BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia memiliki berbagai macam suku dan adat yang memiliki
keberlakuan hukum adat. Istilah “Hukum Adat” adalah terjemahan dari istilah
Namun dalam arti sempit dan sehari hari, maka yang dimaksud dengan “Hukum
Adat” adalah hukum asli yang tidak tertulis, yang berdasarkan kebudayaan dan
yang satu dengan yang lain baik di kota maupun dan lebih lebih di desa.2 Dan
diakui secara implisit dalam UUD 1945 setelah amandemen melalui penjelasan
dan hak tradisionalnya ini sekaligus mengakui eksistensi hukum adat, sebab tanpa
adanya norma-norma hukum adat, maka suatu kesatuan masyarakat hukum adat
1
Bushar Muhammad, Asas-Asas Hukum Adat Suatu Pengantar, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta, 2010, hlm.1
2
Ibid, hlm.7
3
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen I,II,II dan IV
2
kehidupan masyarakat Indonesia. Berbagai lembaga hukum yang ada dalam suatu
milik tanah, dll.4 Hukum adat hanya berlaku dalam bidang-bidang tertentu saja.
Namun, diantara salah satu dari bidang hukum yang dimaksud adalah bidang
hukum kewarisan. Untuk masalah kewarisan belum ada hukum waris nasional,
Dasar berlakunya hukum adat terdapat pada Pasal 18b ayat (2) Bab VI
mengakui hak otonomi dari kesatuan masyarakat hukum adat, yaitu hak
kerangka Negara Kesatuan RI, hak menjaga keamanannya sendiri, dan melakukan
peradilan sendiri.
4
Bushar Muhammad, Op.cit., hlm.21
5
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen I,II,II dan IV
3
Selain itu, pada Pasal 5 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 Tentang
mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
dan dasar putusan, juga memuat pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan
yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk
mengadili”.6
eksistensi hukum adat beserta reaksi adatnya yang masih hidup dalam masyarakat
Indonesia. Selain itu, hukum adat termasuk hukum yang hidup sehingga bisa
Hukum waris adat adalah hukum adat yang memuat garis-garis ketentuan
tentang sistem dan asas-asas hukum waris, tentang harta warisan, pewaris, dan
waris serta cara bagaimana harta warisan itu dialihkan penguasaan dan
pemilikannya dari pewaris kepada waris.7 Hukum waris adat bertitik tolak dari
Indonesia memiliki kekhususan dalam hukum warisnya yang satu sama lain
6
Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
7
Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, PT. Citra Aditnya Bakti, Bandung, 2003, hlm.7
8
Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia dalam Perspektif Islam, Adat, dan BW, PT
Refika Aditama, Bandung, 2005, hlm 39
4
garis keturunan ini terutama berpengaruh terhadap penetapan ahli waris dan
adalah satu, yaitu ke-Indonesiaannya. Oleh karena itu, maka adat bangsa
merupakan daerah yang dikenal dengan sebutan "Sang Bumi Ruwa Jurai" atau
"Rumah Tangga Dua (asal) Keturunan yaitu penduduk pendatang dan penduduk
Lampung asli.10 penduduk pendatang sebagian besar dari Jawa dan Bali, Provinsi
Lampung ini terbagi dalam tiga daerah tingkat dua yakni, Kabupaten Lampung
Lampung.11
Secara garis besar, suku bangsa Lampung dapat dibedakan menjadi dua
9
Soerojo Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, PT Toko Gunung
Agung, Jakarta, 1995, hlm.13
10
Buku Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964 Tentang Pembentukan daerah tingkat I
Lampung ,. hlm. 11
11
Iskandar Syah, Bunga Rampai adat Budaya Lampung, Histokultura, Yogyakarta, 2017,
hlm. xii
5
masyarakat Lampung yang beradat Peminggir atau Saibatin. Dan adat istiadat di
Lampung dibedakan menjadi dua golongan adat yaitu Saibatin dan Pepadun.
Krui, Ranau, Komering sampai Kayu Agung. Masyarakat adat Pepadun bermukim
didaerah pedalaman Lampung, terdiri dari masyarakat adat: Abung (Abung Siwo
Mego), Pubian (Pubian Telu Suku), Manggala atau Tulang Bawang (Mego Pak),
dan Buay Lima. Dengan kata lain, masyarakat adat Lampung yang beradat
Pepadun adalah salah satu dari dua kelompok adat besar dalam
dapat digunakan atau diduduki pada saat penobatan raja-raja adat dari paksi pak
skala brak serta keturunannya. Kelompok adat Pepadun berbeda dari kelompok
adat Saibatin dimana Saibatin memiliki budaya kebangsaan yang kuat sedangkan
12
Syaifullah (et.al), Mitos Masyarakat Lampung, histokultura, Yogyakarta, 2017, hlm. 57
13
Ulul Azmi Muhammad (et. al), “Adat Turun Duwai pada Upacara Begawi di Kampung
Komering Putih Lampung Tengah”, Jurnal Penelitian Pendidikan dan Penelitian Sejarah, Vol 5,
No 5, 21 April 2017, di unduh tanggal 18 agustus 2019, hlm. 5-6
6
adat tersebut merupakan ukuran nilai untuk menentukan siapa yang berhak
adalah “Patriolokal” dengan pembayaran “uang jujur” dari pihak pria kepada
pihak wanita, sehingga setelah selesai perkawinan isteri harus ikut suami. Selain
beradat “pesisir”, dimana setelah kawin suami ikut kepihak isteri, melepaskan
berarti garis keturunan tetap dipertahankan menurut garis lelaki, sedangkan jika
(al-ternerend).15
suami isteri bersama dalam ikatan perkawinan. Dengan demikian apa yang
Pada Pasal 35 ayat (1) dan ayat (2) Bab VII UU Nomor 1 Tahun 1974 jo.
UU Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan Harta Benda dan Harta Bawaan
14
Hilman Hadikusuma, Masyarakat dan Adat-Budaya Lampung, CV. Mandar Maju,
Bandung, 1989, Hlm. 160
15
Ibid, Hlm. 162
16
Hilman Hadikusuma, Op. Cit, hlm. 60
7
bersama.
(2) Harta Bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta benda
menentukan lain.
Dan pada Pasal 36 ayat (1) dan ayat (2) mengatur lebih lanjut tentang harta
(1) Mengenai harta bersama, suami atau isteri dapat bertindak atas
bendanya.17
Dari uraian diatas, didalam UU No. 1 Tahun 1974 jo. UU No. 16 Tahun
harta bawaan dan pembagian harta bersama putus akibat perceraian atau mediasi
jelas tentang pembagian harta bersama cerai mati. Dalam hukum adat Lampung
Pepadun diatur tentang harta bersama cerai mati, sehingga inilah yang menjadi
dasar penulis tertarik untuk meneliti tentang pembagian warisan terhadap harta
bersama menurut hukum adat Lampung Pepadun jika putusnya perkawinan terjadi
17
Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 Jo. UU No. 16 Tahun 2019 Tentang
Perkawinan
8
nenek moyang yang sudah turun temurun dalam hal tradisi dan tatanan
Lampung Utara”.
B. Identifikasi Masalah
Utara?
1. Tujuan Penelitian
9
2. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis
b. Secara praktis
Lampung Utara.
D. Kerangka Pemikiran
10
Pada Pasal 35 ayat (1) UU No. 1 tahun 1974 Jo. UU No. 16 tahun 2019
dalam perkawinan.
b. Barang-barang yang diperoleh suami atau isteri untuk diri sendiri serta
atas jasa diri sendiri sebelum perkawinan atau dalam masa perkawinan.
waktu pernikahan.19
Ter Haar Bzn didalam buku Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, harta
bersama yaitu harta benda yang diperoleh dimasa perkawinan menjadi harta
terutama perlu diselidiki buat waktu apabila pun dan di daerah mana pun, sifat dan
18
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Jo. UU No. 16 tahun 2019
Tentang Perkawinan
19
Soerojo Wignjoediporo, Op.Cit, hlm. 150
20
Mr. Teer Har Bzn,Ibid, hlm. 187
11
tersebut, hendaknya tidak dilakukan secara dogmatis, akan tetapi atas dasar
mempunyai kekuasaan sendiri dan kekayaan sendiri baik yang berwujud atau
persekutuan hukum adat itu, para anggotanya terikat oleh faktor yang bersifat
22
teritorial dan geneologis. Apabila dibandingkan dengan hukum barat (hukum
Eropa) maka sistematik hukum adat sangat sederhana, bahkan kebanyakan tidak
sitematis. Misalnya saja uraian tentang hukum didalam kitab hukum adat orang
Lampung yang disebut Kuntara Raja Niti, tidak sistematik, oleh karena itu
masyarakat, urusan martabat dan urusan pribadi. Perkawinan dalam arti perikatan
adat adalah perkawinan yang mempunyai akibat hukum terhadap hukum adat
adat perkawinan adalah aturan-aturan hukum adat yang mengatur tentang bentuk-
perkawinan di Indonesia.
21
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Raja Grafindo, Jakarta, 2015 hlm. 91
22
Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Mandar Maju, Bandung,
2014, hlm. 105
23
Hilman Hadikusuma, Op. Cit, hlm. 38
24
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 1990,
hlm. 8
12
Hukum Islam dan Hukum Adat. Ter Haar Bzn dalam “beginselen en stelsel van
het adat recht” merumuskan hukum adat waris sebagai berikut : “hukum adat
sangat mengesankan serta yang akan selalu berjalan tentang penerusan dan
pengoperan kekayaan materiil dan immateriil dari suatu generasi kepada generasi
berikutnya”.25
pengoperan, dan atau perpindahan harta kekayaan dalam rumah tangga yang dapat
1. Sistem Keturunan
kepada anak tertua yang bertugas sebagai pemimpin rumah tangga atau
14
keluarga.27
merupakan pintu gerbang antara Jawa dan Sumatra atau sebaliknya, letak
Lampung sangat dekat dengan Jawa sejauh 30 km. Adat lampung dibedakan
Saibatin/Peminggir.
yang sampai hari ini tetap merupakan pedoman bagi warga batin adat pepadun
pandangan hidup Pi-il Pesenggiri, berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. 29 Pada
patrilinial dan bentuk perkawinan adat serta upacara adat begawi Cakak Pepadun
yang berlaku atas dasar musyawarah dan mufakat adat dimana anak keturunan
adat tersebut merupakan ukuran nilai untuk menentukan siapa yang berhak
27
Ibid, hlm.24
28
Hilman Hadikusuma, Op.Cit, hlm 20
29
Hilman Hadikusuma, Op. Cit, hlm. 139.
15
30
menjadi raja adat. Bentuk perkawinan yang ideal bagi orang Lampung pada
umumnya adalah “Patriolokal” dengan pembayaran “uang jujur” dari pihak pria
kepada pihak wanita, sehingga setelah selesai perkawinan isteri harus ikut suami.
sendiri banyak memiliki arti yaitu tempat menimbang-nimbang dan juga tempat
punyimbang adalah untuk berdiskusi dalam sidang adat yang membahas masalah
yang terkait dengan kehidupan masyarakat, jika dahulu ketika masyarakat adat
yang memiliki masalah maka yang dicari adalah punyimbang, mereka akan
baik kepada masyarakat hal ini tercermin dengan adanya cepalo atau aturan adat
terlihat dalam semua aspek kehidupan mulai dari seseorang lahir hingga
menikah.31
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini merupakan hasil karya dan pemikiran Penulis sendiri. Semua
sumber yang dikutip dalam penelitian ini telah dinyatakan dengan benar dan telah
penulis baik merujuk pada situs internet maupun hasil penelitian lain dalam
30
Op. Cit, Masyarakat dan Adat-Budaya Lampung, CV. Mandar Maju, Bandung, 1989,
Hlm. 160
Saras Sarita (et.al), “Perubahan Peran Pemuka Adat Punyimbang Pada Masyarakat Adat
31
Utara”
yaitu :
analitis, adapun hasil penelitian menyatakan bahwa khusus keluarga yang tidak
memili anak laki-laki, maka yang menjadi ahli waris dalam keluarga tersebut
adalah anak perempuan tertua. Syaratnya, anak perempuan tertua tersebut harus
istilah lain. Suami dari perempuan tertua tersebut semanda, ia melepaskan klan
Nurhayati meneliti peran punyimbang dalam sengketa waris ditinjau dari hukum
Islam, metode yang digunakan yaitu penelitian lapangan dan bersifat deskriptif
analitik adapun hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa Peran Penyimbang atau
final. Tinjauan Hukum Islam terhadap peran Penyimbang atau tetua adat dalam
menurut hukum Islam, bagi anak laki-laki mendapatkan sebanyak bagian dua
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
19
2. Pendekatan Penelitian
a. Lokasi Penelitian
32
Elisabeth Nurhaini Butarbutar, Metode Penelitian Hukum, PT Refika Aditama,
Bandung, 2018, hlm.95
33
M. Abdi (et. al), Panduan Penulisan Tugas Akhir Untuk Sarjana Hukum (S1), Fakutas
Hukum Universitas Bengkulu, 2016, hlm.41
20
dijunjung tinggi dan tidak berubah yang dilakukan turun temurun dalam hal
b. Informan
Lampung Utara.
4. Data Penelitian
21
A. Data Primer
melalui penelitian.
