Anda di halaman 1dari 20

MEKANISME PENERAPAN NERANG REBU GAHU DALAM KASUS

PEMERKOSAAN TERHADAP ISTRI ORANG LAIN DI DESA BAOMEKOT


KECAMATAN HEWOKLOANG KABUPATEN SIKKA
Ignatia Bertha Loressa
Universitas Nusa Cendana Kupang

ABSTRAK
Di Indonesia kasus pemerkosaan terhadap istri orang lain masih sering terjadi dalam relasi
sosial dan budaya masyarakat tertentu dimana seorang perempuan secara paksa disetubuhi
oleh seorang laki-laki yang sudah kawin, padahal diketahui bahwa tindakan tersebut
merupakan suatu tindakan tercela yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Melalui data yang
diperoleh di lapangan bahwa pemerkosaan yang terjadi di wilayah Kecamatan Hewokloang
khususnya Desa Baomekot Kabupaten Sikka diselesaikan menggunakan hukum adat setempat
melalui Ritual yang bernama Nerang Rebu Gahu (memegang besi panas) yang dilakukan
melalui sumpah adat. Atas dasar tersebut diatas maka penulis mengangkat masalah ini agar
dapat mengetahui Mekanisme Penerapan Nerang Rebu Gahu dalam kasus adat Di Desa
Baomekot Kecamatan Hewokloang Kabupaten Sikka serta apa saja Dampak Mekanisme
Penerapan Nerang Rebu Gahu yang diselenggarakan menggunakan hukum adat tersebut
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis- empiris, yakni penelitian yang
datanya langsung diperoleh dari lokasi penelitian terhadap responden (narasumber). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Penerapan Sumpah adat Nerang Rebu Gahu ini sudah
ada sejak zaman dahulu kala dan merupakan warisan dari nenek moyang di Desa Baomekot,
Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka. Mekanisme Nerang Rebu Gahu digunakkan
sebagai suatu pembuktian untuk memastikan eksistensi benar dan salahnya seseorang
sehingga dapat dijadikan acuan atau tolak ukur dalam suatu penyelesaian masalah bagi
kasus hukum tertentu. Mekanisme ini dilakukan dengan Ritual Adat yang diselenggarakan
oleh Lembaga Adat Puter Mudeng Doto Molo. Mekanisme tersebut diawali dengan kedua
bela pihak menyetujui adanya surat pernyataan kemudian diadakan mekansime Nerang Rebu
Gahu dan pihak pelaku atas nama Mikael Arianto dinyatakan bersalah secara hukum adat
serta wajib membayar denda tuntutan adat. Dampak Positif bagi masyarakat dengan adanya
Mekansime Penerapan Nerang Rebu Gahu Dalam Kasus Pemerkosaan Terhadap Istri Orang
yang terjadi di Desa Baomekot Kecamatan Hewokloang Kabupaten Sikka adalah sebagai
berikut: Pemulihan hubungan yang sudah terganggu baik antara manusia dengan manusia
maupun manusia dengan Tuhan, Untuk mendamaikan keluarga yang berselisih agar kembali
harmonis serta agar dapat memberikan efek jera terhadap pelaku tindak pidana yang dapat
merugikan inidividu atau kelompok masyarakat.

Kata Kunci: Mekansime penerapan Nerang Rebu Gahu


1. LATAR BELAKANG hukum adat di Indonesia untuk
Masyarakat Indonesia selalu terikat menyelesaikan berbagai sengketa dan
dengan hukum, sesuai dengan Pasal 1 delik yang tidak dapat ditangani oleh
Undang undang Dasar Negara Republik lembaga kepolisian, pengadilan, serta
Indonesia tahun 1945 disebutkan bahwa lembaga pemasyarakatan. Hukum adat
Negara Indonesia adalah Negara Hukum. tetap dipertahankan hingga saat ini oleh
Hal ini mengandung pengertian bahwa masyarakat hukum adat sebab mereka
segala tatanan kehidupan dalam percaya bahwa putusan yang dikeluarkan
berbangsa, bermasyarakat dan bernegara melalui peradilan adat terhadap suatu
adalah didasarkan atas hukum. delik yang diadili melaluinya dapat
Kehidupan Masyarakat Indonesia juga memberikan kepuasan akan rasa
tidak terlepas dari suatu tindakan keadilan, serta kembalinya keseimbangan
kejahatan tindak pidana atau kejahatan dalam kehidupan masyarakat adat atas
sebagai perbuatan manusia selalu kegoncangan spiritual yang terjadi atas
mengalami perkembangan sebagaimana berlakunya delik adat tersebut.
perkembangan yang dialami masyarakat Eksistensi hukum adat sebagai salah
itu sendiri berbagai perubahan senantiasa satu bentuk hukum yang diakui
terjadi suatu tindak pidana atau kejahatan. keberadaannya dalam kehidupan dan
Adanya perkembangan hukum dari waktu budaya hukum masyarakat Indonesia
ke waktu tidak merubah atau tercantum pada Undang-Undang Dasar
menggantikan posisi hukum adat yang Republik Indonesia yaitu pada pasal 18B
sudah ada sejak zaman dahulu dan selalu ayat (2) yang menentukan “Negara
menjadi panutan bagi masyarakat tertentu. mengakui dan menghormati kesatuan-
Begitu juga dengan Kasus Sumpah Adat kesatuan Masyarakat Hukum Adat
Nerang Rebu Gahu atau (memegang besi beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang
panas) yang dilakukan Di Desa masih hidup dan sesuai dengan
Baomekot, Kecamatan Hewokloang, perkembangan masyarakat dan prinsip
Kabupaten Sika, Nusa Tenggara Timur. Negara Kesatuam Republik Indonesia,
Hukum adat merupakan salah satu yang diatur dalam undang-undang”.
bentuk hukum yang masih eksis dan ada Undang Undang Tahun 1945 yang
dalam kehidupan masyarakat hukum adat menentukan “Segala warga Negara
di Indonesia. Perlu kita ketahui pula bersamaan kedudukannya di dalam
bahwa Hukum Adat merupakan salah hukum dan pemerintahan dan wajib
satu bentuk hukum yang berlaku dalam menjunjung hukum dan pemerintahan itu
kehidupan dan budaya hukum masyarakat dengan tidak ada kecualinya”, yang mana
Indonesia yang masih berlaku sampai dari rumusan ketentuan tersebut dapat
dengan saat ini. Eksistensi hukum adat ditarik kesimpulan bahwa baik warga sipil
dapat kita lihat hingga saat ini melalui maupun aparatur pemerintahan tanpa
adanya peradilan- peradilan adat serta terkecuali diwajibkan untuk menjunjung
perangkat-perangkat hukum adat yang hukum yang berlaku dalam kehidupan dan
masih dipertahankan oleh masyarakat budaya hukum masyarakat Indonesia baik
itu hukum pidana, hukum perdata, adat yang berbeda-beda satu dengan
maupun hukum adat. lainnya. Penjelasan lebih lanjut mengenai
Undang-Undang Republik Indonesia hukum adat dapat kita temukan dalam
Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak pendapat yang dikemukakan oleh Prof.
Asasi Manusia sebagai sumber hukum Mr. Dr. Soekanto selaku seorang ahli
juga mengakui eksistensi hukum adat hukum, dimana beliau mendefinisikan
sebagai salah satu bentuk hukum yang hukum adat sebagai “kompleks adat-adat
berlaku dalam kehidupan dan budaya yang kebanyakan tidak dikitabkan, tidak
hukum masyarakat Indonesia, yang mana dikodifikasikan dan bersifat paksaan
hal ini ditunjukkan dalam pasal 6 ayat (1) mempunyai sangsi, jadi mempunyai
Undang-Undang tersebut yang akibat hukum. Salah satu sub-bagian
menentukan “Dalam rangka penegakan yang terdapat dalam hukum adat ialah
hak asasi manusia, perbedaan dan hukum adat delik (delicten recht) atau
kebutuhan dalam Masyarakat Hukum dikenal juga sebagai hukum pidana adat.
Adat harus diperhatikan dan dilindungi Pengertian akan istilah hukum pidana
oleh hukum, masyarakat, dan adat dapat kita temukan lewat pendapat
pemerintah”. Berdasarkan ketentuan Hilman Hadikusuma, S.H. yang
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa mengemukakan bahwa Istilah hukum
hukum adat dipandang sebagai prasarana pidana adat adalah terjemahan dari istilah
yang digunakan oleh Masyarakat Hukum Belanda “adat delicten recht” atau
Adat dalam memenuhi “hak adat” “hukum pelanggaran adat”, dan beliau
mereka, sehingga hukum adat harus juga menyatakan bahwa istilah-istilah ini
diperhatikan dan dilindungi tidak dikenal dikalangan masyarakat
keberadaannya baik oleh hukum, adat.Hukum pidana adat secara umum
masyarakat, maupun pemerintah sehingga berisi mengenai aturan- aturan hukum
eksistensi atau keberadaan hukum adat yang kebanyakan bersifat tidak tertulis
dalam kehidupan dan budaya hukum namun memiliki akibat hukum bagi
masyarakat Indonesia dapat terus dijaga. siapapun yang melanggarnya.

