Anda di halaman 1dari 10

Kajian Hukum Tanah Adat di Kota Medan

Oleh:
Harmansyah Putra Sitorus|| Keke Tedisyah|| Afina Aulia 1
Mahasiswa Uinsu

Abstrak :
Tanah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat hukum adat. Sebagai salah satu unsur esensial pembentuk Negara,
tanah memegang peran vital dalam kehidupan dan penghidupan bangsa
pendukung Negara yang bersangkutan, lebih-lebih yang corak agrarianya
berdominasi. Hukum tanah adat sendiri tiap daerahnya memiliki perbedaan
dikarenakan di tiap daerah memiliki sumber adat yang berbeda. Hukum tanah adat
adalah hukum yang mengatur tentang ha katas tanah yang berlaku di tiap daerah.
Seperti yang kita ketahui hukum tanah adat ini masih sering digunakan dalam
transaksi dalam jual beli tanah di Indonesia. Namun, dibalik berlakunya hukum
tanah adat di tiap daerah disini juga berlaku hukum agrarian nasional yaitu diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang
“Peraturan dasar pokok –pokok Agraria “dalam peraturan itu sudah diatur dalam
hukum agraria.

Kata Kunci: Tanah, Hukum Adat, Agraria


Abstract :
Land has a very important position in the lives of customary law
communities. As one of the essential elements forming a State, land plays a vital
role in the lives and livelihoods of the nation supporting the State concerned,
especially those whose agrarian style dominates. Each region's customary land
laws are different because each region has different customary sources.
Customary land law is the law that regulates land rights that apply in each
region. As we know, customary land law is still often used in land buying and
selling transactions in Indonesia. However, behind the enactment of customary
land law in each region, national agrarian law also applies, which is regulated in
Law of the Republic of Indonesia Number 5 of 1960 concerning "Basic Agrarian
Regulations".

Keywords: Land, Customary Law, Agrarian

1
Mahasiswa Aktif Semester VII, Hukum Keluarga (Akhwal Syaksiyah), Fakultas Syariah dan
Hukum, UIN Sumatera Utara, Medan.
1
PENDAHULUAN

Tanah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan


masyarakat hukum adat. Tanah adalah suatu hak yang tidak lepas dari kehidupan
manusia. Tanah adalah tempat untuk mencari nafkah, mendirikan rumah atau
tempat tinggal, menjadi tempat dikuburnya orang pada waktu meninggal dan juga
sumber penghidupan bagi keluarga. Artinya, tanah adalah hal yang sangat
diperlukan manusia. Hukum tanah adat adalah hukum yang mengatur tentang ha
katas tanah yang berlaku di tiap daerah. Seperti yang kita ketahui hukum tanah
adat ini masih sering digunakan dalam transaksi dalam jual beli tanah di Indonesia.
Namun, dibalik berlakunya hukum tanah adat di tiap daerah disini juga berlaku
hukum agrarian nasional yaitu diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 1960 tentang “Peraturan dasar pokok –pokok Agraria” dalam
peraturan itu sudah diatur dalam hukum agraria.
Di dalam hukum adat, antara masyarakat dengan tanah yang didudukinya
merupakan satu kesatuan dan mempunyai hubungan yang erat sekali. Hubungan
ini menyebabkan masyarakat memperoleh hak untuk menguasai tanah tersebut,
memanfaatkan tanah itu, memungut hasil dari tumbuhan-tumbuhan yang hidup
diatas tanah serta berburu terhadap binatang-binatang yang hidup disitu. Menurut
Cornelis van Vollenhoven, hak masyarakat atas tanah ini disebut dengan hak
ulayat. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (selanjutnya disebut UUD 45) dalam alinea keempat menegaskan:
Pemerintah Negara Indonesia dibentuk untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial. Konsepsi ini memberi landasan yang sangat fundamental demi tercapainya
tujuan nasional yang diinginkan bersama oleh seluruh bangsa Indonesia, terutama
memberi beban dan tanggung jawab besar bagi pemerintah Indonesia untuk
mewujud-nyatakan dalam kehidupan kenegaraan Indonesia. 2

2
Jonaidi, kajian hukum terhadap kedudukan tanah ulayat masyarakat hukum adat minangkabau
di sumatera barat, Lex Et Societatis Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018
2
Sebagai tindak lanjut penegasan alinea keempat, Pasal 18B ayat (2)
menegaskan: Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam undang-undang. Selain itu Pasal 33 ayat (3) UUD 45
menegaskan Bumi, Air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Kemudian ketentuan ini dijabarkan selanjutnya dalam Undang-undang Nomor 5
tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Selanjutnya disebut
UUPA).

METODE PENELITIAN
Penulisan inimenggunakan metode normative yaitu penelitian yang
mengkaji menggunakan data skunder seperti peraturan perundang undangan,
keputusan pengadilan dan penapat paraahli. Penulisan ini juga mengambil dari
beberapa jurnal yang relevan dengan permasalahan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Adat

Hukum banyak sekali seginya dan luas sekali cakupannya karena hukum
mengatur semua bidang kehidupan masyarakat, tidak hanya masyarakat suatu
bangsa tetapi juga masyarakat dunia yang selalu mengalami perkembangan dan
perubahan terus menerus. Perkembangan sejarah kehidupan umat manusia
senantiasa menyebabkan terjadinya perubahan tentang apa yang di maksud dengan
hukum dari masa kemasa, sebelum manusia mengenal Undang-Undang hukum
identik dengan kebiasaan dan tradisi yang menjadi pedoman dalam kehidupan. 3

Hukum dapat didefenisikan dengan memilih satu dari 5 kemungkinan di bawah ini
yaitu : 4

a. Sesuai sifat-sifatnya yang mendasar, logis, relijius, atau pun etis.

b. Menurut sumbernya, yaitu Undang-Undang.

3
Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2008), hlm.12.
4
Riduan Syahrani, Kata-kata kunci mempelajari ilmu hukum, (Bandung: Bandung Alumni2009),
hlm.18.
3
c. Menurut efeknya di dalam kehidupan masyarakat.

d. Menurut metode pernyataan formalnya atau pelaksanaan otoritasnya.

e. Menurut tujuan yang ingin di capainya.

Berikut disebutkan beberapa defenisi hukum menurut para pakar :

a. Ceorg Frenzel yang berpaham sosiologi, “hukum hanya merupakan suatu


rechtgewohnheiten.”

b. Holmes yang berpaham realis, hukum adalah apa yang diramalkan akan
diputuskan oleh pengadilan.

c. Paul Bohannan yang berpaham antropologis, hukum merupakan himpunan


kewajiban yang telah di lembagakan dalam pranata hukum.

d. Emmanuel Kant yang berpaham hukum alam, hukum adalah keseluruhan


kondisi-kondisi terjadi kombinasi antara keinginan pribadi seseorang
dengan keinginan pribadi orang lain sesuai dengan hukum umum tentang
kemerdekaan.

Dengan demikian beberapa rumusan defenisi diatas yang dibuat oleh para
ahli untuk melukiskan apa yang dimaksud dengan hukum. Selain itu masih banyak
lagi defenisi-defenisi hukum yang berbeda beda akan tetapi kalau diperhatikan
defenisi-defenisi atau pengertian-pengertian hukum tersebut, satu hal adalah pasti
bahwa hukum itu berhubungan dengan manusia dalam masyarakat.

B. Pengertian Hukum Adat

Hukum adat merupakan istilah tekhnik ilmiah, yang menunjukkan aturan-


aturan kebiasaan yang berlaku di kalangan masyarakat yang tidak berbentuk
peraturan-perundangan serta dibentuk oleh pemerintahan. Adapun terdapat
beberapa definisi hukum adat yang dikemukakan para ahli hukum, antara lain
sebagai berikut :

a. Van Vollenhoven, yang pertama kali menyebut hukum adat dan


memberikan definisi hukum adat sebagai: “Himpunan peraturan tentang
perilaku yang berlaku bagi orang pribumi dan timur asing pada satu pihak
yang mempunyai sanksi (karena bersifat hukum) dan pada pihak lain
berada dalam keadaan tidak dikodifikasikan (karena adat).

b. Soepomo, merumuskan bahwa “Hukum adat adalah sinonim dari hukum


4
yang tidak tertulis di dalam peraturan legislatif (statuary law), hukum yang
hidup sebagai konvensi di badan-badan hukum Negara (Parlemen, Dewan
Propinsi dan sebagainya), dan hukum yang hidup sebagai peraturan
kebiasaan yang dipertahankan di dalam pergaulan hidup, baik di kota
maupun di desa-desa.

c. Wignyodipuro: Hukum adat adalah suatu kompleks norma-norma yang


bersumber pada perasaan keadilan rakyat yang selalu berkembang serta
meliputi peraturan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari
dalam masyarakat, sebagian besar tidak tertulis, karena mempunyai akibat
hukum (sanksi).

Dengan mengkaji pengertian hukum adat dari berbagai sudut pandang


tersebut diatas, yang menunjukkan apa yang disebut hukum adat, akan menentukan
bagaimana hukum adat dalam perkembangannya, dan hukum adat akan mampu
menyesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan dalam masyarakat yang akan terus
berubah. Oleh karena itu pemahaman pengertian, pendekatan metodologis menjadi
penting sekali untuk dapat melihat, memahami dan mempelajari perkembangan
hukum adat atau hukum adat dalam perkembangannya. Dengan demikian
pengertian hukum adat ialah endapan(renapan) kesusilaan dalam masyarakat,
artinya kaedah-kaedah adat berupa kaedah kesusilaan yang kebenarannya telah
mendapat pengakuan umum dalam masyarakat.5

C. Definisi Hukum Tanah Adat

Seperti yang telah dijelaskan diatas, tanah sangat diperlukan oleh anggota
masyarakat, oleh karena itu diperlukan kaedah-kaedah yang mengatur hubungan
antara manusia dengan tanah. Hukum tanah adalah keseluruhan kaedah hukum yang
tumbuh dari pergaulan hidup antar manusia yang berhubungan dengan pemanfaatan
mengenai masalah tanah. Dalam hukum tanah adat terdapat kaedah-kaedah hukum.
Keseluruhan kaedah hukum yang tumbuh dan berkembang didalam pergaulan hidup
antar sesama manusia adalah sangat berhubungan erat tentang pemanfaatan
sekaligus menghindarkan perselisihan tanah sebaikbaiknya. Hal inilah yang diatur
di dalam hukum tanah adat. Dari ketentuan-ketentuan hukum tanah ini akan timbul
hak dan kewajiban yang berkaitan erat dengan hak-hak yang ada diatas tanah.

5
Nunuk Sulisrudatin, Keberadaan Hukum Tanah Adat Dalam Implementasi Hukum Agraria,
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma Volume 4 No. 2, Maret 2014
5
Menurut Marwan dan Prastowo, hukum adat di Indonesia ada 2 (dua)
macam hak yang timbul atas tanah, antara lain yaitu:

1. Hak persekutuan, yaitu hak yang dimiliki, dikuasai, dimanfaatkan dinikmati,


diusahakan oleh sekelompok manusia yang hidup dalam suatu wilayah
tertentu yang disebut dengan masyarakat hukum (persekutuan hukum).
Lebih lanjut, hak persekutuan ini sering disebut dengan hak ulayat, hak
dipertuan, hak purba, hak komunal, atau beschikingsrecht.

2. Hak Perseorangan, yaitu hak yang dimiliki, dikuasai, dimanfaatkan,


dinikmati, diusahakan oleh seseorang anggota dari persekutuan tertentu.

Dengan dikuasainya tanah oleh persekutuan dan warganya, terjadi hubungan


hukum (hak) antara persekutuan dengan tanah yang kemudian diikuti dengan
munculnya hak perseorangan. Pola-pola hubungan antara persekutuan atau individu
dengan tanah yang dikuasainya disebut hukum tanah adat. Hubungan hukum adalah
hubungan yang bersifat abstrak antara subyek hukum dengan obyek hukum atau
antar subyek hukum yang dapat dipertahankan melalui prosedur hukum, karena
oleh masyarakat disediakan wadah dan prosedur mempertahankannya. Isi hubungan
hukum itu adalah hak dan atau kewajiban.

D. Syarat terpenuhinya Tanah Ulayat atau Tanah Adat

Hukum tanah adat sudah tidak asing lagi bagi kita bangsa Indonesia. Karena
pada hakikatnya hukum tanah adat sudah berkembang di Indonesia sudah lama
sejak jaman dahulu dan masih sering digunakan hingga sekarang ini di beberapa
daerah. Dalam kehidupan manusia bahwa tanah tidak akan terlepas dari segala
tindak Tanduk manusia itu sendiri sebab tanah merupakan tempat bagi manusia
untuk menjalani dan kelanjutan kehidupannya.

Tanah adalah sumber daya material dan sumber terpenting. Dalam teori
kepemilikan tanah Berdasarkan hukum adat adalah tanah merupakan milik komunal
atau persekutuan hukum. Dalam pertanahan sering kita mendengar istilah hak
ulayat dalam pasal 3 UUPA terdapat istilah “hak ulayat dan hak-hak yang serupa
dengan itu” dijelaskan secara lengkap “ Dengan mengingat ketentuan-ketentuan
dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak ulayat dam hak-hak serupa itu dari
masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataanya masih ada,
6
harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan negara,
yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan
undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi”. Dalam Pasal 1
peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 5
Masyarakat Hukum Adat tanah, bahwa tanah ulayat adalah bidang tanah yang di
atasnya terdapat hak ulayat dari suatu masyarakat hukum adat tertentu. Dalam
definisi tersebut dijelaskan bahwa adanya saling keterkaitan antara tanah ulayat
yang didalamnya ada hak ulayat. Dalam menentukan suatu tanah yang dijadikan
dalam kategori dalam hak ulayat.
Menurut Kurnia Warman didalam buku Hukum Agraria Dalam
Masyarakat Majemuk (hlm.40) mengatakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh
hak ulayat dalam pasal 3 UUPA :

1. Sepanjang kenyataanya masyarakat hukum adat itu masih ada :


Mengenai hal ini, sesuai dengan penjelasan pasal 67 ayat (1) UU No. 41 1999
tentang kethutanan “suatu masyarakat hukum adat diakui keberadaanya, jika
menurut kenyataannya memenuhi unsur antara lain:

a) Masyarakatnya masih dalam bentuk penguyuban (rechtsgemeenschap)

b) Ada kelembagaan dalam bentuk perangkat penguasa adatnya

c) Ada wilayah hukum adat yang jelas

d) Ada pranata dan perangkat hukum, khususnya peradilan adat, yang


masih ditaati

e) Masih mengadakan pemungutan hasil hutan di wialayah hutan di


wilayah hutan sekitarnya untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari

2. Negara dan sesuai dengan kepentingan nasional.

3. Tidak bertentangan dengan UU dan peraturan yang lebih tinggi kriteria


dalam menentukan hak ulayat adalah :

a. Unsur masyarakat adat, yaitu terdapatnya sekelompok orang yang masih


terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai bersama suatu persekutuan hukum
tertentu, yang mengakui dan menerapkan ketentuan-ketentuan persekutuan
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

7
b. Unsur wilayah, yaitu terdapatnya tanah ulayat tertentu yang menjadi
lingkungan hidup para warga persekutuan hukum tersebut dan tempatnya
mengambil keperluan hidupnya sehari-hari, dan

c. Unsur hubungan antara masyarakat tersebut dengan wlayah, yatu


terdapatnya tatanan hukum adat mengena kepenguasaan, penguasaan dan
penggunaan tanah. ulayatnya yang masih berlaku dan ditaati oleh para warga
persekutuanhokum.

Hukum tanah adat sudah di undangkan dalam peraturan baru yaitu


Undang-undang pokok agraria aau yang dikenal yang dikenal dengan UUPA.
Dalam pembentukan undang-undang ini hukum adat merupakan sumber utama
dalam perumusan UUPA dikarenakan sebagai sumber mengambil bahan-bahan
yang dibutuhkan untuk pembangun hukum tanah nasional,. Hukum tanah adat
memiliki Kedudukan hukum tanah adat dalam UUPA yaitu bahwa hukum tanah
adat nasional disusun berdasarkan hukum adat tentang tanah, dinyatakan dalam
konsiderans/ berpendapat UUPA. Pernyataan mengenai Hukum adat dalam UUPA
membahas tentang :

1. Penjelasan umum angka III (1)

2. Pasal 5

3. Penjelasan pasal5

4. Penjelasan pasal 6

5. Pasal 56 dan secara tidak langsung juga

dalam

6. Pasal 58

Disini dapat dilihat bahwa semua masalah hukum tanah adat secara praktis
di akomodasi oleh peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pemerintah.
Dan hukum tanah adat sendiri kedudukanya sebagai sumber utama dalam
pengambilan bahan-bahan kemudian dijadikan sebagai materi dalam pembuatan
UUPA.

8
KESIMPULAN
Van Vollenhoven, yang pertama kali menyebut hukum adat dan
memberikan definisi hukum adat sebagai: “Himpunan peraturan tentang perilaku
yang berlaku bagi orang pribumi dan timur asing pada satu pihak yang mempunyai
sanksi (karena bersifat hukum) dan pada pihak lain berada dalam keadaan tidak
dikodifikasikan (karena adat). Hukum tanah adat memiliki Kedudukan hukum
tanah adat dalam UUPA yaitu bahwa hukum tanah adat nasional disusun
berdasarkan hukum adat tentang tanah, dinyatakan dalam konsiderans/ berpendapat
UUPA. Pernyataan mengenai Hukum adat dalam UUPA membahas tentang :

1. Penjelasan umum angka III (1)

2. Pasal 5

3. Penjelasan pasal5

4. Penjelasan pasal 6

5. Pasal 56 dan secara tidak langsung juga

dalam

6. Pasal 58

9
DAFTAR PUSTAKA

Ari Ahyar Gayo, 2021, Rekonstruksi Hak Imunitas Advokat Dalam Mewujudkan
Penegakan Hukum Berbasis Keadilan. Kuningan: Balitbangkumham
Press.
Educa Law Tim, 2017, Strategi Sukses Ujian Profesi Advokat. Jakarta: Visimedia
Pustaka.
Fuady Munir, 2005, Profesi Mulia. Bandung: Citra Aditya Bakti.
https://konspirasikeadilan.id/artikel/obstruction-of-justice1460
Jamil Jumrah, 2022, Etika Profesi Guru. Sumatera Barat: Cv. Azka Pustaka.
Manertiur Meilina Lubis, dkk, 2019, Analisis Hak Imunitas Hukum Profesi
Advokat Dalam Penanganan Kasus Pidana, Binamulia Hukum, Vol. 8 No.
2. Universitas Krisnadwipayana: Binamulia Hukum.
Nurjamal Ecep, 2023, Buku Ajar Pendidikan Profesi Advokat. Tasikmalaya: Edu
Publisher.

Setyo Difia Mayrachelia, dkk, 2022, Karakteristik Perbuatan Advokat yang


Termasuk Tindak Pidana Obstruction of Justice Berdasarkan Ketentuan
Pidana, Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Volume 4, Nomor 1. Jawa
Tengah: Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia.
Yahman,dkk, 2019, Peran Advokat Dalam System Hukum Nasional. Jakarta:
Kencana.

10

Anda mungkin juga menyukai