ASAL MULA NEGARA PADA ZAMAN YUNANI KUNO, ZAMAN ROMAWI KUNO
DAN ZAMAN ABAD PERTENGAHAN
NIM : 2004551038
Kelas : A
FAKULTAS HUKUM
2020
UNIVERSITAS UDAYANA
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
DAFTAR ISI ii
BAB 1. PENDAHULUAN 3
3.1 Kesimpulan 13
DAFTAR PUSTAKA 14
BAB 1
PENDAHULUAN
Ilmu Negara merupakan ilmu yang mempelajari Negara dalam sifat-sifatnya yang
abstrak, umum, dan universal. Kata Negara (state, staat, etat / statuum) mempunyai dua arti.
Pertama, negara adalah masyarakat atau wilayah yg merupakan satu kesatuan politis. Kedua,
negara adalah lembaga pusat yang menjamin kesatuan politis itu, yang menata dan dengan
demikian menguasai wilayah itu. Ahli hukum kenegaraan memberikan pengertian negara dari
gatra yang berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh situasi lingkungan dimana yang
bersangkutan hidup, agama, ide, politik, dan cita-cita yang merupakan faktor dominan jika
seseorang akan memberikan makna tentang apa sebenarnya yang dinamankan negara.
Istilah negara dalam perkembangannya sudah digunakan sejak zaman dahulu. Periodisasi
zaman perkembangannya dapat dilakukan menurut rentang waktu, yaitu Zaman Kuno/Klasik,
Zaman Tengah, Zaman Modern dan Zaman Kontemporer. Selanjutnya istilah negara telah
dikenal di berbagai belahan dunia. Di Cina sudah dikenal adanya negara dengan birokrasi
yang terlatih dalam ribuan tahun lalu. Sementara itu di Eropa, dalam mana dipersepsikan
sebagai lahirnya negara modern timbul sekitar empat atau lima ratus sejak konsolidasi
kerajaan-kerajaan Prancis, Spanyol dan Swedia. Di Indonesia perkataan negara telah dikenal
sejak zaman purbakala. Dalam Bahasa Jawa Kuno kata negara sama artinya dengan kerajaan,
keraton, atau juga rakyat. Di negara-negara barat pun pada mulanya, bahkan hingga sekarang
masih ada kesan bahwa Negara disamakan artinya dengan kerajaan.
Istilah “negara”menurut asal usul katanya berasal dari Bahasa Sansekerta. “nagari”
atau “negara” yang berarti kota, yang sudah dipergunakan sejak abad V. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan adanya penamaan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat, dan juga
pemakaian istilah negara sebagai penamaan kitab Majapahit yang sangat termasyur
“Negara Kertagama” yang ditulis Mpu Prapanca. Sejak kata “negara” diterima sebagai
pengertian yang menunjukkan organisasi bangsa yang bersifat territorial dan mempunyai
kekuasaan tertinggi, yang perlu ada untuk menyelenggarakan kepentingan bersama dan
mencapai tujuan bersama. Pengertian negara dapat dibedakan menjadi dua yaitu dalam arti
formal dan material. Dalam arti formal, pengertian negara adalah suatu organisasi
kekuasaan dengan suatu pemerintahan pusat. Dalam arti material, pengertian negara adalah
suatu masyarakat atau negara sebagai persekutuan hidup. Perihal asal mula negara secara
substansial sesungguhnya membahas teori-teori mengenai bagaimana timbulnya negara
atau bagaimana terjadinya negara. Dalam memetakan teori-teori terbentuknya negara,
maka sistematika periodesasi kesejarahan dari masa ke masa menjadi pilihan yang bijak
untuk mendeskripsikan pemikiran-pemikiran mengenai terbentuknya negara.
1.2 Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui teori-teori asal usul negara.
2. Agar mahasiswa dapat memahami pengertian, hakikat, unsur-unsur, sifat negara,
tujuan negara dan fungsi negara.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat memaparkan teori-teori yang berkaitan terhadap pembentukan suatu
Negara.
2. Memberikan penjelasan tentang pengertian, hakikat, unsur-unsur, sifat negara, tujuan
negara dan fungsi negara.
BAB 2
PEMBAHASAN
Bangsa Yunani Kuno pada abad V sebelum masehi mulai mengadakan pemikiran
tentang Negara dan Hukum, yang menyatakan dengan adanya kebebasan berpikir dan
mengeluarkan pendapat. Tokohnya adalah Socrates, Plato, Aristoteles, Epicurus, dan Zeno.
b. Plato : Pencetus ajaran idealisme. Plato menyatakan negara terbentuk karena adanya
kebutuhan dan keinginan manusia yang beraneka macam, hal ini yang menyebabkan
mereka harus bekerja-sama untuk memenuhi kebutuhan mereka. Karena setiap orang
tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain, oleh karena itu,
setiap orang mempunyai tugas mereka sendiri dan bekerja sama untuk memenuhi
kepentingan mereka bersama. Dengan inilah mereka kemudian dinamakan negara.
c. Aristoteles : Pencetus ajaran realisme. Menurutnya, negara terjadi karena adanya
penggabungan keluarga-keluarga menjadi suatu kelompok yang lebih besar,
kelompok itu bergabung lagi hingga menjadi desa. Dan desa ini bergabung lagi,
demikian seterusnya hingga timbul negara, yang sifatnya masih merupakan kota atau
polis. Desa yang sesuai kodratnya adalah desa yang bersifat genealogis, yaitu desa
yang berdasarkan keturunan.
d. Epicurus : Pencetus ajaran individualisme. Menurut Epicurus Negara merupakan hasil
daripada perbuatan manusia, yang diciptakan untuk menyelenggarakan kepentingan
anggota-anggotanya. Masyarakat tidak merupakan realita dan tidak mempunyai dasar
kehidupan sendiri. Manusialah sebagai individu, dan sebagai anggota masyarakat,
yang mempunyai dasar-dasar kehidupan yang mandiri, dan yang merupakan realita.
Jadi menurut Epicurus yang hidup ini adalah individunya yang merupakan keutuhan
itu adalah individunya sedangkan negara adalah buatan daripada individu-individu
tersebut, jadi sama dengan benda mati, dan merupakan suatu mekanisme.
e. Zeno : Pencetus ajaran universalisme. Menurutnya, keinginan umat manusia secara
kejiwaan yang tidak membeda-bedakan manusia sehingga terbentuklah kerajaan dunia
yang di dalamnya setiap orang mempunyai kedudukan yang sama sebagai warga
dunia. Universalismenya itu tidak hanya meliput bangsa Yunani saja, seperti diajarkan
dalam filsafatnya Aristoteles, tetapi meliputi seluruh manusia dan bersifat kejiwaan,
seluruh kemanusiaa, oleh karena itu lenyaplah perbedaan antara orang Yunani dengan
orang biadab, antara orang yang merdeka dengan budak, dan kemudian timbulah
moral yang memungkinkan terbentuknya kerajaan dunia. Hukum yang berlaku adalah
hukum alam, hukum ini sifatnya adalah abadi dan tidak berubah-ubah. Karena akibat
daripada keadaan yang mendahului, maka praktis ajaran kaum Stoa ini bersifat dua
hal, yaitu di satu pihak menggambarkan manusia yang merasa kosong di dalam
masyarakat. Kaum Stoa dengan ajarannya yang bersifat universal, dan dengan
demikian praktis mematikan alam pikiran demokrasi nasional seperti yang telah
diajarkan oleh Aristoteles. Maka dengan demikian sampailah kita pada jaman
Romawi.
Pada zaman Romawi Kuno, ilmu pengetahuan tentang kenegaraan tidak dapat
berkembang sehingga pengetahuan yang didapatkan dari zaman ini sedikit. Pada zaman
Romawi Kuno pemerintahan adalah monarki atau kerajaan yang didampingi oleh badan
perwakilan. Pada umumnya teori-teori kenegaraan pada zaman Romawi Kuno tidak
menunjukan buah pikiran yang asli, bahkan dapat dikatakan bahwa pada zaman ini hanya
melanjutkan ajaran-ajaran dari pemikiran klasik dari zaman Yunani Kuno. Tokohnya antara
lain Polybius, Cicero, dan Seneca.
c. Marsilius Van Padua : Menurutnya, negara adalah suatu badan atau organisasi yang
mempunyai dasar-dasar hidup dan mempunyai tujuan tertinggi, yaitu untuk
menyelenggarakan dan mempertahankan perdamaian. Terbentuknya negara itu tidak
semata-mata karena kehendak atau kodrat Tuhan, melainkan negara terjadi karena
perjanjian dari orang-orang yang hidup bersama untuk menyelenggarakan perdamaian
dan yang menggerakkan masyarakat untuk melakukan perjanjian adalah ilham dari
Tuhan.
