Anda di halaman 1dari 4

Nama Mhs : M.

Dani
NIM : 20440-007
Mata Kuliah : SEJARAH HUKUM
SKS :2
Program Studi : S2 MAGISTER ILMU HUKUM
Semester : I (satu)
Hari/Tanggal : Sabtu / 30 Januari 2021
Waktu : 15.40 – 17.00 WIB
Dosen : Dr. H.K.N Sofyan Hasan, S.H., M.H.

Pernyataan:
Dinamika dan perkembangan hukum di dunia, termasuk di Indonesia tidak dapat dipisahkan
dari sejarah hukum yang sangat mempengaruhi pola dinamika perkembangan dan pemikiran
serta semangat (hukum) bangsanya. Demikian halnya di Indonesia, sehingga terbentuknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan terutama adanya perlindungan HAM pun
tidak lepas dari peran sejarah hukum tsb, bahkan merupakan bagian integral dari Tata Hukum
itu sendiri, sehingga tujuan dan arti pentingnya sejarah hukum sangat jelas eksistensi dan
kedudukannya.

Pertanyaan :
1. Jelaskan argumen Sdr bahwa dikatakan Sejarah Hukum mempengaruhi pola dinamika
perkembangan pemikiran hukum dan semangat bangsanya?
2. Jelaskan pula arti pentingnya sejarah hukum dalam kaitannya dengan dinamika
perkembangan adanya perlindungan HAM saat ini?
3. Jelaskan keterkaitannya adanya konsep kodifikasi hukum dalam perkembangan sejarah
hukum, bahkan demokrasi di dunia dan khususnya di Indonesia?
4. Jelaskan ketiga Sistem Hukum (Adat, Perdata eks Barat, dn Islam) dapat mengilhami atau
memberikan kontribusi dalam penciptaan hukum bangsa Indonesia?
5. Jelaskan Dasar dari masing-masing ketiga sistem hukum tersebut di atas dapat menjadi
sumber bahan baku bagi pembentukan hukum di Indonesia?

”Selamat Bekerja”
1. Jelaskan argumen Sdr bahwa dikatakan Sejarah Hukum mempengaruhi pola
dinamika perkembangan pemikiran hukum dan semangat bangsanya?

Jawab:
Karena pada galibnya, Sejarah hukum tidak hanya berfokus pada bagaimana ajaran-
ajaran hukum itu terbentuk dan berkembang, namun juga tentang dinamika (perubahan)
sosial dan emosional apa yang ditimbulkan oleh ajaran-ajaran hukum yang terbentuk
tersebut, yang merupakan proyeksi dari pemikiran-pemikiran hukum di masa lalu dan
yang secara alami bertumbuh-kembang bahkan berubah atau mengalami evolusi bahkan
pada kondisi tertentu berevolusi karena tuntutan kondisi sosial, ekonomi bahkan
psikologis sebuah bangsa yang pada kurun waktu tertentu memang menuntut hal
demikian. Bagaimana hukum menyesuaikan diri dan inheren dengan corak pemikiran
hukum yang terbentuk berdasarkan fenomena sosial sesuai jamannya karena ditrigger
oleh situasi kebatinan (semangat) kehidupan sebuah bangsa dari masa ke masa.

Kalimat saya bahwa sistem hukum itu tumbuh dan berkembang, maka yang dimaksud
adalah interrelasi berkesinambungan antara sistem hukum saat ini dengan hukum di masa
lalu (historical point of view). Dan secara tangible (kasat mata) bahwa hukum yang ada
saat ini mengandung anasir atau influence dari yang sebelumnya atau hukum pada masa-
masa lampau. Secara sederhananya bahwa hukum yang ada dan berlaku positif saat ini
dibentuk oleh proses-proses dinamis dan semangat sebuah bangsa dari masa-masa
sebelum.

2. Jelaskan pula arti pentingnya sejarah hukum dalam kaitannya dengan


dinamika perkembangan adanya perlindungan HAM saat ini?

Jawab:
Karena dalam perspektif sejarah hukum, setiap ada abuse the power atau
penyalahgunaan kekuasaan yang berimplikasi terhadap perampasan atau ”pemerkosaan”
hak-hak dasar setiap orang, atau terjadinya pemanipulasian hak-hak antara manusia satu
kepada manusia yang lain atau oleh penguasa kepada rakyatnya, akan selalu muncul
degredasi nilai-nilai kemanusiaan (humaniora). Bahkan kemudian hal ini mentrigger
lahirnya aturan-aturan atau dokumen-dokumen resmi sebagai proteksi dari hak-hak asasi
manusia atau sumber hukum baru yang memberi hak bagi rakyat dan bagi setiap orang
dalam membela dan mempertahankan hak dasarnya. Sebut saja Dokumen Magna Charta
di Inggris tahun 1215 yang memberikan hak-hak bagi rakyat dan sekaligus membatasi
kekuasaan raja.

Contoh lainnya dokumen The Virginia Bill of Rights dan declarations of Independence
yang melahirkan kemerdekaan Amerika Serikat tahun 1776, yang berisi jaminan
kebebasan individu terhadap kekuasaan negara. Begitu pula dokumen Declarations des
Droites L'home et Du Cituyen di Francis tahun 1789 yang berprinsip bahwa manusia
pada hakekatnya adalah shabat bagi sesamanya (homo homini socius) dan karenanya
harus diberikan keleluasaan dan sama kedudukannya dalam hukum (equality before the
law). Dan banyak contoh-contoh dimana Sejarah Hukum menjadi advokasi terhadap
perlindungan HAM saat ini, dan yang paling nyata adalah Declaration of Human Rights
1948 oleh organisasi dunia, PBB.
3. Jelaskan keterkaitannya adanya konsep kodifikasi hukum dalam
perkembangan sejarah hukum, bahkan demokrasi di dunia dan khususnya di Indonesia?

Jawab:
Perkembangan Sejarah Hukum dari negara demokrasi di dunia wabil khusus Indonesia
yang berkaitan dengan konsep kodifikasi hukum dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pengembangan hukum Indonesia yang merupakan negara demokrasi dan bercirikan


pluralisme yang kental, semestinya kodifikasinya bersifat parsial saja, dalam arti bahwa
hanya bidang-bidang hukum yang tidak sensitif saja, seperti Hukum Kontrak, Hukum
Perbankan, dan Hukum Pidana yang dikodifikasi, sedangkan bagian-bagian yang sensitif
dibiarkan tumbuh sendiri dulu, sampai kelak menjadi yurisprudensi atau dijadikan
undang-undang.

Ketika berbicara tentang kodifikasi di negara demokrasi yang bercirikan pluralistik,


hukum yang berlaku secara nasional untuk hukum-hukum yang bersifat sensitif yang
mengarah kepada pelaksanaan hukum kebiasaan akan sangat sulit, karena masing-masing
daerah memiliki adat istiadat yang berbeda. Contohnya Undang-Undang tentang
Pornografi yang banyak mendapat penolakan dari masyarakat di daerah yang
menganggap jika UU tersebut dilaksanakan akan mempengaruhi esensi pelaksanaan
kegiatan adat di daerah mereka.

Sejarah Hukum ketika masa kolonialisme Belanda juga mengalami kesulitan untuk
memberlakukan hukum Perdata secara holistik sehingga terjadi tiga pembagian golongan
masyarakat dimana bagi golongan pribumi masih menggunakan hukum adat.
Kemajemukan masyarakat Indonesia menyebabkan timbulnya pluralisme hukum juga
dalam pelaksanaan hukum-hukum tertentu terutama hukum keperdataannya.

Selain itu, kodifikasi hukum juga diperlukan untuk beberapa hukum yang dapat
dilakukan kodifikasi. Kodifikasi adalah membukukan hukum sejenis, secara lengkap,
sistematis menjadi satu dalam satu kitab Undang-Undang, hal itu misalnya : Hukum
Pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Hukum Perdata dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, Hukum Dagang dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang.

4. Jelaskan ketiga Sistem Hukum (Adat, Perdata eks Barat, dan Islam) dapat mengilhami
atau memberikan kontribusi dalam penciptaan hukum bangsa Indonesia?

Jawab:

Sistem hukum (adat, Perdata, dan Islam) dapat mengilhami atau memberikan kontribusi
dalam penciptaan hukum suatu bangsa, ketika sistem hukum itu mengakomodir fakta-
fakta dan fenomena (gejala) sosial yang hidup di tengah masyarakatnya. Di Indonesia
yang pluralistik sistem hukum yang dipakai harus benar-benar mampu memproyeksi
kepluralan tersebut sehingga rasa keadilan (gerechtekeit), kemanfaat (doelmatigheid) dan
kepastian hukum (rechtszekerheid) bisa terefleksi dari setiap aturan yang dibuat institusi
yang berwenang. Dengan demikian legal obedience (kepatuhan hukum) bisa terwujud
sehingga efektifitas hukum benar-benar bisa diejawantahkan dalam proses peradilan di
Indonesia. Tentu ini akan memicu dan mengilhami setiap pakar dan ahli hukum untuk
mencari dan terus mencari legal phenomenon yang menjadi barometer hukum yang
bermoral, berkeadilan, bermanfaat dan menjamin kepastian hukum.

5. Jelaskan dasar dari masing-masing ketiga sistem hukum tersebut di atas dapat menjadi
sumber bahan baku bagi pembentukan hukum di Indonesia?

Jawab
Sistem Hukum Perdata Barat bertumpu pada filosofi nilai-nilai positivisme hukum
Barat yang pada prinsipnya tidak begitu sejalan (koheren) dengan nilai-nilai luhur yang
tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat dan bangsa Indonesia, sehingga
ada jurang (gap) antara Sistem Hukum Barat ini dan rakyat Indonesia bila dipakai
secara bulat-bulat di negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sementara Sistem Hukum Adat yang ada di Indonesia bersumberkan pada nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat adat tertentu yang wilayahnya tersebar tak kurang dari
350 wilayah adat di Indonesia, dan hanya dapat dianut oleh masyarakat lokal dan
diamalkan oleh komunitas adat setempat, dan secara by default tentu tidak dapat
diverifikasi dan divalidasi sebagai hukum nasional, dan terakhir Sistem Hukum Islam
sebagai Sistem Hukum yang bersumberkan pada sifat-sifat Allah sebagai "Asmaul
Husna" dan diimplementasikan atau diyakini oleh mayoritas masyarakat Indonesia dan
mendapatkan toleransi yang lumayan terukur dari kelompok-kelompok minoritas di
Indonesia, oleh karena itu sistem hukum Islam masih ada ruang (kendati tidak mutlak
harus) untuk dijadikan suatu sistem hukum nasional yang dianggap paling mendekati
kepribadian bangsa Indonesia dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan falsafah
Pancasila, walaupun tidak secara total dan tanpa filterisasi, karena kulturasi islam juga
harus mendapatkan perimbangan yang proporsional.

Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai