Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH HUKUM ADAT

Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Hukum Adat yang


dibina oleh Sugiatminingsih, S.H., M.H

Disusun oleh :

Mochammad Ferdiansyah (201910110311218)

Danang Dwijo Mukti (201910110311224)

Ikhsan Syahrul Ramadhan (201910110311256)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu
Sugiatminingsih, S.H., M.H pada mata kuliah Hukum Adat. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang kedudukan hukum adat dan bahasa hukum
dalam hukum adat bagi para pembaca dan penulis.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalh ini.

Malang, Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kedudukan Hukum Adat dalam Tata Hukum Indonesia


2.2 Bahasa Hukum
2.3 Pepatah Adat

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


Hukum adat, jika kita mendengar kata itu yang terlintas di fikiran kita mungkin
adalah suatu corak kedaerahan yang begitu kental didalamnya. Karena sifatnya yang
tidak tertulis, majemuk antara lingkungan masyarakat satu dengan lainnya, maka
sangat perlu dikaji perkembangannya. Pemahaman ini akan diketahui apakah hukum
adat masih hidup, apakah sudah berubah, dan ke arah mana perubahan itu.

Seiring berkembangnya zaman, terkadang kita lupa akan kedudukan hukum adat
dalam tata hukum Indonesia. Karena masih banyak masyarakat yang beranggapan
bahwasannya hukum adat merupakan hal yang kuno, dan sudah tergerus oleh
perkembangan zaman sehingga sudah tidak perlu diterapkan di Indonesia.

Sedangkan menurut Supomo dan Hazirin1 membuat kesimpulan bahwa hukum adar
adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia Indonesia Indonesia dalam
hubungan satu sama lain. Hubungan yang dimaksud termasuk keseluruhan kelaziman
dan kebiasaan serta keusilaan yang hidup dalam masyarakat adat karena dianut dan
dipertahankan oleh masyarakat. Termasuk juga seluruh peraturan yang mengatur
sanksi terhadap pelanggaran dan yang ditetapkan dalam keputusan para penguasa adat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaiman kedudukan Hukum Adat dalam Tata Hukum Indonesia ?
2. Apa itu Bahasa Hukum dalam Sistem Hukum Adat ?
3. Apa itu Pepatah Adat dalam Sistem Hukum Adat ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui kedudukan Hukum Adat dalam Tata Hukum Indonesia.
2. Mengetahui Bahasa Hukum dalam Sistem Hukum Adat.
3. Mengetahui Pepatah Adat dalam Sistem Hukum Adat.