Hukum adat sebagai hukum positif Begitupun dengan peristiwa yang


memiliki ciri yang khas yaitu hukum adat terjadi Di Desa Baomekot, Kecamatan
merupakan hukum yang sebagian besar Hewokloang, Kabupatn Sikka. Peristiwa
bersifat tidak tertulis, namun nilai- tersebut bermula dari seorang ibu yang
nilainya ada dan berlaku dalam melaporkan bahwa dirinya disetubuhi oleh
kehidupan masyarakat adat yang pelaku yakni seorang pria yang bernama
memberlakukan hukum adat tersebut. Mikael Arianto (29) hal tersebut yang
Hukum adat berlaku dalam ruang lingkup menyebabkan pelaku dihukum secara
yang terbatas yakni hanya berlaku dalam sumpah adat dengan menggunakan besi
masyarakat adat dimana hukum adat panas oleh lembaga adat Puter Mudeng
tersebut hidup atau berada, dan keadaan Doto Molo yang berlangsung di Kantor
ini memungkinkan bahwa setiap Desa Baomekot, Kecamatan
masyarakat adat dapat memiliki hukum Hewokloang, Kabupaten Sikka, Sabtu
(7/11/2020). Hal tersebut yang menjadi Dalam kehidupan sehari-hari dikalangan
polemik besar baik bagi masyarakat baik masyarakat secara umum hanya
dari Desa Baoemekot maupun menyebut istilah adat yang berarti sebuah
masyarakat diluar Desa tersebut. Karena kebiasaan dalam masyarakat tertentu.
tindakan tersebut dinilai dapat Secara Etimologi atau arti bahasa kata
merenggangkan hubungan persaudaraan, adat berasal dari bahasa arab yakni
kekerabatan, rasa solidaritas, serta “Adah” yang berarti sebuah kebiasaan
keharmonisankehidupan bermasyarakat. yaitu sebuah tingkah laku masyarakat
Sanksi Pidana adat Desa Baomekot yang sering terjadi sedangkan kata hukum
Kecamatan Hewokloang menjadi atensi berasal dari bahasa arab huk mun yang
bersama untuk dikaji secara lebih artinya ketentuan atau suruhan, jadi bisa
mendalam terkait dengan penerapan digabung antara hukum dan adat yang
sanksi hukum tersebut . Hal yang berarti suatu perilaku masyarakat yang
memperkuat penerapan sanksi Pidana selalu terjadi secara terus menerus dan
Adat Nerang Rebu Gahu yang diterima lebih tepatnya lagi bisa dinamakan
oleh pelaku adalah untuk memberikkan sebuah hukum kebiasaan.
efek jera serta dipercaya tidak akan Namun sejauh ini perundang-undangan di
melahirkan kasus tindak pidana lainnya . Indonesia membedakkan antara istilah
Berdasarkan latar belakang masalah “adat” dan “kebiasaan”, sehingga hukum
inilah penulis telah melakukan penelitian adat tidak sama dengan hukum kebiasaan.
terhadap Mekanisme Penerapan Nerang Kebiasaan yang diakui di dalam
Rebu Gahu dalam Kasus Pemerkosaan perundangan merupakkan “Hukum
Terhadap Istri Orang Lain di Desa Kebiasaan”, Sedangkan “Hukum Adat”
Baomekot, Kecamatan Hewokloang, adalah hukum kebiasaan di luar
Kabupaten Sikka. perundangan. Istilah hukum adat
dikemukakan pertama kali oleh
Rumusan masalah dalam penelitian Prof.Dr.Christian Snouck Hurgronye
ini sebagai berikut: dalam bukunya yang berjudul “De
1. Bagaimanakah mekanisme penerapan Accheers”(orang-orang aceh) yang
Nerang Rebu Gahu dalam kasus adat di kemudian diikuti oleh Prof.Mr.Cornelis
Desa Baomekot, kecamatan Hewokloang, Van Vollen Hoven dalam bukunya yang
Kabupaten Sikka? berjudul “Adat Recht Van Nederlandsch-
Indie”.
2. Apa saja Dampak mekanisme penerapan
Nerang Rebu Gahu yang Dengan adanya istilah ini, maka
diselenggarakan menggunakan hukum pemerintah kolonial Belanda pada akhir
adat tersebut? tahun 1929 mulai menggunakan secara
resmi dalam peraturan perundangan
Belanda. Definisi dari hukum adat sendiri
adalah suatu hukum yang hidup karena
2. TINJAUAN PUSTAKA menjelmakan perasaan hukum yang nyata
dari rakyat sesuai dengan fitrahnya
sendiri, hukum adat terus menerus dalam pandangan hidup dan pengetahuan serta
keadaan tumbuh dan berkembang seperti berbagai strategi kehidupan yang
hidup itu sendiri. berwujud aktifitas yang dilakukan oleh
Selanjutnya memahami perkembangan masyarakat lokal, pengetahuan ini untuk
dari hukum adat dalam masyarakat, maka menjawab berbagai masalah dalam
Prof. Van Vallenhoven merumuskan: memenuhi kebutuhan mereka.Kearifan
Jikalau dari atas (penguasa) telah lokal berhubungan secara spesifik dengan
diputuskan untuk mempertahankan budaya tertentu dan mencerminkan cara
Hukum Adat padahal hukum itu sudah hidup suatu masyarakat tertentu. Kearifan
mati, maka penetapan itu akan sia-sia lokal muncul dari dalam masyarakat
belaka.16 Sebaliknya seandainya telah sendiri, disebarluaskan secara non
diputuskan dari atas bahwa Hukum Adat formal, dan dimiliki secara kolektif oleh
harus diganti, padahal di desa-desa, di masyarakat yang bersangkutan. Selain
ladang-ladang dan di pasar-pasar hukum itu, Kearifan lokal juga dikembangkan
itu masih kokoh dan kuat, maka hakim- selama beberapa generasi dan tertanam di
pun akan sia-sia belaka Dengan kata lain dalam cara hidup masyarakat yang
memahami hukum adat harus dilakukan bersangkutan sebagai sarana untuk
secara dinamik, dan selaras antara atas mempertahankan hidup.Sama Halnya
yang memutuskan dan bawah yang dengan mekanisme penerapan Nerang
menggunakan agar dapat diketahui dan Rebu Gahu dari Lembaga Adat Puter
dipahami segala perkembangannya. Mudeng Doto Molo yang dijalankan oleh
Menurut Soepomo, Hukum adat adalah masyarakat Desa Baomekot, Kecamatan
suatu hukum yang hidup karena ia Hewokloang, Kabupaten Sikka yang
menjelmakan perasaan hukum yang sudah ada sejak zaman dahulu kala dan
nyata dari rakyat. Dalam berbagai merupakan suatu ritual atau upacara yang
seminar, maka berkembang kemudian dilakukan secara turun temurun dari
hukum yang hidup dalam masyarakat nenek moyang masyarakat Desa
(living law) yang lazim dipergunakan Setempat.Tindakan tersebut dilakukan
untuk, menunjukkan berbagai macam agar dapat mengetahui suatu kebenaran
hukum yang tumbuh dan berkembang di dari masalah yang terjadi di masyarakat.
dalam masyarakat. Berdasarkan Definisi Kearifan lokal yang dipakai oleh para
Hukum Adat diatas maka dasar filosofi leluhur sebagai suatu pembuktian
dari mekanisme penerapan Nerang Rebu kesalahan yang dilakukan seseorang.
Gahu merupakkan suatu kearifan lokal. Karenanya, untuk mengetahui apakah
Kearifan lokal merupakan bagian dari seseorang dinyatakan bersalah atau tidak
budaya suatu masyarakat yang tidak dapat harus diterapkanlah mekanisme Nerang
dipisahkan dari bahasa masyarakat itu Rebu Gahu (Memegang Besi Panas).
sendiri. Kearifan lokal biasanya Tindakan tersebut dilakukan dengan
diwariskan secara turun temurun dari satu Ritual Sumpah Adat dimana ketika besi
generasi ke generasi melalui cerita dari panas itu menembus tangan pelaku maka
mulut ke mulut, kearifan lokal adalah hal itu membuktikkan bahwa dia bersalah
dan jika besi tersebut tidak menembus
tangannya maka hal tersebut setempat sehingga kasus Asusila
membuktikkan bahwa dia tidak bersalah. tersebut tidak terulang kembali.Dengan
Sebelum Mekanisme tersebut diterapkan adanya mekanisme Nerang Rebu Gahu
tentunya harus melalui upacara terlebih ini dapat memberikan contoh agar
dahulu dan harus disepakati oleh masing masyarakat setempat tunduk dan patuh
masing pihak baik dari pihak pelaku terhadap aturan hukum khususnya hukum
maupun pihak korban, ketika kedua belah adat. Dampak negative dari Penerapan
pihak telah menyetujui maka mekanisme mekanisme Nerang Rebu Gahu
tersebut sudah dapat diterapkan. diantaranya banyak sekali menimbulkan
Penyelesaian kasus ini bisa dilakukan pro dan kontra di akibatkan sanksi adat
secara mediasi dan kekeluargaan akan tersebut dinilai dapat merugikan
tetapi dari pihak si pelaku tidak mau masyarakat khususnya bagi pelaku karena
mengakui kesalahannya sehingga termasuk dalam pelanggaran
Pemerintah Desa dan Lembaga Adat kemanusiaan. Mekanisme ini merupakan
masyarakat setempat memilih suatu perbuatan yang termasuk dalam
penyelesaian masalahnya menggunakan pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia
Sumpah adat tersebut. Setelah diterapkan karena untuk membuktikan suatu
mekanisme Nerang Rebu Gahu sebagai perbuatan dapat dikatakan benar dan
pembuktian Kebenaran ternyata si Pelaku salah maka diharuskan menggunakan
tersebut tangannya tertembus besi oleh mekanisme Nerang Rebu Gahu
karena itu masyarakat Desa setempat (memegang besi panas).
mengambil kesimpulan bahwa benar
pelaku tersebut melakukan suatu
kesalahan sehingga, berdasarkan Hukum Dampak Penerapan Mekanisme
Adat dari Lembaga adat Puter Mudeng Nerang Rebu Gahu dilihat dari
Doto Molo mekanisme yang dilakukan prespektif Hak Asasi Manusia
tersebut benar adanya dan ketika Manusia secara kodrati sejak berada
seseorang telah dinyatakan bersalah maka dalam kandungan pada hakekatnya sudah
selanjutnya akan diberikan hukuman melekat Hak Asasi Manusia (HAM), Hak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. tersebut adalah hak yang bersifat
Dampak Penerapan Mekanisme Nerang fundamental yaitu hak atas hidup,
Rebu Gahu adalah sebagai berikut keutuham jasmani (hak atas rasa aman),
Dampak Positif yang terjadi antara lain dan kebebasan, ketiga hak ini pada
Masyarakat di Desa Baomekot, dasarnya merupakan hak dasar yang tidak
Kecamatan Hewokloang, Kabupaten dapat dihilangkan dan dikurangi dari
Sikka sangat menjujung tinggi adat setiap manusia dalam keadaan apapun
istiadat, sanksi adat, serta aturan adat dan oleh siapapun. Dalam Undang-
khususnya yang ada di dalam lembaga undang nomor 39 tahun 1999 Pasal 1 ayat
adat Puter Mudeng Doto molo.Dengan (1): “Hak Asasi Manusia adalah adalah
adanya mekanisme Nerang Rebu Gahu seperangkat hak yang melekat pada
dapat memberikan efek jera baik bagi hakikat dan keberadaan manusia sebagai
pelaku, korban maupun masyarakat
makhluk Tuhan yang maha Esa dan orang berhak atas perlindungan Hak
merupakan anugerah- Nya yang wajib Asasi Manusia dan kebangsan manusia,
dihormati, dijunjung tinggi dan tanpa diskriminasi. Dalam Undang-
dilindungi oleh Negara, hukum, Undang nomor 39 tahun 1999 tentang
pemerintah, dan setiap orang demi Hak Asasi Manusia Pasal 9
4
kehormatan serta perlindungan harkat dan berbunyi: setiap orang berhak untuk
martabat manusia”. hidup, mempertahankan hidup dan
Di dalam Deklarasi HAM (Hak Asasi meningkatkan taraf kehidupannya;Setiap
Manusia) Pasal 1, menyebutkan bahwa: orang berhak hidup tentram, aman, damai,
“seluruh umat manusia dilahirkan bahagia, sejahtera, lahir dan batin;
merdeka dan setara dalam martabat dan Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)
hak, mereka dikaruniai akal sehat nurani adalah setiap perbuatan, tindakan
dan harus saling bergaul dalam semangat individu atau sekelompok orang,
persaudaraan. termasuk aparat negara, baik disengaja
maupun tidak disengaja, atau karena
” Negara republik Indonesia adalah kelalaian yang secara hukum
Negara yang mengakui dan menjunjung mengurangi, menghalangi,
tinggi Hak Asasi Manusia (HAM)”. membatasi,dan mencabut hak asasi
Undang -undang Nomor 39 Tahum 1999 manusia individu atau sekelompok orang
tentang Hak Asasi Manusia terdapat Hak yang dijamin oleh undang undang dan
Asasi Manusia yang tidak dapat di tidak didapatkan atau dikuatirkan tidak
kurangi yaitu: hak untuk hidup, hak untuk akan memperoleh penyelesaian hukum
tidak di siksa, hak kebebasan pribadi, yang adil dan benar berdasarkan
pemikiran dan hati nurani, hak beragama, mekanisme hukum yang berlaku.
hak untuk tidak diperbudak, hak untuk Begitupun menurut Undang- undang
diakui secara pribadi dan persamaan di nomor 26 tahun 2000 Tentang Pengadilan
hadapan hukum, dan hak untuk tidak HAM, Pelanggaran HAM adalah setiap
dituntut atas dasar hukum yang berlaku perbuatan seseorang atau kelompok orang
surut. termasuk aparat negara baik disengaja
Di dalam Undang-Undang nomor 39 ataupun tidak disengaja atau kelalaian
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang secara hukum mengurangi,
Pasal 3 berbunyi:3Setiap orang dilahirkan menghalangi, membatasi dan atau
bebas dengan harkat dan martabat manusia mencabut Hak seseorang atau kelompok
yang sama sederajat serta dikaruniai akal orang yang dijamin oleh undang undang
dan hati nurani untuk hidup bermasrakat, ini, dan tidak didapatkan atau
berbangsa, dan bernegara dalam dikhawatirkan tidak akan memperoleh
semangat persaudaraan;Setiap orang penyelesaian hukum yang adil dan benar
berhak atas pengakuan, jaminan, berdasarkan mekanisme hukum.
perlindungan dan perlakuan hukum yang Pelanggaran HAM ini merupakan
adil serta mendapat kepastian hukum tindakan pelanggaran kemanusiaan baik
dalam semangat di depan hukum;Setiap dilakukan oleh individu maupun oleh
institusi negara atau institusi lainnya
terhadap hak asasi individu lain tanpa ada perampasan kemerdekaan atau
dasar atau alasan yuridis dan alasan perampasan kebebasan fisik lain secara
rasional yang menjadi pijakannya. Dari sewenang wenang yang melanggar (asas-
pendekatan kultural (budaya) terbukti asas) ketentuan pokok hukum
perjuangan menegakkan Hak Asasi internasioanl, penyiksaan, pemerkosaan,
Manusia Pada Hakikatnya merupakan perbudakan seksual, pelacuran secara
bagian dari tuntutan sejarah dan budaya paksa, pemaksaan kehamilan,
dunia, termasuk Indonesia. Karena itu pemandulan atau sterilisasi secara paksa
memperjuangkan HAM sama dengan atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain
memperjuangkan budaya bangsa atau yang setara, penganiayaan terhadap suatu
“membudayakan” bangsa, antara manusia kelompok tertentu atau perkumpulan
dan kemanusiaan seluruh dunia sama yang didasarkan pada persamaan paham
dengan satu. Pemahaman akan hak hak politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya,
asasi manusia yang dimaksudkkan adalah agama, jenis kelamin, atau alasan lain
hak hak yang dimiliki manusia bukan yang telah diakui secara universal sebagai
karena diberikan kepadanya oleh hal yang dilarang menurut hukum
masyarakat, jadi bukan berdasarkan internasional, penghilangan orang secara
hukum positif yang berlaku, melainkan paksa, dan kejahatan aparteid.
berdasarkan martabatnya sebagai Mengenai Mekanisme Penerapan Nerang
manusia, manusia memilikinya karena ia Rebu Gahu jika dilihat dari prespektif
manusia. Hak Asasi Manusia dapat termasuk
Pelanggaran Hak Asasi Manusia dapat dalam tindakkan penganiayaan yang berat
dikategorikan ke dalam pelanggaran dan terencana. Pelaku atas nama MA (29)
HAMringan dan pelanggaran HAM berat, untuk memenuhi persyaratan bahwa ia
dalam pasal7 Undang Undang nomor 26 tidak bersalah maka diharuskan untuk
tahun 2000 tentang pengadilan HAM memegang besi panas yang dibakar di
disebutkan dua jenis perbuatan yang bara api hal ini membuktikkan bahwa
masuk ke dalam pelanggaran HAM berat, tindakan tersebut termasuk dalam
yaitu kejahatan gonosida dan kejahatan tindakkan penganiayaan.
kemanusiaan . Kasus dugaan penganiayaan terhadap
Kejahatan kemanusiaan dalam pasal 9 MA (29) yang diharuskan memegang
huruf a merupakan salah satu perbuatan besi panas oleh lembaga adat dan
yang dilakukan sebagai bagian dari difasilitasi oleh pemerintah Desa
serangan yang meluas atau sistematik Baomekot, Kecamatan Hewokloang,
yang diketahuinya bahwa serangan Kabupaten Sikka, dan peristiwa tersebut
tersebut ditunjukkan secara 5langsung disaksikan oleh seluruh warga setempat.
terhadap penduduk sipil berupa Tahapan sumpah adat itu dimulai dengan
pembunuhan. Selain poin huruf a dalam tetua adat menyampaikan bahasa adat
bentuk pembunuhan dapat juga berupa diikuti dengan membakar kayu api
pemusnahan, perbudakan, pengusiran kemudian membakar besi.
atau pemindahan penduduk secara paksa,
Tindakan tersebut sudah direncanakan sejak zaman dahulu kala sampai dengan
terlebih dahulu dan telah disepakati baik saat ini masih diwarisi oleh masyarakat
dari pihak korban maupun pihak pelaku modern di zaman sekarang. Begitu pula
yang dilaksanakan oleh lembaga adat dan Di kecamatan Hewokolang khususnya di
sudah ada sejak turun temurun . Desa Baomekot. Kampung Desa
Mekanisme ini juga merupakkan salah Baomekot memiliki asal-usul yang unik,
satu kearifan lokal yang masih berlaku menurut penuturan para tetua yang
sampai pada saat ini. Namun tindakan ini menjadi nara sumber, secara harafiah
tidak dapat dibenarkan menurut Baomekot terdiri dari dua suku kata yaitu:
prespektif Hak Asasi Manusia karena kata Bao dan Mekot. Bao artinya sejenis
setiap orang atau manusia memiliki hak pohon beringin yang tinggi besar rindang
dan kewajiban serta berhak untuk yang kokoh yang terkesan raksasa.
dilindungi di mata hukum. Sedangkan Mekot yang artinya
Negara Indonesia sendiri sangat scorpio/sejenis kalajengking yang
mengedepankan Hak Asasi Manusia baik besar/raksasa dan beracun. Desa
dari Individu maupun kelompok orang. Baomekot sangat menjunjung tinggi adat
Setiap manusia memiliki hak untuk istiadat serta budaya yang ada baik dari
hidup, hak untuk bertumbuh dan zaman dahulu kala sampai dengan zaman
berkembang, hak untuk mendapatkan modern sekarang. Adat sendiri dapat
partisipasi dalam hal apapun serta hak dipahami sebagai tradisi lokal (local
untuk memiliki suatu perlindungan castom) yang mengatur interaksi
terhadap hukum. masyarakat. Salah satu penerapan
sumpah adat yang diterapkan di Desa
Baomekot, Kecamatan Hewokloang,
Kabupaten Sikka dalam suatu kasus
hukum tertentu yakni Mekanisme Nerang
3.HASIL PENELITIAN DAN
Rebu Gahu (memegang besi panas)
PEMBAHASAN
mekanisme ini merupakan suatu sumpah
Kabupaten Sikka Merupakan salah satu adat yang sudah ada sejak zaman dahulu
kabupaten yang terletak di provinsi Nusa kala dan merupakan warisan dari nenek
Tenggara Timur Indonesia. Ibu kota dari moyang di Desa Baomekot, Kecamatan
kabupaten sikka adalah Maumere. Hewokloang, Kabupaten Sikka.
Kabupaten Sikka menyimpan begitu Mekanisme Nerang Rebu Gahu
banyak ragam budaya, tradisi, bahasa dan digunakkan sebagai suatu pembuktian
peninggalan- peninggalan masa lampau untuk memastikan eksistensi benar dan
yang mempunyai nilai peradaban yang salahnya seseorang sehingga dapat
tak ternilai. Budaya dan tradisi itu pun dijadikkan acuan atau tolak ukur dalam
terikat dengan tahap dan proses suatu penyelesaian masalah bagi kasus
kehidupan manusia mulai dari kelahiran tertentu. Dalam Ensiklopedi disebutkan
sampai dengan kematian.Kabupaten bahwa adat adalah kebiasaan atau tradisi
Sikka juga sangat terkenal dengan adat masyarakat yang telah dilakukan
istiadat yang ada hukum adat yang ada berulang kali secara turun- temurun. Kata
adat lazim dipakai tanpa membedakan yang dimana merupakan suatu tim
mana yang mempunyai sanksi seperti penyelesaian masalah adat atau sengketa
hukum adat dan mana yang mempunyai yang ada di Desa tersebut yang dipimpin
sanksi seperti disebut adat saja. Menurut oleh kepala adat. Kepala Adat senantiasa
khazanah bahasa Indonesia, tradisi berarti mempunyai peranan dalam masyarakat
segala sesuatu seperti adat, kebiasaan, dan peranan tersebut adalah sebagai
ajaran, dan sebagainnya, yang turun hakim perdamaian yang berhak
temurun dari nenek moyang. Ada pula menimbang berat ringannya sanksi yang
yang menginformasikan, bahwa tradisi harus dikenakan kepada anggota
berasal dari kata traditium, yaitu segala masyarakat yang bersengketa. Kepala
sesuatu yang di transmisikan, diwariskan Adat berkewajiban untuk mengusahakan
oleh masa lalu ke masa sekarang. perdamaian, sehingga dalam masyarakat
Berdasarkan dua sumber tersebut jelaslah tercipta kedamaian. Adapun fungsi dari
bahwa tradisi, intinya adalah warisan Tim penyelesaian adat diantara: Untuk
yang lain atau satu kelompok manusia membetulkan hukum adat yang telah
dengan kelompok manusia lain, dilanggar oleh masyarakat. Pembetulan
bagaimana manusia bertindak terhadap ini bermaksud mengembalikan citra
lingkungannya, dan bagaimana perilaku hukum adat, sehingga dapat ditegakkan
manusia terhadap alam yang lain. Ia keutuhannya. Misalnya apabila terjadi
berkembang menjadi suatu system, sengketa tanah di dalam keluarga,
memiliki pola dan norma yang sekaligus sehingga keseimbangan hubungan
juga mengatur penggunaan saksi dan menjadi rusak. Kepala Adat dan Tim
ancamann terhadap pelanggaran dan penyelesaian masalah berperan untuk
penyimpangan.Masyarakat yang ada di membetulkan segala ketidakseimbangan
Desa Baomekot sangat menjunjung tinggi tersebut sehingga dapat didamaikan
adat istiadat yang dimana sering dipimpin Kembali, Untuk memutuskan dan
oleh kepala adat. menetapkan peraturan hukum adat
sebagai landasan bagi kehidupan
Menurut Soepomo, pengertian Kepala masyarakat. Putusan tersebut mempunyai
Adat adalah adalah bapak masyarakat, dia tujuan agar masyarakat dalam melakukan
mengetuai persekutuan sebagai ketua perbuatan selalu sesuai dengan peraturan
suatu keluarga besar, dia adalah hukum adat sehingga hukum adat
pemimpin pergaulan hidup dalam tersebut dapat dipelihara dan ditegakkan
persekutuan. Dalam kehidupan dalam masyarakat. Dalam kehidupan
masyarakat yang bercirikan masyarakat masyarakat yang bercirikan mayarakat
adat peranan Kepala Adat mempunyai adat peranan Kepala Adat menempati
posisi sentral dalam pembinaan dan posisi sentral dalam pembinaan dan
kepemimpinan masyarakat. Ia adalah kepemimpinan masyarakat, ia adalah
Kepala pemerintahan sekaligus menjadi kepala pemerintahan sekaligus menjadi
hakim dalam penyelesaian sengketa di hakim dalam penyelesaian sengketa di
masyarakat hukum adat. Di Desa masyarakat. Kepala Adat adalah bapak
Baomekot terdapat suatu lembaga adat masyarakat, mengetuai persekutuan
sebagai ketua suatu keluarga besar, keseimbangan hukum adat.
Kepala Adat adalah pemimpin pergaulan b.Sebagai pelaksana hukum adat
hidup dalam persekutuan Menurut W.J.S dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
Poerwadarminta pada tahun 1985 mempunyai maksud supaya hukum adat
Peranan berasal dari kata peran, berarti yang telah berlaku tersebut dipertahankan
sesuatu yang menjadi bagian atau keutuhannya dengan cara menyelesaikan
memegang pimpinan yang terutama. segala bentuk pelanggaran hukum adat.
Peranan menurut Levinson sebagaimana Dengan menyelesaikan segala sengketa
dikutip oleh Soejono Soekanto, sebagai yang timbul dalam masyarakat berarti ada
berikut Peranan adalah suatu konsep upaya untuk menegakkan hukum adat,
perihal apa yang dapat dilakukan individu untuk memberitahukan hukum adat yang
yang penting bagi struktur sosial berlaku dalam masyarakat, sebab tidak
masyarakat. Peranan meliputi norma- semua anggota masyarakat mengetahui
norma yang dikembangkan dengan posisi dan memahami tentang hukum adat.
atau tempat seseorang dalam masyarakat. Kepala Adat berperan sebagai media
Peranan dalam arti ini merupakan informasi yang cukup efektif
rangkaian peraturan-peraturan yang memberitahukan hukum adat kepada
membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.
kemasyarakatan, misalnya dalam
kehidupan masyarakat adat perilaku Fungsi Kepala Adat Bilamana
Kepala Adat diharapkan bisa memberi membahas tentang fungsi Kepala Adat
anjuran, penilaian, memberi sanksi, dan dalam masyarakat menurut Soleman
penyelesaian masalah.Dalam kehidupan Biasene, maka tidak jauh berbeda dengan
masyarakat yang bercirikan mayarakat fungsi hukum adat, karena fungsi Kepala
adat peranan Kepala Adat menempati Adat yang ada dalam masyarakat adalah
posisi sentral dalam pembinaan dan sebagaiberikut:
kepemimpinan masyarakat, ia adalah a. memberikan pedoman kepada anggota
kepala pemerintahan sekaligus menjadi masyarakat, bagaimana seharusnya
hakim dalam penyelesaian sengketa di bertingkah laku dalam suatu tatanan
masyarakat.Soleman Biasane Taneko, kehidupan bermasyarakat, dan merupakan
dalam bukunya berjudul “Dasar Hukum dasar dari tingkah laku tersebut adalah
Adat dan Ilmu Hukum Adat”, telah kebiasaan yang bersifat normatif yaitu
mengemukakan pendapat tentang peranan adat.