d. Dente Alighieri : Dalam bukunya, Dante memimpikan suatu kerajaan dunia yang
melawan kerajaan Paus. Kerajaan dunia tersebut yang akan menyelenggarakan
perdamaian dunia. Tujuan negara menurut Dante adalah untuk menyelenggarakan
perdamaian dunia dengan cara memberlakukan undang-undang yang sama bagi
semua umat. Negara adalah sebuah gagasan yang menginginkan agar sebuah negara
yang dibentuk negara untuk kepentingan dunia sebagai penyelenggaraan perdamaian
umum.
2.4 Zaman Renaissance
Zaman Renaissance atau Abad Pembaharuan adalah kurun
waktu dalam sejarah Eropa dari abad ke-14 sampai abad ke-17, yang merupakan
zaman peralihan dari Abad Pertengahan ke Zaman Modern. Pandangan-pandangan
tradisional lebih menyoroti aspek-aspek Awal Zaman Modern dari Renaisans
sehingga menganggapnya terputus dari zaman sebelumnya, tetapi banyak sejarawan
masa kini lebih menyoroti aspek-aspek Abad Pertengahan dari Renaisans sehingga
menganggapnya sinambung dengan Abad Pertengahan. Tokohnya antara lain Niccolo
Machiavelli, Thomas Morus, Jean Bodin, dan beberapa orang dari aliran
Monarchomachen.
c. Jean Bodin : Menurut Bodin mengatakan bahwa negara dibentuk haruslah absolute
secara hukum (kekuasaan absolute yang berdasarkan hukum), karena negara adalah
pemegang kekuasaan tertinggi terhadap para warga negara. Dengan kekuasaan
negara yang kuat warga negara akan merasa aman dan tertib.
Tokoh-tokohnya antara lain F.Oppenheimer, Karl Marx, Harold J.Laski, dan Leon
Duguit.
a. F.Oppenheimer : berpendapat bahwa negara itu merupkan suatu alat dari golongan
yang kuat untuk melaksanakan suatu tertib masyarakat kepada golongan yang lemah
dengan tujuan penghisapan ekonomis terhadap golongan yang lemah tersebut.
b. Karl Marx : negara itu adalah penjelmaan dari pertentangan kekuatan ekonomi.
Negara hanya dipergunakan sebagai alat dari mereka yang kuat untuk menindas
golongan-golongan yang lemah ekonominya. Golongan yang kuat adalah mereka
yang memiliki alat-alat produksi negara.
c. Harold J.Laski : menyatakan bahwa negara itu merupakan alat pemaksa untuk
melaksanakan dan melangsungkan suatu jenis sistem produksi yang stabil untuk
menguntungkan golongan yang kuat dan berkuasa.
d. Leon Duguit : menurutnya kebenaran bersifat mutlak dan orang-orang yang paling
kuat selalu memaksakan kemauannya kepada orang yang lemah. Orang-orang yang
paling kuat itu mendapatkan kekuasaan dan memerintah disebabkan oleh beberapa
faktor, yakni memiliki keunggulan fisik, keunggulan ekonomi, keunggulan
kecerdasan, keunggulan agama dan lain sebagainya. Keunggulan- keunggulan inilah
yang menjadi kekuatan, sehingga disebut “teori kekuatan.
a. Hans Kelsen : Ilmu negara itu harus menarik diri atau melepaskan pemikirannya
secara prinsipil dari percobaan-percobaan untuk menerangkan negara serta bentuk-
bentuknya secara kausal atau sebab-musababnya yang bersifat abstrak. Untuk
kemudian mengalihkan pemikirannya secara yuridis murni. Negara sebenaranya
adalah merupakan suatu tertib hukum. Tertib hukum mana timbul karena
diciptakannya peraturan-peraturan hukum yang menentukan bagaimana orang-orang
di dalam masyarakat atau negara itu harus bertanggung jawab terhadap perbuatan-
perbuatannya. Peraturan-peraturan hukum tadi sifatnya mengikat.
2.8 Teori Modern
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulakan bahwa perkembangan istilah negara sudah
ada sejak jaman dahulu dari jaman sebelum masehi hingga zaman modern. Dalam Bahasa
Jawa Kuno kata negara sama artinya dengan kerajaan, keraton, atau juga rakyat. Pengertian
negara dapat dibedakan menjadi dua yaitu dalam arti formal dan material. Demikian pula
tentang apa itu negara dan definisi negara dan perbedaan pemikiran dari para sarjana tentang
arti negara dan teori-teori asal mula negara. Hal tersebut disebabkan karena adanya
perbedaan sudut pandang, lingkungan dimana mereka hidup serta perbedaan situasi, jaman
dan keadaan dimana mereka hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Negara merupakan organisasi pokok dari kekuasaan politik. Negara adalah agency
dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan manusia dalam
masyarakat dan menertibkan gejala- gejala kekuasaan dalam masyarakat. Plato menyatakan
tentang hakekat negara bahwa luas negara itu harus diukur atau disesuaikan dengan dapat
atau tidaknya, mampu atau tidaknya negara memelihara kesatuan di dalam negara itu, oleh
karena itu negara pada hakekatnya merupakan suatu keluarga yang besar.
Negara memiliki sifat khusus yang merupakan wujud dari kedaulatan yang
dimilikinya dan terdapat pada asosiasi atau organisasi lainnya.
a. Sifat Memaksa : negara memiliki sifat yang memaksa, dalam artian negara
memiliki kekuasaan untuk mengatur seluruh aspek secara mengikat.
b. Sifat Monopoli : negara mempunyai monopoli dalam menetap tujuan bersama dari
masyarakat. Negara dapat melarang alirasan politik atau kepercayaan yang
dianggap bertentangan dengan tujuan masyarakat, dan memperluas.
c. Sifat Mencakup Semua : Semua harus menaati peraturan perundang-undangan
yang telah berlaku
Hakikat negara berbeda-beda karena pengaruh aliran filsafat yang dianut oleh sarjana
Ilmu Negara serta keadaan pemerintahan yang dialaminya. Ada 6 teori tentang hakikat negara
yakni :
a. Teori Sosiologis : memandang negara sebagai suatu institusi sosial yang tumbuh
dalam masyarakat karena diperlukan untuk mengurus, mengatur dan
menyelenggarakan kepentingan masyarakat.
b. Teori Organis : negara dipandang sebagai suatu organisasi yang hidup dan
mempunyai kehidupan sendiri yang dalam berbagai hal menunjukkan persamaan
dengan organisme manusia, bahkan mempunyai kehendak sebagai manusia,
dipengaruhi oleh teori evolusi kehidupan mulai dari lahir, kemudian bertumbuh
menjadi muda, tua dan akhirnya mati.
c. Teori Ikatan Golongan : hakikat negara dipandang sebagai ikatan atau gabungan
kelompok masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.
d. Teori Hukum Murni : negara dipandang sebagai suatu sistem hukum semata-mata,
dimana ketertiban negara adalah merupakan ketertiban hukum.
e. Teori Dua Sisi atau Dua Segi : dalam teori ini negara dipandang dari 2 segi yaitu :
1. Sociale factum : negara sebagai suatu kenyataan sosial yang ada dalam
masyarakat. Negara dilihat sebagai institusi dalam masyarakat
2. Rechtliche Institution : negara sebagai lembaga hukum dimana nampak
sebagai suatu struktur organisasi yang terdiri dari lembaga-lembaga negara.
f. Teori Modern : ada beberapa sarjana yang dikelompokkan sebagai penganut paham
modern mengenai hakikat negara, sebagai berikut :
1. Kranenburg : negara pada hakikatnya sebagai organisasi yang diciptakan oleh
sekelompok manusia disebut bangsa. Dengan demikian yang utama adalah
sekelompok negara. Sedangkan yang sekunder adalah negara
2. J.H. Logemann : negara pada hakikatnya adalah organisasi kekuasaan yang
meliputi atau menyatukan kelompok manusia yang disebut bangsa. Dengan
demikian maka yang primer adalah negara, sedangkan bangsa sekunder.
3. Harold J. Laski : hakikat negara adalah suatu persekutuan manusia yang
mengikuti cara hidup tertentu, jika perlu dengan sistem paksaan.
4. Miriam Budiarjo : negara mempunyai sifat memaksa, memonopoli dan
mencakup semua.
Dalam zaman modern, hakikat negara ditinjau secara sosiologis dan yuridis. Berikut
merupakan hakikat negara yang ditinjau secara yuridis :
1. Sifat hakikat negara dari segi hukum kepemilikan dalam hukum perdata,
seperti yang dijadikan landasan dalam teori-teori feudal.
2. Sifat hakikat negara sebagai suatu perjanjian timbal balik antara dua pihak.
3. Sifat hakikat negara sebagai suatu penjelmaan tata hukum nasional dari ide
bernegara.
TEORI TUJUAN NEGARA
Setiap negara mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Apa yang menjadi tujuan negara
merupakan hal yang penting, karena akan menjadi pedoman bagaimana negara disusun dan
dikendalikan, dan bagaimana rakyatnya diatur sesuai dengan tujuan tersebut. Teori tujuan
negara pada umumnya digolongkan menjadi 2 yaitu :
FUNGSI NEGARA
1. John Locke membagi fungsi negara atas 3, yaitu legislatif sebagai fungsi yang
membuat peraturan, eksekutif sebagai fungsi melaksanakan peraturan dan federatif
sebagai fungsi mengurusi urusan luar negeri dan urusan perang dan damai.
2. Montesque membagi fungsi negara atas 3 yang dikenal dengan teori “Trias Politika”,
yaitu legislatif yakni fungsi membuat peraturan, eksekutif yaitu fungsi melaksanakan
peraturan, dan yudikatif sebagai fungsi mengadili.
3. Van Vollen Hoven dengan teorinya “Catur Praja” menyatakan fungsi negara sebagai
regeling yang membuat peraturan, bestuur yaitu pemerintah, rechtspraak yaitu
mengadili, dan politie yaitu fungsi ketertiban dan keamanan.
4. Goodnow dengan teorinya yaitu “Dwipraja” (dichotomy) fungsi negara ada 2 yaitu
policy making adalah fungsi pembentukan kebijaksanaan negara pada waktu tertentu
untuk seluruh masyarakat dan policy eksexuting adalah fungsi melaksanakan
kebijaksanaan yang dibentuk melalui fungsi policy making.
5. Moh. Koesnadi mengemukakan fungsi negara terdiri dari fungsi melaksanakan
penertiban dan fungsi menghendaki kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
Selain teori fungsi negara yang dikemukakan oleh sarjana diatas, terdapat pula fungsi
lain tentang fungsi negara seperti :
1. Anarkisme-Nihilisme
2. Individualisme-Liberalisme
3. Sosialisme-Komunisme
4. Sindikalisme
5. Guild Sosialisme
6. Facisisme-Naziisme
7. Kollektifisme Empiris
CIRI NEGARA
1. Miriam Budiardjo
a. Negara Bersifat Memaksa artinya bahwa negara memiliki kekuasaan fisik sifatnya
legal. Alat untuk itu adalah seperti tentara, polisi, dan alat hukum lainnya. Dengan
adanya sifat yang memasak, maka semua peraturan perundang-undangan yang
berlaku diharapkan akan ditaati sehingga keamanan dan ketertiban negara pun
tercapai.
b. Negara Bersifat Monopoli artinya negara menetapkan tujuan bersama masyarakat,
yaitu dengan menentukan mana yang boleh/baik dan juga mana yang tidak
boleh/tidak baik karena akan dianggap bertentangan dengan tujuan suatu negara dan
masyarakat.
c. Negara Bersifat Mencakup Semua - Negara bersifat mencakup semua artinya segala
peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah untuk semua orang tanpa kecuali.
2. Victor Situmorang
a. Coercive instrument (alat yang memaksa) : artinya tidak boleh ada organisasi atau
manusia yang bertentangan dengan peraturan atau undang-undang negara. siapapun
baik organisasi atau manusia yang bertentang dengan peraturan atau undang-undang
dapat dijatuhi sanksi.
b. Zwang ordenung (tata tertib memaksa) : meliputi peraturan perundang-undangan yang
mengikat dan memaksa.
c. Top organisasi : artinya dibandingkan dengan organisasi lainnya, negara dipandang
paling tinggi dan lebih baik bentuk atau kekuasaannya, tujuan organisasinya, UUD
nya, maupun jumlah anggotanya.
d. Physieke geweld (paksaan bersifat fisik) : artinya negara dapat memaksakan suatu
tindakan lahir yang tampak oleh mata terhadap warganya.
e. Exorbitante rechten (hak-hak luar biasa) : artinya negara mempunyai hak yang lebih
banyak dan luar biasa.