1
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2008, hlm. 15
BAB II

PEMBAHASAN
1.1 kedudukan Hukum Adat dalam Tata Hukum Indonesia

Hukum adat di Indonesia pada umumnya tidak tertulis dan tidak dibedakan,
serta tidak dapat dipisahkan dari hukum pidana, perdata dan hukum tata negara secara
tegas seperti yang dikenal di hukum barat. Timbul persoala, apakah “hukum (pidana)
adat” dapat memengaruhi ketentuan undang-undang hukum pidana? Bagi penduduk
Indonesia , hukum pidana adat dan kebiasaan – kebiasaan walaupun hanya berlaku di
masyarakat setempat, tidak kurang nilainya untuk dipertimbangkan sebagai hal – hal
atau fakta yang turut mempengaruhi putusan dari seorang hakim.
Dengan berpedoman pada pasal 1 KUHP, sebenarnya tidak dikenal lagi
hukum pidana yang tidak tertulis, karena dalam asas legalitas berlaku apa yang dikenal
dengan “ nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali “, artinya suatu norma
hukum pidana (dalam hal ini tindak pidana) dan sanksi pidana harus telah terkandung
dalam perundang-undangan sebelum suatu tindakan dilakukan. Akan tetapi hukum adat
yang berlaku di indonesia yang beraneka ragam masuh tetap diakui selama tidak
bertentangan dengan pancasila.
Sebagaimana yang diketahui, asas legalitas dalam KUHP Indonesia bertolak
belakang dengan nilai dasar dari “kepastian hukum”. Asas legalitas tidak semata-mata
diartikan dengan “nullum delictum sine lege”, tetapi juga “nullum delictumsine lus”
atau tidak semata – mata dilihat dari legalitas formal namun, juga dilihat dari legalitas
materil, yaitu dengan mengakui hukum pidana atau hukum tidak tertulis sebagai sumber
hukum.
Berdasarkan keluarnya Undang-Undang Pokok Kekuasaan Kehakiman
Nomor 14 Tahun 1970, kiranya pandangan masih dapat diterapkannya hukum adat
(Pidana) walaupun dalam arti yang terbatas lebih mendapat dukungan lagi. Dalam Pasal
27 (1) dari Undang – Undang tersebut antara lain ditentukan hakim sebagai penegak
hukum sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti dan memahami
nilai – nilai hukum yang hidup dalam masyarakat. Ketentuan ini mengingatkan adanya
hukum yang tidak tertulis yang hidup dalam kehidupan masyarakat yang harus diikuti /
menjadi pertimbangan oleh hakim.
Keberadaan hukum adat dalam tata hukum nasional di Indonesia akan tetap
eksis/berlaku. Dalam hal ini Prof. Soepomo memberikan pandangannya sebagai
berikut.2
1. Bahwa dalam kehidupan berkeluarga, hukum adat masih akan menguasai
masyarakat di Indonesia

2
R. Soepomo, Bab-bab Tentang Hukum Adat, Jakarta: Universitas, 1966, hlm.52.
2. Bahwa hukum pidana dari suatu negaria wajib mengandung unsur dari
sifat-sifat bangsanya atau masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu dengan
adanya hukum adat sangat penting untuk menjadi pertimbangan dari
pembentukan KUH baru untuk negara kita.
3. Bahwa hukum adat sebagai hukum yang tidak tertulis akan tetap menjadi
sumber hukum di Indonesia baru dalam hal-hal yang belum/ tidak
ditetapkan dalam UU.

1.2 Bahasa Hukum

Bahasa Hukum adalah bahasa yang berarti aturan yang mewujudkan


ketertiban dan keadilan, Untuk mempertahankan kepentingan masyarakat maupun
kepentingan pribadi..
BAHASA HUKUM MENURUT PARAH AHLI :
• Menurut Prof. Dr. Van Kan
Hukum merupakan segala peraturan yang mempunyai sifat memaksa yang
diadakan untuk mengatur dan melindungi kepentingan orang di dalam masyarakat.
• Menurut Bellfoid
Hukum merupakan aturan yang berlaku di suatu masyarakat yang
mengatur tata tertib masyarakat itu atas dasar kekuasaan yang ada pada masyarakat.
• Menurut Duguit
Hukum merupakan tingkah laku anggota masyarakat, aturan yang penggunaannya di
saat tertentu di acuhan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan atas kepentingan bersama
terhadap orang yang melanggar peraturan.
• Menurut S.M. Amir, S.H
Hukum merupakan peraturan yang tersusun dari norma-norma dan sanksi-sanksi.
• Menurut Van Apeldoorn
Hukum merupakan peraturan penghubung antar hidup manusia, gejala
sosial tidak ada masyarakat yang tidak mengenal hukum, sehingga hukum menjadi
suatu aspek kebudayaan yaitu agama, adat, kesusilaan dan kebiasaan.
• Menurut Plato
Hukum merupakan segala peraturan yang tersusun dengan baik dan teratur
yang mempunyai sifat mengikat hakim dan masyarakat.
• Menurut Immanuel Kant
Hukum merupakan semua syarat dimana seseorang mempunyai kehendak
bebas, sehingga bisa menyesuaikan diri dengan kehendak bebas orang lain dan menaati
peraturan hukum mengenai kemerdekaan.
• Menurut Borst
Hukum merupakan semua peraturan bagi perbuatan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat, dimana saat pelaksanaan bisa dipaksakan dengan tujuan
untuk mendapat keadilan.
• Menurut Austin
Hukum merupakan peraturan yang diciptakan guna memberi bimbingan kepada
makhluk yang berakal oleh makhluk berakal yang berkuasa atasnya.
• Menurut Mr. E.M. Meyers
Hukum merupakan aturan yang mengandung pertimbangan kesusilan,
hukum ditujukan kepada perilaku manusia dalam masyarkat yang menjadi pedoman
bagi para penguasa nagara dalam menjalankan tugas.
• Menurut Bambang Sunggono
Hukum merupakan sebagai subordinasi atau produk dari kepentingan
politik.
• Menurut A.L Goodhart
Hukum merupakan semua peraturan yang digunakan oleh pengandilan.
• Menurut Abdulkadir Muhammad
Hukum merupakan semua peraturan baik itu tertulis atau tidak tertulis dan
mempunyai sanksi tegas terhadap para pelanggar hukum.
• Menurut Abdul Whab Khalaf
Hukum merupakan tuntutan Allah yang berkaitan dengan perbuatan orang
yang sudah dewasa menyangkut perintah, larangan dan boleh tidaknya untyuk
melaksanakan atau meninggalkan sesuatu.
-
1.3 PEPATAH ADAT

Pepatah adat memberikan lukisan tentang adanya aliran hukum


tertentu.Pepatah adat baik untuk diketahui dan disebut akan tetapi pepatah itu
tidak boleh dipandang sebagai pasal-pasal Kitab Undang-Undang.Pepatah adat
tidak memuat peraturan-peraturan hukum positif,pepatah adat bukan merupakan
sumber hukum adat melainkan mencerminkan dasar hukum yang tidak tegas

Kecuali istilah-istilah hukum adat, di berbagi lingkaran hukum adat


terdapat pula pepatah adat(umpama),kata adat,patitih,mamangan,pitua) yang
berguna sebagai petunjuk tentang adanya sesuatu peraturan hukum adat.

Buku Vergouwen tentang Het rechtsleven der Toba-Bataks dan buku


Mr.Willinck tentang Het rechtsleven bij de Minangkabausche Maleiers memuat
banyak pepatah adat yang terdapat di daerah Batak dan di daerah Minangkabau

Beberapa contoh dari daerah Batak:

‘’molo-metmet binanga,na metmet do dengke,


molo godang binanga,godang dengke”

Dalam Bahasa Indonesia

“Jika (anak) sungai kecil,maka ikanya juga kecil,

Jika (anak) sungai besar, maka ikanya juga besar”

Umpama ini mengandung dasar hukum, bahwa upah bagi mereka


yang menyelesaikan sesuatu soal hukum harus seimbang dengan pentingnya soal
tersebut.

“togu urat nib ulu, toguan urat ni padang.

togu pe na nidok ni uhum, toguan na nidok ni padan”.

Dalam Bahasa Indonesia

“Akar bambu kuat,akan tetapi akar rumput lebih buat lagi


BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Hukum adat adalah aturan tidak tertulis yang hidup di dalam masyarakat adat
sesuatu adat suatu daerah dan akan tetapi hidup selama masyarakatnya masih memenuhi
hukum adat yang telah diwariskan kepada mereka dari para nenek moyang sebelum
mereka. Oleh karena itu, keberadaan hukum adat dan kedudukannya dalam tata hukum
nasional tidak dapat dipungkiri walaupun hukum adat tidak tertulis dan berdasarkan
asas legalitas adalah hukum yang tidak sah. Hukum adat akan selalu ada dan hidup di
dalam masyarakat.\
DAFTAR PUSTAKA
Soepomo. 2000. Bab-Bab Tentang Hukum Adat . Jakarta : PT. Pradnya Pramita

Utomo, Laksono. 2017. Hukum Adat. Depok :Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai