Anda di halaman 1dari 25

PEYELESAIAN TINDAK PIDANA PENCURIAN IKAN DI LUBUAK

LARANGAN MENURUT HUKUM ADAT DI NAGARI PULASAN

KEC.TANJUNG GADANG KAB.SIJUNJUNG

A. LATAR BELAKANG

Negara Indonesia yang terdiri dengan berbagai macam ragam, corak,

dan berbagai macam suku bangsa, sehingga membuat bangsa Indonesia

memiliki ragam bahasa, budaya, ras dan adat istiadat dalam masyarakat

maka berbagai macam pula kaidah-kaidah dan norma-norma yang hidup dan

tumbuh serta berkembang dalam setiap masyarakatnya.

Negara kesatuan Republik Indonesia merupakan Negara hukum,

dengan landasan pandangan hidup berdasarkan pancasila sebagai falsafah

Negara. Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia, setelah Indonesia

merdeka pada Tanggal 17 Agustus 1945. Indonesia merupakan Negara yang

berbentuk republik yang berdasarkan Undang – Undang Dasar 1945 .

Di masyarakat adanya hukum adat sebagai dasar hukum dalam

menyelesaikan kasus-kasus yang terjadi dalam masyarakat, karena hukum

adat tidak bertentangan dengan kehendak masyarakat. Selain itu hukum

adat adalah merupakan percerminan hukum yang terpancar dari jiwa bangsa

Indonesia dari abad kea bad, yang hidup dan terpelihara ditengah tengah

masyarakat.1

1
Andi sopyan, Hukum Acara Pidana, ( Jakarta: Kencana, 2004), hlm,39

2
Di Indonesia setiap wilayah dan daerahnya memliki hukum adatnya tersendri,

dan aturannya juga berbeda antara yang satu dengan yang lainya Dalam setiap

hukum adanya juga dikenal sanksi-sanksi adat yang berlaku bagi setiap orang yang

melakukan kejahatan atau melanggar kaidahkaidah dan norma-norma yang

bertentangan dengan kepentingan umum.

Dalam masyarakat istilah hukum adat pada awal kelahirannya belum banyak

dikenal, yang dikenal adalah „adat‟ saja, yang dikenal adalah „adat‟ sajamereka

selalu mempersoalkan bahwa adat adalah kebiasaan saja tanpa unsur hukum.

Seperti orang menyebut adat Jawa,adat Bugis Makasar, adat Ambon, Adat Minang,

dan sebagainya

istilah hukum adat hanyalah merupakan istilah tekhnis belaka untuk

mebedakan antara adat yang tidak mempunyai akibat hukum dan adat yang memiliki

akibat hukum. Umum dipahami bahwa yang dimaksud dengan hukum adat adalah

hukum dan tertulis dalam undang-undang, yaitu hukum sebagai hasil konstuksi

sosial budaya suatu masyarakat hukum adat. Oleh karena itu kini istilah itu tidak

asing lagi dikalangan masyarakat. Oleh karena hukum adat itu selalu manunggal

denga masyarakat hukum. Cicero, seorang ahli hukum Yunani dengan tepat

mengatakan „ubi societes ibi ius‟. 2

Hukum adat adalah suatu konsep yang sebenarnya baru dikontruksi pada

awal abad 20-an bersamaan waktu dengan diambilnya kebijakan etis dalam tata

2
Rato Dominikus , Hukum Adat Di Indonesia, (Surabaya: Laksbang Justitia, 2014), hlm.3.

3
hukum pemerintahan Hindia Belanda (Indonesia) saat itu. Istilah hukum adat sebetul

sebetulnya berasal dari Bahasa Arab yang diadopsi oleh Snouck Hurgronje ketika ia

menyamar menjadi Affan Gaffar untuk mengerti hukum Islam atau tepatnya hukum

adat Aceh, yang kemudian dinamakan „Adhatrecht‟.

Negara Kesatuan Republik Indonesia juga dengan jelas dan tegas mengakui

eksistensi masyarakat hukum adat di Indonesia. Di dalam UUD 1945 perubahan

kedua, Pasal 18 B ayat (2) menyatakan : “ Negara mengakui dan menghormati

kesatuan kesatuan masyarakat hukum adat besera hak-hak tradisionalnya

sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip-

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang”.

Kemudian dalam pasal 28 I ayat (3) perubahan kedua menyatakan:

“ Walaupun Negara Indonesia merupakan Negara Hukum, namun dalam kehidupan

sehari-hari masih banyak ditemukan berbagai bentuk kejahatan yang terjadi di

dalam masyarakat.”

Disamping itu kejahatan merupakan suatu perbuatan yang dipandang

sebagai tindakan yang menyimpang dipandang secara yuridis yang diatur dalam

kitab Undang-undang Hukum Pidana ( selanjutnya disingkat menjadi KUHP)

kejahatan pencurian diatur dalam Buku ke-2, BAB XXII mulai dari Pasal 362 sampai

dengan Pasal 367 sedangkan bentuk pokok dari kejahatan pencurian diatur dalam

Pasal 362 KUHPidana.

Kejahatan merupakan suatu penomena kompleks yang dapat dipahami dari

berbagai sisi yang berbeda, itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap

4
berbagai komentar tentang suatu peristiwa kejahatan yang berbeda satu dengan

yang lain. Selain merupakan suatu hal yang sama sekali tidak menyenangkan bagi

pihak yang tertimpa musibah kejahatan tersebut, disatu sisi kejahatan juga sulit

dihilangkan dari muka bumi ini.

Tidak satupun di muka bumi ini terdapat sekelompok masyarakat yang dapat

hidup tanpa sama sekali berbenturan dengan kejahatan, atau sepanjang hidup

mereka hanya mendapat kebajikan-kebajikan semata, dan itu memerlukan

penyelesaian hukum yang bertujuan untuk memeberi efek jera kepada pelaku

kejahatan.

Penyelesain perkara melalui jalur peradilan formil sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Ternyata didalam

masyarakattertentu banyak yang mengguanakan pendekatan hukum adat dalam

menyelesaikan persoalan-persoalan yang melanggar kaidah-kaidah dan norma-

norma masyarakat. Hal itu karena proses penyelesaian perkara pidana melalui

hukum adat bersifat kekeluargaan dan dapat terikat kembali hubungan

persaudaraan.

Dalam penyelesaiandan penegakkan hukum adat masih terdapat

kendalakendalanya, selain kurangnya pemahaman masyarakat terhadap hokum

adat itu sendiri, juga putusan pengadilan tidak mengikat. Namun keberadaan hokum

adat di Indonesia hingga kini masih menunjukkan eksistensinya sebagai hokum

yang hidup ditengah masyarakat dalam memberikan solusi penyelesaian persoalan

dalam masyarakat.

5
Selain itu nilai-nilai kearipan lokal lebih diutamakan untuk menyelesaikan

sengketa, jalur meja hijau menjadi pilihan yang relatif kurang diminati. Meja hijau

belum tentu bias menyelesaikan perkara dengan adil, karena penegak

hukum menggunakan Undang-Undang dan dalam menafsirkannya masih saklek

alias kaku. Padahal, Satjipto raharjo menekankan :

Bahwa keadilan itu berada diatas diukur dengan Undang-Undang saja,

karena sesungguhnya keadilan itu berada diatas ukuran yang telah dibakukan lewat

Undang-Undang. Artinya Undang-Undang tidak bias otoriter menciptakan keadilan,

akan tetapi harus ada perpaduan budaya dan lingkungan sekitar, nilai keadilan

secara ideal tidak bisa dicapai lewat proses meja hijau, hal ini sudah diantisipasi

oleh hokum modern itu sendiri.

Selain diatur dalam hukum adat, tindak pidana pencurian ikan di Lubuk

Larangan juga diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) kejahatan

pencurian diatur dalam Buku ke-2, BAB XXII mulai dari Pasal 362 sampai dengan

Pasal 367. Dan tindak pidana pencurian ikan merupakan salah satu jenis kejahatan

terhadap harta benda yang banyak menimbulkan kerugian dan meresahkan

masyarakat, tindak pidana ini memerlukan penanganan hukum dan penegakkan

serta penyelesaian kejahatan tersebut sehingga dapat memberikan nilai-nilai

kesadaran bagi masyarakat.

Hukum adat sebagai dasar hukum dalam menyelesaikan kasus-kasus yang

terjadi dalam masyarakat, karena hukum adat tidak bertentangan dengan kehendak

masyarakat. Selain itu hukum adat adalah merupakan percerminan hukum yang

6
terpancar dari jiwa bangsa Indonesia dari abad kea bad, yang hidup dan terpelihara

ditengah tengah masyarakat. Dengan kata lain, setiap manusia beradat dililit oleh

ketentuan-ketentuan adat. Ia tidak bisa menyimpang atau melarikan diri dari lilitan

adat yang menjadi aturan hidup manusia, kemanapun ia pergi,

seluko adat tentang itu berbunyi: Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung, lain

lubuak lain ikannyo, dimano tembilang dicacak disitu tanaman tumbuh disitu puloa

adat orang dihormati.

Dari data yang penulis peroleh di lapangan mengenai pencurian ikan di

kawasan Lubuk larangan di Nagari Pulasan Kec.Tanjung Gadang Kab.Sijunjung.

Ada beberapa kasus yang penulis temukan di lapangan,Tahun 2018 ada 1 kasus,

dan pada tahun 2020 ada 1 kasus dari Setiap kasus tersebut penyelesaiannya

dilakukan melalui hukum adat.

Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan diatas, sehingga penulis

tertarik untuk menulis proposal ini dengan judul: Penyelesaian Tindak

Pidana Pencurian Ikan Di Lubuk Larangan Menurut Hukum Adat di Nagari

Pulasan Kec.Tanjung Gadang Kab.Sijunjung.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan proposal dan dilandasi latar belakang masalah tersebut

diatas, agar tidak terjadi kerancuan dalam penulisan proposal nantinya maka

penulis membatasi permasalahan dengan rumusan sebagai berikut :

7
1. Apa faktor terjadinya pencurian ikan di Lubuk Larangan di Nagari Pulasan

Kec.Tanjung Gadang Kab.Sijunjung ?

2. Bagaimana penyelesaian terhadap tindak pidana pencurian ikan di Lubuk

Larangan di Nagari Pulasan Kec.Tanjung Gadang Kab.Sijunjung.?

3. Apa kendala yang ditemui dalam penyelesaian terhadap pelaku pencurian

ikan di Lubuak Larangan di Nagari Pulasan Kec.Tanjung Gadang

Kab.Sijunjung.?

C.Batasan Masalah

Penelitian ini membahas persoalan yang dikaji, maka perlu membentuk suatu

batasan masalah sehingga kajian tidak melebar dan dalam rangka agar penelitian

menjadi sebuah penelitian yang utuh dan komprehensif tentang persoalan yang

dibahas, penelitian membicarakan masalah keberadaan hukum adat dalam

menyelesaikan sengketa pidana pencurian pada masyarakat Nagari Pulasan

Kec.Tanjung Gadang Kab.Sijunjung. Kejahatan yang dimaksud adalah tindak pidana

pencurian ikan di Lubuk Larangan, pencurian ini sudah lazim dan karenanya dilihat

dalam penyelesaiannya dalam prespektif hukum adat.

D.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pada hakekatnya mengungkapkan apa yang hendak

dicapai oleh peneliti. Sedangkan tujuan nya sendiri merupakan sejumlah keadaan

yang ingin dicapai. Adapun tujuan penelitiaan yang dilakukan dalam rangka

penyusunan proposal ini adalah sebagai berikut:

8
a. Untuk mengetahui faktor terjadinya tindak pidana pencurian ikan di

LubukLarangan di Nagari Pulasan Kec.Tanjung Gadang Kab.Sijunjung.

b. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian tindak pidana pencurian ikan di

Lubuk Larangan menurut hukum adat.

c. Untuk mengetahui apa saja kendala yang ditemui dalam penyelesaian

secara adat .

E.Manfaat Penetian

Dalam Manfaat penelitian diuraikan tentang temuan yang dihasilkan dan

manfaatnya bagi kepentingan teoritis, maupun praktis.

a. Secara teoritis dapat di lihat dibawah ini:

1) Agar penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi perkembangan

tentang hukum pidana dan dan diharapkan dapat menjadi konstribusi dalam

memperkaya pengetahuan mengenai penyelesaian tindak pidana pencurian

ikan di Lubuk Larangan menurut hukum adat Nagari Pulasan

b. Sedangkan kegunaan secara praktis adalah sebagai berikut:

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagai kalangan akademisi,

praktisi, dan masyarakat terhadap penyelesaian tindak pidana pencurian ikan

di Lubuk Larangan menurut hukum adat Nagari Pulasan Kec.Tanjung

Gadang Kab.Sijunjung

9
2) Penelitian ini agar dapat berguna untuk diri sendiri sebagai syarat untuk

menyelesaikan program studi (S1) pada jurusan Hukum Fakultas Hukum

Universitas Tamansiswa Padang.

F.Tinjauan Pustaka

1. Penegakan Hukum

Pengertian penegakan hukum dapat juga diartikan penyelenggangaaran

hukum oleh petugas dan oleh setiap orang yang mempunyai kepentingan sesuai

dengan kewenangannya masing-masing menurut aturan yang berlaku. Penegakan

hukum pidana merupakan suatu kesatuan proses diawali dengan penyedikan,

penengkapan, penahanan, peradilan terdakwa dan diakhiri dengan

persmasyarakatan terpidana4.

Lawrence M. Friedman mengemukakan bahwa efektif dan berhasil tidaknya

penegakan hukum tergantung tiga unsur sistem hukum, yakni struktur hukum

(struktur of law), substansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal

culture)5.

Struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum, substansi hukum

meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan hukum

yang hidup (living law) yang dianut dalam suatu masyarakat .

4
Harun M. Husen, Kejahatan dan Penegakkan Hukum Di Indonesia, (Jakarta, Rineka
Cipta, 1990) hlm. 58
5
Sudikno Mertakusumo, Mengenal Hukum (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1999) Cet-2,hlm. 67.

10
Dengan melihat pengertian dari teori M. Friedmen bahwasanya ketiga unsure

hukum itu harus berjalan bersama agar hukum yang dibuat untuk menegakkan

keadilan itu dapat berjalan efektif, dan keadilan yang dirasakan oleh masyarakat

yang diatur oleh hukum itu sendiri.

Menurut Soerjono soekanto di dalam buku H. Ishaq, menjelaskan bahwa:

Penegakan hukum sebagai suatu proses, pada hakikatnya merupakan penerapan

diskresi yang menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh

kaidah-kaidah hukum, tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi. Disamping itu juga,

dalam proses diskresi harus menyerasikan antara penerapan hukum secara

konsekuen dengan faktor manusiawi.6

Dalam proses penegakan hukum, ada faktor-faktor yangmempengaruhinya.

Faktor tersebut cukup mempunyai arti sehingga dampak positif dan negatifnya

terletak pada isi faktor tersebut. Menurut Soerjono Soekanto bahwa faktor-faktor

tersebut ada lima, yaitu:

1. Hukumnya sendiri, yang di dalam tulisan ini akan di batasi pada

undangundang saja,

2. Penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan

hukum,

3. Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum,

6
Soerjono Soekanto di buku H. Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika,2006) Cet-1,

hlm. 297-298.

11
4. Masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau di

terapkan

5. Kebudayaan, yakni hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa

manusia di dalam pergaulan hidup.7

2. Penyelesaian

Penyelesaian tidak lepas dari yang namanya jalan ataupun langkah-langkah

dalam mencapai sesuatu yang dituju, hal ini sesuai arti “Proses” dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) yang mengartikan sebagai “rangkaian

tindakan/perbuatan ; pengolahan yang menghasilkan produksi”.8 Sedangkan

penyelasaian perkara yaitu kegiatan akhir atau hasil yang didapat dari proses

sehingga menemukan sasaran yang ingin dicapai sehingga mampu untuk di

produksi. Dan hukuman apa yang di terapkan atas tindak pidana yang tealah dibuat.

Proses penyelasian suatau perkara biasanya ditempuh dengan dua cara

yaitu secara final dan non final, kedua cara ini tergantung dari tindakan perkara yang

dilakukan penyelesaian perkara secara final yaitu proses penyelesaian perkara

dengan atau cara menempuh jalur hukum menurut ketentuan yang telah diatur di

dalam Hukum Acara Pidana, sedangkan non final yaitu proses penyelesaian perkara

dengan cara atau di tempuh secara Hukum Adat/kekeluargan.

7
Ibid, hlm. 298-299.
8
http://KBBI.web.id/perkara, diakses tanggal 27 Juni 2016, 22:45

12
3. Tindak Pidana

Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari strafbaarfeit , di dalam kitab

undang-undang hukum pidana tidak terdapat penjelasan mengenai apa sebenarnya

disinonimkan dengan deklik, yang berasal dari bahasa latin yakni kata Delictum.

Dalam kamus bahasa Indonesia tercantum sebagai berikut:

“Delik adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan

pelanggaran terhadap undang-undang tindak pidana.‟

Berdasarkan rumusan maka delik (strafbaar feit) memuat unsur yakni:

a. Suatu perbuatan manusia

b. Perbuatan itu dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undangundang

c. Perbuatanitu dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan.

Tindak pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum dilarang dan

diancam dengan pidana, di mana pengertian perbuatan disini selain

perbuatan yang bersifat aktif (melakukan sesuatu yang sebenarnya dilarang

oleh hukum) juga perbuatan yang bersifat pasif (tidak berbuat sesuatu yang

sebenarnya diharuskan oleh hukum).9

Setelah mengetahui definisi dan pengertian yang lebih mendalam dari tindak

pidana itu sendiri , maka didalam tindak pidana tersebut terdapat unsu-runsur tindak

pidana, yaitu:

9
Teguh Prasetyo, Hukum pidana, ( Jakarta: PT. Rajagrafindo persada, Tahun 20015),
hlm 47-49

13
a. Unsur objektif

Unsur yang terdapat diluar si pelaku.Unsure yang ada hubungannya dengan

keadaan-keadaan, yaitu dalam keadaan dimana tindakan-tindakan si pelaku

itu harus dilakukan.

b. Unsur subjektif

Unsur yang terdapat atau melekat pada diri sipelaku, atau yang dihubungkan

dengan diri sipelaku dan teramsuk didalamnya segala sesuatu yang

terkandung didalam hatinya.

4. Pencurian

Pencurian merupakan tindak pidana, yang hal ini disebutkan dalam KUHP

dirumuskan sebagai tindakan mengambil barang, seluruhnya atau sebagian milik

orang lain, dengan tujuan memilikinya secara melanggar hukum.10

5. Lubuk Larangan

Lubuk Larangan adalah suatu tempat/wadah pemiliharaan ikan secara adat,

tempatnyan ditepian masyarakat yang disepakati oleh Negeri baik itu Siring Batas

ataupun Tata Cara lainnya yang atur disumpah secara adat dan syarat-syarat serta

diundangkan oleh pamerintah setempat.11 Adapun pengertian sebagai berikut:

a. Siring Batas adalah dimana batas-batas suatu lubuk larangan yang telah

ditetapkan oleh Tuo Tau yang tidak boleh berubah atau diubah oleh

sekelompok orang atau golongan.

10
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, (Bandung: Erisco,1986), hlm.34.
11
Pasal 1 (1) PERNA Pulasan No.5 Tahun 2018 tentang Lubuk larangan

14
b. Tata Cara adalah dimana dalam pengelolaan, pengambilan ikan dengan

jadwal yang ditentukan oleh Negeri.

c. Sumpah adalah dimana setiap orang yang sengaja mengambil ikan dan

sejenisnya dalam wilayah Siring Batas yang telah ditentukan baik memakai

peralatan atau tidak, ketahuan atau tidak perbuatannya akan terkena:

“Sumpah ikek janji ikan lubuk larangan kateh indak bapucuak

kabawah indak baurek di tangah-tangah digirik kumbang ”

d. Diundangkan adalah pamerintah setempat wajib menyampaikan serta

memberitahukan kepada seluruh masyarakat umum dalam wilayah kerjanya

baik melaui lisan, tulisan, dan cara-cara penyampaian lainya mengenai

Lubuk larangan.

6. Hukum Adat

Sebelum menjelaskan maksud “ Hukum Adat “terlebih dahulu di jelaskan

masing-masing pengertian hukum dan adat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

disebutkan hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap

mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah atau otoritas; undang-

undang,peraturan,dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat;

patikan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dan sebagainya) yang

tertentu; keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim (dalam pengadilan);

vonis. Sementara adat adalah aturan (peraturan dan sebagainya) yang lazim

dilakukan sejak dahulu kala hasil ciptaan manusia; kebiasaan, cara (kelakuan dan

15
sebagainya) yang sudah menjadi kebiasaan; wujud gagasan kebudayaan yang

terdiri atas nilai-nilai budaya, norma,hukum,dan aturan-aturan yang satu dengan

yang lainnya berkaitan menjadi suatu system.

Istilah “ Hukum Adat ” Adat adalah kebiasaan suatu masyrakat yang bersifat

ajeg (dilakukan terus-menerus), dipertahankan oleh para pendukungnya. 12

Kebiasaan merupakan cerminan kepribadian suatu bangsa. Ia adalah penjelmaan

jiwa bangsa itu yang terus menerus berkembang secara evolusi dari abad keabad.

Perkembangannya itu ada yang cepat dan adapula yang lamban. Secepat apapun

perkembangannnya, namun tidak bersifat revolusioner.

Karena perkembngan yang bersifat revolusioner bersifat membongkar ke

akar-akarnya. Perkembangan kebiasaan, walaupun cepat tetapi tidak membongkar

semua akar kebudayaan bangsa itu, sebab di dalamnya terdapat nilai-nilai yang

menjadi dasarnya. Perkembangan selalu dilandasi oleh nilai dasar yang menjadi

pedoman mereka untuk menguba, memperbaharui, atau menghilangkan sesuatu

bagian dari kebiasaan itu jika kebiasaan itu sudah tidak fungsional lagi.

