lama semakin berkembang, dalam

masa perkembangan hukum adat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu :

1. Magis yaitu kekuatan animisme.


2. Agama
3. Kekuasaan-kekuasaan yang lebih tinggi dari persekutuan hukum

adat.
4. Hubungan dengan orang-orang/kekuasaan asing.

Fertitsme

Magic dan Animisme

Spiritisme

3
Ad.1
 Pertisisme adalah pengakuan terhadap segala sesuatu yang

mempunyai kekuatan yang lebih besat daripada kekuatan manusia.

 Spiritisme adalah percaya adanya roh halus yang bersifat baik dan

buruk.

Ad.2
Agama adalah pengaruh proses pembagiaan kasta di masyarakat agama

Hidu (Proses Lekkerkerker)

Ad.3
Kekuasaan Raja pada jaman dahulu setiap orang yang ada dibawah raja

harus menyetor upeti.

Ad.4
Proses individualissing adalah proses kebangkitan masyarakat bersifat

individu.

III. Masyarakat Adat

Di masyarakat kita ada dua type masyarakat yang kehidupan saling

berkembang yaitu tipe patembayan masyarakat dan tipe paguyupan antara,

masyarakat pertambayan dan masyarakat paguyupan ada perbedaan yang

sangat mendasar adalah sebagai berikut menurut (Ferdinan Tonnis) :

Masyarakat Patembayan :

1. Orang yang berhubungan dengan orang lain menganggap orang

lainnya sebagai alat/sarana.

4
2. Orang yang selalu memperhitungkan untung rugi dalam setiap

berhubungan.

3. Apabila tujuan seseorang itu telah tercapai maka hubungan itu

berakhir.

4. Orang yang selalu mementingkan dirinya sendiri.

Masyarakat Paguyupan :

1. Apabila seseorang tujuannya telah tercapai maka hubungan tidak

akan selesai.

2. Orang selalu mementingkan kepentingan umum.

3. Tidak memperhitungkan untung dan rugi dalam setiap

berhubungan.

4. Orang yang berhubungan dengan orang lain menganggap orang

lain hanya sebagai tujuan.

Teori Van Den Berg (Receptio In Complexu)

Pada prinsipnya hukum agama itu mempengaruhi perkembangan

hukum adat di Indonesia, akan tetapi menurut Prof. Dr. Snouk Hor Gronye

tidak semua hukum agama dapat diterima/diresepsi oleh hukum adat, akan

tetapi yang diambil hanya bagian-bagian tertentu yang sesuai dengan jiwa

hukum adat.

Hukum Agama Hukum Adat Hukum Positif

Berlakunya hukum adat disuatu masyarakat itu didasari beberapa faktor

yaitu :

1. Yuridis dasar pelaksanaan dari hukum adat di suatu daerah yaitu

pasal 2 Aturan Peralihan II Undang-Undang Dasar 1945.

5
2. Sosiologis dalam meberlakukan hukum adat harus sesuai dengan

kondisi disuatu masyarakat (sosiologis).

3. Filosofis hukum adat mempunyai tujuan yaitu untuk menjaga

ketertiban dan kemakmuran bagi masyarakat.

IV. Karakter Hukum Adat

Hukum adat yang berlaku di Indonesia mempunyai karakter/sifat sebagai

berikut :

1. Tidak tertulis artinya hukum adat itu tidak tertulis seperti Undang-

Undang/Jus Non Scriptum.

2. Bersifat elastis artinya didalam menyelesaikan masalah hukum

dimasyarakat hukum adat itu tidak regit/kaku.

3. Mempunyai dinamika yang besar artinya hukum adat berkembang

mengikuti perkebangan pola pikir masyarakat (Law Hit Run).

4. Hukum adat merupakan rangkaian yang memberi kebebasan yang

besar bagi penguasa adat (artinya) memberi kekuasaan otoriter terhadap

penguasa adat.

Sendi-Sendi Hukum Adat

Menurut Von Savigny suatu hukum yang berlaku di masyarakat merupakan

gambaran dari jiwa masyarakat (Volk Geist), sedangkan Volk Geist itu

muncul dari Bihavier dan Kalcer dari manusia/masyarakat.

Sendi-sendi hukum adat :

1. Sifat yang komunal/kebersamaan artinya :

6
Sifat hukum adat mengutamakan kepentingan umum daripada

kepentingan dirinya sendiri.

2. Sifat religius/magis artinya :

Bahwa masyarakat masih percaya kepada hal-hal yang mustahil dan

religius.

3. Sifat tunai/kontan artinya :

Dalam masyarakat adat apabila mengadakan transaksi harus kontan.

4. Sifat yang visual/nyata artinya :

Pada hakekatnya masyarakat Indonesia dalam melakukan sesuatu

diliputi oleh hal-hal yang nyata.

