Anda di halaman 1dari 8

RESUME MATERI HUKUM ADAT

Nama: Irfan permana putra


Npm : 2021020085
Prody: hukum tata negara (HTNI)

BAB I
HUKUM DAN HUKUM ADAT

A. PENGERTIAN
Hukum dianggap sebagai suatu rangkaian norma yang mengatur tingkah laku dan
perbuatan dalam hidup bermasyarakat.Hukum tidak menguasai hubungan yang tidak
merekatkan hak dan kewajiban. Hubungan yang Tidak merekatkan hak dan kewajiban
disebut hubungan guyub, yaitu hubungan dimana orang dalam menghadapi orang lain sebagai
tujuan.

B. BATASAN MAKNA HUKUM ADAT.


Hukum dan hukum adat mempunyai arti yang sama. Perkembangan makna hukum
adat telah bergeser dari makna semula pada saat keberadaan hukum adat diakui oleh
Pemerintah Kolonial Belanda.
Pergeseran makna hukum adat itu nampak pada pemakain istilah dan unsur-unsur
serta pengertian hukum adat yang diberikan oleh para sarjana.

1.Unsur-unsur Hukum Adat


Snouck Hurgronje mengemukakan unsur pembentukan Hukum Bangsa Indonesia
bukan hukum agama semata, akan tetapi bagian terbesar unsurnya adalah adat kebiasaan dan
hanya kecil saja terdiri dari unsur agama.
Apabila di lihat dari makna hokum adat menurut Van Vollenhoven dapat ditari
kesimpulan , maka unsur-unsur yang terkandung dalam istilan adatrecht itu, meliputi unsur-
unsur:
1. Tidak tertulis.
2. Indonesia dan Timur Asing.
3. Perbedaan lokal yang tebal.
4. Renapan kesusilaan.
5. Diluar perundang-undangan barat.

2.Proses Pembentukan Hukum Adat


Menurut teori Beslissingenleer ter Haar, kebiasaan dulu baru kemudian menjadi
hukum, maka menurut teri Logemann adalah keputusan hakim dulu baru baru kebiasaan.
Proses adat istiadat menjadi hukum adat menurut Logemann adalah Adat Istiadat – Putusan
hakim – Kebiasaan hakim – Hukum adat.

3. Sumber Pengenalan Hukum Adat.


Ada 2 tentang pengertian tentang sumber hukum itu, yaitu Welborn dan Kenborn.
Welborn adalah sumber hukum adat dalam arti dari mana hukum adat itu timbul, yang
merupakan sumber hukum(adat) yang sebenarnya. Welborn adalah konsep tentang keadilan
sesuatu masyarakat.
Kenborn adalah sumber hukum (adat) dalam arti dimana hukum (adat) dapat
diketahui atau ditemukan. Kenborn merupakan penjabaran dari Welborn.
Para sarjana berpendapat bahwa sumber pengenalan hukum dalam arti Kenborn itu
adalah:
1. Adat kebiasaan.
2. Yurispudensi.
3. Norma-norma hukum islam yang telah meresap dalam adat istiadat masyarakat
Indonesia asli.
4. Kitab-kitab hukum adat.
5. Buku-buku standart tentang hukum adat.
6. Pendapat ahli hukum adat.

C. CIRI-CIRI HUKUM ADAT


Ciri-ciri hukum adat adalah sebagai berikut:
1) Tidak tertulis dan kalaupun ada yang tertulis tidak dibuat oleh badan pembentuk undang-
undang (Legislatif)
2) Isinya bersifat:
a) Religiomagis.
Menunjukkan bahwa pada hukum adat terdapat unsur kepercayaan kepada kekuatan
gaib dan tidak berdasarkan logika dan kenyataan semata.
b) Komunal.
Menunjukkan bahwa hukum adat pada dasarnya mengatur kepentingan bersama dan
kaidah-kaidahnya kebanyakan berlaku umum, tidak mengatur secara rinci individual
seperti dalam Hukum Barat.
c) Kontan.
Menunjukkan bahwa transaksi dalam hukum adat dikehendaki terjadi secara kontan,
sehingga prestasi dan kontra prestasi terlaksana secara serentak.
d) Konkret.
Menunjukkan bahwa sahnya suatu hubungan hukum menurut hukum adat, apabila
perbuatan hukum itu terjadi secara nyata.