Kepala Adat, yaitu:
b. memberikan pegangan kepada anggota
1.Peran Kepala Adat masyarakat untuk mengadakan suatu
a. Mengenakan sanksi terhadap tatanan sistem pengendalian sosial.
anggota masyarakat yang telah Pengendalian sosial tersebut lebih bersifat
melakukan pelanggaran adat. Pengenaan pengawasan terhadap tingkah laku
sanksi tersebutbukan hanya menyangkut masyarakat sehingga hidup persekutuan
satu bidang pelanggaran saja, tetapi dalam masyarakat dapat dipertahankan
menyangkut semua pelanggaran dengan sebaik-baiknya.
c. Memperhatikan, mempertimbangkan Untuk melestarikan dan
segala sesuatu yang menjad setiap pembentukan hukum nasional tidak
keputusan-keputusan yang telah sedikit sumbangan hukum adat, karena
ditetapkan oleh hukum adat, sehingga hukum adat merupakan salah satu sumber
keputusan tersebut mempunyai wibawa hukum. Dengan demikian Kepala Adat di
dan dapat memberikan kepastian hukum dalam segala tindakannya dan di dalam
yang mengikat semua anggota memegang adat itu selalu memperhatikan
masyarakat. adanya perubahan- perubahan, adanya
d. Merupakan suatu tempat bersandarnya pertumbuhan hukum, sehingga dibawa
bagi anggota -anggota masyarakat untuk pimpinan dan pengawasan Kepala Adat,
menyelesaikan, melindungi dan hukum adat tumbuh dan berkembang.
menjamin ketentraman, maka Kepala Selain itu pekerjaan Kepala Adat yang
Adat adalah satu-satunya tempat anggota penting adalah pekerjaan di lapangan atau
masyarakat bersandar untuk pekerjaan sebagai Hakim Perdamaian
menyelesaikan masalahnya. Desa. Apabila ada perselisihan atau
perbuatan-perbuatan yang bertentangan
e. sebagai tempat anggota masyarakat dengan hukum adat, maka Kepala Adat
menanyakan segala sesuatu yang bertindak untuk memulihkan perdamaian
berhubungan dengan pengetahuan adat adat, memulihkan keseimbangan di dalam
dan hukum adat. Hal ini sangat penting suasana kampung (Desa) serta
sebab tidak semua anggota yang ada di memulihkan hukum. Untuk
masyarakat mengetahui, mengerti dan menyelesaikan dan memulihkan
memahami tentang seluk-beluk adat dan gangguan keseimbangan tersebut, maka
hukum adat. Dengan fungsi yang sudah barang tentu sangat diperlukan
demikian maka Kepala Adat boleh peranan dan fungsi Kepala Adat agar
dikatakan sebagai media informasi adat tercipta ketentraman dan kedamaian
dan hukum adatdalam masyarakat. dalam masyarakat.Fungsi Kepala Adat
f. sebagai tempat anggota masyarakat adalah bertugas memelihara hidup rukun
menyelesaikan segala masalah, baik yang di dalam persekutuan, menjaga supaya
menyangkut urusan hidup maupun urusan hukum itu dapat berjalan dengan
yang berkaitan dengan kematian. Fungsi selayaknya. Aktivitas Kepala Adat
tesebut sangat penting karena anggota sehari-hari meliputi seluruh lapangan
masyarakat karena tidak semua anggota kehidupan masyarakat. Tidak ada satupun
dapat menyelesaikan masalahnya sendiri lapangan pergaulan hidup di dalam
kecuali meminta keterlibatan Kepala Adat persekutuan yang tertutup bagi Kepala
ikut serta menyelesaikannya. Adat untuk ikut campur apabila
diperlukan untuk memelihara
g. sebagai bapak masyarakat yang
ketentraman, perdamaian, keseimbangan
mengepalai persekutuan. Fungsi tersebut
lahir dan batin untuk menegakan hukum.
lebih memperlihatkan kepemimpinan
yang dapat menjadi teladan dalam Sifat Pimpinan Kepala Adat Kehidupan
pergaulan hidup di tengah masyarakat. sehari-hari di dalam lingkungan serta
dalam badan-badan persekutuan hukum dilanggar, pembinaan secara represif.
berada di bawah pimpinan Kepala Adat Dalam menjalankan peranan fungsi,
yang bertugas memelihara jalannya wewenang dan tugas Kepala Adat, maka
hukum adat sebagaimana mestinya dalam harus berdasarkan hukum adat. Dilihat
menegakkan hukum. Sifat pimpinan dari perkembangan hidup manusia,
Kepala Adat sangat erat hubungannya terjadi hukum itu mulai dari pribadi
dengan sifat, corak serta susunan manusia yang diberi Tuhan akal pikiran
masyarakat didalam badan-badan dan perilaku. Perilaku yang terus menerus
persekutuan hukum tersebut. Persekutuan dilakukan perorangan menimbulkan
hukum tidak bersifat badan kekuasaan “kebiasaan pribadi”. Apabila kebisaan
seperti kota praja. Persekutuan hukum pribadi itu ditiru orang lain, maka akan
bukanlah merupakan persekutuan juga menjadi kebiasaan orang itu.
kekuasaan. Dalam aliran pikiran Apabila seluruh anggota masyarakat
tradisional Indonesia persekutuan hukum melakukan perilaku kebiasaan tadi, maka
itu adalah sebagai suatu kolektifitas di lambat laun kebisaan itu menjadi “adat”
mana tiap warga merasa dirinya satu dari masyarakat.
dengan golongan seluruhnya. Oleh
karena itu Kepala Adat adalah kepala Jadi adat adalah kebisaan masyarakat,
rakyat dan bapak masyarakat.Ia dan kelompok-kelompok lambat laun
mengetahui persekutuan sebagai ketua menjadikan adat itu sebagai adat yang
suatu 1persekutuan keluarga yang besar. seharusnya berlaku bagi semua anggota
Kepala Adat bertugas memelihara hidup masyarakat dengan dilengkapi oleh
rukun di dalam persekutuan, menjaga sanksi, sehingga menjadi, hukum adat.
supaya hukum itu berjalan dengan Hukum adat adalah adat yang diterima
selayaknya. dan harus dilaksanakan dalam masyarakat
yang bersangkutan.Untuk
Aktifitas Kepala Adat meliputi 3 (tiga) mempertahankan pelaksanaan hukum adat
hal penting sebagai berikut: itu agar tidak terjadi penyimpangan atau
a. tindakan-tindakan mengenai urusan tanah pelanggaran, maka diantara anggota
dan masyarakat berhubungan dengan masyarakat ada yang diserahi tugas
adanya pertalian yang erat antara tanah mengawasinya. Dengan demikian lambat
dan persekutuan yang menguasai tanah laun petugas-petugas adat ini menjadi,
itu. Kepala Adat. Adat dan hukum adat
b. penyelenggaraan hukum sebagai usaha kemudian secara historis-filosofis
untuk mencegah adanya pelanggaran dianggap sebagai suatu perwujudan atau
hukum, supaya hukum berjalan pencerminan kepribadian suatu bangsa
sebagaimana mestinya (pembinaan secara dan merupakan penjelmaan dari jiwa
preventif). bangsa (volkgelst) suatu masyarakat
negara yang bersangkutan dari zaman ke
c. menyelenggarakan hukum sebagai zaman. Oleh karena itu, setiap bangsa
pembetulan hukum setelah hukum itu yang ada di dunia memiliki adat
(kebiasaan) sendiri-sendiri yang satu
dengan yang lainnya tidaklah sama. bagi hukum adat kita sebagai hukum asli
Dengan adanya tidak kesamaan tersebut, dari masyarakat dan bangsa Indonesia.
kita dapat mengetahui bahwa adat 2
Salah satu penerapan sumpah
(kebiasaan) merupakan unsur yang adat yang diterapkan di Desa Baomekot,
terpenting dan memberikan identitas Kecamatan Hewokloang, Kabupaten
kepada bangsa yang bersangkutan Sikka dalam suatu kasus hukum tertentu
disamping bangsa lainnya yang ada di yakni Mekanisme Nerang Rebu Gahu
dunia. Tingkatan peradaban maupun cara (memegang besi panas) mekanisme ini
hidup yang moderen ternyata tidak dapat merupakan suatu sumpah adat yang
atau tidak mampu begitu saja sudah ada sejak zaman dahulu kala dan
menghilangkan adat (kebiasaan) yang merupakan warisan dari nenek moyang
hidup didalam peri kehidupan di Desa Baomekot,Kecamatan
masyarakat, kalaupun ada paling-paling Hewokloang, Kabupaten Sikka.
yang terlihat didalam proses kemajuan Mekanisme Nerang Rebu Gahu
zaman itu adalah adat (kebiasaan) digunakkan sebagai suatu pembuktian
tersebut selalu dapat menerima dan untuk memastikan eksistensi benar dan
menyesuaikan diri dengan keadaan dan salahnya seseorang.
kehendak zaman, sehingga oleh
karenanya adat (kebiasaan) itu tetap kekal Mekanisme ini dilakukan dengan
dan tetap segar dalam keadaan dan Ritual Adat yang diselenggarakan oleh
keberadaannya. Lembaga Adat Puter Mudeng Doto
Molo dan biasanya dilakukan secara
Di dalam kehidupan masyarakat terstruktur dan disaksikan oleh berbagai
Indonesia, adat yang dimiliki oleh suku pihak termasuk pihak korban dan juga
