A. Tujuan Pembelajaran
B. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi
Pendahulua Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka dan dilanjutkan doa
n bersama. Tidak lupa guru memberikan orientasi, apersepsi, motivasi,
dan pemberian acuan pembelajaran hari ini.
Inti Peserta didik diminta membaca buku PPKn Kelas XI. Bab Sistem
hukum
Peserta didik diminta mengidentifikasi macam-macam penggolongan
hukum
Peserta didik diminta secara kelompok mendiskusikan macam-
macam penggolongan hukum .
Peserta didik diminta menentukan sikap spiritual dan sosial dalam
rangka membangun nilai-nilai kejujuran dalam sistem hukum di
Indonesia sesuai dengan UUD NRI 1945
Penutup Peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran yang sudah
didapatkan dengan bimbingan guru.
Guru membimbing peserta didik merefleksikan pembelajaran hari ini.
C. Penilaian Pembelajaran
1. Penilaian sikap dilakukan dengan observasi.
2. Penilaian pengetahuan berupa tes tertulis dan lisan.
3. Penilaian kinerja dilakukan terhadap hasil diskusi yang disusun secara
kelompok.
C. PENGGOLONGAN HUKUM
Hukum dapat dibedakan / digolongkan / dibagi menurut bentuk, sifat, sumber, tempat
berlaku, isi dan cara mempertahankannya.
1. Menurut bentuknya, hukum itu dibagi menjadi :
a. Hukum Tertulis, adalah hukum yang dituliskan atau dicantumkan
dalam perundang-undangan. Contoh : hukum pidana dituliskan pada KUHPidana,
hukum perdata dicantumkan pada KUHPerdata.
b. Hukum Tidak Tertulis, adalah hukum yang tidak dituliskan atau tidak
dicantumkan dalam perundang-undangan. Contoh : hukum adat tidak dituliskan atau
tidak dicantumkan pada perundang-undangan tetapi dipatuhi oleh daerah tertentu.
Hukum tertulis sendiri masih dibagi menjadi dua, yakni hukum tertulis yang
dikodifikasikan dan yang tidak dikodifikasikan.
Dikodifikasikan artinya hukum tersebut dibukukan dalam lembaran negara dan
diundangkan atau diumumkan. Indonesia menganut hukum tertulis yang
dikodifikasi. Kelebihannya adalah adanya kepastian hukum dan penyederhanaan
hukum serta kesatuan hukum. Kekurangannya adalah hukum tersebut bila
dikonotasikan bergeraknya lambat atau tidak dapat mengikuti hal-hal yang terus
bergerak maju.
2. Menurut sifatnya, hukum itu dibagi menjadi :
a. Hukum yang mengatur, yakni hukum yang dapat diabaikan bila pihak-pihak yang
bersangkutan telah membuat peraturan sendiri.
b. Hukum yang memaksa, yakni hukum yang dalam keadaan apapun memiliki
paksaan
yang tegas.
3. Menurut sumbernya, hukum itu dibagi menjadi :
a. Hukum Undang-Undang, yakni hukum yang tercantum dalam peraturan
perundang-
undangan.
b. Hukum Kebiasaan (adat), yakni hukum yang ada di dalam peraturan- peraturan
adat.
c. Hukum Jurisprudensi, yakni hukum yang terbentuk karena keputusan hakim di
masa yang lampau dalam perkara yang sama
d. Hukum Traktat, yakni hukum yang terbentuk karena adanya perjanjian antara
negara yang terlibat di dalamnya.
4. Menurut tempat berlakunyanya, hukum itu dibagi menjadi :
a. Hukum Nasional adalah hukum yang berlaku dalam suatu negara.
b. Hukum Internasional adalah hukum yang mengatur hubungan antar
negara.
c. Hukum Asing adalah hukum yang berlaku di negara asing.