V. Lingkaran Hukum Adat

Menurut Van Volen Hoven wilayah di Indonesia dibagi menjadi

sembilan belas lingkaran (19) hukum adat, dasar dibagi menjadi 19 karena

masing-masing daerah memiliki garis, corak, sifat yang seragam walaupun

ada perbedaan tetapi hanya sedikit.

Sati lingkaran hukum adat dibagi lagi menjadi daerah-daerah yang

disebut kukuban.

Contoh :

Lingkaran Jawa Barat dibagi menjadi empat kukuban yaitu (Jakarta Raya,

Banten, Periyangan, Cirebon).

Dalam buku Adat Recht di Indonesia ada sembilan belas (19)

lingkaran hukum adat yaitu :

1. Lingkaran Hukum Aceh.

7
2. Lingkaran Hukum Tanah Gayo.

3. Lingkaran Hukum Minang Kabau.

4. Lingkaran Hukum Sumatera Selatan.

5. Lingkaran Hukum Melayu.

6. Lingkaran Hukum Bangka Belitung.

7. Lingkaran Hukum Kalimantan.

8. Lingkaran Hukum Minahasa.

9. Lingkaran Hukum Gorontalo.

10. Lingkaran Hukum Sulawesi Selatan.

11. Lingkaran Hukum Toraja.

12. Lingkaran Hukum Maluku dan Ambon.

13. Lingkaran Hukum Irian Jaya.

14. Lingkaran Hukum Pulau Timor.

15. Lingkaran Hukum Bali Lombok.

16. Lingkaran Hukum Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura.

17. Lingkaran Hukum Surakarta.

18. Lingkaran Hukum Jawa Barat.

19. Lingkaran Hukum Ternate.

Tanah Ulayat

Gbr. Persekutuan Hukum

Persekutuan Hukum

Keluarga

Tanah ulayat

Pengikat keluarga

8
Hak ulayat adalah suatu hak yang dimiliki masyarakat hukum adat

terhadap tanah yang mana tanah tersebut dikerjakan dan dipergunakan untuk

kepentingan masyarakat hukum adat.

Subyek dari hak ulayat adalah masyarakat hukum adat, sedang obyek dari

hak ulayat adalah tanah yang ada dimasyarakat adat tersebut.

Masalah tanah ulayat di Indonesia masih ada oleh sebab itu istilah

tanah ulayat ada dua pandangan yaitu :

 Menurut Prof. Joyodiguno itu (tanah hak purba)

 Menurut Prof. Supomo (hak pertuanan)

Perbedaan tanah ulayat dan hak ulayat :

 Tanah ulayat adalah obyek tanah yang dikuasai oleh masyarakat

adat.

 Hak ulayat adalah hak yang timbul terhadap tanah ulayat.

Unsur-unsur dari hak ulayat adalah :

1. Hak yang dimiliki oleh suatu suku.

2. Sebuah serikat desa/satu desa.

3. Menguasai suatu tanah dan seisinya.

4. Dalam lingkungan wilayahnya.

Ciri-ciri pokok hak ulayat :

1. Hanya persekutuan hukum maupun warganya saja yang berhak

dengan bebas mempergunakan tanah ulayat.

9
2. Orang luar/orang asing tidak diperbolehkan mempergunakan atau

mengolah tanah ulayat.

3. Warga persekutuan boleh mengambil hasil dari tanah ulayat.

4. Hak ulayat tidak bisa dilepaskan, dipindah tangankan.

5. Hak ulayat meliputi tanah yang sudah digarap, yang sudah diliputi

oleh hak perorangan.

Sifat dari tanah ulayat itu ada 2 macam yaitu :

1. Kedalam semua hasil dari tanah ulayat adalah untuk kepentingan

dan kemakmuran semua warga masyarakat persekutuan hukum.

2. Keluar orang diluar masyarakat adat tidak berhak atas keberadaan

tanah ulayat.

Norma Hukum

Norma Hukum merupakan salah satu macam-macam norma yang

keberadaannya dimasyarakat sangat dibutuhkan untuk pedoman orang

berperilaku dimasyarakat, adapun macam-macam norma yang ada di

masyarakat adalah sebagai berikut :

1. Norma Kesusilaan

2. Norma Agama.

3. Norma Kebiasaan.

4. Norma Hukum.

Yang membedakan norma hukum dengan norma lainnya ialah

terletak pada orang yang melanggar sesuatu norma bagaimana sanksi dari

masyarakat atau reaksi sanksi penguasa.

10
Kalau norma hukum reaksi dari suatu penguasa yang mempunyai

kedudukan yang bersifat ketatanegaraan yang disebut sanksi (Ancaman

Hukuman).

Sedang norma lainnya sanksi yang datang dari penguasa tidak

bersifat ketatanegaraan akan tetapi bersifat moral.