B. Data Sekunder
sekunder mencakup :
terdiri dari :
- UUD 1945
- Peraturan Perundang-undangan
- Yurisprudensi
- Doktrin
22
a. Wawancara
kepada informan.35
b. Studi Dokumen
penelitian.36
34
Elisabet Nurhaini Butarbutar, Op.Cit, hlm.64
35
Merry Yono, Bahan Ajar Metoologi Penelitian Hukum, Fakultas Hukum Universitas
Bengkulu, Bengkulu, 2008, hlm.36
36
M. Abdi (et. al), Op.Cit, hlm.44
23
5. Pengolahan Data
sistimatisasi data.37
7. Analisis Data
37
Ibid, hlm. 46
38
Elisabet Nurhaini Butarbutar, Op.Cit, hlm. 148
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
terdiri dari dua kata yaitu, harta dan bersama. Suami isteri mempunyai hak dan
kewajiban yang sama atas harta bersama tersebut. Harta adalah barang-barang,
uang dan sebagainya yang menjadi kekayaan. Sedangkan bersama adalah seharta,
Telah dikemukakan diatas bahwa harta bersama adalah harta hasil usaha
harta bersama merupakan harta yang diperoleh selama perkawinan. 40 Ini berarti
39
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2008, cet. I edisi IV, hlm. 52
40
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Jo. Undang-Undang No. 16 tahun 2019 Tentang
Perkawinan.
25
karena kematian.
Harta bersama merupakan salah satu macam dari sekian banyak harta yang
bagi seseorang karena dengan memiliki harta dapat memenuhi kebutuhan hidup
secara wajar dan memperoleh status sosial yang baik dalam masyarakat. Namun
harta bersama tersebut akan menjadi harta yang tidak lagi dapat disebut sebagai
harta bersama ketika telah terjadi cerai mati atau perceraian yang mana di daerah
bersama milik suami isteri yang mereka peroleh selama masa perkawinan. Dalam
masyarakat Indonesia pada setiap daerah mempunyai sebutan yang berbeda untuk
kaya atau tumpang kaya, di Madura disebut ghuna ghana dan masih terdapat
abdan karena suami istri secara bersama-sama bekerja membanting tulang dalam
41
H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap,
Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hlm. 179.
42
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2013, hlm. 123
26
Apa saja yang dihasilkan dalam pekerjaan suami istri termasuk harta
bersama. Sedangkan harta bersama menurut fikih munakahat adalah harta yang
diperoleh suami istri karena usahanya adalah harta bersama, baik mereka bersama
sama atau hanya salah satu pihak yang bekerja. Sekali mereka itu terikat dalam
perjanjian perkawinan sebagai suami istri maka semuanya menjadi bersatu, baik
harta maupun anak-anak. Hal ini sebagaimana dijelaskan didalam Al-Qur’an surat
selama perkawinan, diluar hadiah atau warisan. Dalam kaitan ini, harta gono-gini
atau harta bersama tergolong harta yang terkait dengan hak suami isteri.
Tentang harta bersama ini, suami atau isteri dapat bertindak untuk berbuat
sesuatu atau tidak berbuat sesuatu atas harta bersama tersebut melalui persetujuan
kedua belah pihak. Semua harta yang diperoleh suami isteri selama dalam ikatan
perkawinan menjadi harta bersama baik harta tersebut diperoleh secara tersendiri
maupun diperoleh secara bersama-sama. Demikian juga harta yang dibeli selama
43
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm.
154.
44
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Terjemah Per-kata, Sygma,
Bandung, 2007, hlm. 406.
27
ikatan perkawinan berlangsung adalah menjadi harta bersama, tidak menjadi suatu
permasalahan apakah isteri atau suami yang membeli, tidak menjadi masalah juga
apakah isteri atau suami mengetahui pada saat pembelian itu atau atas nama siapa
seperti istlah yang digunakan di Jawa yang disebut dengan disebut harta gono-
gini. Menurut kamus besar bahasa Indonesia harta dapat berarti barang-barang
harta kekayaan yang diperoleh selama perkawinan diluar hadiah atau warisan”.
Maksudnya adalah harta yang didapat atas usaha mereka suami atau istri selama
masa perkawinan.
Adapun penjelasan dalam Pasal 35 ayat (1) dan ayat (2) dalam UU Nomor
berikut :
kategori harta yaitu harta bersama dan harta bawaan. Harta bersama yaitu harta
45
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Jo. Undang-undang No. 16 tahun 2019 tentang
Perkawinan.
28
atau kematian, baik itu usaha bersama atau dari masing-masing suami atau isteri.
Kedua harta bawaan, berdasarkan Pasal 35 undang-undang No. 1 tahun 1974 Jo.
pihak mempunyai hak dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. UU Nomor
Harta benda perkawinan merupakan harta benda yang dimiliki suami isteri
(harta gawan/ harta bawaan) maupun harta benda yang diperoleh selama dalam
ikatan perkawinan, hasil kerja masing-masing suami isteri ataupun harta benda
yang didapat dari pemberian hibah, hadiah dan warisan. Secara umum harta benda
perkawinan di Indonesia baik yang berasal dari hadiah, hibah, dan warisan jika
terjadi perceraian maka harta itu tetap menjadi milik suami atau isteri yang
menyangkut wanita dan pria calon mempelai saja, tetapi merupakan peristiwa
kekeluargaannya.47
(terutama bila perkawinan putus) suami dan isteri (masing-masing buat sebagian)
ada hak atasnya.48 Semua pendapatan atau penghasilan suami isteri selama ikatan
perkawinannya selain dari harta asal dan harta pemberian yang mengikuti harta
asal adalah harta pencaharian berama suami isteri. Tidak dipermasalahkan apakah
isteri ikut aktif bekerja atau tidak, walaupun isteri hanya tinggal dirumah,
mengurus rumah tangga dan anak, sedangkan yang bekerja suami sendiri, namun
jatuh ke dalam harta pekawinan, milik bersama suami isteri. Harta ini menjadi
suatu bagian dari kekayaan keluarga dan apabila ada perceraian, maka suami atau
47
Ibid, Hlm. 7
48
Mr. B. Teer Haar Bzn, Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta
Pusat, 1980, hlm. 187
49
Hilman Hadikusuma, Op. Cit,hlm. 60
30
Pengaturan mengenai harta bersama secara hukum adat hampir sama. Pada
umumnya yang dianggap sama adalah perihal terbatasnya harta kekayaan yang
bawaan dan harta bersama (harta gono-gini) setelah terjadi perceraian antara
suami dan isteri akan bermakna penting sekali dari salah satu atau keduanya
harta bawaan dan harta bersama (harta sauhareukat) bermakna sangat penting,
baik ketika terjadi perceraian maupun pada saat pembagian warisan jika salah
Dasar filosofis dari Hukum Adat adalah nilai-nilai dan sifat hukum adat
contoh, religio magis, gotong royong, musyawarah mufakat dan keadilan. Dengan
Dasar berlakunya hukum adat ditinjau dari segi filosofi hukum adat yang
50
Soerjono Wignjoediporo, Op. Cit, hlm. 154
31
sebagai sumber tata tertib hukum sangat berarti bagi hukum adat karena hukum
menjelmakan perasaan hukum yang nyata dan hidup dikalangan rakyat dan
hukum adat secara filosofis merupakan hukum yang berlaku sesuai Pancasila
bahwa hukum itu merupakan tatanan, merupakan satu kesatuan yang utuh yang
terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berkaitan satu sama
lainnya. Dengan kata lain bahwa sistem hukum adalah suatu kesatuan yang
terdiri dari unsur-unsur yang mempunyai interaksi satu sama lainnya dan
bekerja bersama untuk mencapai tujuan. Keseluruhan tata hukum nasional yang
berlaku di Indonesia dapat disebut sebagai sistem hukum nasional. Sistem hukum
51
Iis Mardeli, “Dasar Berlakunya Hukum Adat”, Diunduh Tanggal 3 Februari 2020 dari
https://iismardeli30aia.wordpress.com/2013/12/02/dasar-berlakunya-hukum-adat/
52
Undang-Undang Dasar 1945 Setelah Amandemen I,II,II,IV.
32
Dalam sistem hukum Nasional wujud atau bentuk hukum yang ada dapat
undangan dan hukum yang tidak tertulis yaitu hukum adat dan hukum kebiasaan.
Dalam pasal 18 b ayat (2) Undang Undang Dasar 1945, Negara mengakui dan
Berdasarkan Pasal 18B ayat (2) tersebut, sesungguhnya Negara juga mengakui
hak otonomi dari kesatuan masyarakat hukum adat, yaitu hak membentuk
Negara Kesatuan RI, hak menjaga keamanannya sendiri, dan melakukan peradilan
sendiri.
Selain itu, pada Pasal 5 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 Tentang
mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
dan dasar putusan, juga memuat pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan
53
Undang-Undang Dasar Negara 1945 setelah amandemen I,II,II,IV.
33
yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk
mengadili”.54
eksistensi hukum adat beserta reaksi adatnya yang masih hidup dalam masyarakat
Indonesia. Selain itu, hukum adat termasuk hukum yang hidup sehingga bisa
Sistem merupakan susunan yang teratur berbagai unsur yang satu dan yang
pengertian.
Sistem hukum adat bersendi atas dasar alam pikiran bangsa Indonesia
yang sudah tentu berlainan dengan alam pikiran yang menguasai hukum Barat.
Dan untuk dapat memahami serta sadar akan hukum adat, orang harus menyelami
dasa-dasar alam pikiran yang hidup didalam masyarakat Indonesia. Hukum adat
Bahkan corak dan sifat kebersamaan ini tertuang pula dalam Pasal 33
54
Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
34
b. Hukum adat diliputi oleh fikiran penataan serba konkrit; hukum adat
dapat dilihat.55
tersebut merupakan ciri khas dari beraneka ragam suku dan bangsa di Indonesia,
dari sudut bentuknya, maka masyarakat adat tersebut ada yang berdiri sendiri dan
dapat dibagi atas dua golongan menurut dasar susunannya, yaitu yang berdasarkan
55
Soerjono Wignjoediporo, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, PT. Toko Gunung
Agung, Jakarta, 2010.
56
Undang-undang dasar setelah amandemen I,II,II,IV.
35
(terittorial).
masyarakat yang teratur, dimana para anggotanya terikat pada suatu garis
keturunan yang sama dari satu leluhur, baik secara langsung karena hubungan
darah (keturunan) atau secara tidak langsung karena pertalian perkawinan atau
pertalian adat.57
tentang sistem dan asas-asas hukum waris, tentang harta warisan, pewaris dan
waris serta cara bagaimana harta warisan itu dialihkan oleh pemiliknya dari
pewaris kepada ahli waris.59 Di dalam Hukum adat sendiri tidak mengenal cara-
57
Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, CV. Mandar
Maju,Bandung, 2014, Hlm. 105
58
Hilman Hadikusuma, Ibid, Hlm 103
59
Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm.7.
36
a.Sistem Keturunan
kepada anak tertua yang bertugas sebagai pemimpin rumah tangga atau
keluarga.61
hukum mengenai cara bagaimana dari abad ke abad penerusan dan peralihan dari
harta kekayaan yang berwujud dan tidak berwujud dari generasi ke generasi.63
61
Himan Hadikusuma,Hukum Waris Adat,Citra Aditya Bakti, Bandung, 2015, hlm.24
62
Rosnidar Sembiring, Hukum Keluarga Harta-harta Benda dalam Perkawinan, PT.Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2016, hlm.79.
63
Ibid, hlm.7
38
barang harta benda dan barang-barang yang tidak berwujud benda (immateriele
mengatur cara penerusan dan peralihan harta kekayaan (berwujud atau tidak
berwujud) dari pewaris kepada para ahli waris. Cara penerusan dan peralihan
harta kekayaan itu dapat berlaku sejak pewaris masih hidup atau setelah pewaris
meninggal dunia.
Harta warisan adat terdiri dari harta yang tidak dapat dibagi-bagikan
penguasaan dan kepemilikannya kepada para ahli waris dan ada yang dapat
dibagikan. Harta peninggalan yang tidak dapat dibagi-bagi ini berdasarkan atas
64
Ibid, hlm.8
65
Laksanto Utomo, Hukum Adat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2016, Hlm. 106
39
a. Warisan
wafat, baik harta ini telah dibagi atau masih dalam keadaan tidak terbagi-
bagi. istilah ini dipakai untuk membedakan dengan harta yang didapat
sebagai hasil usaha pencarian sendiri di dalam ikatan atau di luar ikatan
perkawinan.
b. Peninggalan
misalnya harta peninggalan ayah yang telah wafat yang masih dikuasai ibu
yang masih hidup atau sebaliknya harta peninggalan ibu yang telah wafat
tetapi masih dikuasai ayah yang masih hidup. termasuk di dalam harta
c. Pusaka
antara pusaka tinggi dan pusaka rendah. harta pusaka tinggi adalah harta
kedudukannya dan sifatnya tidak dapat atau tidak patut dan tidak pantas
nenek.
d. Harta Perkawinan
40
perkawinan. harta perkawinan ini dapat terdiri dari harta Penantian harta
harta perkawinan ini satu kesatuan di dalam ikatan perkawinan yang kekal.
e. Harta Bawaan
dibawa oleh suami atau isteri ketika perkawinan itu terjadi, Jika suami
mengikuti pihak isteri maka harta Bawaan nya kita sebut harta bawaan
suami dan jika sebaliknya isteri ikut yang ke pihak suami maka harta
f. Harta Pencaharian
didapat dari hasil usaha perseorangan atau usaha bersama suami istri yang
g. Harta Pemberian
pemberian itu dapat berupa hadiah atau pemberian hibah atau wasiat.
h. Pewarisan
41
i. Waris
warisan yang terdiri dari ahli waris yaitu mereka yang berhak menerima
warisan dan bukan ahli waris tetapi kewarisan juga dari harta warisan. jadi
ahli waris ialah orang yang berhak mewarisi, sedangkan yang bukan ahli
Hak dan kewajiban dan harta kekayaan kepada waris, terutama kepada
tertua menurut garis keibuan, kepada anak tertua lelaki dan perempuan
66
Ibid, Hlm 11
42
b. Penunjukan
pewaris wafat.
penikmatan hasil dari harta itu sudah ada pada waris dimaksud. Jika
pewaris wafat. Belum dapat berbuat apa–apa selain hak pakai dan hak
didepan para waris dan anggota keluarga atau tetangga terdekat saja.
