Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : ALAN ARI SETIAWAN

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042708656

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM 4202/ HUKUM ADAT

Kode/Nama UPBJJ : JAKARTA

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. 1. Hak ulayat merupakan hak yang dimiliki oleh masyarakat hukum adat pada suatu daerah

untuk dapat menggunakan tanah, hutan, air serta isinya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Hak ulayat diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960

tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Menurut saya yang menjadi objek hak

ulayat pada kasus adalah tanah pesisir pantai, pulau-pulau kecil dan hutan disekitarnya.

Pada dasarnya kedudukan hak ulayat diakui secara hukum setelah diberlakukannya

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Hak

ulayat telah mendapat kedudukan yang terhormat dalam ranah hukum pertanahan nasional.

Tidak hanya itu, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga telah

memberikan pengakuan terhadap hak ulayat.

Apabila dikaitkan dengan kasus, masyarakat memuliki hak dan kedudukan yang kuat untuk

mengelola hutan, tanah pesisir pantai dan pulau-pulai kecil di sekitarnya. Pasal 3 Undang-

Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria menyebutkan

“pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum

adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa hingga sesuai

dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta

tidak boleh bertentangan dengan undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih

tinggi”. Berdasarkan isi pasal tersebut maka terlihat jelas bahwa kedudukan hak ulayat telah

diakui secara hukum. Meskipun hak ulayat hanya dinyatakan dalam peraturan dan tidak

terdapat dokumen nyata yang menyatakan bahwa tanah tersebut milik masyarakat setempat,

namun hak ulayat telah berlaku secara legalitas sehingga hak ulayat yang mereka miliki

telah berkekuatan hukum.

2. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, degnan dalih penggunaan tanah untuk

kepentingan umum, semestinya masyarakat setempat mempertahankan hak ulayat yang

mereka miliki. Adapun cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat setempat untuk
memelihara dan mempertahankan hak ulayat yakni dengan melakukan pendaftaran atas hak

ulayat yang mereka miliki. Dengan dilakukannya pendaftaran maka masyarakat setempat

telah mendapat perlindungan dan kepastian hukum dari pemerintah. Pendaftaran atas hak

ulayat yang dimiliki oleh masyarakat setempat tersebut dimaksudkan agar hak-hak mereka

tidak tergusur oleh kepentingan-kepentingan pihak luar yang ingin menggunakan tanah

pada wilayah tersebut dengan dalaih untuk kepentingan umum.

2. 1. Penyelesaian sengketa pidana adat pada umumnya diselesaikan melalui musawarah

bersama kepala adat dan tokoh-tokoh agama dalam suatu desa. Setiap tindak pidana yang

terjadi dalam suatu masyarakat adat, biasanya akan dilaporkan langsung kepada aparat desa

oleh korban atau keluarga korban yang bersangkutan. Pada dasarnya sengketa yang

diselesaikan melalui hukum adat tidak berdasarkan pada KUHP, hanya diselesaikan dengan

musyawarah. Namun, bukan berarti hukum adat tidak diakui. Keberadaan hukum adat

diakui oleh hukum formal mengenai penegakan hukum atat di Indonesia.

Menurut saya, semetinya sengketa adat diselesaikan oleh kepala adat yang berwenang.

Kepala adat yang dipilih haruslah orang yang paling dihormati oleh masyarakat dan orang

yang dianggap paling mampu untuk menyelesaikan sengketa-sengketa adat yang terjadi di

masyarakat.

2. Upaya yang dapat dilakukan jika kepala adat tidak dapat menyelesaikan sengketa adat yakni

dapat dilakukan dengan melapor pada pihak kepolisian setempat. Dengan demikian kasus

yang terjadi akan ditindak lanjuti oleh kepolisian untuk segera diperiksa dan dilakukan

penyidikan. Penyelesaian sengketa adat yang dilakukan oleh Kepolisian akan diselesaikan

dengan berdasar pada hukum barat yang tertuang dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

3. 1. Hukum adat ialah sebuah peraturan yang telah melekat dan lahir di dalam masyarakat
tradisional (masyarakat adat). Hukum adat sudah muncul dan mulai berkembang di

Indonesia sejak zaman kerajaan Hindu Budha di Indonesia berkembang. Sejatinya

perkembangan dari hukum adat di Indonesia selaras dengan perkembangan dari negara

Indonesia itu sendiri. Hukum adat yang berkembang pada masa penguasa zaman Hindu

sebagai aturan masyarakat telah berlangsung sejak masa Polinesia Melayu yang berlanjut

sampai masa kesultanan, termasuk Kerajaan Sriwijaya, Mataram, Majapahit. Hukum adat

terus berkembang dan terus mengalami penyesuaian hingga Islam masuk pada abad ke-1

