Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER

Nama : RIKI HARTANTO


Bp : 1910003600006
Fakultas : Hukum.
Program Studi : Ilmu Hukum.
Kelas/Lokal : 3H2
Mata Ujian : Hukum Adat.
Hari/tanggal : Senin / 16 November 2020.
Waktu : 90 menit. (Sesuai jadwal kuliah)
Dosen : Drs.H.ARSAL UMMAH AM, SH,MH.

Soal:

1. Hukum adat antar masyarakat hukum adat berbeda-beda, namun dasar dan
sifatnya adalah satu, yaitu “Bhinneka Tunggal Ika” (berbeda-beda daerah/suku-
suku bangsanya, tetapi tetap satu). Pada umumnya bentuk Hukum Adat itu, tidak
tertulis dan tidak dikodifikasi.
a. Saudara kemukakan salah satu Definisi Hukum Adat menurut para ahli
yang saudara ketahui.
b. Jelaskan pula perbedaan antara Adat dan Hukum Adat.

2. Hukum adat sudah ada, jauh sebelum Indonesia merdeka dan sampai saat sekarang
ini Hukum Adat masih tetap berlaku.
a. Dasar berlakunya Hukum Adat, dapat dilihat dari sosiologis, filosofis dan
Yuridis. Saudara jelaskan secara singkat.!!
b. Siapakah yang pertama kali menemukan Hukum Adat?.

3. Hukum Adat di Indonesia pada umumnya menunjukkan corak yang tradisional,


keagamaan (magis religius), kebersamaan (komunal), konkrit dan visual, terbuka
dan sederhana, dinamis, tidak dikodifikasi dan musyawarah mufakat.
a. Sifat hukum adat itu ialah Hukum non statutair (tdk tertulis) dan Dinamis.
Saudara uraikan apa maksud Hukum non statutair (tdk tertulis) dan
Dinamis itu.!!
b. Saudara jelaskan setidaknya 4 (empat) asas hukum adat yang saudara
ketahui.!!

4. Menurut Ter Haar, bahwa bentuk dan susunan persekutuan hukum adat itu, terikat
oleh faktor yang bersifat teritorial dan genealogis, yang terdiri dari Persekutuan
hukum Genealogis, Teritorial dan Genealogis territorial Saudara jelaskan masing-
masing struktur persekutuan masyarakat hukum adat tersebut.
Jawab:

1. A. Van Vollenhoven menjelaskan bahwa hukum adat adalah Keseluruhan


aturan tingkah laku positif yang di satu pihak mempunyai sanksi.

B. Adat dan Hukum adat berbeda meskipun keduanya berhubungan dengan


bentuk kesusilaan serta kebiasaan masyarakat Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari. Letak perbedaan adat dan hukum adat adalah pada ada
tidaknya sanksi 

Adat yang di dalamnya tak mengandung sanksi disebut dengan kebiasaan


normative, yakni kebiasaan yang wujudnya adalah aturan mengenai tingkah
laku yang diterapkan oleh masyarakat. Apabila suatu adat di lengkapi dengan saksi
adat, maka hal tersebut dinamakan dengan hukum adat. 