Hukum adat adalah suatu konsep yang sebenarnya baru dikonstruksi pada

awal Abad 20-an bersama dengan waktu dengan diambilnya kebijakan etis dalam

tata hukum pamerintah Hindia Belanda (Indonesia) saat itu. Istilah hukum adat

sebetulnya bersal dari Bahasa Arab yang diadopsi oleh Snouck Hurgonje ketika ia

menyamar menjadi Affan Gaffar untuk mengerti Hukum Islam atau tepatnya hukum

12
Dominikus Rato, Hukum Adat di Indonesia, (Surabaya: Laks Bang Justitia), hlm 1.

16
adat Aceh, yang kemudian dinamakan “Adatrecht”. Konsep ini kemudian

dipopulerkan oleh Van Vollenhoven dan diimplementasikan oleh Ter Haar pada

tahun 1930-an. Hukum Adat berasal dari kata “Hukum” dan “Adat”. Kata “hukum”

berasal dari kata bahasa Atab huk‟m dan kata “adat” berasal dari kata adah.13

Sebagaimana dikatakan bahwa istilah Hukum Adat merupakan dari

terjemahan atau pengalih bahasaan dari Bahasa Belanda “Adatrecht”. Istilah ini

pertama kali digunakan oleh Christian Snouck Hurgornje dalam bukunya “ De

Atjehers” (Orang-orang Aceh) dan “ Het Adatrecht van Nederlands Indie” (Hukum

Adat Hindia Belanda = Indonesia sekarang ini).14

Sebelum masa kaum etis pengaruh, yang mulai mencoba untuk memahami

dan memberikan epresiasi pada proses cultural bangsa-bangsa pribumi di

Nusantara, Istilah Adatrecht digunakan dalam perundang-undangan, untuk hukum

masyarakat pribumi beberapa istilah, seperti:

a. Di dalam perundang-undangan:

1. Dalam A.B (Algemene Bepalingen van Wetgeving = ketentuan-ketentuan

Umum Perundang-undangan) pada Pasal 11 digunakan istilah

“Godsdienstige Wetten, Volksintellingen en Gebruiken”

(Peraturanperaturan agama, Lembaga-lembaga rakyat dan ebiasaan-

kebiasaan).

13
Ibid, hlm 3.
14
Ibid, hlm 5.

17
2. Dalam R.R (Regerings Reglement) 1854 Pasal 75 ayat (3)

menggunakan istilah “Godsdienstige Wetten, Volksintellingen en

Gebruiken” (Peraturanperaturan agama, Lembaga-lembaga rakyat ).

3. Dalam R.R (Regerings Reglement) 1854 Pasal 75 ayat (2)

menggunakan istilah: “Godsdienstige Wetten en Oude Herkomsten =

Peraturan-peraturan Agama dan Naluri-naluri)”.

4. Dalam I.S (Indische Staatsregeling = Peraturan Hukum Negara Belanda

– semacam UUD bagi Pamerintahan Hindia Belanda ) Pasal 128 ayat (4)

menggunakan istilah “Instellingen Des Volk”(Lembaga-lembaga Rakyat).

5. Dalam I.S (Indische Staatsregeling) pada Pasal 131 ayat (2) sub b,

berbunyi: “ Met Hunne Godsdientige Wetten en Gewoonten

Samenhangende Rechts-Regelen (Aturan-aturan Hukum Yang

Berhubungan dengan agama dan kebiasaan-kebiasaan Mereka).

6. Staatsblad No. 1929 No.221 jo.No. 487 sudah menggunakan

“Adatrecht”.

b. Di kalangan para ilmuwan:

Sebelum perundang-undangan menggunakan istilah “Adatrecht” di kalangan

para ilmuwan menggunakan berbagai istilah atau terminology yaitu:

1. Nederburgh – Wet en Adat

2. Joynboll – Handleiding Tot de kennis van de Mohammedaanse Wet.

3. Het Personenrecht Voor de Inlanders op Java en Madura ( HukumPribadi

untuk Golongan Bumi Putera di Jawa dan Madura).

18
c. Di kalangan Masyarakat:

Di kalangan masyarakat jarang ditemukan istilah “Hukum Adat”. Masyarakat

lazim menggunakan berbagai istilah sesuai dengan bahasa daerahnya masing-

masing. Di beberapa daerah di Jawa dan Madura misalnya menggunakan “Adat”

saja. Pada masyarakat Ngadhu di Floresh menggunakan istilah “Adha” dan „Gua`.

Adha adalah istilah hukum adat atau kebiasaan yang bersifat keduniaan dan

mempunyai ancaman sanksi yang bersifat jasmani, sedangkan Gua adalah istilah

adat atau kebiasaan yang bersifat kerohanian, dengan sanksi dari leluhur. Pada

masyarakat Gayo menggunakan istilah Eudeut.‟ Masyarakat Minang kabau

menggunakan istilah „lembaga/ Adat Lembaga‟ atau di Maluku dan Minahasa

menggunakan istilah „Adat kebiasaan‟ sedangkan di Batak karomemakai kata

„Basa‟ (Bicara)`15

Menurut beberapa ahli mengenai pandangan-pandangan terhadap Hukum

Adat antara lain sebagai Berikut:

1. Soerjono Soekanto

Hukum adat adalah kompleks adat-adat yang kebanyakan tidak dikitabkan,

tidak dikodifikasikan dan bersifat paksaan, mempunyai sanksi, jadi mempunyai

akibat hukum.

2. JHP. Bellefroid16

Hukum adat adalah peraturan-peraturan hidup yang meskipun tidak diundangkan

15
Ibid, .hlm 7.
16
Ibid, hlm 17.

19
oleh penguasa toh ditaati oleh rakyat dengan keyakinan bahwa peraturan-peraturan

tersebut berlaku sebagai hukum.

3. Cornelis Van Volenhoven

Hukum Adat adalah keseluruhan tingkah laku positif yang disatu pihak

mempunyai sanksi (oleh karena itu disebut hukum) dan disisi lain dalam keadaan

tidak dikodifikasikan (oleh karena itu disebut adat).

G. Metode Penelitian

1.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Nagari Pulasan Kec. Tanjung Gadang Kab.

Sijunjung, waktu : penelitian ini belum dilaksanakan, Alasan memilih lokasi penelitian

ini, di karenakan adanya kasus tindak pidana pencurian ikan diNagari Pulasan Kec.

Tanjung Gadang Kab. Sijunjung,, maka dari itu penulis tertarik dengan mengangkat

judul yang berkaitan dengan tindak pidana pencurian ikan di Nagari Pulasan Kec.

Tanjung Gadang Kab. Sijunjung.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan

penelitian yuridis empiris berfokus pada perilaku (behavior) yang berkembang dalam

masyarakat, atau bekerjannya hukum dalam masyarakat. Jadi hukum dikonsepkan

sebagai perilaku nyata (actual behavior) yang meliputi perbuatan dan akibatnya

dalam hubungan hidup bermasyarakat.

20
Dalam penelitian hukum empiris data yang diperlukan adalah data primer

dan data skunder. Data primer, yakni data yang diperoleh sumbernya langsung dari

lapangan, seperti: lokasi penelitian, yaitu lingkungan tempat dilakukan penelitian.

Dengan demikian data primer sering juga disebut data lapangan.18

3. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data

Dalam pengertian ini terdiri atas data primer dan data skunder . data primer

adalah data asli sedangkan data skunder adalah data yang sudah di proses oleh

pihak kedua.

2. Sumber data

a. Data primer adalah

1) Undang-undang Pamerintahan.

2) Data yang di peroleh secara langsung dari sumbernya ataupun dari lokasi

objek penelitian, melakukan studi lapangan, dengan cara melakukan

wawancara.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan melakukan studi

kepustakaan yakni melakukan serangkaian kegiatan membaca, mengutip,

mencatat buku-buku, menelaah perundang-undangan yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian.

18
Ibid, hlm. 111.
21
4. Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data erat hubungannya dengan metode penelitian. Oleh

karena itu, ada beberapa jenis alat pengumpulan data, yaitu studi kepustakaan/studi

dokumen, wawancara (interview), daftar pertanyaan (kuesioner), pengamatan

(obsevasi).19

Jika di jelaskan instrumen pengumpulan data tersebut dapat dilihat sebagai

berukut:

1. Wawancara (interview)

Wawancara merupakan alat pengumpulan data untuk memperoleh informasi

langsung dari informan. Wawancara yang dimaksudkan disini adalah wawancara

untuk kegiatan ilmiah, yang dilakukan secara sistematis dan turut serta memiliki nilai

validitas dan reliabilitas. Wawancara ialah proses tanya jawab lisan antara dua

orang atau lebih serta secara langsung tentang informasiinformasi atau keterangan-

keterangan. Pewawancara (interviewer) adalah pengumpulan informasi.