Sifat Universal Hukum Adat

Hukum adat yang berlaku dimasyarakat mempunyai sifat-sifat atau asas

yang bersifat umum, sifat/asas tersebut antara lain :

1. Asas gotong royong.

2. Asas fungsi sosial di masyarakat.

3. Asas persetujuan sebagai dasar kekuasaan dalam masyarakat adat.

4. Asas perwakilan dalam permusyawaratan dalam sistem

pemerintahan.

Ad.1 Segala sesuatu di masyarakat dikerjakan secara gotong

royong/kekeluargaan.

Misalnya : dalam hal kelahiran, kematian masyarakat adat tidak

mengenal masyarakat apa yang mengalami kesusahan tersebut.

Ad.2 Bahwa pada prinsipnya kepentingan pribadi akan mengalahkan

kepentingan umum.

11
Ad.3 Asas mufakat merupakan pencerminan dari kehendak masyarakat

hukum adat.

Ad.4 Dalam menyalurkan pendapat di masyarakat adat biasanya

dilewatkan melalui badan-badan perwakilan (LKMD, LMD, RT, RW

dan sebagainya)

Kedewasaan

Suatu ukuran kedewasaan menurut hukum adat sangat berbeda sekali

menurut ukuran hukum positif, ada beberapa pendapat para pakar hukum

adat tentang ukuran kedewasaan adalah sebagai berikut :

Prof. Supomo :

1. Orang yang sudah mampu bekerja sendiri/kuat gawe.

2. Orang dalam cakap mengurus harta bendanya sendiri.

Prof. Ter Haar :

Mengatakan sesorang dianggap dewasa kalau orang itu sudah tidak menjadi

tanggungan orang tuanga lagi atau tak serumah lagi.

Kecakapan bertindak hukum bagi seorang wanita

Bagi wanita di Indonesia kecakapan bertindak dinyatakan melalui keputusan

Raad Van Yustitie tanggal 16 Oktober 1908 disitu dinyatakan wanita yang

dianggap cakap melakukan perbuatan hukum ialah :

1. Telah berumur 15 tahun

2. Masak untuk hidup menjadi seorang istri, walaupun belum dewasa.

3. Cakap untuk melakukan perbuatan sendiri

12
Pengangkatan Anak Dan Pertunangan

Pertunangan

Didalam hukum adat sering dengan lamaran, lamaran apabila diterima

menunjukkan adanya pertanda ikatan antara suami istri secara sudut

kemasyarakatan/sosilosogis dan secara yuridis.

Secara sosiologis maksudnya dengan adanya pertunangan mewajibkan

kedua belah pihak untuk tidak lagi bergaul bebas sesuka hatinya sehingga

menyebabkan hubungan pertunangan retak.

Secara yuridis ialah bahwa pertunangan menurut hukum adat merupakan

suatu peristiwa hukum/peristiwa yuridis.

Pengangkatan Anak

Proses pengangkatan anak oleh orang tua angkat yang disahkan oleh

masyarakat adat.

VI. Persekutuan Hukum


Matrilinial
(7)
Patrilinial
(8)
Masy. Unilateral Dobel Unilateral
(4) (9)

Gineologis Masy. Bilateral


(1) (5)
Masy. Altern
(6)

Persekutuan Desa
(10)
Persekutuan
Teritorial
Hk Persekutuan Daerah
(2) (11)
Perikatan Daerah
(12)

Geneologis Teritorial
(3) 13
Keterangan :

1. Persekutuan hukum geneologis ialah persekutuan hukum yang

didasarkan ada hubungan darah/gen.

2. Persekutuan hukum teritorial ialah persekutuan hukum yang

didasarkan ada hubungan daerah/teritorial.

3. Persekutuan geneologis teritorial ialah persekutuan hukum yang

didasarkan ada hubungan darah/gen dan teritorial.

4. Masyarakat unilateral ialah suatu masyarakat yang menarik garis

keturunan dari satu pihak saja, laki-laki atau perempuan.

5. Masyarakat bilateral ialah suatu masyarakat yang menarik garis

keturunan baik ayah dan ibu.

6. Masyarakat altern ialah suatu masyarakat yang menarik garis

keturunan sesuai bentuk perkawinan.

7. Masyarakat matrilinial ialah suatu masyarakat yang menarik garis

keturunan dari ibu.

8. Masyarakat patrilinial ialah suatu masyarakat yang menarik garis

keturunan dari ayah.

9. Masyarakat dobel unilateral ialah suatu masyarakat yang menarik

garis keturunan dari kedua-duanya.

10. Persekutuan desa ialah segolongan orang terikat yang terdiri dari

keluarga, membentuk desa dimana kepala keluarganya bertempat disitu.

11. Persekutuan daerah dari persekutuan desa membentuk persekutuan

daerah (seperti kecamatan).

14
12. Perserikatan desa dari beberapa desa mengadakan kerjasama

dibidang tertentu.

VII. Sistem Perkawinan & Hukum Transaksi Tanah

Dimasyarakat adat ada suatu sistem perkawinan, yang mana masing-

masing sistem mempunyai pengaruh sendiri terhadap status anak, waris,

kedudukan anak didalam suatu masyarakat adat, adapun sistem perkawinan

tersebut adalah sebagai berikut :

Sistem Endogami

Sistem Perkawinan Sistem Exogami

Sistem Eleuthrogami

Keterangan :

1. Sistem endogomi ialah suatu perkawinan yang hanya

memperbolehkan seseorang kawin itu harus berasal dari keluarganya

sendiri/marganya sendiri.

2. Sistem exogami ialah suatu perkawinan yang hanya

memperbolehkan seseorang kawin itu harus diluar dari keluarganya

sendiri/marganya sendiri.

3. Sistem eleuthrogami ialah suatu sistem perkawinan yang menganut

sistem endogami dan exogami.

Prof. Hazairin

Dalam bukunya rejag suatu perkawinan merupakan perbuatan yang

bertujuan untuk menjamin adanya ketenangan, kebahagiaan dan kesuburan,

akan tetapi menurut pendapat A Van Gennep pekawinan merupakan suatu

upacara peralihan status (Rites de Pasage) yaitu :

15
Gbr. Skema Peralihan Status

A B

Rites de Sparation Rites de Marge Rites de Agregation

1. Rites de Sparation (upacara perpisahan dari status semula).

2. Rites de Marge (upacara menuju ke status baru)

3. Rites de Agregation (upacara penerimaan dalam status yang baru).

Transaksi Hukum Tanah

Transaksi hukum tanah, dimasyarakat adat ada (3) tiga macam yaitu :

1. Jual Gadai artinya suatu transaksi penyerahan tanah dengan

pembayaran kontan dengan ketentuan yang punya tanah pada suatu

waktu/dalam jangka tertentu dapat mengambil tanah tersebut dan uang

dapat dikembalikan lagi.

2. Jual Lepas artinya suatu transaksi tanah dengan pembayaran

kontan dan tanah akan diserahkan secara langsung kepada pembeli.

3. Jual Tahunan artinya suatu transaksi tanah dengan pembayaran tiap

tahun.

Dalam masalah jual gadai di hukum adat berlaku Undang-Undang No.

56/1960 tentang gadai tanah pertanian yaitu :

Ayat (1)

16
UU No. 56/1960 Pasal 7 : “Barang siapa menguasai tanah pertanian dengan

hak gadai yang pada waktu berlakunya peraturan ini yaitu pada tanggal 1

Januari 1961 sudah berlangsung 7 tahun/lebih wajib mengembalikan tanah

itu kepada pemiliknya dalam waktu sebulan sesudah tanaman yang ada

selesai di panen dengan tidak ada hak untuk menuntut pembayaran uang

tebusan”.

Ayat (2)

UU No. 56/1960 Pasal 7: “Barang siapa mengenai hak gadai yang pada

waktu berlakunya belum berlangsung tujuh maka hitungan tebusannya

sebagai berikut:

UU No. 56/1960 Pasal 7 Ayat (3)

Ketentuan dalam ayat 2 ini berlaku juga terhadap yang dilakukan sesudah

berlakunya peraturan ini.

Contoh Soal :

Pada tanggal 30 Desember 1955 Pak Karto menggadaikan tanahnya pada

Pak Kardi sebesar Rp. 2.000.000,-

Pertanyaan : Berapa rupiah Pak Karto harus menebus pada tanggal tersebut

dalam hukung soal ini (2 Januari 1960, 2 Januari 1961, 7 Agustus 1965).

17
DAFTAR ISI

HUKUM ADAT

I..................................................................................................................Pen

gertian Hukum Adat .................................................................................. 1

II.................................................................................................................Das

ar Berlakunya & Kekuatan Material Hukum Adat..................................... 2

III................................................................................................................Mas

yarakat Adat .............................................................................................. 4

IV................................................................................................................Kar

akter & Sendi Hukum Adat ....................................................................... 6

V.................................................................................................................Lin

gkaran Hukum Adat .................................................................................. 7

VI................................................................................................................Pers

ekutuan Hukum ......................................................................................... 13

VII..............................................................................................................Sist

em Perkawinan & Hukum Transaksi Tanah .............................................. 14

18
BAHAN KULIAH

HUKUM ADAT

HERU KUSWANTO, SH.MHum

PROGRAM SARJANA
UNIVERSITAS NAROTAMA

19
S U RABAYA

20

Anda mungkin juga menyukai