2. A.
A. Dasar filosofis
Adapun yang dimaksud dasar filosofis dari Hukum Adat adalah sebenarnya nilai-nilai
dan sifat Hukum Adat itu sangat identik dan bahkan sudah terkandung dalam butir-
butir Pancasila. Sebagai contoh, religio magis, gotong royong, musyawarah mufakat
dan keadilan. Dengan demikian Pancasila merupakan kristalisasi dari Hukum Adat.
Dasar Berlakunya Hukum Adat ditinjau dari segi Filosofi Hukum  Adat yang hidup,
tumbuh dan berkembang  di  indonesia sesuai  dengan perkembangan jaman yang
berfiat  luwes,  fleksibel   sesuai  dengan nilai-nilai Pancasila seperti yang tertuang
dalam pembukaan UUD 1945. UUD 1945 hanya menciptakan pokok-pokok pikiran
yang  meliputi  suasana kebatinan  dari UUD RI. Pokok pokok pikiran  tersebut
menjiwai cita-cita hukum  meliputi hukum negara  baik yang tertulis maupun yang
tidak tertulis. Dalam pembukaan UUD 1945   pokok pokok  pikiran yang menjiwai 
perwujudan cicta-cita hukum   dasar negara  adalah  Pancasila. Penegasan   Pancasila
sebagai  sumbertertib  hukum  sangat berarti bagi  hukum adat karena Hukum  Adat
berakar  pada  kebudayaan  rakyat  sehingga  dapat    menjelmakan  perasaan  hukum 
yang  nyata  dan hidup  dikalangan  rakyat  dan mencerminkan kepribadian
masyarakat dan bangsa Indonesia (Wignjodipoero,  l983:14). Dengan demikian hukum
adat  secara  filosofis merupakan  hukum yang berlaku sesuai Pancasila sebagai
pandangan hidup atau falsafah hidup bangsa Indonesia.

B. Dasar sosiologis
Hukum  yang berlaku di suatu negara merupakan  suatu  sistem artinya bahwa hukum
itu merupakan tatanan, merupakan satu kesatuan  yang utuh yang  terdiri dari bagian-
bagian  atau  unsur-unsur yang saling berkaitan satu sama lainnya (Mertokusumo,
l986:100). Dengan  kata lain bahwa sistem hukum adalah suatu kesatuan   yang terdiri
dari  unsur-unsur  yang mempunyai  interaksi satu  sama lainnya dan bekerja bersama
untuk mencapai tujuan.  Keseluruhan   tata hukum nasional yang berlaku di  Indonesia
dapat disebut sebagai sistem hukum nasional. Sistem hukum berkembang  sesuai
dengan perkembangan hukum. Selain itu  sistem  hukum  mempunyai sifat yang
berkesinambungan, kontinyuitas dan  lengkap. 
Dalam  sistem hukum nasional wujud/ bentuk hukum yang  ada  dapat dibedakan
menjadi   hukum tertulis ((hukum yang  tertuang  dalan perundang-undangan)  dan
hukum yang tidak tertulis  (hukum  adat, hukum kebiasaan).
Hukum  yang berlaku di suatu negara dapat dibedakan  menjadi hukum yang benar-
benar berlaku sebagai the living law (hukum yang hidup)  ada hukum yang
diberlakukan tetapi tidak berlaku  sebagai the  living  law. Sebagai contoh Hukum yang
berlaku  dengan  cara diberlakukan adalah hukum tertulis yaitu dengan cara
diundangkan dalam  lembaran negara.  Hukum tertulis dibuat ada  yang  berlaku
sebagai the living law tetapi juga ada yang tidak berlaku sebagai the  living law karena
tidak ditaati/ dilaksanakan  oleh  rakyat.
Hukum  tertulis yang diberlakukan dengan cara  diundangkan  dalamlembaran  negara
kemudian dilaksanakan dan ditaati  oleh  rakyat dapat dikatakan sebagai hukum yang
hidup (the living law.)
Sedangkan hukum tertulis yang walaupun telah diberlakukan  dengan cara
diundangkan dalam lembaran negara tetapi  ditinggalkan  dan tidak dilaksanakan oleh
rakyat  maka tidak dapat dikatakan  sebagai the living law. Salah satu contohnya 
adalah UU nomor 2 tahun 1960 tentang Bagi hasil.
Hukum adat sebagai hukum yang tidak tertulis tidak  memerlukan prosedur/ upaya
seperti hukum tertulis, tetapi dapat  berlaku dalam  arti dilaksanakan oleh masyarakat
dengan sukarela   karena memang itu miliknya. Hukum adat dikatakan sebagai the
living  law karena Hukum adat berlaku di masyarakat, dilaksanakan dan ditaati oleh
rakyat  tanpa  harus melalui  prosedur  pengundangan  dalam lembaran negara. 
Berbagai  istilah untuk menyebut hukum yang  tidak  tertulis sebagai  the living law
yaitu ( People law, Indegenous  law,  unwritten law, common law, customary law dan
sebagainya).