Hijriyah (abad ke-7 Masehi). Pada abad ke-13 berdiri kerajaan Islam (kesultanan) pertama

yakni Samudera Pasai yang terletak di ujung Utara pulau Sumatra. Tidak lepas begitu saja

hukum juga mengalami monopoli terhadap hukum positif barat yang diberlakukan selama

terjadinya masa penjajahan oleh bangsa kolonial. Hingga eksistensi dari sejarah

perkembangan hukum adat ini bermuara pada masa pasca proklamasi. Karena bangsa

Indonesia merupakan negara yang menganut keanekaragaman dalam bidang hukumnya,

dimana terdapat tiga hukum yang eksistensinya diakui dan berlaku yaitu hukum barat,

hukum agama dan hukum adat.

Hukum adat senantiasa dipandang keberadaannya oleh negara untuk menjadi sebuah

kontrol sosial masyarakat dan berperan penting serta terdepan dalam upaya mengantisipasi

serta mencegah terjadinya sebuah konflik pada masyarakat. Hukum adat menjadi hukum

khas masyarakat Indonesia, berpusat pada adat istiadat yang menjadi penjabaran atas nilai-

nilai dasar kebudayaan masyarakat Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa hukum adat

mengikat dan menemukan berbagai kebiasaan, sehingga diakui oleh konstitusi Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945). Hal ini termaktub

pada Pasal 18B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

yang menyatakan ”Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat

hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur
dalam undang-undang”, yang artinya negara mengakui adanya hak ulayat dan hak

konstitusional dalam sistem hukum di Indonesia. Selain itu, Pasal 3 UUPA juga mengatur

“Pelaksanaan hak-hak ulayat dan hak-hak yang serupa dari masyarakat hukum adat, selama

masih ada dalam kenyataannya, harus dilakukan dengan cara yang sesuai dengan

kepentingan nasional dan negara berdasarkan persatuan nasional berdasarkan dan tidak

boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lain yang lebih tinggi.

Berkenaan dengan penjelasan di atas, maka untuk mengoptimalkan aktualisasi hukum adat,

sebagai masyarakat kita harus memelihara kembali nilai-nilai budaya yang hampir punah.

Dengan demikian, nilai-nilai hukum adat menjadi bangkit kembali dan tetap terjaga dalam

kehidupan masyarakat.

2. Hukum adat sebagai hukum asli Indonesia merupakan hukum yang senantiasa mengikuti

jiwa dari bangsa masyarakat Indonesia, karena senantiasa tumbuh dan hidup dari

kebudayaan masyarakat tempat hukum adat itu berlaku. Hukum Adat adalah Hukum Non

Statutoir yang sebagian besar adalah hukum kebiasaan dan sebagian kecil Hukum Islam.

Sesuai dengan sifatnya, hukum adat akan secara terus menerus tumbuh dan berkembang di

masyarakat. Sebagai hukum tradisional dan asli hukum Indonesia, hukum adat digolongkan

sebagai hukum yang primitif, sehingga tidak jarang banyak pihak yang meragukan

eksistensi dan pendayagunaannya pada era modern seperti saat ini. Pihak yang meragukan

tersebut menyatakan bahwa hukum adat adalah hukum yang tidak tertulis, sehingga jika

dibandingkan dengan hukum yang tertulis, hukum adat dinilai tidak dapat memberikan

jaminan kepastian hukum. Namun yang perlu diingat bahwa dalam praktik di masyarakat

terkadang hukum tertulis tidak selamanya sejalan dengan perkembangan di masyarakat,

sehingga aturan yang tertulis tidak dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada dan

terkadang tidak mencerminkan rasa keadilan di dalam masyarakat. Dalam keadaan hukum

tertulis tidak dapat menyelesaikan masalah, maka hukum tidak tertulislah (hukum adat)

nantinya yang akan menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini sebagaimana yang terdappat
dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 di atas, yang memberikan keleluasaan kepada

hakim untuk memahami, menggali dan mengikuti nilai-nilai hukum yang ada di

masyarakat.

Dengan demikian eksistensi hukum adat hingga saat ini tetap mempunyai peranan yang

penting, terutama dalam pembentukan hukum nasional yang akan datang, terutama dalam

lapangan hukum kekeluargaaan. Hukum adat akan menjadi salah satu sumber utama dalam

pembentukan hukum tertulis, sehingga aturan tertulis tersebut otomatis merupakan

pencerminan dari hukum masyarakat. Dan tentu saja dengan harapan ketika hukum tertulis

tersebut sudah diberlakukan, dalam praktik di masyarakat tidak terjadi lagi kesenjangan

dengan law in action-nya.

Anda mungkin juga menyukai