Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

“EFEKTIVITAS HUKUM DALAM MASYARAKAT”

Diajukan untuk memenuhi tugas Individu


Mata kuliah : Pengantar Ilmu Hukum
Dosen Pengampu : Dr. Eddhie Praptono S.H M.H

Disusun oleh
Nama : MALIK FAJAR
NPM : 5122600031
FAKULTAS HUKUM
PRODI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL 2022/2023

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
bimbinganNya Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan segala kemampuan
yang ada.

Makalah ini merupakan tugas, untuk memenuhi tugas individu pada mata kuliah Pengantar Ilmu
Hukum. Makalah ini ditulis dengan kalimat yang efektif dan sederhana sehingga diharapkan
dapat memudahkan para pembaca.

Dalam makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan,untuk itu
dengan senang hati kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
atau saran dosen demi kesempurnaan makalah ini.

Dengan harapan agar makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua terutama bagi mahasiswa dan
pribadi kami yang menyusun makalah ini.

A. Latar Belakang
Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang saling
berinteraksi dan tidak akan dapat hidup sendiri, saling membantu dan
membutuhkan satu sama lain. Masyarakat hidup dengan tata aturan
sehingga terciptanya kehidupan yang teratur. Masyarakat hidup dan
berkembang di lingkungan yang penuh dengan aturan bukan untuk
mengekang kehidupannya, melainkan mengatur perilaku sesama
manusia untuk hidup teratur dan menghargai satu sama lain.
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menyatakan, bahwa “Negara Indonesia adalah
Negara Hukum”. Hal tersebut jelas memberikan gambaran bahwa
masyarakat Indonesia tidak terlepas dari aturan-aturan yang akan
membuat kehidupan di Negara ini menjadi teratur, aman, dan
tentram. Hukum sebagai salah satu kaidah hidup antar pribadi
berfungsi sebagai pedoman hidup manusia atau patokan hidup
manusia untuk membatasi perilaku manusia.
Sebagai Negara hukum, Indonesia yang terdiri dari berbagai
macam suku bangsa dirasa sangat sulit menyatukan suatu aturan
untuk satu Negara, menyatukan berbagai macam jenis masyarakat
dari yang tingkat sederhana hingga tingkat modern. Efektivitas hukum
dalam masyarakat diartikan sebagai kemampuan hukum yang dapat
berkembang dan menciptakan keadaan atau situasi yang dikehendaki
hukum. Dalam hal ini, hukum bukan hanya berfungsi untuk social
control, melainkan juga dapat menjadi alat untuk perubahan ke arah
yang lebih baik (Social Engineering).

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini dirumuskan masalah yang akan dibahas, yaitu:
1.Apakah hukum dalam masyarakat dapat berlaku efektif?

C.PEMBAHASAN MASALAH
A. Efektivitas Hukum dalam Masyarakat
1. Hukum Sebagai Perilaku
Efektivitas hukum dalam masyarakat menurut kami dipengaruhi juga oleh peran
manusia melihat dari sudut pandang hukum progresif. Sosiologi hukum dan kemudian
antropologi hukum yang membuka mata kita terhadap peran manusia dalam berhukum.
Hukum yang oleh para positivis dilihat sebagai teks dan mengeliminasi faktor serta peran
manusia, mendapatkan koreksi besar dengan menempatkan peran manusia tidak kurang
dari posisi sentral (Rahardjo, 2008).
Apabila kita mulai memindahkan fokus studi ke lapangan atau ranah empiris, maka
muncul perilaku manusia sebagai hukum. Ditemukan, bahwa peran manusia dalam
bekerjanya hukum terlalu besar untuk diabaikan. Hukum bukan apa yang ditulis dan
dikatakan oleh teks. Bahkan sebagian orang mengatakan, bahwa hukum itu lebih
merupakan mitos daripada kenyataan. The myth of the operation of law is given the lie
daily (Chambliss & Seidman, 1971).1

1
Kumpulan manusia yang hidup bersama membentuk masyarakat
pasti memiliki pedoman atau aturan hidup untuk mencapai kehidupan
yang tentram dan teratur, aturan yang hidup dalam masyarakat itu
disebut hukum. Hukum dapat berasal dari kesepakatan masyarakat
atau berasal dari kebiasaaan masyarakat yang dilakukan berulang-
ulang. Namun, dalam suatu kumpulan orang tersebut pasti akan selalu
ada orang yang dapat menerima atau menolak suatu aturan yang
berlaku.
Terdapat beberapa bentuk masyarakat hukum menurut dasar
pembentukannya, yaitu:
1. Masyarakat teratur, yaitu masyarakat yang diatur dengan
tujuan tertentu. Contohnya: Perkumpulan olahraga.
2. Masyarakat teratur yang terjadi dengan sendirinya, yaitu
masyarakat yang tidak dengan sengaja terbentuk, tetapi
masyarakat itu ada kaena kesamaan kepentingan. Contohnya:
Penonton pertndingan sepakbola.
3. Masyarakat tidak teratur, yaitu masyarakat yang terjadi
dengan sendirinya tanpa dibentuk. Contohnya: Sekumpulan
manusia yang membaca surat kabar di tempat umum.2

Hukum hadir di dalam masyarakat untuk memberikan sesuatu


yang dapat menciptakan kenyamanan antar sesama individu yang
hidup di dalam masyarakat itu sendiri. Namun, tidak setiap wilayah
yang memiliki aturan atau pedoman hidup masyarakat yang selalu
disetujui setiap individunya, selalu saja ada konfik dalam menerapkan
aturan tersebut.
Bagi Malinowski, hukum dilaksanakan oleh suatu mesin social
yang nyata dan didukung oleh suatu kekuatan komunitas yang
didasarkan pada ketergantungan secara timbal balik. Malinowski

2
mendefnisikan hukum sebagai 3suatu badan dari kewajiban-kewajiban
yang mengikat, yang dihormati sebagai hak dari suatu pihak dan
diakui sebagai kewajiban bagi pihak lain, penggunaan kekusaan
melalui mekanisme yang spesifk yang bersifat timbal balik dan
publisitas yang melekat di dalam struktur masyarakat.
Faktor-faktor yang mengukur ketaatan terhadap hukum secara umum
antara lain:
a. Relevansi aturan hukum secara umum, dengan kebutuhan
hukum dari orang- orang yang menjadi target aturan hukum secara
umum itu.
b. Kejelasan rumusan dari substansi aturan hukum, sehingga
mudah dipahami oleh target diberlakukannya aturan hukum.
c. Sosialisasi yang optimal kepada seluruh target aturan hukum itu.
d. Jika hukum yang dimaksud adalah perundang-undangan, maka
seyogyanya aturannya bersifat melarang, dan jangan bersifat
mengharuskan, sebab hukum yang ersifat melarang (prohibitur)
lebih mudah dilaksanakan ketimbang hukum yang bersifat
mengharuskan (mandatur).
e. Sanksi yang diancam oleh aturan hukum itu harus dipadankan
dengan sifat aturan hukum yang dilanggar tersebut.
f. Berat ringannya sanksi yang diancam dalam aturan hukum
harus proporsional dan memungkinkan untuk dilaksanakan.
g. Kemungkinan bagi penegak hukum untuk memproses jika terjadi
pelanggaran terhadap aturan hukum tersebut, adalah memang
memungkinkan, karena tindakan yang diatur dan diancamkan
sanksi, memang tindakan yang konkret, dapat dilihat, diamati, oleh
karenanya memungkinkan untuk diproses dalam setiap tahapan
(penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan penghukuman).

3
h. Aturan hukum yang mengandung norma moral berwujud
larangan, relatif akan jauh lebih efektif ketimbang aturan hukum
yang bertentangan dengan nilai moral yang dianut oleh orang-
orangyang menjadi target diberlakukannya aturan tersebut.
i. Efektif atau tidak efektifnya suatu aturan hukum secara umum,
juga tergantung pada optimal dan profesional tidak aparat
penegak hukum untuk menegakkan aturan hukum tersebut.
j. Efektif atau tidaknya suatu aturan hukum secara umum, juga
mensyaratkan adanya standar hidup sosio-ekonomi yang minimal di
dalam masyarakat.4

Keefektifan suatu hukum dalam masyarakat dinilai dari seberapa


kuat hukum itu berperan dalam kehidupan masyarakat itu sendiri.
Hukum yang mengatur banyak individu untuk taat dan patuh terhadap
aturan yang diciptakan secara sadar oleh kumpulan orang yang
disebut masyarakat atau hasil dari kebiasaan yang dilakukan
berulang-ulang oleh masyarakat.
Efektivitas hukum dimaksud, berarti mengkaji kaidah hukum
yang harus memenuhi syarat, yaitu berlaku secara yuridis , berlaku
secara sosiologis, dan berlaku secara flosofs. Oleh karena itu, faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi hukum itu berfungsi dalam
masyarakat, yaitu (1) kaidah hukum/peraturan itu sendiri, (2)
petugas/penegak hukum, (3) sarana atau fasilitas yang digunakan oleh
penegak hukum, (4) kesadaran masyarakat. Hal itu akan diuraikan
secara berurut sebagai berikut: 5

1. Kaidah Hukum
Di dalam teori-teori ilmu hukum, dapat dibedakan tiga macam hal
mengenai berlakunya hukum sebagai kaidah. Hal itu diungkapkan
sebagai berikut.
4
5
a. Kaidah hukum berlaku secara yuridis, apabila penentuannya
didasarkan pada kaidah yang lebih tinggi tingkatannya atau
terbentuk atas dasar yang telah ditetapkan.
b. Kaidah hukum berlaku secara sosiologis, apabila kaidah tersebut
efektif. Artinya, kaidah dimaksud dapat dipaksakan berlakunya
oleh penguasa walaupun tidak diterima oleh warga masyarakat (
teori kekuasaan) atau kaidah itu berlaku karena adanya
pengakuan dari masyarakat.
c. Kaidah hukum berlaku secara flosofs, yaitu sesuai dengan cita
hukum sebagai nilai positif yang tertinggi.
Kalau dikaji secara mendalam, agar hukum itu berfungsi maka
setiap kaidah hukum harus memenuhi ketiga macam unsur di atas,
sebab : (1) bila kaidah hukum hanya berlaku secara yuridis, ada
kemungkinan kaidah itu merupakan kaidah mati, (2) kalau hanya
berlaku secara sosiologis dalam arti teori kekuasaan, maka kaidah
itu menjadi aturan pemaksa, (3) apabila hanya berlaku secara
flosofs, kemungkinannya kaidah itu hanya merupakan hukum
yang dicita-citakan (ius constituendum).
2. Penegak Hukum
Penegak hukum atau orang yang bertugas menerapkan
hukum mencakup ruang lingkup yang sangat luas, sebab
menyangkut petugas pada strata atas, menengah, dan bawah.
Artinya, di dalam melaksanakan tugas-tugas penerapan hukum,
petugas sebagiannya harus memiliki suatu pedoman, di
antaranya peraturan tertulis tertentu yang mencakup ruang
lingkup tugas-tugasnya. Di dalam hal penegakan hukum
dimaksud, kemungkinan petugas penegak hukum menghadapi
hal-hal sebagai berikut.
a. Sampai sejauh mana petugas terikat dari peraturan-
peraturan yang ada ?
b. Sampai batas-batas mana petugas berkenan memberikan
kebijakan ?
c. Teladan macam apakah yang sebaiknya diberikan oleh
petugas kepada masyarakat ?
d. Sampai sejauh manakah derajat sinkronisasi penugasan-
penugasan yang diberikan kepada para petugas sehingga
memberikan batas-batas yang tegas pada wewenangnya? 6

3. Sarana/Fasilitas
Fasilitas atau saran amat penting untuk mengefektifkan
suatu aturan tertentu. Ruang lingkup sarana dimaksud,
terutama sarana fsik yang berfungsi sebagai faktor pendukung.
Misalnya, bila tidak ada kertas dan karbon yang cukup serta
mesin tik yang cukup baik, bagaimana petugas dapat membuat
berita acara mengenai suatu kejahatan. Bagaimana polisi dapat
bekerja dengan baik apabila tidak dilengkapi dengan kendaraan
dan alat-alat komunikasi yang proporsional. Kalau peralatan
dimaksud sudah ada, faktor-faktor pemeliharaannya juga
memegang peran yang sangat penting. Memang sering terjadi
bahwa suatu peraturan sudah difungsikan, padahal fasilitasnya
belum tersedia lengkap. Peraturan yang semula bertujuan untuk
memperlancar proses, malahan mengakibatkan terjadinya
kemacetan. Mungkin ada baiknya, ketika hendak menerapkan
suatu peraturan secara resmi ataupun memberikan tugas
kepada petugas, dipikirkan mengenai fasilitas-fasilitas yang
berpatokan kepada,7 (1) apa yang sudah ada, dipelihara terus
agar setiap saat berfungsi, (2) apa yang belum ada, perlu
diadakan dengan memperhitungkan jangka waktu
pengadaannya , (3) apa yang kurang,

6
7
perlu dilengkapi, (4) apa yang telah rusak, diperbaiki atau
diganti, (5) apa yang macet, dilancarkan, (6) apa yang telah
mundur, ditingkatkan.
1. Warga Masyarakat
Salah satu faktor yang mengefektifkan suatu peraturan
adalah warga masyarakat. Yang dimaksud di sini adalah
kesadarannya untuk mematuhi suatu peraturan perundang-
undangan, yang keap disebut derajat kepatuhan. Secara
sederhana dapat dikatakan, bahwa derajat kepatuhan
masyarakat terhadap hukum merupakan salah satu indikator
berfungsinya hukum yang bersangkutan.8

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai makhluk social, manusia tidak akan pernah bisa
hidup sendiri. Manusia yang berkumpul, saling membutuhkan, dan
saling berinteraksi menciptakan sebuah kumpulan yang disebut
masyarakat. Masyarakat hidup dari kumpulan berbagai individu
yang berasal dari perbedaan, perbedaan tersebut dapat disatukan
dengan sebuah toleransi melalui pedoman atau aturan guna
menciptakan hidup yang teratur dan tentram.
Hukum dapat efektiv di dalam masyarakat apabila ada suatu
aturan yang jelas mengatur, ada penegak hukum sebagai wasit agar
aturan tersebut berjalan sebagaimana mestinya, adanya prasarana
yang mendukkung, dan adanya warga masyarakat yang
menjalankan aturan tersebut. Hukum di dalam masyarakat tidak
akan efektiv apabila masyarakat tidak dapat menerima hukum itu
sendiri, ini berarti hukum harus tumbuh dan berkembang sesuai
dengan apa yang terjadi di dalam masyarakat.

B. Saran
Efektiv atau tidaknya suatu hukum hanya dapat terlihat ketika
hukum itu telah diterapkan, bagaimana masyarakat merespon hal
tersebut. Hukum yang berlaku dalam suatu lingkungan diharapkan
sesuai dengan kebiasaan masyarakat itu sendiri agar tidak
terjadinya ketidakseimbangan antara aturan dan masyarakat yang
menjalankannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Achmad Ali., Heryani, Wiwie., Menjelajah kajian empiris terhadap
hukum, Jakarta: KENCANA Prenamedia Group, cet ke-2, 2013.
Ali Achmad. 2009. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori
Peradilan (Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang
(Legisprudence) Jakarta. Penerbit Kencana
Ali,
Zainuddin Ali., Sosiologi Hukum, Jakarta : Sinar Grafka, 2006.
Kansil, C.S.T., Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta.
Soeroso, R., Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafka, 2004.
Soeroso, R., Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafka, 2013.
Satjipto, Rahardjo. Penegakan Hukum Progresif. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara:
2010.

Anda mungkin juga menyukai