5. Menurut isinya, hukum itu dibagi menjadi :
a. Hukum Privat (Hukum Sipil), adalah hukum yang mengatur hubungan antara
perseorangan dan orang yang lain. Dapat dikatakan hukum yang mengatur
hubungan antara warganegara dengan warganegara. Contoh : Hukum Perdata dan
Hukum Dagang. Tetap dalam arti sempit hukum sipil disebut juga hukum perdata.
b. Hukum Negara (Hukum Publik) dibedakan menjadi hukum pidana, tata negara
dan administrasi negara.
1) Hukum Pidana adalah hukum yang mengatur hubungan antara
warganegara dengan negara
2) Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur hubungan antara
warganegara dengan alat perlengkapan negara.
3) Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang mengatur
hubungan antar alat perlengkapan negara, hubungan pemerintah pusat
dengan daerah.
6. Menurut waktu berlakunya, dibedakan atas:
a. Hukum positif (ius constitutum)
b. Ius constituendum yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada masyarakat
yang akan datang.
c. Hukum alam
7. Menurut wujudnya, dibedakan atas:
a. Obyektif
b. Subyektif
c. Peradilan Agama
Keberadaan peradilan agama diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Lembaga
peradilan yang berada dalam lingkup peradilan agama adalah Pengadilan Agama dan
Pengadilan Tinggi Agama.
1) Pengadilan Agama
Pembentukan Pengadilan Agama dilakukan melalui undangundang dengan daerah hukum
meliputi wilayah kota atau kabupaten. Bidang-bidang yang menjadi cakupannya adalah
perkawinan; warisan, wasiat, hibah; wakaf dan shadaqah; serta ekonomi syariah. Wewenang
peradilan agama sebagai berikut:
a) Memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara
orang-orang yang di bidang perkawinan, hak waris, wasiat, hibah yang berdasarkan
hukum Islam, wakaf, dan shadaqah.
b) Bidang-bidang perkawinan, yaitu hal-hal yang diatur dalam undang-undang mengenai
perkawinan yang berlaku.
c) Bidang kewarisan, yaitu penentuan seseorang untuk menjadi hak waris, penentuan harta
peninggalan, penentuan bagian hak waris, dan melaksanakan pembagian harta
peninggalan itu.
Pengadilan Agama merupakan pengadilan tingkat pertama. Pengadilan Agama adalah organ
kekuasaan kehakiman dalam lingkungan peradilan agama yang berkedudukan di kota atau di
ibu kota kabupaten, dan daerah hukumnya meliputi wilayah kota atau kabupaten.
2) Pengadilan Tinggi Agama
Pengadilan Tinggi Agama adalah lembaga kekuasaan kehakiman yang berada di lingkup kerja
peradilan agama. Pengadilan ini merupakan pengadilan tingkat banding. Kedudukan
Pengadilan Tinggi Agama adalah di ibu kota provinsi dengan wilayah kerja meliputi daerah
provinsi tersebut. Tugas dan wewenang Pengadilan Tinggi Agama sebagai berikut :
a) Mengadili perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama tingkat banding.
b) Mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan antar-Pengadilan
Agama di wilayah hukumnya.
d. Peradilan Militer
Peradilan Militer diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997. Peradilan Militer
adalah badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman di lingkungan angkatan bersenjata,
yang meliputi Pengadilan Militer, Pengadilan Militer Tinggi, Pengadilan Militer Utama, dan
Pengadilan Militer Tempur. Wewenang Pengadilan Militer sebagai berikut:
1) Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang pada waktu melakukan
tindak pidana adalah seorang prajurit, yang berdasarkan undang-undang dipersamakan
dengan prajurit, anggota
2) suatu golongan atau jawatan atau badan atau yang dipersamakan atau dianggap sebagai
prajurit berdasarkan undang-undang.
3) Memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan sengketa tata usaha angkatan bersenjata
yang bersangkutan atas permintaan dari pihak yang dirugikan sebagai akibat tindak
pidana yang menjadi dasar dakwaan, sekaligus memutuskan kedua perkara tersebut
dalam suatu putusan.
Badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman di lingkungan angkatan bersenjata, yaitu
Pengadilan Militer, Pengadilan Militer Tinggi, Pengadilan Militer Utama, dan Pengadilan
Militer Tempur sebagai berikut :
1) Pengadilan Militer
Tugas Pengadilan Militer adalah memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama perkara
pidana yang terdakwanya adalah prajurit yang pangkatnya kapten ke bawah. Dalam hal
memeriksadan memutus perkara pidana pada tingkat pertama maka susunan persidangan
pada Pengadilan Militer terdiri atas seorang hakim ketua dan dua orang hakim anggota
yang dihadiri oleh seorang oditur militer/oditur militer tinggi dan dibantu seorang panitera.
Dalam persidangan Pengadilan Militer hakim ketua paling rendah berpangkat mayor,
sedangkan hakim anggota dan oditur militer paling rendah berpangkat kapten.
2) Pengadilan Militer Tinggi
Susunan perangkat persidangan dalam Pengadilan Militer Tinggi sama dengan Pengadilan
Militer. Perbedaan susunan pejabat terjadi jika memeriksa dan menuntut perkara sengketa
tata usaha angkatan bersenjata pada tingkat pertama. Dalam hal ini susunannya meliputi
satu orang hakim ketua, dua orang hakim anggota, dan dibantu seorang panitera. Pangkat
hakim ketua dalam lembaga ini paling rendah adalah kolonel dan hakim anggotanya yang
paling rendah adalah letnan kolonel. Kewenangan Pengadilan Militer Tinggi sebagai
berikut :
a) Memeriksa dan memutuskan perkara di tingkat pertama, perkara pidana yang
terdakwanya adalah prajurit atau salah satu prajuritnya berpangkat mayor ke atas, serta
menyelesaikan sengketa tata usaha angkatan bersenjata.
b) Memeriksa dan memutuskan pada tingkat banding perkara pidana yang telah diputus
oleh Pengadilan Militer dalam daerah hukumnya yang dimintakan banding.
c) Memutus pada tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antar-
Pengadilan Militer dalam wilayah hukumnya.
3) Pengadilan Militer Utama
Kewenangan lembaga peradilan ini adalah memeriksa dan memutus pada tingkat banding
perkara pidana dan sengketa tata usaha angkatan bersenjata yang telah diputus pada tingkat
pertama oleh Pengadilan Militer Tinggi yang dimintakan banding.
4) Pengadilan Militer Pertempuran
Pengadilan Militer Pertempuran bersidang untuk memeriksadan menuntut perkara sengketa
tata usaha angkatan bersenjata pada tingkat pertama. Susunan perangkat pengadilannya
sama dengan Pengadilan Militer. Kewenangan Pengadilan MiliterPertempuran adalah
memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir perkara pidana yang telah
dilakukan oleh seorang prajurit di daerah pertempuran. Dengan begitu, Pengadilan Militer
Pertempuran berkedudukan di daerah pertempuran.
Kunci Jawaban
1. Tujuan hukum mempunyai sifat universal seperti ketertiban, ketenteraman, kedamaian,
kesejahteraan dan kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat.
2. Unsur-unsur hukum antara lain:
a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c. Peraturan itu bersifat memaksa
d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut bersifat tegas
3. Hukum Tertulis, adalah hukum yang dituliskan atau dicantumkan dalam perundang-
undangan. Contoh : hukum pidana dituliskan pada KUHPidana, hukum perdata
dicantumkan pada KUHPerdata.
Hukum Tidak Tertulis, adalah hukum yang tidak dituliskan atau tidak dicantumkan
dalam perundang-undangan. Contoh : hukum adat tidak dituliskan atau tidak dicantumkan
pada perundang-undangan tetapi dipatuhi oleh daerah tertentu.
4. Sumber hokum formal meliputi: 10 UU, kebiasaan, yurifrudensi, traktat, doktrin
5. Contoh kasus yang ditangani pengadilan negeri adalah kasus pembunuhan , kasus
pencurian, penganiyaan dll dan kasus pengadilan agama misalnya perceraian, warisan,
talak, rujuk dll.
II. Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang ( X ) pada huruf A,
B, C, D dan E sebagai jawaban yang anda anggap paling benar !
