Anda di halaman 1dari 13

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMK TARUNA KRADENAN


Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Kelas/Semester : XI / Genap
Tahun Pelajaran : 2022 /2023
Kompetensi Dasar : Sistem Hukum dan Peradilan Nasional
Materi Pokok : Penggolongan hukum
Alokasi Waktu : Pertemuan 2 (2 Jam pelajaran @ 45 Menit)

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengeksplorasi berbagai sumber dan mengkajinya melalui diskusi kelompok,


peserta didik dapat:
1. Mengidentifikasi macam-macam penggolongan hukum
2. Menerangkan macam-macam penggolongan hukum

B. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi
Pendahulua Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka dan dilanjutkan doa
n bersama. Tidak lupa guru memberikan orientasi, apersepsi, motivasi,
dan pemberian acuan pembelajaran hari ini.
Inti  Peserta didik diminta membaca buku PPKn Kelas XI. Bab Sistem
hukum
 Peserta didik diminta mengidentifikasi macam-macam penggolongan
hukum
 Peserta didik diminta secara kelompok mendiskusikan macam-
macam penggolongan hukum .
 Peserta didik diminta menentukan sikap spiritual dan sosial dalam
rangka membangun nilai-nilai kejujuran dalam sistem hukum di
Indonesia sesuai dengan UUD NRI 1945
Penutup Peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran yang sudah
didapatkan dengan bimbingan guru.
Guru membimbing peserta didik merefleksikan pembelajaran hari ini.

C. Penilaian Pembelajaran
1. Penilaian sikap dilakukan dengan observasi.
2. Penilaian pengetahuan berupa tes tertulis dan lisan.
3. Penilaian kinerja dilakukan terhadap hasil diskusi yang disusun secara
kelompok.

Mengetahui, Kradenan , 24 Januari 2023


Kepala SMK TARUNA KRADENAN Guru PPKN

Drh. Wahono Endro Purnawanto Achmat Muslichan, S. Pd


Lampiran 1
Materi Pembelajaran

A.    PENGERTIAN HUKUM


Para ahli banyak sekali yang mendeskripsikan tentang pengertian hukum, di bawah ini
Definisi hukum menurut para ahli hukum, antara lain:
1. Leon Duguit adalah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang daya
penggunaannya pada saat tertentu diindahkan   oleh suatu masyarakat sebagai jaminan
dari kepentingan bersama dan jika dilarang menimbulkan reaksi bersama terhadap
orang yang melakukan pelanggaran
2. Drs. E Utrecht, S.H adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan
larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus
ditaati oleh masyarakat.
3. Plato, dilukiskan dalam bukunya Republik. Hukum adalah sistem peraturan-peraturan
yang teratur dan tersusun baik yang mengikat masyarakat.
4. Aristoteles, hukum hanya sebagai kumpulan peraturan yang tidak hanya mengikat
masyarakat tetapi juga hakim. Undang-undang adalah sesuatu yang berbeda dari
bentuk dan isi konstitusi; karena kedudukan itulah undang-undang mengawasi hakim
dalam melaksanakan jabatannya dalam menghukum orang-orang yang bersalah.
5. Mr. E.M. Mayers, hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan
kesusilaan ditinjau kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat dan yang menjadi
pedoman penguasa-penguasa negara dalam melakukan tugasnya.
6. Duguit, hukum adalah tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang daya
penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan
dari kepentingan bersama terhadap orang yang melanggar peraturan itu.
7. Immanuel Kant, hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak
dari orang yang satu dapat menyesuaikan dengan kehendak bebas dari orang lain
memenuhi peraturan hukum tentang Kemerdekaan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan Hukum adalah suatu sistem yang dibuat
manusia untuk membatasi tingkah laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol ,
hukum adalah aspek terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan,
Hukum mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh
karena itu setiap masyarat berhak untuk mendapat pembelaan didepan hukum sehingga dapat
di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-ketentuan tertulis maupun tidak
tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sangsi bagi pelanggarnya.
Tujuan hukum mempunyai  sifat universal seperti  ketertiban, ketenteraman, kedamaian,
kesejahteraan dan kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat. Dengan adanya hukum 
maka tiap perkara dapat di selesaikan melaui proses pengadilan dengan prantara hakim
berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku,selain itu Hukum bertujuan untuk menjaga dan
mencegah agar setiap orang tidak dapat menjadi hakim atas dirinya sendiri.