Pesan atau wasiat dari orang tua kepada para waris ketika
disaksikan oleh para waris, anggota keluarga, tetangga dan tua-tua adat
setelah si pewaris ternyata tidak kembali lagi atau sudah jelas wafatnya.
tersebut.67
itu tidak dibagi-bagi, karena warisan itu merupakan milik bersama yang
pewaris wafat terhadap harta arisan yang tidak dibagi atau ditangguhkan
sistem keturunan yang berbeda-beda. Sistem keturunan ini sudah berlaku sejak
dahulu kala sebelum masuknya ajaran agama Hindu, Islam dan Kristen. Sistem
hukum adat.
67
Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Penerbit Mandar Maju,
Bandung, 1992, hlm.58
44
anak terhadap orangtua dan sebaliknya kedudukan anak terhadap kerabat dan
keturunan merupakan hal yang penting untuk meneruskan garis keturunan (clan)
misalnya antara bapak dan anak; antara kakek, bapak dan anak, disebut
kakek.
Antara sistem keturunan yang satu dan yang lain dikarenakan hubungan
yang bertahan pada sistem keturunan dan kekerabatan adatnya yang lama.
dari alam pikiran masyarakat yang tradisional dengan bentuk kekerabatan yang
Daerah Lampung yang sekarang disebut “Sai Bumi Ruwai Jurai” luas
teritorial baru kemudian menampakkan diri sebagai faktor penting juga. Kesatuan
genealogis yang terbesar bernama Buay (atau kebuayan) yang di daerah Pesisir
bertingkat.
70
Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Al-Qur’an, Tinta Mas, Jakarta, Tinta
Mas, hlm. 9
71
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, Hal 99
46
Banten. Pada awalnya terdiri dari 12 kebuaian Abung Siwo Mego dan Pubian
Telu Suku, kemudian di tambah 12 kebuaian lain yaitu Mego Pak Tulang
Bawang, Buay Lima Way Kanan, dan Sungkai Bunga Mayang (3 buay) sehingga
menjadi 24 kebuaian.
Kata Pepadun sendiri artinya adalah sebuah kursi singgasana yang terbuat
dari kayu, yang digunakan ketika melakukan upacara adat pepadun, dengan kata
lain pepadun adalah suatu benda berupa bangku yang terbuat dari kayu yang
keluarga keturunan.72
mengadakan gawi adat yang wajib dilaksanakan bagi seseorang yang akan berhak
secara kekerabatan terdiri dari empat klen besar yang masing-masing dapat dibagi
72
Kiay paksi. Buku Handak II Lampung Pubian. Gunung Pesagi, Bandar Lampung, 1995,
Hal. 14
47
yang sampai hari ini tetap merupakan pedoman bagi warga batin adat pepadun
pandangan hidup Pi-il Pesenggiri, berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. 74 Pada
patrilinial dan bentuk perkawinan adat serta upacara adat begawi Cakak Pepadun
yang berlaku atas dasar musyawarah dan mufakat adat dimana anak keturunan
adat tersebut merupakan ukuran nilai untuk menentukan siapa yang berhak
a. Perkawinan Jujur
73
Hilman Hadikusuma, Op.Cit, hlm 20
74
Hilman Hadikusuma, Op. Cit, hlm. 139.
75
Op. Cit, Masyarakat dan Adat-Budaya Lampung, CV. Mandar Maju, Bandung, 1989,
Hlm. 160
48
uang jujur oleh pihak wanita, maka berarti setelah menikah si wanita
selama hidupnya.76
b. Perkawinan Semanda
pembayaran uang jujur dari pihak pria kepada pihak wanita. Setelah
sendiri.77
jujur dengan menurut garis keturunan bapak (patrilineal), yaitu ditandai dengan
sesan, yaitu berupa alat-alat keperluan rumah tangga. Sesan tersebut akan
76
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat dengan Adat Istiadat dan Upacara Adat,
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, Hal. 73
77
Ibid, hlm. 82
49
Secara hukum adat, maka putus pula hubungan keluarga antara mempelai
dapat dengan cara adat Hibal Serbo, Bumbang Aji, Ittar Padang, Ittar Manom
pihak ayah (patrilineal), dimana anak laki-laki tertua dari keturunan tertua
keturunan yang bertalian darah, satu pertalian adat, atau karena perkawinan.
ini akan diturunkan kepada anak laki-laki tertua dari Penyimbang, dan seperti itu
kuat, Pepadun cenderung berkembang lebih egaliter dan demokratis. Status sosial
Setiap orang memiliki peluang untuk memiliki status sosial tertentu, selama orang
tersebut dapat menyelenggarakan upacara adat Cakak Pepadun. Gelar atau status
sosial yang dapat diperoleh melalui Cakak Pepadun diantaranya gelar Suttan,
BAB III
tahun 1997 nenek moyang Suku Sungkai Bunga Mayang berasal dari Suku
menyusuri Way Sungkai pada tahun 1800 Masehi. Tujuan mereka bermigrasi
pada tahun 1818 sampai dengan 1834 Masehi. Tanah tersebut akhirnya mereka
peroleh setelah Mampu Begawi memenuhi syarat dari tetua Abung Buway Nunyai
marga Bunga Mayang menjadi Ulun Lampung dibawah hukum adat pepadun
1. Kondisi Geografis
Kecamatan hasil pemekaran Kecamatan Sungkai Utara dengan ibu kota Batu
Lampung.
dusun, 105 RT, sesuai dengan Perda Kabupaten Lampung Utara Nomor 8
tahun 2006 tanggal 15 Agustus 2006, Kecamatan Sungkai Tengah saat ini
berdasarkan data Lampung Utara dalam angka tahun 2015, memiliki luas
kurang lebih 111,60 km2, 4,09 % dari luas total Kabupaten Lampung Utara
2.725,63 km2.79
Utara berbatasan dengan : Keca matan Hulu sungkai dan Sungkai Utara
2. Kondisi Demografis
Tabel 3.1
KECAMATAN /
NO. IBUKOTA Nomor Kode Desa
TIUH
I Sungkai Tengah Batu Nangkop 18.03.18
1 Batu Nangkop Batu Nangkop 18.03.18.2001
79
Wawancara dengan Idris camat Sungkai Tengah, di kantor camat Sungkai Tengah
tanggal 24 Desember 2019
53
Lampung Utara Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
peruntukan pemukiman.
untuk budidaya peternakan dengan jenis ternak besar, yaitu: Sapi, Kerbau dan
Babi, jenis ternak unggas, seperti : Ayam Ras, Ayam Buras, Bebek dan Itik.