1. Hukum adalah peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia
dalam lingkungan masyarakat, dibuat oleh badan yang berwajib dan pelanggarannya
dikenakan tindakan hukum tertentu. Pengertian ini dikemukakan oleh…
A. Drs. Moedjono D. J. C. T. Simorangkir, SH
B. Drs. C. S. T. Kansil E. Prof. Mr. F. M. Meyers
C. Dr. Soerjono Soekanto, S.H., M.A.
2. 1) Hukum antar waktu
2) Hukum yang tidak tertulis
3) Hukum yang berlaku saat ini
4) Hukum yang berlaku pada waktu yang akan datang
5) Hukum yang berlaku antar golongan
Dari pernyataan diatas yang merupakan penggolongan hokum berdasarkan waktu yang
diaturnya dinyatakan dalam…
A. 1, 2, 3 D. 2, 3, 5
B. 2, 4 E. 3, 5
C. 1, 3, 4
3. Hukum yang hanya berlaku di daerah tertentu saja ( hukum adat Manggarai-Flores, hukum
adat Ende Lio-Flores, Batak, Jawa Minangkabau, dan sebagainya disebut…
A. Hukum local D. hukum nasional
B. Hukum daerah E. hukum adat
C. Hukum masyarakat
4. Seseorang/perkumpulan tertentu yang ditunjuk hakim untuk menjadi pengampu bagi orang
dewasa yang diampunya (kurandus) karena adanya kelainan; sakit ingatan, boros, lemah
daya, tidak sanggup mengurus diri, dan berkelakuan buruk, dikenal dengan….
A. Kurator D. Legaat
B. Perwalian E. Kurandus
C. Legataris
5. Di Indonesia terdapat lembaga-lembaga peradilan yang memiliki peran yang berbeda-
beda. Lembaga yang berwenang mengadili pada tingkat kasasi adalah…
A. Pengadilan Negeri D. Komisi Yudicial
B. Mahkamah Konstitusi E. Pengadilan Tinggi
C. Mahkamah Agung
6. Seorang anggota TNI berpangkat prajurit melakukan tindak pidana pembunuhan maka
yang berhak untuk menangani perkara adalah….
A. Pengadilan Agama
B. Pengadilan Negeri
C. Pengadilan Militer
D. Pengadilan Tinggi Militer
E. Pengadilan Tata Usaha Negara
7. Pak Burhan sedang mengalami persengketaan tanah warisan dengan saudaranya, untuk
menyelesaikan perkara tersebut pak Burhan harus melapor ke….
A. Pengadilan Agama
B. Pengadilan Negeri
C. Pengadilan Militer
D. Pengadilan Adat
B. Pengadilan Tata Usaha Negara
8. Pembagian waris berdasarkan pesan atau kehendak terakhir dari si pewaris yang harus
dinyatakan secara tertulis dalam akte notaris, penerima waris disebut legataris, dan warisan
yang di terima di sebut legaat, merupakan cara pembagian warisan menurut….
A. Undang-undang D. Hukum agama
B. Wasiat E. Hukum perdata
C. Hukum adat
Lampiran 3
INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP
Lembar Observasi Sikap
Nama : …………………..
Kelas : …………………..
Hari, Tanggal : ………………..
Tema : Menelusuri Sistem Hukum Indonesia
Sub tema : Menganalisis Penerapan hokum di Indonesia
Petunjuk : Berilah tanda cek ( V ) pada salah satu kolom yang tersedia !
No Nama/ Aspek Kerjasama
Selalu Sering Pernah Tidak pernah
1.
2.
3.
4.
Dst
Lampiran 4
INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN
Lembar Observasi Keterampilan
Nama : …………………..
Kelas : …………………..
Hari, Tanggal : ………………..
Tema : Menelusuri Sistem Hukum Indonesia
Sub tema : Menganalisis Penerapan hokum di Indonesia
Aspek
Jumlah
No. Nama Peserta didik Penilaian
1 2
1.
2.
3.
dst