Informan merupakan pemberi informasi yang diharapkan dapat menjawab

semua pertanyaan dengan jelas dan lengkap. Untuk itu diperlukan motivasi atau

kesediaan informan menjawab pertanyaan dan hubungan selaras antara informan

dan pewawancara.20

Dalam penelitian ini, wawancara yang digunakan adalah wawancara

terstruktur yaitu wawancara yang dilaksanakan secara terencana dengan mengenai

19
Ibid, hlm 180.
20
Ibid, hal. 181.

22
permasalahan yang diteliti. Dengan jenis wawancara ini, peneliti mendapatkan data

berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Penulis memilih

sesuai dengan yang dibutuhkan dan tidak terfokus dalam bahan wawancara akan

tetapi tidak melebar dan keluar dari koridor wawancra yang dibutuhkan.

Adapun pihak-pihak yang diwawancarai adalah sebagai berikut:

a. Ali Suwar, selaku SEKNA/Pemangku Adat.

b. Malin Paruko, selaku Pegawai Syarak.

c. Subin, Selaku Tokoh Masyarakat.

d. Pelaku

2. Observasi

Observasi teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengadakan penelitian secara teliti mengenai fenomena sosial dan gejala-gejala

psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Observasi yang digunakan adalah

memerhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan

mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.21

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita,

21
Imam Gunawan, metode penelitian kualitatif teori & praktik, Cet. ke-3 (Jakarta: Bumi
Aksara, 2015), hlm. 143.

23
biografi, peraturan, kebijakan. Biasanya berbentuk surat-surat,catatan harian,

laporan, artefak, foto, dan sebagainya 22


Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang

dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal

yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi

beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku

atau catatan harian, memorial, kliping, dokumen pemerintah atau swasta, data di

server dan fashdisk, data tersipan di website, dan lain-lain.23

Metode ini biasanya digunakan untuk menjawab persoalan-persoalan

tentang apa, mengapa dan dimana. dalam penelitian ini metode dokumentasi ini

penulis gunakan untuk memperoleh data atau dokumen-dokumen yang berupa

buku, catatan harian, foto, majalah, dokumen pemerintah atau swasta, dan lain

sebagainya yang memiliki hubungan dan mendukung penelitian skripsi ini.

5. Teknis Analisis Data

Analisis data ialah mencakup kegiatan dengan data, mengorganisasikannya,

memilih, dan mengaturnya ke dalam unit-unit, mengsistensiskanya, mencari pola-

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa

yang akan dipaparkan kepada orang lain. 24

Analisis data sebagai tindak lanjut proses pengolahan data merupakan kerja

seorang peneliti yang memerlukan ketelitian, dan pencurahan daya piker secara opt-

22
Ibid, Hlm.175.
23
Ibid, hlm. 176.
24
Ibid, hlm. 210

24
imal. Analisis data yang dilakukan oleh peneliti, biasanya secara variatif, tergantung

kebiasaan dan kemampuan masing-masing peneliti itu. Untuk menganalisis data

yang diperoleh dari lapangan maka hasil penelitian penulis menggunakan analisis

kualitatif. Analisis ini menggunakan cara berpikir sebagai berikut :

1. Deduktif adalah cara berpikir yang di tangkap atau di ambil dari pernyatan

yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.

.
2. Induktif adalah cara berpikir dan mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-

hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum.

3. Komprehensif adalah cara berpikir dengan membandingkan antara

pendapat 1 dan 2 kemudian mempertimbangkannya dari berbagai aspek

dan sudut pandang.

6. Sistematika Penulisan

Guna mengetahui penyusunan proposal ini secara umum, perlulah

diperhatikan sistematika penulisan dibawah ini sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan,

Dalam bab ini diuraikan tentang : latar belakang masalah, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian

Bab II : Tinjauan Pustaka.

Bab III : Metode Penelitian, dalam bab ini diuraikan: tempat dan

waktu penelitian, penedekatan penelitian, jenis dan sumber

data, metode pengumpulan data, metode analisis data,

sistematika penulisan dan gambaran umum lokasi penelitian:

25
tentang deskripsi lokasi penelitian, yakni Nagari Pulasan

Kec.Tanjung Gadang Kab.Sijunjung

Bab IV:Pembahasan Dan Hasil Penelitian adalah penyelesaian

tindak pidana pencurian ikan di Lubuk Larangan menurut

hukum adat di Nagari Pulasan Kec.Tanjung Gadang

Kab.Sijunjung

Bab V : Penutup, pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari bab-

bab sebelumnya dari kesimpulan yang diperoleh tersebut

penulis memberikan saran sebagai refleksi bagi semua pihak

baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung.

26

Anda mungkin juga menyukai