54
memiliki potensi pertambangan berupa bahan mineral non logam, yaitu jenis
tangga, selain itu juga Kecamatan Sungkai Tengah juga diperuntukan sebagai
Dalam kitab Kuntara Raja Niti, orang Lampung (Abung, Pubian, Pesisir,
dan lain-lain) berasal dari pagaruyung keturunan Putri Kayangan dari Kuala
Tungkal, kerabat mereka menetap di Skala Brak, maka cucunya Umpu Serunting
dimana keberadaannya).81
Menurut cerita rakyat, bahwa penduduk Lampung berasal dari daerah Skal
ala Brak ini dapat dirunut melalui penuturan lisan turun temurun dalam wewaraha
n, tambo dan dalung, apabila kita menanyakan kepada masyarakat Lampung tenta
ng darimana mereka berasal maka mereka akan menjawab dari bukit dan akan me
80
Wawancara dengan Idris camat Sungkai Tengah, di kantor camat Sungkai Tengah tanggal
24 Desember 2019
81
Hilman, dalam Kuntara Rajaniti, (terjemahan), hlm. 60
82
Hilman, Asal Usul Suku Bangsa Lampung, hlm. 7
55
Dalam kisahnya deretan Skala Brak pada awalnya dihuni oleh suku Tumi
yang kala itu masih menganut paham animisme. Suku bangsa ini mengagungkan s
ebuah pohon yang bernama lemasa kepampang yaitu pohon nangka bercabang
dua. Cabang pertama berupa nangka dan yang satunya lagi sejenis pohon yang
berkembang adalah apabila terkena getah dari cabang kayu sebukau akan
harus dengan getah cabang satunya. Selanjutnya kayu lemasa kepampang ini
Setelah masuknya Islam yang disebarkan oleh empat orang putra raja
pagaruyung di Skala Brak yaitu Umpu Berjalan di Way, Umpu Belunguh, Umpu
Nyerupa, dan Umpu Peranong, dibantu oleh seorang penduduk yang bernama si
yangdiungkapkan dalam buku naskah kuno yang bernama Kuntara Raja Niti
(Kitab Hukum Adat). Tetapi dalam versi buku tersebut nama-nama mereka adalah
Inder Gajah, Paklang, Sikin, Belunguh, dan Indarwati. Dan keempat Umpu
tersebutlah yang membawa agama Islam dan bersahabat dengan Puteri Bulan.83
dan bermakna tempat mengadukan segala hal ihwal dan mengambil keputusan
83
Sabaruddin SA, Lampung Pepadun dan Saibatin/Pesisir, Pemerintahan, Adat Istiadat,
Sastra, Bahasa, Untuk Perguruan Tinggi dan Umum, Buletin Way Lima Manjau, Jakarta,
Hlm..68
56
ketika itu. Pepadun diabadikan menjadi salah satu nama adat istiadat Lampung
ketempat suami
32 Pi`il Pasenggiri Punya harga diri, berpendirian yang
Tetap
33 Nemuh Nyimah Dermawan, suka memberi menghorma
ti
tamu, dan berlapang dada
33 Nengah Nyappur Bermasyarakat, bergaul baik dengan
masyarakat sekitar
34 Sakai Sembayan Gotong-royong, tolong-mrnolon, salin
g
Membantu
35 Julug Gelagh Nama pemberian adat waktu dia masih
anak-anak sama dengan julug dan
setelah kawin dengan keputusan
perwatin atau begawi diberikan gelar
atau adeg
36 Burung Garuda Kendaraan kebesaran zaman dahulu,
sekarang tinggal gambarnya saja
(burung elang yang besar)
37 Perwatin Forom musyawarah pimpinan adat
38 Cepalo Adat (sebumbangan) Sangsi adat kepada orang kebuaian lai
n
melarikan gadis harus bayar denda :
a. Pemccung tudung perbu = 10 - 5
b. Penyubukan tujuh = 7 - 6
c. Kacang Segelung Anek =7 - 6
d. Pengucilan Titi = 7 – 3
e. Peting Segelung Atung = 3
39 Pupadun Pemegat Sesat Pupadun utama dirumah sesat
40 Upih Bagal Kursi adat dasar (pertama)
41 Keghis Kebelah Keris sebelah disisipkan dipinggang
Kanan
memiliki konsep dasar pewaris berupa penerusan harta waris kepada anak laki-
laki tertua. Sebuah keadaan khusus, dimana dalam sebuah keluarga tidak memiliki
pihak ayah (patrilineal), dimana anak laki-laki tertua dari keturunan tertua
84
Wawancara dengan Mangku Rajo Glr. Pangeran Alam di Kecamatan Sungkai Tengah
pada tanggal 6 Mei 2020
60
laki-laki.
belum berkeluarga.
berikut :
61
keturunannya.
anak-anak mereka.
berikut:
tersebut.
mengangkat saudara.85
Gelar Kanjeng Sutan Nyawo Mergo yang menjadi narasumber yang bertempat
tinggal di tiuh Ratu Jaya Kecamatan Sungkai Tengah, menyatakan bahwa apabila
suatu keluarga tidak mempunyai anak laki-laki atau hanya perempuan saja, maka
anak perempuan.
85
Wawancara dengan Mangku Rajo Glr. Pangeran Alam di Kecamatan Sungkai Tengah
pada tanggal 24 Desember 2019
86
Wawancara dengan Rizani Puspawijaya Gelar Kanjeng Sutan Nyawo Mergo pada
tanggal 13 Mei 2020
64
sebatas hubungan emosi antara orang tua angkat dan anak angkat, akibat
orang Jawa dengan orang Lampung. yang mana orang yang bukan suku
Dalam hal ini anak yang diangkat tersebut tidak mempunyai hak
apapun terhadap orang tua angkatnya apalagi dalam hal mewaris. Hanya
angkatnya.
65
Hal ini adalah motivasi yang positif karena disamping membantu si anak
guna masa depannya juga adalah membantu beban orang tua kandung si
anak, asalkan didasari dengan kesepakatan yang ikhlas antara orang tua
perkawinan (Tegak-Tegi).
laki baik itu dari dari kerabat sendiri ataupun dari luar kerabat, setelah
orang Lampung.
oleh salah satu dari keluarga Lampung Pepadun, baik dari dari
adanya perkawinan.
kekayaan.
67
tidak melalui perkawinan yang mana tidak ada pihak mantu yang
Musyawarah dipimpin oleh paman dari pihak yang akan mengangkat anak,
atau seseorang yang ditokohkan dalam keluarga, atau punyimbang dari suatu
keluarga langsung. Musyawarah dihadiri oleh paman dan bibi serta saudara laki-
laki calon ayah angkat. Pada umumnya mereka membicarakan alasan mengapa
upacara yang akan dilakukan oleh yang bersangkutan serta status anak angkat
b. Kakak dan adik laki-laki dan perempuan dari pihak ayah dan ibu yang
berstatus ipar.
Pada musyawarah ini, yang dibicarakan sama seperti tahap awal, antara
lain membicarakan tentang status dan upacara yang akan dilakukan serta fasilitas
Tengah.
pengangkatan anak itu untuk tujuan tegak tegi (anak yang diangkat
mempunyai anak sama sekali, maka akan terjadi dua kali ngebal yaitu
ngebal anak laki-laki dan ngebal anak perempuan. Bila yang akan
87
Ibid
70
Nyawo Mergo salah satu kepala keluarga yang melakukan pengangkatan anak,
pengangkatan anak didalam masyarakat Adat lampung Pepadun di tiuh Ratu Jaya
resmi, cukup dilaksanakan secara kekeluargaan yaitu oleh tua-tua adat setempat,
di samping itu juga dilakukan dengan membuat surat perjanjian yang disaksikan
oleh tokoh-tokoh masyarakat dan tua-tua adat setempat serta kerabat dari yang
mengangkat anak.