C. Dasar yuridis
Dasar Berlakunya Hukum Adat Ditinjau Secara Yuridis dalam  Berbagai Peraturan
Perundang-undangan Mempelajari segi Yuridis dasar berlakunya Hukum Adat berarti
mempelajari  dasar  hukum  berlakunya  Hukum  Adat  di  Indonesia (Saragih,
l984:15). Berdasarkan fakta sejarah dapat dibagi  dalam dua  periode  yaitu pada
jaman Kolonial (penjajahan  Belanda  dan Jepang) dan jaman Indonesia Merdeka. 

B. Hukum Adat dikemukakan pertama kali oleh Prof. Snouck Hurgrounje seorang Ahli


Sastra Timur dari Belanda (1894).
3. A. *Hukum non statutair (tidak tertulis)

DJojodigoeno : "sumber hukum adat indonesia adalah urgeran² (norma² kehidupan


sehari²) yg langsung timbul sebagai pernyataan kebudayaan orang indonesia asli,
tegasnya sbg pernyataan rasa keadilannya dlm hub. Pamrih (hub. Pamrih = hub.
Antar orang dgn sesamanya guna usaha memenuhi kepentingan, misal : business
relations, zakelijke verhoudingen)."
*Dinamis (tidak statis)
Soepomo : "hukum adat terus menerus dalam keadaan tumbuh dan berkembang
seperti hidup itu sendiri."

B. Asas Hukum Adat

1.Asas Religio Magis (Magisch-Religieus) adalah pembulatan atau perpaduan kata


yang mengandung unsur beberapa sifat atau cara berpikir seperti prelogika,
animisme, pantangan, ilmu gaib dan lain-lain.

2.Asas Komun berarti mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan


diri sendiri. Asas korum merupakan segi atau corak yang khas dari suatu
masyarakat yang masih hidup sangat terpencil atau dalam hidupnya sehari-hari
masih sangat tergantung kepada tanah atau alam pada umumnya.

3. Asas contant atau tunai mengandung pengertian bahwa dengan suatu perbuatan
nyata, suatu perbuatan simbolis atau suatu pengucapan, tindakan hukum yang
dimaksud telah selesai seketika itu juga, dengan serentak bersamaan waktunya
tatkala berbuat atau mengucapkan yang diharuskan oleh Adat.

4.Asas konkrit

Yaitu segala sesuatu yg diinginkan atau ingin dikerjakan, selalu diwujudkan dalam
bentuk benda/diberi tanda yg nyata atau melalui simbolis.

4. Persekutuan Hukum Genealogis

Pada persekutuan hukum (masyarakat hukum) genealogis dasar pengikat utama anggota
kelompok adalah persamaan dalam keturunan, artinya anggota-anggota kelompok itu
terikat karena merasa berasal dari nenek moyang yang sama. Menurut para ahli hukum
adat dimasa Hindia Belanda masyarakat hukum genealogis ini dapatdibedakan dalam tiga
macam yaitu yang bersifat patrinial, matrinial, dan bilateral atauparental.
Dasar dari pada ikatan-ikatan anggota persekutuan hukum territorials (wilayah)[7] ialah
hubungan bersama terhadap suatu daerah yang sama atau tertentu, contoh dari pada
masyarakat territorials ini dalah didesa Jawa, Sunda,Madura dan Bali. Gampong,
(menasah) di Aceh, dusun-dusun didaerah Melayu Bangka Belitung, sebagian dari daerah
gabungan di Sulawesi Selatan, Nagorij di Minahasa dan Ambon.

Persekutuan Hukum Genealogis Territorials

Yaitu gabungan antara persekutuan geneologis dan territorial, misalnya di Sumba, Seram.
Buru, Minangkabau dan Renjang.

Anda mungkin juga menyukai