B.   PENGERTIAN SISTEM HUKUM NASIONAL


Sistem hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum di Eropa, hukum
agama, dan hukum adat. Sebagian besar sistem yang dianut mengacu pada hukum Eropa,
khususnya dari Belanda. Hal ini berdasarkan fakta sejarah bahwa Indonesia merupakan bekas
wilayah jajahan Belanda. Hukum agama juga merupakan bagian dari sistem hukum di
Indonesia karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut agama Islam, maka hukum
Islam lebih banyak diterapkan, terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan, dan warisan.
Sementara hukum adat merupakan aturan-aturan masyarakat yang dipengaruhi oleh budaya-
budaya yang ada di wilayah Nusantara dan diwariskan secara turun-temurun.
Hukum secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Hukum Publik dan
2. Hukum Privat.
Hukum pidana merupakan hukum publik, artinya bahwa Hukum pidana mengatur hubungan
antara para individu dengan masyarakat serta hanya diterapkan bilamana masyarakat itu
benar-benar memerlukan.
Van Hamel antara lain menyatakan bahwa Hukum Pidana telah berkembang menjadi Hukum
Publik, dimana pelaksanaannya sepenuhnya berada di dalam tangan negara, dengan sedikit
pengecualian. Pengeualiannya adalah terhadap delik-delik aduan (klacht-delicht). Yang
memerlukan adanya suatu pengaduan (klacht) terlebih dahulu dari pihak yang dirugikan agar
negara dapat menerapkannya.
Maka Hukum Pidana pada saat sekarang melihat kepentingan khusus para individu bukanlah
masalah utama, dengan perkataan lain titik berat Hukum Pidana ialah kepentingan
umum/masyarakat. Hubungan antara si tersalah dengan korban bukanlah hubungan antara
yang dirugikan dengan yang merugikan sebagaimana dalam Hukum Perdata, namun hubungan
itu ialah antara orang yang bersalah dengan Pemerintah yang bertugas menjamin kepentingan
umum atau kepentingan masyarakat sebagaimana ciri dari Hukum Publik.
Sistem hukum nasional adalah perangkat hukum negara yang secara teratur saling berkaitan
mengatur ketertiban jalannya suatu operasional kenegaran, sehingga membentuk suatu
totalitas kerja dibidang hukum secara menyeluruh di suatu negara.
Unsur-unsur hukum antara lain:
a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c. Peraturan itu bersifat memaksa
d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut bersifat tegas
Ciri-ciri hukum antara lain:
a. Adanya perintah atau larangan
b. Perintah dan larangan itu harus dipatuhi dan ditaati oleh setiap orang.
c. Pelanggarannya dapat dihukum, jadi ada sanksi yang berupa hukuman
Pelanggaran sanksi-sanksi hukum tercatat dalam kitab undang-undang hukum Pidana (KUHP)
atau perdata.
Contoh sanksi pidana antara lain sebagai berikut :
a. Pidana mati
b. Pidana penjara
1) Seumur hidup
2) Sementara (setinggi-tingginya 20 tahun dan sekurang-kurangnya 1 tahun)
atau pidana penjara selama waktu tertentu.
c. Pidana kurungan, sekurang-kurangnya 1 hari dan setinggi-tingginya satu tahun.
d. Pidana denda, sanksi yang dikenakan sebagai berikut :
1) Pencabutan hak-hak tertentu
2) Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu
3) Pengumuman keputusan hakim

C. PENGGOLONGAN HUKUM
Hukum dapat dibedakan / digolongkan / dibagi menurut bentuk, sifat, sumber, tempat
berlaku, isi dan cara mempertahankannya.
1. Menurut bentuknya, hukum itu dibagi menjadi :
a. Hukum Tertulis, adalah hukum yang dituliskan atau dicantumkan
dalam perundang-undangan. Contoh : hukum pidana dituliskan pada KUHPidana,
hukum perdata dicantumkan pada KUHPerdata.
b. Hukum Tidak Tertulis, adalah hukum yang tidak dituliskan atau tidak
dicantumkan dalam perundang-undangan. Contoh : hukum adat tidak dituliskan atau
tidak dicantumkan pada perundang-undangan tetapi dipatuhi oleh daerah tertentu.
Hukum tertulis sendiri masih dibagi menjadi dua, yakni hukum tertulis yang
dikodifikasikan dan yang tidak dikodifikasikan.
Dikodifikasikan artinya hukum tersebut dibukukan dalam lembaran negara dan
diundangkan atau diumumkan. Indonesia menganut hukum tertulis yang
dikodifikasi. Kelebihannya adalah adanya kepastian hukum dan penyederhanaan
hukum serta kesatuan hukum. Kekurangannya adalah hukum tersebut bila
dikonotasikan bergeraknya lambat atau tidak dapat mengikuti hal-hal yang terus
bergerak maju.
2. Menurut sifatnya, hukum itu dibagi menjadi :
a. Hukum yang mengatur, yakni hukum yang dapat diabaikan bila pihak-pihak yang
bersangkutan telah membuat peraturan sendiri.
b. Hukum yang memaksa, yakni hukum yang dalam keadaan apapun memiliki
paksaan
yang tegas.
3. Menurut sumbernya, hukum itu dibagi menjadi :
a. Hukum Undang-Undang, yakni hukum yang tercantum dalam peraturan
perundang-
undangan.
b. Hukum Kebiasaan (adat), yakni hukum yang ada di dalam peraturan- peraturan
adat.
c. Hukum Jurisprudensi, yakni hukum yang terbentuk karena keputusan hakim di
masa yang lampau dalam perkara yang sama
d. Hukum Traktat, yakni hukum yang terbentuk karena adanya perjanjian antara
negara yang terlibat di dalamnya.
4. Menurut tempat berlakunyanya, hukum itu dibagi menjadi :
a. Hukum Nasional adalah hukum yang berlaku dalam suatu negara.
b. Hukum Internasional adalah hukum yang mengatur hubungan antar
negara.
c. Hukum Asing adalah hukum yang berlaku di negara asing.
5. Menurut isinya, hukum itu dibagi menjadi :
a. Hukum Privat (Hukum Sipil), adalah hukum yang mengatur hubungan antara
perseorangan dan orang yang lain. Dapat dikatakan hukum yang mengatur
hubungan antara warganegara dengan warganegara. Contoh : Hukum Perdata dan
Hukum Dagang. Tetap dalam arti sempit hukum sipil disebut juga hukum perdata.
b. Hukum Negara (Hukum Publik) dibedakan menjadi hukum pidana, tata negara
dan administrasi negara.
1) Hukum Pidana adalah hukum yang mengatur hubungan antara
warganegara dengan negara
2) Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur hubungan antara
warganegara dengan alat perlengkapan negara.
3) Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang mengatur
hubungan antar alat perlengkapan negara, hubungan pemerintah pusat
dengan daerah.
6. Menurut waktu berlakunya, dibedakan atas:
a. Hukum positif (ius constitutum)
b. Ius constituendum yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada masyarakat
yang akan datang.
c. Hukum alam
7. Menurut wujudnya, dibedakan atas:
a. Obyektif
b. Subyektif