Tetapi bila calon orang tua yang mengangkat mampu dan mau, maka dia
dapat dan akan mengadakan hajatan (Begawi) dengan memotong kerbau, dimana
dalam hajatan tersebut diumumkan pada khalayak ramai yang disaksikan oleh
sesepuh adat bahwa mereka mengangkat anak, yang merupakan persetujuan adat.
anak Tegak-Tegi sebagai anak kandung yang sah menurut adat sehingga anak
Tegak-Tegi tersebut mempunyai kekuasaan penuh atas harta kekayaan oraqng tua
angkatnya, namun ada harta tetentu yang tidak dapat dimilik oleh anak
TegakTegi. Berdasarkan penjelasan dari bapak Rusdi Akib Gelar Raden Mutlak
Salah satu tokoh adat di Kampung terbanggi Besar tentang harta warisan yang
Kedudukan anak angkat adat tadi terhadap harta kekayaan hasil warisan
orang tua angkatnya tidak ada sama sekali, hanya sebatas menikmati dan menjaga
71
harta tersebut. Anak laki-laki hasil pernikahan merekalah yang nanti akan berhak
Terdapat pengecualian pula dalam hal apabila si anak wanita yang telah
melakukan perkawinan semanda (ngakuk ragah) dengan anak angkat adat tadi
(anak mentuha) dikemudian hari meninggal dunia dan belum dikaruniai keturunan
baik laki-laki ataupun perempuan. Apabila keadaan ini terjadi, hak menikmati atas
harta warisan yang didapat oleh anak angkat tadi secara otomatis akan hilang,
serta ia akan dianggap secara adat sudah keluar dari kekerabatan keluarga besar
istri.88
diantaranya adalah dengan cara penerusan atau pengalihan dan dengan cara
penunjukkan.89
Kecamatan Sungkai Tengah dengan cara penerusan atau pengalihan dan dengan
atau dalam istilah Lampung Ngradu Tuha, maka selama ayah masih
manfaat dari harta yang telah ditunjuk tersebut dan bertanggung jawab
2. Penunjukkan
Pengonjuk jelma tuha oleh orang tua kepada anak-anaknya atau pewaris
setelah pewaris wafat. Apabila orang tua masih hidup, maka ia berhak
adalah hak untuk anak si A, lalu mobil yang biasa dipakai adalah hak
73
Pewaris meninggal dunia, anak si A dan si B tadi baru berhak atas harta
penunjukkan, maka sisa harta yang tidak dibagi akan dikuasai oleh anak
kedudukan harta itu secara otomatis akan dikuasai oleh anak tertua laki-
laki.91
cara penerusan atau pengalihan. Bahkan, sejak anak laki-laki tertua masih balita
secara tidak langsung sudah diumumkan kepada pihak halayak bahwa anak laki-
90
Wawancara dengan Mangku Rajo Glr. Pangeran Alam di Kecamatan Sungkai Tengah
pada tanggal 24 Desember 2019
91
Wawancara dengan Mangku Rajo Glr. Pangeran Alam di Kecamatan Sungkai Tengah
pada tanggal 24 Desember 2019
92
Wawancara dengan Mangku Rajo di Kecamatan Sungkai Tengah pada tanggal 24
Desember 2019
93
Wawancara dengan Mangku Rajo di Kecamatan Sungkai Tengah pada tanggal 24
Desember 2019
74
memiliki arti bahwa harta tersebut dapat dimiliki bersama oleh para
terbagi menjadi dua, Yaitu harta pusaka yang tidak berwujud dan harta
pusaka yang berwujud. untuk harta pusaka yang tidak berwujud, akan
Lampung pepadun.
bentuk harta yang tidak berwujud yaitu hak atas gelar adat
dihasilkan orang tua semasa hidup bukan harta warisan dari nenek
hidup ataupun setelah pewaris meninggal dunia. tidak hanya anak laki-
75
laki, anak perempuan juga memiliki hak yang sama mendapatkan harta
waris orang tuanya. Namun, jika orang tuanya meninggal dunia dan
anaknya semasa hidup maka harta tersebut menjadi hak mutlak anak
laki-laki.94
Sungkai Tengah adalah pewaris dan ahli waris. pewaris adalah orang yang
memperoleh harta warisan (harta pusaka dan harta pencaharian) yang nantinya
harta tersebut akan dialihkan kepada ahli warisnya, sedangkan ahli waris adalah
anak laki-laki tertua yang diberi tanggung jawab oleh orang tuanya untuk menjaga
dan memelihara harta warisan dan dipergunakan sesuai dengan adat yang berlaku
pada masyarakatnya.
Sungkai Tengah adalah harta turun-temurun dari kakek yaitu rumah, tanah
ayahnya memiliki harta pencaharian sendiri maka harta tersebut dapat dibagikan
Ahli waris ialah orang-orang yang dapat menerima harta warisan baik laki-
laki maupun perempuan, Adapun ahli waris dalam hukum Adat Lampung
1. Anak laki-laki
2. Ayah
94
Wawancara dengan Mangku Rajo di Kecamatan Sungkai Tengah pada tanggal 24
Desember 2019
76
3. Suami
Tengah yang berhak mewarisi seluruh harta warisan dari orang tua yaitu anak
laki-laki tertua, apabila tidak mempunyai anak laki-laki didalam keluarga tersebut
harta kekayaan bisa dikuasi kakak dari ayah atau paman, apabila didalam keluarga
tersebut mempunyai anak angkat maka hanya diberi harta hadiah (Hibah).
1. Perbedaan Agama
dari yang bukan muslim dan yang bukan muslim tidak menerima
2. Pembunuh Pewaris
dibunuhnya itu.96
95
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia,PT.Citra Aditya Bakti, Bandung,
2004, hlm. 218
96
Ibid, Hlm. 218
77
sistem kekerabatan adat Lampung yang patrilineal pada dasarnya tidak mendapat
waris. Anak perempuan yang telah menikah yang kemudian mengikuti kerabat
Sansan bisa berupa barang, surat, harta bergerak dan tidak bergerak
karena selain berupa perabotan rumah tangga yang sudah jamak kita lihat pada
perak, berlian, surat berharga, dan lain-lain. Yang pada intinya diberikan pihak
laki-laki umumnya pada saat acara resepsi pernikahan berlangsung yang sekaligus
ragah). Yang artinya perkawinan itu terjadi dikarenakan sebuah keluarga hanya
97
Wawancara dengan Sadili Glr. Rajo Glr. Rajo Bintang di Kecamatan Sungkai Tengah
pada tanggal 27 Desember 2019
98
Wawancara dengan Sadili Glr. Rajo Glr. Rajo Bintang di Kecamatan Sungkai Tengah
pada tanggal 27 Desember 2019
78
dijadikan suami dan mengikuti kerabat istri untuk selama perkawinan guna
Secara adat anak tersebut akan terputus hubungannya kepada orang tua
kandungnya, secara adat dan secara pribadi, tetapi secara hukum agama dan
99
Wawancara dengan Sadili Glr. Rajo Glr. Rajo Bintang di Kecamatan Sungkai Tengah
pada tanggal 27 Desember 2019
79
BAB IV
Sengketa adalah suatu situasi dimana ada pihak yang merasa dirugikan
oleh pihak lain, yang kemudian pihak tersebut menyampaikan ketidakpuasan ini
kepada pihak kedua. Jika situas ini menunjukkan perbedaan pendapat, maka
terjadi lah apa yang dinamakan dengan sengketa. Dalam konteks hukum yang
dimaksud dengan sengketa adalah perselisihan yang terjadi antara para pihak
suatu kontrak, baik sebagian maupun keseluruhan. Dengan kata lain telah terjadi
perselisihan yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang saling mempertahankan
adanya suatu tindakan wanprestasi dari pihak-pihak atau salah satu pihak dalam
perjanjian.
tahap perselisihan mengacu kepada suatu keadaan atau kondisi yang menunjukkan
bahwa seorang atau kelompok merasa diperlakukan tidak adil oleh pihak lain. hal
100
A,Kamilah, Tinjauan Tentang Sengketa, Diunduh Tanggal 24 Januari 2020, dari
https://eprints.uny.ac.id/22029/4/4.BAB%20II.pdf
80
hanya disetujui oleh kedua pihak yang bersengketa tanpa adanya bantuan pihak
yang diinginkan.
bersengketa. 102
101
Andry Harijanto, Alternative Dispute Resolution, Lemlit Unib Press, Bengkulu, 2017,
Hlm.13
102
Ibid, Hlm. 39
81
Salah satu contoh berfungsinya hukum dalam kebudayaan adalah hukum adat.
hukum adat adalah hukum yang tidak tertulis (hukum non sta-tutair) Disamping
itu hukum adat adalah hukum yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan
dan batin, antara manusia dengan sesamanya, manusia dengan masyarakat sekitar
sengketa dan jalan sejarah hidup yang tidak sesuai, antara individu dengan
individu atau antara kelompok dengan kelompok. Pada umumnya para peneliti itu
dari tiga tahap di dalam proses penyelesaian sengketa yaitu tahap keluhan
(grievance) atau tahap pra perselisihan (Praconflict) dan pada akhirnya tahap
sengketa (dispute).104
103
Ibid, Hlm.7
104
Ibid, Hlm. 12
82
terhadap anak-anaknya,
4. Harta yang sudah diwariskan oleh orang tua kepada anaknya banyak
juga dijual oleh orang tua tersebut tanpa sepengetahuan anak dan
disalah satu kelompok keluarga besar. Penyimbang adalah salah seorang yang
mempunyai gelar atau kedudukan dalam Adat yang di bentuk oleh tua-tua Adat
atau tokoh adat. Penyimbang diambil dari anak tertua dari keluarga yang memiliki
kedudukan dalam Adat minimal memiliki gelar Ghajo dan Pangeghan. Untuk
105
Wawancara dengan Mangku Rajo di Kecamatan Sungkai Tengah pada tanggal 26
Desember 2019
106
Wawancara dengan Mangku Rajo di Kecamatan Sungkai Tengah pada tanggal 26
Desember 2019
83
persetujuan bersama, akan ditunjuk salah salah satu orang yang dituakan dalam
Musyawarah tersebut juga harus dihadiri oleh ketua adat dengan tujuan untuk
menjadi orang yang netral dalam memberikan saran. ketua adat juga berperan
sebagai pemberi pendapat mengenai tata cara cara pembagian harta warisan yang
adil menurut ketentuan adat. Setelah permasalahan dikemukakan oleh para pihak
yang bersengketa, maka akan dicari jalan keluar yang terbaik untuk semua
pihak.108
perkara tersebut dapat dibawa ke dalam musyawarah adat yang dilakukan di balai
adat dengan dihadiri oleh penyimbang adat, anggota-anggota adat, pemuka adat
keputusan final tersebut maka akan di denda sesuai dengan ketentuan Adat
anggota keluarga dan kerabat akan dikumpulkan di balai adat, yang juga dihadiri
masing yang bersengketa secara bergantian yang juga disaksikan dengan kerabat
109
Wawancara dengan Amir gelar Suttan Rajo Adat di Sungkai Tengah pada tanggal 25
Desember 2019.
110
Wawancara dengan Amir gelar Suttan Rajo Adat di Sungkai Tengah pada tanggal 28
Desember 2019.
Wawancara dengan Sadili Gelar Rajo Bintang di Kecamatan Sungkai Tengah pada
tanggal 26 Desember 2019
111
Wawancara dengan Sadili Gelar Rajo Bintang di Kecamatan Sungkai Tengah pada
tanggal 26 Desember 2019
112
Wawancara dengan Amir gelar Suttan Rajo Adat di Sungkai Tengah pada tanggal 28
Desember 2019.
85
Sejauh ini mengenai pembagian harta waris bersama tidak pernah ada
moral dengan istilah melanggar adat atau tidak tahu adat (cepalo).113
Kasus mengenai sengketa harta waris bersama sejauh ini belum pernah
terjadi, tetapi yang pernah terjadi dalam satu keluarga di Kecamatan Sungkai
Tengah karena orang tuanya meninggal dunia dan tidak meninggalkan pewaris
kewarisan mayorat yaitu sistem kewarisan yang berhak menerima harta waris
adalah anak laki-laki tertua/sulung atau keturunan laki-laki yang merupakan ahli
waris tunggal dari si pewaris, tetapi dalam kasus ini orang tua tidak meninggalkan
keturunan satupun, sehingga tidak ada ahli waris yang berhak mendapatkan harta
waris tersebut. Oleh karena itu, Penyimbang berperan menentukan ahli waris dari
kasus tersebut, sehingga dari hasil mufakat adat yang berhak menjadi ahli waris
adalah anak laki-laki tertua dari paman. Kebijakan dari pengambilan keputusan
diatas diambil dari musyawarah adat (mufakat) antara Penyimbang dan dari
113
Wawancara dengan Mangku Rajo di Kecamatan Sungkai Tengah pada tanggal 28
Desember 2019
114
Wawancara dengan Mustofa Glr. Suttan Suku Dalem di Sungkai Tengah pada tanggal 28
Desember 2019.
86
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
dengan harta bawaan, yang diperoleh dari perseorangan suami atau isteri.
merata, akan tetapi pada praktiknya harta waris bersama diberikan kepada
anak lelaki tertua dikeluarga dan anak perempuan hanya mendapat sesan
meliputi benda bergerak dan benda tidak bergerak. Dalam suatu kasus
dunia dan tidak meninggalkan ahli waris, dalam adat Lampung Pepadun
terdapat dua macam musyawarah atau mufakat yang biasa dilakukan oleh
musyawarah adat.
B. Saran
2. Pada suatu daerah tertentu memiliki hukum adat mengenai ahli waris yang