EMAIL : rhueheru@gmail.com
NO BP : 2010003600038
Universitas Ekasakti
A. PENDAHULUAN
hukum yang lebih dari satu di dalam kehidupan sosial. Kemunculan dan lahirnya
indonesia yang mempunyai perbedaan suku, bahasa, budaya, agama dan ras.
Tetapi secara etimologis bahwa pluralisme memiliki banyak arti, namun pada
terdapat di indonesia memiliki satu cita-cita yang sama yaitu keadilan dan
kemaslahatan bangsa.
Indonesia menganut tiga sistem hukum yakni sistem hukum Adat, sistem
hukum Islam dan hukum Barat, ketiga hukum tersebut saling berkesinambungan
antara satu dengan yang lain mereka saling beriringan menggapai tujuan yang
indonesia telah melekat dan menjadi darah daging bagi masyarakat kita. Dan kita
tidak bisa mengelak bahwa hukum pluralisme tersebut berkembang di indonesia.
memiliki cara berhukumnya sendiri yang sesuai dengan rasa keadilan dan
berada pada indonesia, hukum akan terpakai sendiri dengan keinginan atau
kenyataannya memang demikian, karena apa yang disebut hukum nasional itu
yang disebut negara bangsa yang modern, kebutuhan akan suatu sistem hukum
yang satu dan pasti amatlah terasa. Maka gerakan ke arah unifikasi dan kodifikasi
hukum terlihat marak di sini, seolah menjadi bagian intheren dari proses
A. Pluralisme Hukum
bermacam-macam paham Untuk itu kata ini termasuk kata yang ambigu
hadirnya lebih dari satu aturan hukum dalam sebuah lingkungan sosial.
hukum. Menurut John Griffiths, pluralisme hukum adalah hadirnya lebih dari satu
aturan hukum dalam sebuah lingkungan sosial (Griffiths, 1986:1). Pada dasarnya,
pluralisme hukum melancarkan kritik terhadap apa yang disebut John Griffiths
berlaku seragam untuk semua orang yang berada di wilayah yurisdiksi negara
tersebut. Dengan demikian, hanya ada satu hukum yang diberlakukan dalam suatu
negara, yaitu hukum negara. Hukum hanya dapat dibentuk oleh lembaga negara
yang ditugaskan secara khusus untuk itu. Meskipun ada kaidah-kaidah hukum
lain, sentralisme hukum menempatkan hukum negara berada di atas kaidah hukum
kaidah hukum lain tersebut dianggap memiliki daya ikat yang lebih lemah dan
kritik, di antaranya: (1) pluralisme hukum dinilai tidak memberikan tekanan pada
batasan istilah hukum yang digunakan; (2) pluralisme hukum dianggap kurang
terjadinya sentralisme hukum dan pluralisme hukum. Selain itu, menurut Rikardo
Lagi pula, pluralisme hukum belum bisa menawarkan sebuah konsep jitu
sebagai antitesis hukum negara. Pluralisme hukum hanya dapat dipakai untuk
paksa oleh negara atau pelaku swasta (Simarmata, 2005). Hukum adat
perampasan-perampasan tanah adat. Lagi pula, dalam UUPA ada peluang melalui
keberadaan masyarakat adat oleh negara. Salah satu keberhasilan gerakan ini
kesatuan masyarakat hukum adat hak-hak tradisionalnya dalam Pasal 18B UUD
1945 pada amandemen kedua tahun 2000. Selain itu, kemunculan TAP MPR
tentang masyarakat adat, juga tidak terlepas dari pengaruh pluralisme hukum.
Sejak munculnya aturan ini, hampir semua produk hukum negara yang berkaitan
dengan sumber daya alam memuat aturan mengenai masyarakat adat ini.
syarat utama untuk diakuinya keberadaan masyarakat adat. Selain itu, gerakan ini
otonomi daerah juga semakin memberi angin segar untuk gerakan ini.
Hal ini dianggap sebagai salah satu jawaban terhadap situasi lembaga
penyelesaian sengketa negara (pengadilan) yang bobrok, yang dinilai tidak dapat
a) Hukum Adat
memulai hidupnya dalam aturan hukum adat yang berada di lingkunganya. Maka
hukum adat itu lahir adanya suatu masyarakat yang berada di suatu lingkungan
hidupnya. Bila mulai berlakunya, tidak dapat ditentukan dengan pasti akan tetapi
Hukum adat ialah hukum yang dinamis, berubah sesuai zaman. Walaupun
tidak tertulis di sebuah buku aturan yang jelas, tapi setiap orang yang mengetahui
dan memahaminya akan selalu patuh dibawahnya, karena hukum adat adalah
sesuatu yang sakral dan harus diikuti selama tidak menyimpang dari rasa keadilan.
Adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara, yang
dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan masyarakat hukum adat itu sendiri dan
seorang pemuka adat yang merupakan pemimpin yang sangat disegani dan besar
diakui keberadaannya, terbukti dalam Pasal 18B ayat (2) yang menyatakan :
Dari penjelasan di atas, sudah jelas bahwa hukum adat merupakan bagian tak
b) Hukum Islam
Secara umum hukum Islam merupakan hukum yang bersumber dari agama
Islam yang berdasarkan kepada Al-Quran dan Hadits. Hukum Islam ini baru
dikenal di Indonesia setelah agama Islam disebarkan di tanah air, namun belum
ada kesepakatan para ahli sejarah Indonesia mengenai ketepatan masuknya Islam
ke Indonesia. Ada yang mengatakan pada abad ke-1 hijriah atau abad ke-7
masehi, ada pula yang mengatakan pada abad ke-7 Hijriah atau abad ke-13
penulis adalah perdagangan antara bangsa yang sudah terbentuk adanya suatu
ikatan didalamnya. Maka dari perdagangan antara bangsa itulah, dari sistem
oleh masyarakat Indonesia, maka dalam sistem hukum yang ada di Indonesia pada
saat itu terdapat subsistem hukum Islam. Karena sebagian besar masyarakat
Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau Syari'at Islam lebih
Al-quran dan Al-hadist menjadi dasar hukum bagi umat islam, aturan-
telah terperinci dan telah diatur di dalamnya, Al-quran dan Al-hadist menjadi
c) Hukum Barat
a. Civil Law
Civil law dalam satu pengertian merujuk kesuluruh sistem hukum yang
saat ini diterapkan pada sebagian besar negara eropa barat, amerika latin, negara
negara timur dekat dan sebagian besar wilayah afrika, indonesia dan jepang.
Sisteme diturunkan dari hukum romawi kuno, dan pertama kalinya dietrapkan di
eropa berdassarkan jus civile romawi hukum privat yang dapat diaplikasikan
terhdapat negara dalam konteks domestik. Sistem ini juga disebut jus quirtum,
Pada waktu yang tepat akhirnya hukum ini dikomplikasikan dan kemudian
dikodifikasikan dan banyak pengamat yang sering merujuk pada civil law sebagai
b. Common Law
rakyat Inggris karena didasarkan atas hukum asli rakyat Inggris disebut common
law.
hukum sebagai pijakan, telah melangkah cukup jauh. Salah satunya adalah dengan
tetapi bukan berarti bahwa pluralisme hukum merupakan jawaban atas adanya
hukum juga hampir tidak mengenal batas. Sepanjang aturan tersebut dilahirkan
dan diberlakukan dalam wilayah tertentu, ia sudah dapat dikatakan sebagai
hukum. Tidak begitu penting apakah aturan tersebut dilahirkan dengan proses
Hal ini sebenarnya sudah terjadi ketika sejumlah peraturan daerah (perda)
sejumlah daerah. Lihat saja Qanun di Aceh atau Perda Injil di Manokwari, begitu
Dalam sudut pandang pluralisme hukum, hal semacam itu diakui sebagai
implementasi dari pluralisme hukum. Sekali lagi terlihat di sini bahwa pluralisme
hukum pada dasarnya tidak melihat apakah secara substantif hukum tersebut adil
C. PENUTUP
Kesimpulan
hukum yang lebih dari satu di dalam kehidupan sosial. Kemunculan dan lahirnya
indonesia yang mempunyai perbedaan suku, bahasa, budaya, agama dan ras.
Tetapi secara etimologis bahwa pluralisme memiliki banyak arti, namun pada
perbedaan sebagai kenyataan atau realitas. Dan di dalam tujuan pluralisme hukum
yang terdapat di indonesia memiliki satu cita-cita yang sama yaitu keadilan dan
kemaslahatan bangsa.
Indonesia. Dengan alasan pluralisme hukum, semua produk hukum dapat dipakai
masyarakat yang majemuk, Namun kita belum memiliki konstitusi yang kuat
segi kehidupan masyarakat kita. Kita masih juga masih belum lepas dari bayang-
itu, pluralisme hukum, bagaimanapun juga, tidak relevan dengan kondisi sosial-
politik Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Gokma Toni Parlindungan S, Asas Nebis In Idem Dalam Putusan Hakim Dalam
Perkara Poligami Di Pengadilan Negeri Pasaman Sebagai Ceriminan Ius
Constitutum, Volume 2, Nomor 1, 2020.
Jasmir, Pengembalian Status Hukum Tanah Ulayat Atas Hak Guna Usaha,
Soumatera Law Review, Volume 1, Nomor 1, 2018.