D. Tata urutan sumber- hukum dan Macam - macam hukum di Indonesia :


1.   Sumber-sumber hukum di Indonesia
Menurut Undang-undang No. 10/2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, berikut adalah tata urutan sumber-sumber hukum di Republik Indonesia:
1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 beserta
Amandemennya
2) Undang-undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
3) Peraturan Pemerintah
4) Penetapan Presiden
5) Peraturan Daerah, yang dapat dibagi menjadi: Peraturan Daerah Provinsi
(Tingkat I), Peraturan Daerah Kabupaten/Kota (Tingkat II), Peraturan Daerah
Desa.
Beberapa pakar secara umum membedakan sumber-sumber hukum yang termasuk
kedalam beberapa kriteria yaitu :
 Sumber hukum materiil
Menurut Sudikno Mertokusumo , Sumber Hukum Materiil adalah tempat dari mana
materiil itu diambil. Sumber hukum materiil ini merupakan faktor yang membantu
pembentukan hukum, misalnya hubungan social, hubungan kekuatan politik, situasi
social ekonomis, tradisi (pandangan keagamaan, kesusilaan), hasil penelitian ilmiah
(kriminologi, lalulintas), perkembangan internasional, keadaan geografis, dll.
 Sumber hukum formal
Sumber hukum formal adalah sumber hukum secara langsung dapat dibentuk hukum
yang akan mengikat masyarakatnya. Dinamakan dengan sumber hukum formal karena
semata-mata mengingat cara untuk mana timbul hukum positif, dan bentuk dalam
mana timbul hukum positif, dengan tidak lagi mempersoalkan asal-usul dari isi aturan-
aturan hukum tersebut.
Yang termasuk Sumber-sumber Hukum Formal adalah:
a. Undang-undang
Undang-undang dapat dibedakan atas :
a) Undang-undang dalam arti formal, yaitu keputusan penguasa yang dilihat dari
bentuk dan cara terjadinya sehingga disebut undang- undang.
b) Undang-undang dalam arti materiil, yaitu keputusan atau ketetapan penguasa,
yang
dilihat dari isinya dinamai undang-undang dan mengikat setiap orang secara
umum.
b. Kebiasaan; Dasarnya : Pasal 27 Undang-undang No. 14 tahun 1970 tentang Pokok-
pokok Kekuasaan Kehakiman di Indonesia mengatur bahwa: hakim sebagai
penegak
hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai yang
hidup
dalam masyarakat.
c. Traktat atau Perjanjian Internasional; Perjanjian Internasional atau traktat juga
merupakan salah satu sumber hukum dalam arti formal. Dikatakan demikian oleh
karena treaty itu harus memenuhi persyaratan formal tertentu agar dapat diterima
sebagai treaty atau perjanjian internasional.
d. Yurisprudensi: Sudikno mengartikan yurisprudensi sebagai peradilan pada
umumnya, yaitu pelaksanaan hukum dalam hal konkret terhadap tuntutan hak yang
dijalankan oleh suatu badan yang berdiri sendiri dan diadakan oleh suatu Negara
serta bebas dari pengaruh apa atau siapapun dengan cara memberikan putusan yang
bersifat mengikat dan berwibawa.
Yurisprudensi dalam arti sebagai putusan pengadilan dibedakan lagi dalam dua
macam :
- Yurisprudensi (biasa), yaitu seluruh putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan pasti, yang terdiri dari :
1) Putusan perdamaian;
2) Putusan pengadilan negeri yang tidak di banding;
3) Putusan pengatilan tinggi yang tidak di kasasi;
4) Seluruh putusan Mahkamah Agung.
- Yurisprudensi tetap (vaste jurisprudentie), yaitu putusan hakim yang selalu diikuti
oleh hakim lain dalam perkara sejenis.
e. Doktrin adalah pendapat pakar senior yang biasanya merupakan sumber hukum
terutama pandangan hakim selalu berpedoman pada pakar tersebut. Doktrin bukan
hanya berlaku dalam pergaulan hukum nasional, melainkan juga dalam pergaulan
hukum internasional, bahkan doktrin merupakan sumber hukum yang paling
penting.
2.  Macam-macam hukum di Indonesia :
a. Hukum perdata Indonesia
b. Hukum pidana Indonesia
c. Hukum tata negara
d. Hukum tata usaha (administrasi) negara
e. Hukum acara perdata Indonesia
f. Hukum acara pidana Indonesia
a. Hukum perdata Indonesia.
Hukum adalah sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan larangan yang dibuat oleh pihak
yang berwenang sehingga dapat dipaksakan pemberlakuannya berfungsi untuk mengatur
masyarakat demi terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya.
Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum
dan hubungan antara subyek hukum.Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum
sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan negara serta kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara),
kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara), kejahatan
(hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau warga negara
sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian,
pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya.
b. Hukum pidana Indonesia
Hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik.Hukum pidana terbagi menjadi dua
bagian, yaitu hukum pidana materiil dan hukum pidana formil.Hukum pidana materiil
mengatur tentang penentuan tindak pidana, pelaku tindak pidana, dan pidana (sanksi). Di
Indonesia, pengaturan hukum pidana materiil diatur dalam kitab undang-undang hukum
pidana (KUHP). Hukum pidana formil mengatur tentang pelaksanaan hukum pidana materiil.
Di Indonesia, pengaturan hukum pidana formil telah disahkan dengan UU nomor 8 tahun 1981
tentang hukum acara pidana (KUHAP).
c. Hukum Tata Negara
Hukum tata negara adalah hukum yang mengatur tentang negara, yaitu antara lain dasar
pendirian, struktur kelembagaan, pembentukan lembaga-lembaga negara, hubungan hukum
(hak dan kewajiban) antar lembaga negara, wilayah dan warga negara. Hukum tata negara
mengatur mengenai negara dalam keadaan diam artinya bukan mengenai suatu keadaan nyata
dari suatu negara tertentu (sistem pemerintahan, sistem pemilu, dll dari negara tertentu) tetapi
lebih pada negara dalam arti luas.Hukum ini membicarakan negara dalam arti yang abstrak.

d. Hukum Tata Usaha (administrasi) Negara


Hukum tata usaha (administrasi) negara adalah hukum yang mengatur kegiatan administrasi
negara. Yaitu hukum yang mengatur tata pelaksanaan pemerintah dalam menjalankan
tugasnya .hukum administarasi negara memiliki kemiripan dengan hukum tata
negara.kesamaanya terletak dalam hal kebijakan pemerintah ,sedangkan dalam hal perbedaan
hukum tata negara lebih mengacu kepada fungsi konstitusi/hukum dasar yang digunakan oleh
suatu negara dalam hal pengaturan kebijakan pemerintah,untuk hukum administrasi negara
dimana negara dalam “keadaan yang bergerak”. Hukum tata usaha negara juga sering disebut
HTN dalam arti sempit.
e. Hukum Acara Perdata Indonesia
Hukum acara perdata Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang tata cara beracara
(berperkara di badan peradilan) dalam lingkup hukum perdata. Dalam hukum acara perdata,
dapat dilihat dalam berbagai peraturan Belanda dulu(misalnya; Het Herziene Inlandsh
Reglement/HIR, RBG, RB,RO).
f. Hukum acara pidana Indonesia
Hukum acara pidana Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang tata cara beracara
(berperkara di badan peradilan) dalam lingkup hukum pidana. Hukum acara pidana di
Indonesia diatur dalam UU nomor 8 tahun 1981.

D. SISTEM PERADILAN INDONESIA


Lembaga Peradilan
Menurut UU No. 14 Tahun 1970, tugas pokok badan-badan peradilan adalah menerima,
memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara-perkara  yang diajukan kepadanya.
Menurut UUD 1945 Pasal 24 ayat 2, kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah mahkamah
Agung dan badan-badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan militer dan lingkungan peradilan tata usaha
Negara dan sebuah mahkamah konstitusi.
Pengadilan umum terdiri dari Pengadilan negeri dan Pengadilan tinggi diatur dalam UU
Darurat No. 1 Tahun 1951 dan UU No. 13 Tahun 1965 tentang peradilan umum dan
mahkamah agung. Sedangkan Mahkamah Agung diatur pula dalam UU No.14 Tahun 1970
tentang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman.

Macam Lembaga Peradilan di Indonesia


Dasar hukum yang mengatur tentang lembaga peradilan di Indonesia adalah pasal 24 ayat (2)
dan 24B ayat (1) UUD 1945. Lembaga-lembaga yang dimaksud adalah:
a. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung merupakan lembaga pengadilan tertinggi di Indonesia . Dalam
melaksanakan tugas Mahkamah Agung terlepas dari pengaruh pemerintah dan pengaruh-
pengaruh lainnya. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 2004 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 mengenai Mahkamah Agung. Tempat
kedudukan Mahkamah Agung adalah ibu kota Negara dan wilayah hukumnya meliputi
wilayah Indonesia. Kekuasaan dan wewenang Mahkamah Agung sebagai berikut:
1) Memeriksa dan memutuskan permohonan kasasi, sengketa tentang kewenangan mengadili,
serta permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
2) Memberikan pertimbangan dalam bidang hukum, baik diminta maupun tidak pada lembaga
tinggi negara.
3) Memberikan nasihat hukum kepada presiden sebagai kepala negara untuk pemberian dan
penolakan grasi.
4) Menguji secara materiil peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang.
5) Melaksanakan tugas dan kewenangan lain berdasarkan undang-undang.
b. Peradilan Umum
Peradilan umum merupakan salah satu lembaga pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan pada umumnya. Lembaga yang termasuk dalam peradilan umum adalah
Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi.
1) Pengadilan Negeri
Pengadilan Negeri merupakan sebuah lembaga kekuasaan kehakiman yang berkedudukan di
ibu kota kabupaten atau kota. Daerah hukumnya mencakup wilayah kabupaten atau kota
tersebut. Kewenangan Pengadilan Negeri sebagai berikut:
a) Memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata pada
tingkat pertama.
b) Memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat hukum pada instansi
pemerintah di daerahnya apabila diminta.
c) Ketua Pengadilan Negeri berkewajiban melakukan pengawasan atas pekerjaan
penasihat hukum dan notaris di daerah hukumnya dan melaporkan hasil
pengawasannya kepada ketua Pengadilan Tinggi, ketua Mahkamah Agung, dan
menteri yang tugas dan tanggung jawabnya meliputi jabatan notaris.
2) Pengadilan Tinggi
Pengadilan Tinggi merupakan lembaga kekuasaan kehakiman yang berkedudukan di ibu kota
provinsi. Wilayah kerja Pengadilan Tinggi meliputi wilayah provinsi itu. Susunan Pengadilan
Tinggi terdiri atas pimpinan, hakim anggota, panitera, dan sekretaris. Kewenangan yang
dimiliki oleh Pengadilan Tinggi sebagai berikut:
a) Mengadili perkara pidana dan perdata pada tingkat banding.
b) Mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antara
Pengadilan Negeri di wilayah hukumnya.
c) Memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat hukum pada instansi pemerintah
di daerahnya apabila diminta.
d) Ketua Pengadilan Tinggi berkewajiban melakukan pengawasan terhadap jalannya
peradilan di tingkat Pengadilan Negeri dan menjaga supaya peradilan dilaksanakan
dengan saksama dan sewajarnya.

c. Peradilan Agama
Keberadaan peradilan agama diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Lembaga
peradilan yang berada dalam lingkup peradilan agama adalah Pengadilan Agama dan
Pengadilan Tinggi Agama.
1) Pengadilan Agama
Pembentukan Pengadilan Agama dilakukan melalui undangundang dengan daerah hukum
meliputi wilayah kota atau kabupaten. Bidang-bidang yang menjadi cakupannya adalah
perkawinan; warisan, wasiat, hibah; wakaf dan shadaqah; serta ekonomi syariah. Wewenang
peradilan agama sebagai berikut:
a) Memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara
orang-orang yang di bidang perkawinan, hak waris, wasiat, hibah yang berdasarkan
hukum Islam, wakaf, dan shadaqah.
b) Bidang-bidang perkawinan, yaitu hal-hal yang diatur dalam undang-undang mengenai
perkawinan yang berlaku.
c) Bidang kewarisan, yaitu penentuan seseorang untuk menjadi hak waris, penentuan harta
peninggalan, penentuan bagian hak waris, dan melaksanakan pembagian harta
peninggalan itu.
Pengadilan Agama merupakan pengadilan tingkat pertama. Pengadilan Agama adalah organ
kekuasaan kehakiman dalam lingkungan peradilan agama yang berkedudukan di kota atau di
ibu kota kabupaten, dan daerah hukumnya meliputi wilayah kota atau kabupaten.
2) Pengadilan Tinggi Agama
Pengadilan Tinggi Agama adalah lembaga kekuasaan kehakiman yang berada di lingkup kerja
peradilan agama. Pengadilan ini merupakan pengadilan tingkat banding. Kedudukan
Pengadilan Tinggi Agama adalah di ibu kota provinsi dengan wilayah kerja meliputi daerah
provinsi tersebut. Tugas dan wewenang Pengadilan Tinggi Agama sebagai berikut :
a) Mengadili perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama tingkat banding.
b) Mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan antar-Pengadilan
Agama di wilayah hukumnya.

d. Peradilan Militer
Peradilan Militer diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997. Peradilan Militer
adalah badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman di lingkungan angkatan bersenjata,
yang meliputi Pengadilan Militer, Pengadilan Militer Tinggi, Pengadilan Militer Utama, dan
Pengadilan Militer Tempur. Wewenang Pengadilan Militer sebagai berikut:
1) Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang pada waktu melakukan
tindak pidana adalah seorang prajurit, yang berdasarkan undang-undang dipersamakan
dengan prajurit, anggota
2) suatu golongan atau jawatan atau badan atau yang dipersamakan atau dianggap sebagai
prajurit berdasarkan undang-undang.
3) Memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan sengketa tata usaha angkatan bersenjata
yang bersangkutan atas permintaan dari pihak yang dirugikan sebagai akibat tindak
pidana yang menjadi dasar dakwaan, sekaligus memutuskan kedua perkara tersebut
dalam suatu putusan.
Badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman di lingkungan angkatan bersenjata, yaitu
Pengadilan Militer, Pengadilan Militer Tinggi, Pengadilan Militer Utama, dan Pengadilan
Militer Tempur sebagai berikut :
1) Pengadilan Militer
Tugas Pengadilan Militer adalah memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama perkara
pidana yang terdakwanya adalah prajurit yang pangkatnya kapten ke bawah. Dalam hal
memeriksadan memutus perkara pidana pada tingkat pertama maka susunan persidangan
pada Pengadilan Militer terdiri atas seorang hakim ketua dan dua orang hakim anggota
yang dihadiri oleh seorang oditur militer/oditur militer tinggi dan dibantu seorang panitera.
Dalam persidangan Pengadilan Militer hakim ketua paling rendah berpangkat mayor,
sedangkan hakim anggota dan oditur militer paling rendah berpangkat kapten.
2) Pengadilan Militer Tinggi
Susunan perangkat persidangan dalam Pengadilan Militer Tinggi sama dengan Pengadilan
Militer. Perbedaan susunan pejabat terjadi jika memeriksa dan menuntut perkara sengketa
tata usaha angkatan bersenjata pada tingkat pertama. Dalam hal ini susunannya meliputi
satu orang hakim ketua, dua orang hakim anggota, dan dibantu seorang panitera. Pangkat
hakim ketua dalam lembaga ini paling rendah adalah kolonel dan hakim anggotanya yang
paling rendah adalah letnan kolonel. Kewenangan Pengadilan Militer Tinggi sebagai
berikut :
a) Memeriksa dan memutuskan perkara di tingkat pertama, perkara pidana yang
terdakwanya adalah prajurit atau salah satu prajuritnya berpangkat mayor ke atas, serta
menyelesaikan sengketa tata usaha angkatan bersenjata.
b) Memeriksa dan memutuskan pada tingkat banding perkara pidana yang telah diputus
oleh Pengadilan Militer dalam daerah hukumnya yang dimintakan banding.
c) Memutus pada tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antar-
Pengadilan Militer dalam wilayah hukumnya.
3) Pengadilan Militer Utama
Kewenangan lembaga peradilan ini adalah memeriksa dan memutus pada tingkat banding
perkara pidana dan sengketa tata usaha angkatan bersenjata yang telah diputus pada tingkat
pertama oleh Pengadilan Militer Tinggi yang dimintakan banding.
4) Pengadilan Militer Pertempuran
Pengadilan Militer Pertempuran bersidang untuk memeriksadan menuntut perkara sengketa
tata usaha angkatan bersenjata pada tingkat pertama. Susunan perangkat pengadilannya
sama dengan Pengadilan Militer. Kewenangan Pengadilan MiliterPertempuran adalah
memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir perkara pidana yang telah
dilakukan oleh seorang prajurit di daerah pertempuran. Dengan begitu, Pengadilan Militer
Pertempuran berkedudukan di daerah pertempuran.

e. Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN)


Dalam lingkungan peradilan tata usaha negara terdapat dua lembaga kekuasaan kehakiman,
yaitu Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN).
1) Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
Pengadilan Tata Usaha Negara dibentuk melalui keputusan presiden. Kedudukan
lembaga ini berada di daerah kota atau kabupaten. Tugas Pengadilan Tata Usaha Negara
adalah memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara tingkat
pertama. Pengadilan Tata Usaha Negara adalah pengadilan tingkat pertama.
2) Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN)
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) merupakansebuah lembaga yang
dibentuk berdasarkan undang-undang. Daerah hukumnya meliputi wilayah provinsi.
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara merupakan pengadilan tingkat banding. Sebagai
sebuah lembaga keperadilan, PTTUN memiliki tugas dan kewenangan sebagai berikut:
a) Memeriksa dan memutuskan sengketa tata usaha negara di tingkat banding.
b) Memeriksa dan memutuskan di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan
mengadili antar-Pengadilan tata usaha negara dalam wilayah hukumnya.
c) Memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan di tingkat pertama sengketa tata usaha
negara.
f. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi merupakan sebuah lembaga kehakiman di negara Indonesia.
Mahkamah Konstitusi adalah salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan
kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna meneg menegakkan
hukum dan keadilan. Mahkamah Konstitusi berkedudukan di ibu kota negara Republik
Indonesia. Mahkamah Konstitusi dibentuk setelah terjadi perubahan atau amendemen UUD
1945 yang keempat. Pembentukannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003
tentang Mahkamah Konstitusi.
Susunan Mahkamah Konstitusi terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang
wakil ketua merangkap anggota, dan tujuh orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan
dengan keputusan presiden. Dengan demikian, seluruh hakim konstitusi berjumlah
sembilan orang hakim. Hakim konstitusi harus memenuhi syarat, yaitu memiliki integritas
dan kepribadian yang tidak tercela, adil, serta negarawan yang menguasai konstitusi dan
ketatanegaraan. Sembilan hakim konstitusi ditunjuk oleh presiden dengan masa jabatan tiga
tahun.
Mahkamah Konstitusi memiliki wewenang untuk mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir, yang putusannya bersifat final yaitu untuk menguji undang-undang terhadap UUD
1945, memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
UUD 1945. Dalam hubungannya dengan partai politik dan pemilihan umum, Mahkamah
Konstitusi dapat memutuskan pembubaran partai politik. Mahkamah Konstitusi juga berhak
memutuskan perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
g. Komisi Yudisial
Komisi Yudisial dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004. Menurut
undang-undang ini, Komisi Yudisial merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri.
Dalam pelaksanaan wewenangnya, Komisi Yudisial bebas dari campur tangan atau
pengaruh kekuasaan lain. Komisi Yudisial terdiri atas pimpinan dan anggota yang
berjumlah tujuh orang. Mereka berasal dari mantan hakim, praktisi hukum, akademisi
hukum, dan anggota masyarakat. Komisi Yudisial berwenang untuk mengusulkan
pengangkatan hakim agung. Selain itu, lembaga ini juga berwenang untuk menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
Komisi Yudisial terdiri atas pimpinan dan anggota. Pimpinan Komisi Yudisial terdiri atas
seorang ketua dan seorang wakil ketuayang merangkap anggota. Komisi Yudisial
mempunyai tujuh orang anggota yang merupakan pejabat negara yang direkrut dari mantan
hakim, praktisi hukum, akademisi hukum, dan anggota masyarakat. Tugas dari Komisi
Yudisial sebagai berikut:
1) Mengusulkan pengangkatan hakim agung. Tugas itu dilakukan dengan cara berikut:
 Melakukan pendaftaran calon hakim agung.
 Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung.
 Menetapkan calon hakim agung.
2) Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Untuk
melaksanakan tugas itu, Komisi Yudisial melakukan hal-hal sebagai berikut:
 Menerima laporan pengaduan masyarakat tentang perilaku hakim.
 Melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran perilaku hakim.
 Membuat laporan hasil pemeriksaan berupa rekomendasi yang disampaikan kepada
Mahkamah Agung dan tembusannya disampaikan kepada presiden dan DPR.
 Mengidentifikasi Alat Kelengkapan Lembaga Peradilan.
Lampiran 2:
Penilaian Pengetahuan

Jawablah pertanyaan di bawah ini secara jelas!


Pertanyaan Grad skor
asi
1. Jelaskan tujuan hokum secara universal! C1 10
2. Kemukakan unsur-unsur hukum yang terdapat dalam sistem hokum C2 15
nasional!
3. Bedakan antara hokum tertulis dan tidak tertulis dan berikan contohnya! C4 25
4. Jelaskan apa saja yang termasuk sumber hokum formal!
5. Berikan contoh kasus yang ditangani pengadilan negeri dan pengadilan C5 25
agama!..
C5 25

Total skor 100

Kunci Jawaban
1. Tujuan hukum mempunyai  sifat universal seperti  ketertiban, ketenteraman, kedamaian,
kesejahteraan dan kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat.
2. Unsur-unsur hukum antara lain:
a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c. Peraturan itu bersifat memaksa
d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut bersifat tegas
3. Hukum Tertulis, adalah hukum yang dituliskan atau dicantumkan dalam perundang-
undangan. Contoh : hukum pidana dituliskan pada KUHPidana, hukum perdata
dicantumkan pada KUHPerdata.
Hukum Tidak Tertulis, adalah hukum yang tidak dituliskan atau tidak dicantumkan
dalam perundang-undangan. Contoh : hukum adat tidak dituliskan atau tidak dicantumkan
pada perundang-undangan tetapi dipatuhi oleh daerah tertentu.
4. Sumber hokum formal meliputi: 10 UU, kebiasaan, yurifrudensi, traktat, doktrin
5. Contoh kasus yang ditangani pengadilan negeri adalah kasus pembunuhan , kasus
pencurian, penganiyaan dll dan kasus pengadilan agama misalnya perceraian, warisan,
talak, rujuk dll.

II. Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang ( X ) pada huruf A,
B, C, D dan E sebagai jawaban yang anda anggap paling benar !

1. Hukum adalah peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia
dalam lingkungan masyarakat, dibuat oleh badan yang berwajib dan pelanggarannya
dikenakan tindakan hukum tertentu. Pengertian ini dikemukakan oleh…
A. Drs. Moedjono D. J. C. T. Simorangkir, SH
B. Drs. C. S. T. Kansil E. Prof. Mr. F. M. Meyers
C. Dr. Soerjono Soekanto, S.H., M.A.
2. 1) Hukum antar waktu
2) Hukum yang tidak tertulis
3) Hukum yang berlaku saat ini
4) Hukum yang berlaku pada waktu yang akan datang
5) Hukum yang berlaku antar golongan
Dari pernyataan diatas yang merupakan penggolongan hokum berdasarkan waktu yang
diaturnya dinyatakan dalam…
A. 1, 2, 3 D. 2, 3, 5
B. 2, 4 E. 3, 5
C. 1, 3, 4
3. Hukum yang hanya berlaku di daerah tertentu saja ( hukum adat Manggarai-Flores, hukum
adat Ende Lio-Flores, Batak, Jawa Minangkabau, dan sebagainya disebut…
A. Hukum local D. hukum nasional
B. Hukum daerah E. hukum adat
C. Hukum masyarakat
4. Seseorang/perkumpulan tertentu yang ditunjuk hakim untuk menjadi pengampu bagi orang
dewasa yang diampunya (kurandus) karena adanya kelainan; sakit ingatan, boros, lemah
daya, tidak sanggup mengurus diri, dan berkelakuan buruk, dikenal dengan….
A. Kurator D. Legaat
B. Perwalian E. Kurandus
C. Legataris
5. Di Indonesia terdapat lembaga-lembaga peradilan yang memiliki peran yang berbeda-
beda. Lembaga yang berwenang mengadili pada tingkat kasasi adalah…
A. Pengadilan Negeri D. Komisi Yudicial
B. Mahkamah Konstitusi E. Pengadilan Tinggi
C. Mahkamah Agung
6. Seorang anggota TNI berpangkat prajurit melakukan tindak pidana pembunuhan maka
yang berhak untuk menangani perkara adalah….
A. Pengadilan Agama
B. Pengadilan Negeri
C. Pengadilan Militer
D. Pengadilan Tinggi Militer
E. Pengadilan Tata Usaha Negara
7. Pak Burhan sedang mengalami persengketaan tanah warisan dengan saudaranya, untuk
menyelesaikan perkara tersebut pak Burhan harus melapor ke….
A. Pengadilan Agama
B. Pengadilan Negeri
C. Pengadilan Militer
D. Pengadilan Adat
B. Pengadilan Tata Usaha Negara
8. Pembagian waris berdasarkan pesan atau kehendak terakhir dari si pewaris yang harus
dinyatakan secara tertulis dalam akte notaris, penerima waris disebut legataris, dan warisan
yang di terima di sebut legaat, merupakan cara pembagian warisan menurut….
A. Undang-undang D. Hukum agama
B. Wasiat E. Hukum perdata
C. Hukum adat

9. Pengadilan Tinggi merupakan lembaga kekuasaan kehakiman yang berkedudukan di


ibukota provinsi. Wilayah kerja Pengadilan Tinggi meliputi wilayah provinsi itu.
Kewenangan yang dimiliki oleh Pengadilan Tinggi sebagai berikut, kecuali….
A. Mengadili perkara pidana dan perdata pada tingkat banding
B. Mengadili perkara pidana dan perdata pada tingkat kasasi
C. Mengadili ditingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili
antara pengadilan Negeri di wilayah hukumnya
D. Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasihat hokum pada instansi
pemerintah didaerahnya apabila diminta.
E. Ketua Pengadilan Tinggi berkewajiban melakukan pengawasan terhadap
jalannya peradilan tingkat Pengadilan Negeri dan menjaga supaya peradilan
dilaksanakan dengan saksama dan sewajarnya.
10. Mahkamah Agung merupakan lembaga pengadilan tertinggi di Indonesia. Dalam
melaksanakan tugas Mahkamah Agung terlepas dari pengaruh pemerintah dan pengaruh-
pengaruh lainnya. Mahkamah Agung berkedudukan di ibukota Negara dan wilayah
hukumnya meliputi seluruh wilayah Indonesia. Adapun kekuasaan dan kewenangan
Mahkamah Agung adalah sebagai berikut, kecuali…
A. Memeriksa dan memutuskan permohonan kasasi, sengketa tentang kewenangan
mengadili serta permohonan peninjauan kembali pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hokum tetap.
B. Memberikan pertimbangan dalam bidang hokum, baik diminta maupun tidak
pada lembaga tinggi Negara.
C. Memberikan nasihat hokum kepada presiden sebagai kepala Negara untuk
pemberian dan penolakan grasi.
D. Menguji secara materiil peraturan perundang-undangan dibawah Undang-
undang Dasar.
E. Menguji secara materiil peraturan perundang-undangan dibawah
Undang-undang

Lampiran 3
INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP
Lembar Observasi Sikap
Nama : …………………..
Kelas : …………………..
Hari, Tanggal : ………………..
Tema : Menelusuri Sistem Hukum Indonesia
Sub tema : Menganalisis Penerapan hokum di Indonesia
Petunjuk : Berilah tanda cek ( V ) pada salah satu kolom yang tersedia !
No Nama/ Aspek Kerjasama
Selalu Sering Pernah Tidak pernah
1.

2.

3.

4.

Dst

Lampiran 4
INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN
Lembar Observasi Keterampilan
Nama : …………………..
Kelas : …………………..
Hari, Tanggal : ………………..
Tema : Menelusuri Sistem Hukum Indonesia
Sub tema : Menganalisis Penerapan hokum di Indonesia
Aspek
Jumlah
No. Nama Peserta didik Penilaian
1 2
1.
2.
3.
dst

Keterangan aspek penilaian:


1. Kejelasan paparan
2. Penguasaan materi
Jumlah skor
Nilai = ----------------------x 100 = Skor maksimal

Anda mungkin juga menyukai