bangsa berbeda-beda satu sama lainnya pelaku. Begitu pula dengan kasus
meskipun dasar dan sifatnya adalah satu persetubuhan yang dilakukan oleh
yaitu ke-Indonesiaan-annya. Adat (Mikael Arianto) yang pada saat itu
(kebiasaan) Bangsa Indonesia dikatakan berumur 29 tahun dan bertempat tinggal
sebagai bhinneka (berbeda-beda di di Watudenak terhadap korban atas nama
daerah-daerah dan pada suku- suku (Maria Yuventa Tali) yang pada saat itu
bangsa yang ada) akan tetapi tunggal ika berusia 33 tahun. Menurut hasil
(tetap satu juga) yaitu dasar dan sifat ke- wawancara peneliti dengan Bapak
Indonesia-annya. Dan adat bangsa Laurensius sai (49) selaku kepala Desa di
Indonesia yang bhinneka tunggal ika ini Desa Baomekot Kecamatan Hewokloang,
tidak mati (statis) melainkan selalu kasus ini bermula dari pengakuan seorang
berkembang serta senantiasa bergerak ibu yang bernama Maria Yuventa Tali
berdasarkan keharusan tuntutan evolusi (MYT) yang bertempat tinggal di RT 12
mengikuti proses perkembngan RW 06 Dusun Tadat, Desa Baomekot
peradaban bangsa-bangsa yang ada di yang memberikan keterangan kepada RT,
dunia. Adat (kebiasaan) istiadat yang RW dan juga kepada Pemerintah Desa
hidup secara berkembang dimaksud
merupakan sumber yang mengagumkan
bahwa pada tanggal 12 Agustus 2020 di untuk mufakat mengambil tindak lanjut
siang hari Arianto selaku pelaku datang untuk menyelesaikan masalah tersebut
ke rumah Saudara Endi yang adalah secara adat dan kekeluargaan. Dalam
suami korban dan dipersilahkan masuk lembaga adat tersebut ada Ketua adat
oleh saudari Yuventa dan duduk di kursi. yang bernama Bapa Viktor solot sebagai
Selanjutnya, Arianto menanyakan tetua adat dan beberapa tokoh adat yang
keberadaan suaminya, Yuventa sangat berperan penting diantaranya
menjawab bahwa beliau sedang pergi adalah Bapak Laurensius Sai yang
memetik cengkeh (salah satu komoditi bertempat tinggal di Dusun Tadat dan
dagang), Selanjutnya Arianto langsung beliau juga menjabat sebagai kepala
bergegas berdiri dari kursi dan menarik Desa, Bapak Godeflidus Gleko yang
tangan ibu Yuventa ke kamar lalu bertempat tinggal di Dusun Baomekot,
membanting diatas tempat tidur bambu Bapak Gorius Gowa yang bertempat
lalu membuka pakaian Yuventa dan tinggal di Dusun Tadat dan Bapak
melakukan hubungan badan layaknya Markus Nalu yang bertempat tinggal di
suami istri. Pada saat sebelum dan Dusun Kloat setelah berembuk bersama
Sesudah melakukan hubungan badan Tim penyelesaian masalah adat dan
Arinto mengancam akan membunuh memutuskan untuk menyelesaikan
Yuventa dan suaminya apabila ibu masalah dengan mengambil tindakan
Yuventa menceritakan hal ini dan sumpah adat, namun sebelum dilakukan
Pernyataan ini dikeluarkan oleh Arianto. sumpah adat Nerang Rebu Gahu
Pada saat kejadian Mikael Arianto (Memegang Besi Panas), pada hari sabtu
mengenakkan baju hitam celana pendek tanggal 24 oktober tahun 2020 bertempat
saku ransel warna abu-abu, celana pendek di aula Kantor Kepala Desa Baomekot
warna hitam merah. Pada saat kejadian di Kecamatan Hewokloang, Kabupaten
rumah korban ada dua orang anak tetapi Sikka Tim Penyelesaian Adat, Tokoh
sedang tidur di kamar yang lain dan masyarakat, pemerintah Desa Dan BPD
setelah kejadian Arianto langsung keluar memfasilitasi adanya penerapan
dari rumah tersebut dan pergi. Ketika mekanisme tersebut, Mekanisme tersebut
ditanya oleh pihak Desa kepada si pelaku diawali dengan pelaku dan korban
beliau menyangkal dan mengatakan bertemu kemudian menyetujui surat
bahwa beliau tidak melakukan hubungan pernyataan yang disaksikan oleh tokoh
seksual secara paksa dan bersedia untuk adat dan masyarakat setempat.
melakukan tindakan lain yang diberikkan Mekanisme Nerang Rebu Gahu dimulai
oleh pihak pemerintah Desa untuk dari tahap pertama yakni dengan dengan
menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, memotong babi sebagai hewan yang akan
Tim Penyelesaian masalah yang ada di dipakai untuk dapat memberikan sesajian
Desa Baomekot, Kecamatan serta i’an kekor (ekor ikan) dan Pare hoban
Hewokloang, Kabupaten Sikka yang (bulir beras)3kepada arwa leluhur ritualnya
bernama Puter Mudeng Doto Molo
(mencari kebenaran dan kepastian
hukum) setelah mengadakan musyawarah
diawali dengan piong neni ina niang semesta diikuti dengan kalimat “Raik
tana wawa ama le’ro wulan reta Wan Beta Liman Gu’a, Odi Rebu
(menghadap sudut atau memberi makan Go’o, Raik Ganu A’u Wan Eo Beta
arwah leluhur dan meminta doa restu dari Liman Eo Gua Rebu E’o Go’o” yang
Tuhan dan dari alam sekitar) kemudian artinya (Barang siapa berbuat kesalahan
dipersiapkan segala macam allat dan maka besi panas ini akan menembus
bahan untuk penerapan mekanisme tangannya dan sebaliknya barang siapa
tersebut diantarnya adalah kayu bakar, tidak berbuat suatu kesalahan maka besi
besi panas yang panjangnya kurang lebih panas ini tidak akan menembus
20 cm,dan satu lembar daun huler semua tangannya) setelah itu baru diletakkan
allat dan bahan di bawah ke dalam sudut besi panas dan diberi waktu sampai
untuk dapat diberikkan sumpah dan dengan 5 menit namun, setelah sekitar 1
disaksikan oleh seluruh pihak baik menit Mikael Arianto melepaskan potongan
korban, saksi, pelaku, tokoh masyarakat besi dari tangannya dan tangannya tertembus
serta pemerintah Desa maupun pihak oleh besi panas serta mengalami luka yang
keamanan. kemudian Tetua adat mulai cukup besar. Maka dari itu dapat diambil
membakar kayu api di depan halaman kesimpulan bahwa Mikael Arianto
kantor Desa Baomekot selanjutnya besi dinyatakan bersalah dan Kejadian ini
yang sudah dipersiapkan dibakar sampai disaksikan oleh lembaga adat, tokoh adat,
dengan panas lalu Tetua adat akan tokoh masyarakat, pemerintah Desa
meletakkan diatas tangan pelaku yang Baomekot, BPD Desa Baomekot dan
bernama Mikael Arianto yang segenap masyarakat adat Desa baomekot
sebelumnya sudah dilapisi dengan Huler dan juga pihak keamanan yang ada pada
Roun (daun huler) huler sendiri saat itu. Oleh karena itu maka terhadap
merupakan sejenis daun yang lebar yang pihak kedua atau terlapor tersebut
selalu hijau di sepanjang musim. Daun ini dikenakan tuntutan adat yang harus
memiliki nilai filosofis tersendiri bagi dipenuhi diantaranya adalah: Lete Oha
masyarakat Maumere Daun hijau tersebut Piren – Pleba Loni Garan (menginjak-
dapat memberikkan efek kedamaian dan injak kesakralan perkawinan)Berat ha-
ketenangan, sebelum Tetua Adat Heak ha (berat satu- ringan satu),Lepo
meletakan besi panasnya ke tangan Lin – Woga Welin (harkat dan martabat
Mikael Arianto sebagai pelaku sesuai dalam berumah tangga) Berat ha- Heak
dengan ritual sumpah adat Tetua adat atas ha (berat satu- ringan satu) sehingga
nama Bapak Godefridus Gleko total tuntutan adat: Berat Rua- Heak
mengatakan beberapa lantunan sumpah Rua (berat dua- ringan dua) Penjelasan
adat yang diawali dengan Doa lalu mengenai tuntutan adat diatas adalah
mengucap ijin kepada alam sekitar dan sebagai berikut: Pihak pelaku atas nama
arwa para leluhur dengan mengucap Mikael Arianto setelah dinyatakan
kalimat “A’u Neni Ora Ina Nian Tana bersalah secara hukum adat yang telah
Wawa Ama Lero Wulan Reta” (saya diselenggarakan menggunakan sumpah
meminta ijin kepada Allah pencipta langit adat Nerang Rebu Gahu maka, secara
dan bumi, para leluhur bersama alam hukum adat Mikael seharusnya dapat
memenuhi tuntutan adat karena sudah Adat kepada Polres Sikka atas tuduhan
melakukan perbuatan tercela yang Penganiayaan. Setelah itu, pihak
mempengaruhi kesakralan perkawinan kepolisian Resort Sikka setelah
dari pihak korban dan juga sudah memanggil pihak Desa dan Lembaga
melakukan tindakan yang merugikkan Adat dan setelah mengumpulkan segala
korban atas nama Maria Yuventa Tali. macam keterangan dan barang bukti
Pasalnya, setelah kejadian tersebut maka Pihak kepolisian memilih untuk
korban merasa sangat dirugikan dan menyelesaiakan masalah ini secara
