Disusun oleh :
Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu
Sugiatminingsih, S.H., M.H pada mata kuliah Hukum Adat. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang kedudukan hukum adat dan bahasa hukum
dalam hukum adat bagi para pembaca dan penulis.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalh ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Seiring berkembangnya zaman, terkadang kita lupa akan kedudukan hukum adat
dalam tata hukum Indonesia. Karena masih banyak masyarakat yang beranggapan
bahwasannya hukum adat merupakan hal yang kuno, dan sudah tergerus oleh
perkembangan zaman sehingga sudah tidak perlu diterapkan di Indonesia.
Sedangkan menurut Supomo dan Hazirin1 membuat kesimpulan bahwa hukum adar
adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia Indonesia Indonesia dalam
hubungan satu sama lain. Hubungan yang dimaksud termasuk keseluruhan kelaziman
dan kebiasaan serta keusilaan yang hidup dalam masyarakat adat karena dianut dan
dipertahankan oleh masyarakat. Termasuk juga seluruh peraturan yang mengatur
sanksi terhadap pelanggaran dan yang ditetapkan dalam keputusan para penguasa adat.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kedudukan Hukum Adat dalam Tata Hukum Indonesia.
2. Mengetahui Bahasa Hukum dalam Sistem Hukum Adat.
3. Mengetahui Pepatah Adat dalam Sistem Hukum Adat.
1
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2008, hlm. 15
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 kedudukan Hukum Adat dalam Tata Hukum Indonesia
Hukum adat di Indonesia pada umumnya tidak tertulis dan tidak dibedakan,
serta tidak dapat dipisahkan dari hukum pidana, perdata dan hukum tata negara secara
tegas seperti yang dikenal di hukum barat. Timbul persoala, apakah “hukum (pidana)
adat” dapat memengaruhi ketentuan undang-undang hukum pidana? Bagi penduduk
Indonesia , hukum pidana adat dan kebiasaan – kebiasaan walaupun hanya berlaku di
masyarakat setempat, tidak kurang nilainya untuk dipertimbangkan sebagai hal – hal
atau fakta yang turut mempengaruhi putusan dari seorang hakim.
Dengan berpedoman pada pasal 1 KUHP, sebenarnya tidak dikenal lagi
hukum pidana yang tidak tertulis, karena dalam asas legalitas berlaku apa yang dikenal
dengan “ nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali “, artinya suatu norma
hukum pidana (dalam hal ini tindak pidana) dan sanksi pidana harus telah terkandung
dalam perundang-undangan sebelum suatu tindakan dilakukan. Akan tetapi hukum adat
yang berlaku di indonesia yang beraneka ragam masuh tetap diakui selama tidak
bertentangan dengan pancasila.
Sebagaimana yang diketahui, asas legalitas dalam KUHP Indonesia bertolak
belakang dengan nilai dasar dari “kepastian hukum”. Asas legalitas tidak semata-mata
diartikan dengan “nullum delictum sine lege”, tetapi juga “nullum delictumsine lus”
atau tidak semata – mata dilihat dari legalitas formal namun, juga dilihat dari legalitas
materil, yaitu dengan mengakui hukum pidana atau hukum tidak tertulis sebagai sumber
hukum.
Berdasarkan keluarnya Undang-Undang Pokok Kekuasaan Kehakiman
Nomor 14 Tahun 1970, kiranya pandangan masih dapat diterapkannya hukum adat
(Pidana) walaupun dalam arti yang terbatas lebih mendapat dukungan lagi. Dalam Pasal
27 (1) dari Undang – Undang tersebut antara lain ditentukan hakim sebagai penegak
hukum sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti dan memahami
nilai – nilai hukum yang hidup dalam masyarakat. Ketentuan ini mengingatkan adanya
hukum yang tidak tertulis yang hidup dalam kehidupan masyarakat yang harus diikuti /
menjadi pertimbangan oleh hakim.
Keberadaan hukum adat dalam tata hukum nasional di Indonesia akan tetap
eksis/berlaku. Dalam hal ini Prof. Soepomo memberikan pandangannya sebagai
berikut.2
1. Bahwa dalam kehidupan berkeluarga, hukum adat masih akan menguasai
masyarakat di Indonesia
2
R. Soepomo, Bab-bab Tentang Hukum Adat, Jakarta: Universitas, 1966, hlm.52.
2. Bahwa hukum pidana dari suatu negaria wajib mengandung unsur dari
sifat-sifat bangsanya atau masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu dengan
adanya hukum adat sangat penting untuk menjadi pertimbangan dari
pembentukan KUH baru untuk negara kita.
3. Bahwa hukum adat sebagai hukum yang tidak tertulis akan tetap menjadi
sumber hukum di Indonesia baru dalam hal-hal yang belum/ tidak
ditetapkan dalam UU.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Hukum adat adalah aturan tidak tertulis yang hidup di dalam masyarakat adat
sesuatu adat suatu daerah dan akan tetapi hidup selama masyarakatnya masih memenuhi
hukum adat yang telah diwariskan kepada mereka dari para nenek moyang sebelum
mereka. Oleh karena itu, keberadaan hukum adat dan kedudukannya dalam tata hukum
nasional tidak dapat dipungkiri walaupun hukum adat tidak tertulis dan berdasarkan
asas legalitas adalah hukum yang tidak sah. Hukum adat akan selalu ada dan hidup di
dalam masyarakat.\
DAFTAR PUSTAKA
Soepomo. 2000. Bab-Bab Tentang Hukum Adat . Jakarta : PT. Pradnya Pramita