D. HUKUM DAN KEBUDAYAAN


Hukum adalah merupakan karya masyarakat. Sebagai karya masyarakat hukum,
merupakan salah satu aspek kebudayaan , karena kebudayaan itu sendiri adalah karya, cipta
dan karsa manusia yang hidup bersama.

E. SISTEM HUKUM ADAT


Sistem hukum adat merupakan system hukum khas, yang bersifat Religiomagis,
Komunan, Kontan dan Konkret. Berdasarkan struktur alam pikiran tersebut, maka sistm
hukum adat tidak memerlukan kodifikasi, mengatur secara garis besar saja, tidak dibuat
aturan terlebih dahulu, karena yang diatur hal-hal yang umum untuk kepentingan bersama.
F. DASAR BERLAKUNYA HUKUM ADAT
1. Dasar Yuridis Dahulu dan Sekarang.
a. Dasar Yuridis Dahulu.
Dasar hukum berlakunya hukum adat pada masa kolonial, pertama-tama adalah pasal
131 IS, yang menyatakan sebelum hukum orang Indonesia itu ditulis dalam undang-undang.

b. Dasar yuridis Sekarang


Dasar hukum berlakunya hukum adat pada masa Indonesia Merdeka, pertama-tama
pasal 11 Aturan peralihan UUD 1945 No.2 tahun 1945. Selanjutnya dibidang hukum atas
bumu, air dan angkasa, dinyatakan berlakunya hukum adat menurut pasal 5 Undang-Undang
Pokok Agraria ( UU No.5 Tahun 1960)
Dasar berlakunya hukum secara umum diatas kembali diatur dalam pasal 23(1) dan
27(1) UU No.14 tahun 1970.

2. Dasar Berlaku Sosiologis


Hukum adat mempunyai dasar berlaku sosiologis, karena hukumadat merupakan
hukum yang tumbuh dan berkembang dan tanpa paksaan ari Negara.

3. Dasar Berlaku Filosofis


Berlakunya hukum atas dasar berlaku filosofis, berarti berlakunya hukum itu karena
tuntutan dan paksaan dari pandangan hidup orang yang bersangkutan.

==ooOoo==
BAB II
STRUKTUR TRADISIONAL MASYARAKAT
HUKUM ADAT

A.STRUKTUR MASYARAKAT HUKUM ADAT


1. Struktur Masyarakat Matrilineal
Pada masyarakat terstruktur secara Matrilineal orang menarik garis hukum dalam
menghubungkan diri dengan orang lain melalui melalui garis perempuan.Akibatnya anak
yang terlahir dalam masyarakat ini mengikuti clan (suku) orang tua perempuan.
Masyarakat terstruktur secara Matrilineal, memilih bentuk perkawinannya perkawinan
semendo. Ciri-ciri perkawinan semendo adalah Endogamie dan Matrilokal.
Endogamie berarti bahwa menurut hukam adat, perkawinan yang ideal dalam system
kawin semendo adalah apabila jodoh diambil dari kalangan sukunya sendiri.
Matrilokal, mengandung arti bahwa menurut hukum adat Semendo tempat tinggal
bersama dalam perkawinan adalah tempat tinggal istri.Contohnya masyarakat Minangkabau.

2. Struktur Masyarakat Patrilineal


Pada masyarakat terstruktur secara Patrilineal orang menarik garis hukum dalam
menghubungkan diri dengan orang lain melalui garis laki-laki. Akibatnya anak yang terlahir
dalam masyarakat ini mengikuti clan( suku) orang tua laki-laki.
Masyarakat terstruktur secara Patrilineal memilih cara Perkawinan yang disebut
kawin Jujur. Ciri-ciri kawin jujur yaitu exogamie dan patrilokal.
Exogamie,Perkawinan yang ideal adalah Apabila jodoh diambil dari luar marganya
sendiri Patrilokal berarti menurut hukum adat Perkawinan Jujur Tempat tinggal bersama
dalam perkawinan adalah tempat tingal suami. Contohnya Masyarakat Gayo, Alas, Batak,
dan Bali.

3. Struktur Masyarakat Patrilineal Beralih-alih.


Masyarakat terstruktur secara Patrilineal Beralih-alih menarik garis hukum dalam
menghubungkan diri dengan orang lain tergantung bentuk perkawinan yang dipilih oleh
kedua orang tuanya, Bla orang tuanya memilih cara kawin jujur maka garis hukum yang
ditiarik melalui orang tua laki-laki dan bila dengan cara semendo maka garis ditarik melalui
orang tua perempuan. Dan begitulah seterusnya.Contohnya masyarakat Rejang Lebon dan
Lampung Pepadon.

4. Struktur Masyarakat Bilateral/Parental


Masyarakat yang terstruktur secara Bilateral, orang menarik garis hukum dalam
menghubungkan diri dengan orang lain, baik melalui laki-laki maupun perempuan. Hak dan
Kewajiban antar seorang dengan yang lainnya dalam bidang hukum kekerabatan dan warisan
terjalin baik melalui garis laki-laki maupun perempuan.

B. ORGANISASI MASYARAKAT HUKUM ADAT


1. Persekutuan Hukum
Didalam persekutuan masyarakat tersebut ada yang merupakan persekutuan hukum
dan ada pula yang bukan. Persekutuan itu persekutuan hukum bilamana memenuhi syarat
untuk itu. Syaratnya, yaitu:
a. Kumpulan orang dalam persekutuan tersebut bersifat tetap.
b. Mempunyai Pemerintahan dan Kekuasaan sendiri
c. Mempunyai kekayaan sendiri
d. Persekutuan tersebut bertindak sebagai kesatuan lahir dan batin, kedalam dan keluar
sebagai pendukung hak dan kewajiban.

2.Sistem Demokrasi Berdasarkan Musyawarah Mufakat.


Sisttem pemerintahan adat tidak mengenal pemerintahan kekuasaan namun
persekutuan hukum tidak dapat disebut pemerintahan totaliter. Kepala persekutuan dalam
melaksanakan tugasnya selalu bermusyawarah dengan pembantu-pembantunya yang ikut
dalam pemerintahan.

3.Penggantian Kepala Persekutuan.


Menurut hukum adat penggantian kepala persekutuan diangkat,diakui atau dipilih atas
dasar pewarisan dengan pemilihan dalam permusyawaratan dirapat-rapat desa. Dalam arti
bahwa ahli waris pertama dari kepala persekutuan lama memdapat hak urut pertama untuk
menduduki jabatan pengganti.Akan tetapi apabila ahli warius pertama itu dengan satu alasan
dianggap tidak layak atau tidak patut seperti cacat rohani dan jasmani, maka ia dapat dilalui
atau diganti denagn ahli waris selanjutnya yang dianggap cakap memimpin persekutuan.

4.Bentuk-bentuk Persekutuan Hukum


Ada dua factor yang mendorong terbentuknya persekutuan hukum, yaitu factor
keturunan (genealogis) dan factor daerah (territorial). Kedua factor tersebut kemudian
membentuk tiga jenis persekutuan hukum, yaitu:
a. Persekutuan Hukum Genealogis, yaitu persekutuan hukum yang marganya terkait satu
sama lain dalam persekutuan karena persamaan keturunan sesungguhnya.
b. Persekutuan Hukum Teritorial, yaitu persekutuan hukum yang marganya terkait satu
sama lain dalam satu persekutuan hukum itu karena mereka menetap bersama dalam satu
daerah.
c. Persekutuan Hukum Genealogis-Teritorial, yaitu Persekutuan yang warganya terikat satu
sama lain dalam persekutuan hukum itu oleh ikatan suatu keturunan dan ikatan daerah
tempat tinggal mereka.

==ooOoo==

BAB III
HUBUNGAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT
DALAM HUKUM ADAT
Djojodigeono membedakan individu dengan masyarakat kepada dua jenis, yaitu
Paguyuban dan Patembayan. Jenis masyarak yang diatur dalam hukum adat adalah
Paguyuban dan yang diatur oleh hukum barat adalah Patembayan. Jenis masyarakat
Paguyuban adalah masyarakat yang bersifat komunal (kebersamaan). Jenis masyarakat
Patembayan adalah masyarakat yang bersifat individual.
Hukum adat sebagai hukum yang mengatur masyarakat berciri komunal yang pokok
diberi perlindungan oleh hukum adalah masyarakat.sedangkan kepentingan perorangan
(individu) tidak mendapat tekanan. Individu dalam pandangan hukum adat tidak terlepas dari
masyarakat. Karena itu kepentingan individu selalu diimbangi oleh kepentingan umum.
Menurut hukum adat, masyarakatlah yang kuat kuasa menentukan segala sesuatu dan
menentukan arah kepada semua tindak tanduk individu. Namun demikian individu sebagai
masyarakat juga diberikan hak. Hak-hak yang diberikan oleh hukum itu adalah hak-hak yang
bersifat kemasyarakatan dalam arti pemberian hak individu tidak akan meniadakan
kepentingan umum dari hak tersebut.

==ooOoo==
BAB IV
HUKUM ADAT DAN ILMU LAIN

A.HUKUM ADAT SEBAGAI SALAH SATU TIPE HUKUM


Ilmu pengetahuan modern hukum adat diumumkan pada tahun 1894, kemudian
pengembangannya dilanjutkan oleh Van Vollenhoven. Snouck Hurgronje dari kalangan
sarjana barat, member defenisi hukum adat yang disebut Adatrecht sebagai kebiasaan yang
mempunyai akibat hukum. Akan tetapi dalam pandangannya sebagai penganut Ilmu
Pengetahuan Hukum Barat hukum yang disebut Adatrecht berbeda dehan hukum yang
dinamakan Recht. Dalam kensep Ilmu Pengetahuan Barat yang dimaksud recht adalah hukum
dalam bentuk tertulis dan ditulis (dibuat) oleh badan yang diberi kekuasaan untuk itu oleh
negara. Maka yang dimaksud dengan Adatrecht adalah sebagai suatu hukum yang berbeda
dengan system hukum lain. Adatrecht sebagai hukum bukanlah ketentuan yang tertulis dan
tidak pula dibuat oleh badan yang diberi kekuasaan untuk itu oleh Negara, akan tetapi hukum
yang tumbuh, berkembang dan dipertahankan oleh masyarakat.
Demikian juga Van Vollenhoven, melihat adanya perbedaan antara apa yang hukum
menurut Ilmu pengetahuan Hukum Barat dan konsep Indoneasia.

B. HUKUM ADAT DAN HUKUM KEBIASAAN


Hukum adat (dalam arti sempit) yaitu hukum yang bersal dari adat istiadat,
merupakan norma-norma kemasyarakatan yang sejak dulu ada dalam masyarakat untuk
mengatur masyarakat itu.
Hukum Kebiasaan adalah norma-norma yang berasal dari kebiasaan, yaitu perbuatan-
perbuatan yang dilakukan secara tetap dan terus-menerus dan penyimpangan dari cara itu
dianggap tidak biasa dan dianggap bertentangan dengan suatu kewajiban hukum yang timbul
karena bebiasaan dilakukan secara tetap dan terus-menerus itu.
Dikalangan sarjana yang mengikuti tatanan kodifikasi, maka yang dimaksud dengan
hukum kebiasaan adalah:
1. Kebiasaan yang ditunjuk oleh Undang-undang;
2. Kebiasaan yang digunakan untuk menghaluskan hukum kodifikasi.

Mengenai apakah konsep Hukum Kebiasaan yang ada dalam tatanan hukum
kodifikasi, masih dipertahankan di Indonesia sekarang ini kurang diperhatikan oleh para
sarjana. Akan tetapi apabila diperhatikan dalam konsep hukum dalam Undang-undang Dasar
yang menyebutkan ada dua macam Hukum Dasar, tertulis dan tidak tertulis, dan dalam Pasal
23 ayat (1) UU No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan
Kehakiman, yang juga membedakan Undang-undang (hukum tertulis) dan hukun tidak
tertulis, dan daoat disimpulkan dalam Tata Hukum di Indonesia, tidak dipertahankan lagi
Hukum Kebiasaan berlaku berdampingan dengan hukum tidak tertulis pada umumnya.

==ooOoo==

Anda mungkin juga menyukai