Anda di halaman 1dari 5

DEFINISI,SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HUKUM ADAT

KELOMPOK 11
DISUSUN
MUHAMMAD AFDHAL
MUHAMMAD CHATAMI
FARIZ RIZKULLAH

dosen pembimbing:Erha Saufan

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY


DARUSSALAM, BANDA ACEH
TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehinggamakalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

BAB I
Pendahuluan

Latar belakang

Hukum adat merupakan salah satu bentuk hukum yang masih eksis/ada dalam kehidupan
masyarakat hukum adat di Indonesia. Perlu kita ketahui pula bahwa Hukum Adat merupakan
salah satu bentuk hukum yang berlaku dalam kehidupan dan budaya hukum masyarakat
Indonesia yang masih berlaku sampai dengan saat ini. Eksistensi hukum adat dapat kita lihat
hingga saat ini melalui adanya peradilan-peradilan adat serta perangkat-perangkat hukum adat
yang masih dipertahankan oleh masyarakat hukum adat di Indonesia untuk menyelesaikan
berbagai sengketa dan delik yang tidak dapat ditangani oleh lembaga kepolisian, pengadilan,
serta lembaga pemasyarakatan. Hukum adat tetap dipertahankan hingga saat ini oleh
masyarakat hukum adat sebab mereka percaya bahwa putusan yang dikeluarkan melalui
peradilan adat terhadap suatu delik yang diadili melaluinya dapat memberikan kepuasan akan
rasa keadilan, serta kembalinya keseimbangan dalam kehidupan masyarakat adat atas
kegoncangan spiritual yang terjadi atas berlakunya delik adat tersebut.

Eksistensi hukum adat sebagai salah satu bentuk hukum yang diakui keberadaannya dalam
kehidupan dan budaya hukum masyarakat Indonesia tercantum pada Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945 atau untuk singkatnya UUD ’45 yaitu pada pasal 18B ayat (2)
yang menentukan “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan Masyarakat Hukum
Adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Ksatuam Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-
undang”. Penjelasan mengenai pengakuan hukum adat oleh Negara juga terdapat pada pasal
27 ayat (1) UUD ’45 yang menentukan “Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya”, yang mana dari rumusan ketentuan tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa baik warga sipil maupun aparatur pemerintahan tanpa terkecuali diwajibkan untuk
menjunjung hukum yang berlaku dalam kehidupan dan budaya hukum masyarakat Indonesia
baik itu hukum pidana, hukum perdata, maupun hukum adat. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia sebagai sumber hukum juga
mengakui eksistensi hukum adat sebagai salah satu bentuk hukum yang berlaku dalam
kehidupan dan budaya hukum masyarakat Indonesia, yang mana hal ini ditunjukkan dalam
pasal 6 ayat (1) Undang-Undang tersebut yang menentukan “Dalam rangka penegakan hak
asasi manusia, perbedaan dan kebutuhan dalam Masyarakat Hukum Adat harus diperhatikan
dan dilindungi oleh hukum, masyarakat, dan pemerintah”. Berdasarkan ketentuan tersebut,
maka dapat kita simpulkan bahwa hukum adat dipandang sebagai prasarana yang digunakan
oleh Masyarakat Hukum Adat dalam memenuhi “hak adat” mereka, sehingga hukum adat harus
diperhatikan dan dilindungi keberadaannya baik oleh hukum, masyarakat, maupun pemerintah
sehingga eksistensi atau keberadaanhukum adat dalam kehidupan dan budaya hukum
masyarakat Indonesia dapat terus dijaga.

Hukum adat sebagai hukum positif memiliki ciri yang khas yaitu; hukum adat merupakan
hukum yang sebagian besar bersifat tidak tertulis, namun nilai-nilainya ada dan berlaku dalam
kehidupan masyarakat adat yang memberlakukan hukum adat tersebut. Hukum adat berlaku
dalam ruang lingkup yang terbatas yakni hanya berlaku dalam masyarakat adat dimana hukum
adat tersebut hidup atau berada, dan keadaan ini memungkinkan bahwa setiap masyarakat
adat dapat memiliki hukum adat yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Penjelasan lebih
lanjut mengenai hukum adat dapat kita ntemukan dalam pendapat yang dikemukakan oleh Prof.
Mr. Dr. Soekanto selaku seorang ahli hukum, dimana beliau mendefinisikan hukum adat
sebagai “kompleks adat-adat yang kebanyakan tidak dikitabkan, tidak dikodifikasikan dan
bersifat paksaan mempunyai sangsi, jadi mempunyai akibat hukum.
Salah satu sub-bagian yang terdapat dalam hukum adat ialah hukum adat delik (adat delicten
recht) atau dikenal juga sebagai hukum pidana adat. Pengertian akan istilah hukum pidana adat
dapat kita temukan lewat pendapat Hilman Hadikusuma, S.H. yang mengemukakan bahwa
Istilah hukum pidana adat adalah terjemahan dari istilah Belanda “adat delicten recht” atau
“hukum pelanggaran adat”, dan beliau juga menyatakan bahwa istilah-istilah ini tidak dikenal
dikalangan masyarakat adat.2 Hukum pidana adat secara umum berisi mengenai aturan-aturan
hukum yang kebanyakan bersifat tidak tertulis namunmemiliki akibat hukum bagi siapapun yang
melanggar hukum tersebut, didalam wilayah hukum adat tersebut berlaku.

Bab ll
Pembahasan

Definisi hukum adat

Hukum Adat adalah hukum tidak tertulis karena aturan ini tidak ada dalam hukum tercatat.
Ada kebiasaan sebagai penggunaan tertentu, di antaranya masyarakat beranggapan bahwa itu
harus legal dari sudut pandang hukum, yang berlangsung selama waktu tertentu. Contoh
hukum adat adalah misalnya peraturan menteri Ia tidak lagi memiliki kepercayaan mayoritas di
DPR harus mengundurkan diri. Aturan seperti itu tidak terdapat dalam hukum mana pun tapi
sudah biasa. Tidak ada kewajiban hukum untuk menteri ini untuk menawarkan pengunduran
dirinya, tetapi tugas ini karena itu ada berdasarkan kebiasaan dalam politik nasional.

Hukum umum dapat mencakup berbagai bidang seperti hak dan kewajiban perkawinan,
warisan, suksesi, hubungan antara orang pada umumnya, kepemilikan dan penggunaan real
estat, bobot dan ukuran, hak perkawinan, hak dan hak istimewa dalam masalah perdata dan
pidana, pengangkatan dan hukum prosiding. Contoh hukum adat yang diterapkan di Negara-
negara Rendah adalah hak bertetangga dan devolusi.

Hukum umum dapat diterapkan sebagai negara hukum jika dua syarat terpenuhi:

1.Aturan tersebut telah digunakan untuk jangka waktu yang lebih lama karena kebiasaan
khusus dalam industri (misalnya, pasar konstruksi atau industri tertentu dalam perdagangan).

2.Penggunaan jangka panjang dari aturan (hukum) secara umum diterima. Penggunaan
berulang atas aturan tersebut telah mengangkat aturan tersebut menjadi standar hukum dan
dapat diterapkan pada penerapannya pada hubungan hukum antara para pihak. Dalam kasus
tersebut, standar hukum dapat diberlakukan di pengadilan. Common Law pada prinsipnya
adalah hukum tidak tertulis, tetapi dengan demikian dapat memiliki efek mengikat pada kontrak.

Perkembangan Hukum Adat


Hukum adat karena sifatnya yang tidak tertulis, majemuk antara lingkungan masyarakat satu
dengan lainnya, maka perlu dikaji perkembangannya. Paradigma pemahaman hukum adat dan
perkembangannya harus diletakkan pada ruang yang besar, dengan mengkaji secara luas:
a) Kajian yang tidak lagi melihat sistem hukum suatu
negara berupa hukum negara, namun juga hukum adat
hukum agama serta hukum kebiasaan;
b) Pemahaman hukum (adat) tidak hanya memahami
hukum adat yang dalam berada dalam komunitas
tradisional- masyarakat pedesaan, tetapi juga hukum
yang berlaku dalam lingkungan masyarakat lingkungan
tertentu (hybrid law atau unnamed law);
c) Memahami gejala trans nasional law sebagaimana
hukum yang dibuat oleh organisasi multilateral, maka
adanya hubungan interdependensi antara hukum
internasional, hukum nasional dan hukum lokal.

Dengan pemahaman holistik dan intregratif maka perkembangan dan kedudukan hukum adat
akan dapat dipahami dengan memadai. Maka studi hukum adat dalam perkembangan mengkaji
hukum adat sepanjang perkembanganya di dalam masyarakat, dilakukan secara kritis obyektif
analitis, artinya hukum adat akan dikaji secara positif dan secara negative. Secara positif artinya
hukum adat dilihat sebagai hukum yang bersumber dari alam pikiran dan cita-cita
masyarakatnya. Secara negatif hukum adat dilihat dari luar, dari hubungannya dengan hukum
lain baik yang menguatkan maupun yang melemahkan dan interaksi perkembangan politik
kenegaraan.

Perkembangan hukum secara positif artinya hukum adat akan dilihat pengakuannya dalam
masyarakat dalam dokrin, perundang-undangan, dalam yurisprudensi maupun dalam
kehidupan masyarakat sehari hari. Sebaliknya perkembangan secara negative bagaimana
hukum adat dikesampingkan dan tergeser atau sama sekali tidak berlaku oleh adanya hukum
positif yang direpresentasikan oleh Negara baik dalam perundang-undangan maupun dalam
putusan pengadilan. Sebagaimana dinyatakan: hukum adat sebenarnya berpautan dengan
suatu masyarakat yang masih hidup dalam taraf subsistem, hingga kecocokannya untuk
kehidupan kota modern mulai dipertanyakan. Hukum adat dalam perkembangannya dewasa ini
dipengaruhi oleh: Politik hukum yang dianut oleh Negara dan metode pendekatan yang
digunakan untuk menemukan hukum adat.

Bab lll
Kesimpulan

Merujuk pada pengertian hukum adat sebagaimana dikemukakan oleh Soepomo, maka
hukum adat pembentukan dapat melalui Badan Legislatif, Melalui Pengadilan. Hukum
merupakan kesatuan norma yang bersumber pada nilai-nilai (values). Namun demikian hukum
dan hukum adat pada khususnya menurut karakternya, ada:
1. Hukum adat memiliki karakter bersifat netral, dan
2. Hukum adat memiliki karakter bersifat tidak netral karena
sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai religius.

Pembedaan ini penting untuk dapat memahami pembentukan atau perubahan hukum yang
akan berlaku dalam masyarakat. Hukum netral ± hukum lalu lintas- adalah hukum yang relative
longgar kaitannya dengan nilai nilai religius ± susunan masyarakat adat - hal ini berakibat,
perubahan hukum yang termasuk hukum netral mudah pembentukannya dan pembinaan
hukum dilakukan melalui bentuk perumusan hukum perundang-undangan (legislasi).
Sedangkan hukum adat yang erat kaitannya dengan nilai-nilai relegius ± karena itu relative tidak
mudah disatukan secara nasional, maka pembinaan dan perumusannya dalam hukum positif
dilakukan melalui yurisprudensi.

Anda mungkin juga menyukai