mengalami trauma yang cukup kekeluargaan dan hukum adat yang
mendalam. Oleh sebab itu, pihak terlapor berlaku di masyarakat setempat. Dalam
wajib membayar denda adat sebesar satu penerapan Mekanisme Nerang Rebu
denda berat dan satu denda ringan untuk Gahu ini ada saksi hidup dari korban
masing- masing tindakan kejahatan yang penerapan sumpah adat (memegang besi
dilakukan. Denda berat misalnya panas) yang selamat beliau atas nama
membayar dengan hewan seperti Kuda Bapak Yulius Geko. Beliau dituduh
atau Babi sedangkan denda ringan adalah melakukan kasus pencurian namun
setengah dari denda yang berat seperti setelah dimintai keterangan beliau
kalung emas, anting emas, cincin emas, mengatakan bahwa ia tidak mencuri.
dan juga uang sebagai ganti rugi untuk Oleh karena itu, oleh lembaga Desa
pihak korban atau pelapor.Setelah semua setempat menggunakan penerapan
tuntutan adat dipenuhi, maka terhadap mekanisme sumpah adat Nerang Rebu
pihak Mikael Arianto akan dipulihkan Gahu dan terbukti bahwa setelah adanya
nama baiknya dengan ritual “Pem Bedi – penerapan sumpah adat memegang besi
Bedi Sina Lin Watu Jawa Lahin” yang panas beliau yang dituduh sebagai pelaku
artinya (pernyataan atas terselesainya berhasil selamat bahkan tangannya tidak
suatu permasalahan dimana sudah luka dan tidak tertembus oleh besi panas
dinyatakan selesai dihadapan para pihak tersebut maka terbukti bahwa beliau tidak
dan masyarakat umum dan sebagai melakukan pencurian tersebut. Setelah itu
pemulihan nama baik bagi si pelaku pihak yang menuduh beliau melakukan
kejahatan) yang akan dipandu oleh pencurian tersebut mengganti rugi atas
pemerintah Desa bersama Lembaga adat. pemulihan nama baik secara adat. Sama
Sehingga untuk kedepannya tidak boleh halnya dengan kasus yang dialami oleh
ada lagi yang mengungkit-ungkit Mikael Arianto mekanisme Nerang Rebu
masalah ini karena jika ada pihak atau Gahu ini diterapkan. . Yang paling utama
perorangan yang masih mengungkit dalam penerapan mekanisme sumpah
masalah ini maka dia wajib membayar adat ini adalah sebagai pembuktian benar
sebesar dua kali lipat kepada pihak dan salahnya seseorang dan untuk
pelaku atau terlapor. Namun, pihak menerapkan keadilan yang seadil-adilnya
pelaku Mikael Arianto tidak baik di mata hukum maupun masyrakat
mengindahkan mekanisme maupun sekitar.
tuntutan denda adat tersebut dan malah
melaporkan pihak Desa dan Lembaga
oleh pihak keamanan, yang dilaksanakan
pada sabtu 31 oktober 2020. Jam 09.00
4.KESIMPULAN DAN SARAN
pagi yang bertempat di Aula Kantor
KESIMPULAN Dari paparan penjelasan Kepala Desa Baomekot. Setelah diadakan
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan berita acara dan Surat pernyataan
sehubungan dengan pokok permasalahan bersedia baik dari pihak korban maupun
yang diteliti adalah sebagai berikut: dari pihak pelaku maka selanjutnya
Penerapan Mekanisme Nerang Rebu diadakan Ritual Mekanisme Nerang Rebu
Gahu Dalam Kasus Pemerkosaan Dengan dalam Sumpah Adat tersebut.Pernyataan
Istri Orang Lain yang terjadi di wilayah atau permohonan pihak korban diterima
Desa Baomekot, Kecamatan baik secara akal sehat dan bertanggung
Hewokloang, Kabupaten sikka adalah jawab oleh pihak Pelaku atau terlapor,
sebagai berikut: bahwa telah terjadinya serta menyatakan siap menghadapi Ritual
suatu tindak pidana pemerkosaan yang sumpah adat (Nerang Rebu) yang
dilakukan oleh pihak pelaku atas nama difasilitasi oleh pemerintah Desa dan
Mikael Arianto kepada pihak korban atas Lembaga adat yang digelar pada hari
nama Maria Yuventa Tali. Pihak Korban Sabtu, 7 November tahun 2020 yang
dan juga keluarga memberitahukan bertempat di halaman kantor Kepala Desa
kejadian tersebut kepada pihak Baomekot.Terhadap Sumpah adat yang
pemerintah Desa agar dapat digelar maka para pihak menyatakan hal-
menyelesaikan masalah, Pihak hal sebagai berikut Bahwa pihak kedua
Pemerintah Desa dan Tim Penyelesaian atau terlapor secara sadar bebas tanpa
masalah mengadakan musyawarah dan paksaan menyatakan bersedia dan siap
mufakat serta menghadirkan pihak pelaku mengikuti ritual Sumpah Adat Nerang
dan juga korban agar dapat Rebu Gahu serta menghormati setiap
menyelesaikan masalah tersebut pada hari proses yang difasilitasi oleh pemerintah
sabtu 24 oktober tahun 2020.Tim Desa dan Lembaga Adat.Bahwa Pihak
Lembaga Adat Puter Mudeng Doto Molo, Kedua Bersedia Dan siap Menerima
Tim Penyelesaian Masalah Desa segala resiko dan siap memenuhi tuntutan
Baomekot, Kepala Desa Baomekot adat manakala terbukti dalam Ritual
Bersama staf, Pimpinan BPD Desa Sumpah Adat.Bahwa Pihak Kedua
Baomekot dan anggota, Kedua bela pihak Berhak mendapat Rehabilitasi atau
baik korban maupun pelaku dan keluarga pemulihan nama baik manakala tidak
bersama pendamping memutuskan untuk terbukti yang akan dipenuhi oleh pihak
menyelesaikan masalah menggunakan kesatu atau pelapor sesuai tuntutan adat
Ritual Sumpah adat Nerang Rebu Gahu yang berlaku Segala resiko yang timbul
sebagai pembuktian benar dan salah. sebagai akibat daripada sumpah adat ini
Persoalan ini diselesaikan dan berujung menjadi tanggung jawab para
final dengan mengadakan Ritual Sumpah pihak.Setelah diadakan Mekanisme
Adat yang difasilitasi oleh Lembaga adat Penerapan Nerang Rebu Gahu secara
Puter Mudeng Doto Molo bersama Ritual Adat Pihak terlapor atau pelaku
pemerintah Desa dan BPD yang dikawal dinyatakan bersalah secara hukum adat
dan seharusnya dapat bertanggung jawab SARAN Bagi masyarakat adat, nilai-nilai
atas semua perbuatan yang telah yang positif harus dilestarikan dalam
dilakukan. Dampak positif bagi kehidupan bersama sehingga warisan
masyarakat akibat penerapan Ritual nenek moyang tetap terjaga, perlu ada
Sumpah Adat Nerang Rebu Gahu Di dan terjalinnya keterlibatan dan kerja
Desa Baomekot, Kecamatan sama yang baik antara pihak
Hewokloang, Kabupaten Sikka adalah pemerintahan Kabupaten Sikka dan
sebagai berikut:Pemulihan hubungan Kecamatan Hewokloang dan Lembaga
yang sudah terganggu baik antara adat agar Lembaga adat dapat berfungsi
manusia dengan manusia maupun dengan baik dalam penerapan
manusia dengan Tuhan.Untuk penyelesaian persoalan adat khususnya
Mendamaikan keluarga yang berselisih adat Nerang Rebu Gahu yang terjadi di
agar Kembali harmonis serta agar dapat masyarakat agar mudah terciptanya
memberikan efek jera terhadap pelaku ketentraman di masyarakat khususnya
tindak pidana yang dapat merugikan pelaksanaan sumpah adat Nerang Rebu
inidividu atau kelompok Gahu di Desa Baomekot,Kecamatan
masyarakat.Untuk menjadikan rujukan Hewokloang,Kabupaten Sikka.Bagi
dan pedoman terhadap generasi penerus Pemerintah perlu ada perhatian yang
di dalam masyarakat adat itu sebagai lebih diberikan bagi masyarakat yang
pelajaran berharga dalam memiliki kekayaan nilai dan budaya
penerapannya.Untuk Dapat melancarkan sehingga program-program
suatu kejadian yang terkendala sehingga pemberdayaan masyarakat lebih
menjadi suatu pembuktian benar dan ditingkatkan lagi demi kehidupan
salah dari suatu kejadian atau peristiwa bersama yang lebih baik , perlu adanya
tertentu yang menyimpang dan kerjasama yang baik antara pihak pelaku,
merugikan masyarakat tertentu. korban dan keluarga kedua belah pihak
Masyarakat di Desa Baomekot, serta Lembaga adat agar Lembaga adat
Kecamatan Hewokloang, Kabupaten memberikan mekanisme dan prosedur
Sikka sangat menjujung tinggi adat yang menguntungkan masyarakat agar
istiadat, sanksi adat, serta aturan adat masyarakat merasakan dampak positif
khususnya yang ada di dalam lembaga dari penerapan peneyelesaian adat
adat Puter Mudeng Doto molo.Dengan khususnya pelaksanaan pidana adat
adanya mekanisme Nerang Rebu Gahu penerepan mekanisme Nerang Rebu
ini dapat memberikan contoh agar Gahu di lingkup Desa Baomekot,
masyarakat setempat tunduk dan patuh Kecamatan Hewokloang Kabupaten
terhadap aturan hukum khususnya hukum Sikka.
adat.

6.DAFTAR PUSTAKA
Abduralrahman, 1984. Hukum Adat
Menurut Perundang-undangan Republik Soesilo, R. 1985. Kitab Undang- undang
Indonesia. Hukum Pidana.Politea. Bogor.

Chawazi, Adami.2010. Kejahatan Sastrodiharjo, Sudjito.1998. Hukum Adat


Terhadap Tubuh dan Nyawa, Rajawali dan Realitas Kehidupan, Fakultas
Pers, Hukum, Universitas Islam
Jakarta. Indonesia.

Effendi, Mansyur.2013.HAM dalam Waluyo, Bambang.2014. Victimologi


Dinamika atau Dimensi Hukum, Politik, Peraturan Perundang undangan:
Ekonomi, dan Sosial. Ghalia Kitab Undang-undang Hukum Pidana
Indonesia. Jakarta. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999
Effendi Ziwar, 1987, Hukum Adat tentang Hak Asasi Manusia.
Ambon-Lease, Pradnya Paramita, Jakarta. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006
Elly Setiadi dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Juncto Undang-undang Nomor 31 Tahun
Dasar, 2007, Kencana Prenada, Jakarta 2014 TentangPerlindungan Saksi dan
Gosita, Arif.2009. Masalah Korban Korban Tentang Perlindungan Saksi dan
Kejahatan, Universitas Trisakti, Jakarta. Korban.

Projodikoro, Wirjono. 2010. Tindak Internet:


Pidana Tertentu Di Indonesia. Refika https://regional.kompas.com
Aditama, Bandung. https://timexkupang.com
Prinst, Darwan. 2001. Sosialisasi dan https://kumparan.com
Diseminasi Penengakan Hak Asasi https://www.tribunnews.com
Manusia, PT. Citra Aditya Bakti, https://tvonenews.com
Bandung.
Raharjo, Sanjipto. 2006. Ilmu Hukum,
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Sunggono, Bambang. 2003. Metodologi
Penelitian Hukum, PT. Raja Grofindo
Persada, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai