Anda di halaman 1dari 16

“TUGAS ILMU NEGARA”

Meringkas tentang 1.Teori-teori timbul tenggelamnya negara 2. teori-teori


tujuan negara 3. teori-teori pembenaran negara 4. teori-teori kekuasaan negara.

Disusun oleh :

SEVI AJIANA ( 119010254 )

KELAS / SEMESTER : H / 2

Dosen pegajar :

Bpk. IWAN G.GUMILANG,SH.,M.Hum.


1. TEORI-TEORI TIMBUL TENGGELAMNYA
NEGARA
A. Teori-teori pada jaman yunani kuno. Antara lain:
a.       Socrates
b.      Plato
c.       Aristoteles
d.      Epicurus
e.       Zeno
1. Socrates
      Menurutnya Negara bukanlah semata mata merupakan suatu keharusan
yang bersifat objektif yang mulanya ber pangkal pada pekerti manusia. Sedang
tugas Negara ialah menciptakan hukum yg hanya dilakukan oleh para
pemimpin dn penguasa yang dipilih oleh rakyat dan disinilah timbul pemikiran
demokratis Socrates, ia selalu menentang apa yang bertentangan dengan
ajarannya seperti undang undang.
2. Plato
beraliran filsafatnya yaitu idealisme, hakekat kebenaran itu berada dalam ide
manusia, palto mengatakan tujuan Negara sebenarnya ialah untuk mengetahui
untuk mencapai atau mengenal idea yang sesungguhnya, sedangkan idea
hanya dimiliki oleh ahli ahli filsafat makadari iu Negara harus dipegang oleh
ahli filsafat.
      Menurut plato Negara itu timbul atau ada itu kare kebutuhan dan keinginan
manusia yang beraneka macam yang mengharuskan mereka bekerja sama,
untuk memenuhi kebutuhanmereka. Dan keastuan mereka inilah yang disebut
masyarakat dan Negara. tentang hakekat Negara plato mengatakan pula
bahwa luas Negara itu harus diukur dapat atau tidaknya, mampu atau tidaknya
memelihara kesatuan dalam Negara itu.
      Mengenai bentuk Negara plato mengatakan sebetulnya Negara itu pertama
tama harus mengemukakan soal yang bersifat kesusilaan,keadilan agar
mencapai kebahagiaan. Menurut plato ada 5 macam bentuk Negara yang
sesuai dengan sifat jiwa manusia, puncaknya ialah aristokrasi ialah suatu
bentuk dimana pemrintahannya dipeang oleh cerdik pandai dan yang dalam
menjalannkannya itu berpedoman pada keadilan. Dalam aristokrassi tidak lagi
menjalankan untuk kepentinganumum, dan tidak berpedoman pada keadilan
maka terjadi perubahan menjadi timokrasi, dalam timokrasi penguasa hanya
mementingkan urusan kepentingan penguasa saja. Dan timbul undang undang
yang pemerintahannya dipegang oleh bangsawan, dengan sifat sifat ini maka
terjadi pula perubahan yaitu menjadi oligarki.
      Oligarki oligarki ini murni dipegang oleh kaum bangsawan dan
menimbulkan suatu pemberontakan masyarakat, dan setelah pemerintahan
pindah ketangan rakyat maka tentunya yang diperhatikan  adlah kepntingan
rakyat secara umum, dan inilah yang dinamakan demokrasi, prinsip yang
diutamakan dalam oligarki ini ialah kebebasan dan kemerdekaan.
3.  ARISTOTELES
      Aristoteles adalah murid terbesar plato, ia hidup pada tahun 348-322
SM  meskipun aristoteles murid besar plaot tp disini mereka mempunyai
perbedaan yang sangat besar.  Perbedaan ini timbul akibat perbedan hidup
pada waktu hidupnya, perbedaan ini antara lain , plato didalam ajarannya
masih mencampur adukan semua objek penyelidikannya, sedangkan
aristoteles sudah memisahkannya. Yaitu tentang keadilan ditulis dalam
bukunya ethica, dan tentang Negara dalam bukunya politika, sebetulnya
didalam bukunya itu sangat berbeda, tetapi aristoteles dimaksudkan sebagai
rangkaian. Yaitu ethica sebagai pengantar bagi politika.
Dalam buku politica aristoteles  mengatakan bahwa Negara itu merupakan
suatu persekuatuan yang mempunya tujuan tertentu. Dan menurutnya Negara
terjadi karena penggabungan keluarga keluarga menjadi satu kelompok yang
lebih besar, kelompok itu bergabung lagi hingga menjadi desa, dan desa
bergabung lagi dan seterusnya hingga timbul Negara. dengan demikian
menurut aristoteles adanya Negara itu sudah menurut kodratnya.
4. epicurus
      Epicurus hidup tahun 342-271 SM pada zaman ini eoicurus telah
menciptakan aliran baru dalam dunian filsafat ajarannya tentang Negara dan
hukum brtdasarkan atas keaadaan yang telah berubah karna keadaan Negara
telah terpecah belah, dengan ini berlainan dengan aristoteles yakni orang
bersikap acuh tak acuh. Ajarannya bersipat individualistis jadi epicurus adalah
pencipta dari individualism. Di dalam ajaran invidunya itu sendiri sebagai
bagian anggota masyarakat dan Negara hanya memenihi kepantingan individu
itu
      Negara menurut epicurus adalah hasil dari pada perbuatan manusia untuk
menyalenggarakan kepentingan anggotanya jadi yang hidup itu adalah
individunya sedangkan Negara dan masyarakat adalha butan dari individunya,
tujuan negar menurut epicurus manyalenggarakan ketertiban dan keamaan
termasuk kepentingan perseorangan.
5. zeno
      Ajaran filsafat zeno adalah berlawanan dengan epicurus, epicurus berpokok
pangkal pada manusia dn pandangan hidup indivualistis kalau zeno bersipat
universalistis. Dari ajarannya itu lenyaplah perbedaan antara orang yunani
dengan orang biadap, antara orang dengan budak maka disini terbentuk
kerajaan dunia diman orang mempunyai kedudukan yang sama sebagi warga
dunia. Hukum yang berlaku adalah hukum alam yang abadi dan tidak berubah.

B.     Sedang dari jaman romawi kuno antara lain :


Pada zaman romawi ini ilmu pengetahuan terutama ilmu kenegaraan tidak
dapat berkembang sehingga sedikit pengetahuan yang didapatkan dari zaman
ini.
Perbadaan antara yunani dan romawi :
Zaman romawi ilmu pengetahuan tidak berkembang, hal ini di sebabkan
karena bangsa yang lebih menitik beratkan soal praktis daripada berpikir
teoritis. Sedangkan yunani orang yang suka berpikir ditandai denga ahli-ahli
pilsafatnya.
Pada zaman romawi pemerintahan adalah monarki atau kerajaan yang
didampingi oleh badan perwakilan dan disini pertama terlihat benih demokrasi
, jadi dengan demikian romawi mengalami perubahan dari kerajaan menjadi
demokrasi, tetapi jika sedang mangalami peperangan atau keadaan bahaya
negra dipusatkan pada satu orang yang dinamakan dictator, kekuasaannya
besar dan mutlak. Tapi setelah keadaan normal kembali pemerintahannya
kembali pada system demokrasi.
      Prisip atau azaz yang diciptakan oleh bangsa romawi sehingga membentuk
imperium ialah suatu system atau cara yang dengan itu golongan kecil dapat
menguasai golongan besar, akibat dari berkembang dan meluasnya Negara
romawi pemerintahan tidak dapat dilaksanakan secara sental lagi, maka
Negara dibagi menjadi daerah-daerah kerajaan yang disebut propinsi yang
mampunyai pemerintahan sendiri.

c.zaman abad pertengahan


      Augustinus, ahli pemikir besar tentang Negara dan hukum yang
menciptakan ajaran-ajaran baru yang hidup pada tahun 354-430,ia seorang
Kristen dalam buku riwayat hidupnya ia mengatakan hidup dalam keaadaan
dulisme, maksudnya ia mengalami peradaban 1 ke yang lain.
      Dari peristiwa perampasan perampasa di kota roma augustinus menulis
bukunya de civita te dei tentang Negara tuhan isi pokoknya di tujukan untuk
mengadakan pembelaan terhadap agama Kristen, buku itu juga merupakan
filsafat sejarah dan agama, buku ini sebagai pelajaran politik dengan
bukti  mengenai perimbangan, kedudukan atau kekuasaan antara Negara
dengan gereja, antara raja dengan paus.
Thamas Aquinas
      Hidup pada tahun 1225-1274 pikiranya tentang Negara dan hukum
dituangkan dibukunya de regimine principum atau tentang pemerintahan raja-
raja, dalam buku itu banyak terpengaruh oleh aristoteles dan filsafat Thomas
Aquinas bersifat pinalistis berarti apa yang menjadi tujuannya di kumukakan
terlebih dulu kemudian di usahakan tujuan itu tercapai, menurut ia tujuan
manusia adalah identik dengan tujuan Negara orang ingin mengetahui tujuan
terlebih dahulu dan menjadi tujuan manusia itu yaitu mencapai kemuliaan
abadi. Persamaan lain adalah manusia sebagai suatu mahkluk social yang
berhasrat untuk hidup bermasyarakat, pendapat augustinus berbada denga
Thomas aquines badanya ialah menurut augustinus Negara dengan gereja itu
terpisah sama sekali sedangkan Thomas Negara dengan gereja itu ada kerja
sama yang erat.
Marsilius
      Marsilius hidup pada tahun 1270-1340. Ia dalah tokoh terbesar dari aliran
filsafat nominalist, bersama-sama dengan rekannya William Occamyang hidup
pada tahun 1280-1317. Sikap mereka adalah bahwa hal-hal yang bersifat
khusus itu adalah yang bernilai tinggi, sedangkan hal-hal yang bersifat umum
itu hanya merupakan abstraksi dari pada pikiran saja. Bagi mereka Negara itu
dianggap sebagai kekuasaan sedunia, di ganti oleh Negara sebagai pusat
kekuasaan yang tetap,yang berdiri sendiri, yang terlepas dari hubungan
dengan sesuatu kekuasaan yang lebih tinggi, seperti gerja.

D.jaman renaissance (abad ke XVI)


      Pandangan hidup tentang ajaran Negara dan hukum pada jaman
renaissance berbeda dengan abad pertengahan yakni abad pertengahan
bersifat univesalistis  dan pada jaman renaissance ini di pengaruhi bergai
paham yang kuat dan dapat merubah pandangan hidup dan ajaran tentang
Negara dan hukum seoert:
Kembalinya kebudayaan yunani kuno dengan ajaran Aristoteles masuklah
unsure rasio, dan orang mulai berpikir secara rasional
Satu palsafat bernama nicolo Machiavelli seorang pemikir teologis abad
pertengahan Yang ajarannya kosmis naturalistis, suatu realisme modern
berdasarkan atas ajaran-ajaran kuno  yang menyebutkan tujuan Negara yaitu
untuk mencapai kesempurnaan seperti mengusahakan terselenggaranya
ketertiban, kenamanan dan ketentraman.

E.jaman berkembangnya hukum alam


1. abad ke XVII
      pemikiran Negara dan hukum ini timbul mengenai akibat penjelmaan
kekuasaan absolute dan pembenaran atau penguatan yuridis. Dalam abad ini
manusia saling bertemu dan mengadakan perjanjian yang disebut perjanjian
masyarakat yang terbentuklah suatu kesatuan manusia yang disebut
masyarakat. Dalam perjanjian itu bertujuan adanya perdamaian dan memilih
satu di antara mereka yang diserahi kekuasaan untuk memimpin sehingga
masyarakat berkembang terus dan mencapai bentuk Negara .
Grotius (Hugo de Groot)
      Fisafat Grotius berpendapat tentang Negara dan hukum adalah suatu usaha
untuk mengatasi segala perpecahan dilapangan agama, dengan berdasarkan
pada akal manusia yang berlaku umum bahkan tidak hanya terbatas pada kaun
Kristen saja, melainkan juga berlaku untuk dan mengingat semua orang kafir
dan atheis.
Ø  Thomas Hobbes
      Pemikiran Thomas Hobbes tentang Negara dan hukum adalah suatu system
materialistis yang besar, dalam mana termasuk juga peri kehidupan organis
dan rokhaniah. Artinya bahwa tujuan hidup, yaitu kebahagiaan, itu hanya
dapat dicapai dengan berlomba, dengan gerak. Adapun alat-alat untuk dapat
mencapai kebahagiaan adalah: kekuasaan, kekayaan, nama baik atau
keagungan pribadi dan kawan. Sedang kekuasaan terbesar untuk kepentingan
manusia adalah Negara. ajarannya itu ditulis dalam dua buah bukunya yang
sangat terkenal ,ialah: De Cive ( tentang warga Negara) dan Leviathan (tentang
Negara). sebagai seorang penganut aliran hukum alam Thomas Hobbes di
dalam menerangkan atau menguraikan ajarannya itu berpokok pangkal atau
bertitik tolak pada keadaan manusia sebelum adanya Negara, jadi masih dalam
keadaan alamiyah, di mana manusia itu hidup dalam keadaan alam bebas
tanpa ikatan satu apapun, dalam keadaan demikian ini mereka di sebut
manusia in abstrakto.
Benedictus de Spinoza
      Ia menyatakan bagaiman orang itu dalam keadaan alam yang sewajarnya,
manusia itu baik waktu masih dalam keadaan alamiyah maupun sesudah
bernegara dan perbuatannya tidak berpedoman pada rasio saja, tapi sebagian
besar perbuatan itu dipengaruhi oleh hawa nafsunya. Hal ini dijelaskan dimana
ia hidup dibawah kekuasaan dan terikat oleh peraturan dan undang-undang.
      Tujuan Negara menurut ia menyelenggarakan perdamain, ketentraman dan
menghilangkan ketakutan maka untuk mencapai itu warga haru mentaati
segala peraturan dan undang-undang Negara. jadi dengan demikain kekuasaan
Negara adalah mutlak terhadap warganya. Mengenai bentuk Negara menurut
ia memilih bentuk aristokrasi sebab yang berkuasa adalah beberapa orang,
dasar kekuasaannya akan lebih kokoh dan kuat daripada monarki.
Jhon Locke
Seoarang ahli pikir besar tentang nagara dan hukum dari inggris, ajarannya
adalah merupakan jembatan antara pemikiran tentang Negara dan hukum
abad XVII  ia berpendapat mengenai hak alamiyah manusia yang tidak dapat
diserahkan pada masyarakat dengan melalui atau jalan suatu perjanjian.
Pendapatnya mengenai hukum alam yaitu tetap mempunyai dasar rasional
dari perjanjian masyarakat yang timbul dari hak manusia keadaan alamiyah,
dengan cara berpikir yang realistis.
Hak alamiyah yang dimaksudnya:
1.      Hak akan hidup
2.      Hak akan kebebasan atu kemerdekaan
3.      Hak milik, hak akan memiliki sesuatu.
      Tujuan Negara menurutnya menetapkan dan melaksanakan hukum alam
yang artinya Negara itu tidak hanya menetapkan dan melaksanakan hukum
alam tetapi membuat peraturan atau undang-undang.
1.      Membuat atau menerapkan peraturan. Negara melaksakan perundangan,
legislative.
2.      Melaksakan peraturan yang telah ditetapkan, disi tugas Negara tidak
hanya melaksakan peraturan saja tapi mengawasi pelaksaan, eksekutif dan
yudikatif
3.      Kekuasaan mangatur hubungan dengan Negara lain, pederatif.
F.jaman berkembangnya teori kekuatan (kekuasaan)
      Menurut teori kekuatan Negara itu merupakan alat dari golongan yang kuat
untuk menghisap gologan yang lemah, terutama, sekarang, dalam lapangan
ekonomi. Memamng kadang kadang Negara itu atau konkritnya penguasa,
mengeluarkan peraturan yang nampaknya menguntungkan golongan yang
lemah, tapi akhirnya tokoh yang diperhatikan hanya kepentingan si penguasa.
1.      F. openheimer
      Dalam buku nya die sache, mengatakan bahwa Negara itu adalah
merupakan suatu alat dari golongan yang kuat untuk melaksanakan suatu
tertib masyarakat, yang oleh golongan kuat tadi dilaksanakan kepada golongan
yang emah dengan maksd untuk menyusun dan membela kekuasaan dari
golongan yang kuat tadi.
2.      Karl marx
      Menurutnya Negara itu adalah merupakan penjelmaan daripada pertangan
kekuatan ekonomi.  Negara dipergunakan sebagai alat dari mereka yang kuat
untuk menindas golongan yang lemah ekonominya. Yang dimaksud dengan
orang yang kuat disini adalah mereka yang memiliki alat alat produksi. Negara
menurutnya akan lenyap dengan sendirinya karena didalam masyarakat itu
sudah tidak terdapat alagi perbedaan kelas dan pertantangan ekonomi.

3.      H. j. laski
      Menurut bukunya destate the state intheury and practice. Juga, pengantar
ilmu politik. Bahwa Negara itu adalah merupakan suatu alat pemaksa, atau
dwang organizatie, untuk melaksanakan dan melangsungkan suatu jenis
system produksi yang stabil, dan pelaksanaan sisten produksi ini semata mata
akan menguntungkan golongan yang kuat, yang berkuasa. Artinya, kalau
misalnya penguasa itu dari aliran kapitalisme, maka organisasi Negara itu tadi
selalu akan dipergunakan oelh penguasa untuk melangsungkan system
ekonomi kapitalis.

4.      Leon duguide
Dalam bukunya traite de droid jones contituionel memberikan keterangan
tentang pembelajaran hukum dan Negara yang semata mata bersipat realistis.
Dia tidak mengakui adanya hak subyektif atas kekuasaan juga menolak ajaran
yang mengatakan bahwa Negara dan kekuasaan itu adanya atas kehendak
tuhan, ditolaknya juga ajaran perjanjian masyarakat tentang terjadinya Negara
dan kekuasaan. Menurut pendapatnya yang benar, kebenaran itu bersifat
mutlak adalah bahwa les pluffures, orang orang yang paling kuat, memaksakan
kemauannya kepada orang lain yang dianggap lemah.

G. teori fositifisme
      Menurut hans kelsen teori positifisme me nyatakan bahwa tak usah
mempersoalkan asal mula Negara, sifat serta hakekat Negara dan sebagainya,
karena kita tidak mengalami sendiri. Jadi tanpa menyinggung tentang asal
mula Negara, sifat serta hakekat Negara. kalau sekarang timbul atau ada
Negara itu bukanlah merupakan suatu kelahiran yang asli, tetapi hanya
merupakan kelahiran kembali dari pada Negara yang ada pada jaman dahulu.
Maka aliran positivism lalu mengatakan, kalu kita akan membicarakan Negara
katakanlah Negara itu sebagaimana adanya.
Hans kelsen adalah seorang ahli pemikir besar tentang Negara dan hukum dari
Austria yang kemudian menjadi warga Negara amerika. Bukunya antara lain
allegemeine staatsle here, terbit pada tahun 1925, dan deer soziologische und
der juristische staatsbegriff terbit pada tahun 1922.

H.teori modern
Teori atau aliran modern ini mengatakan bahwa Negara dan hukum kalau kita
hendak menyelidiki atau mempelajari Negara maka dari itu anggap saja Negara
sebagai sebgai suatu fakta atau kenyataan yang terikat pada keadaan, tempat,
dan waktu.
Dari aliran modern ini antara lain kita dapat ajaran dari :
1.      Prof. mr. r. kranenburg
Ia mengatakan bahwa Negara itu pada khakikatnya adalah suatu organisasi
kekuasaan yang diciptakan oleh sekellompok manusia yang disebut bangsa.
Jadi menurut ia terlebih dahulu harus ada sekelompok manusia yang
mempunyai kesadaran untuk mendirikan suatu organisasi, dengan tujuan
untuk memelihara kepentingan dari kelompok tersebut. Pendapatnya tersebut
didasarkan atu dikuatkan dengan alsan asalan bahwa pada jaman modern ini
terdapat reformasi reformasi kerjasama internasional atau antara bangsa
bangsa.
2.      Logemann
Berbeda dengan pendapat kraneanburg, logemann mengatakan bahwa Negara
itu suatu organisasi ekuasaan yang meliputi atau menyatukan kelompok
manusia yang kemudian disebut bangsa. Jadi pertama tama Negara itu suatu
organisasi, maka organisasi ini memiliki suatu kewibawaaan, atau gezag, dalam
mana terkandung pengertian dapat memaksakan kehendaknya kepada semua
orang yang diliputi oleh organisasi itu.
2. TEORI TEORI TUJUAN NEGARA
 Plato
mengatakan tujuan Negara sebenarnya ialah untuk mengetahui untuk
mencapai atau mengenal idea yang sesungguhnya, sedangkan idea
hanya dimiliki oleh ahli ahli filsafat makadari iu Negara harus dipegang
oleh ahli filsafat.
 aristoteles
beranggapan bahwa Negara itu dimaksudkan untuk kepentingan warga
negaranya. Jadi menurut aristoteles Negara itu merupakan satu
kesatuan, yang tujuannya untuk mencapai kebaikan tertinggi.
 Benedictus de Spinoza
Tujuan Negara menurut ia menyelenggarakan perdamain, ketentraman
dan menghilangkan ketakutan maka untuk mencapai itu warga haru
mentaati segala peraturan dan undang-undang Negara. jadi dengan
demikain kekuasaan Negara adalah mutlak terhadap warganya.
 Jhon Locke
Tujuan Negara menurutnya menetapkan dan melaksanakan hukum alam
yang artinya Negara itu tidak hanya menetapkan dan melaksanakan
hukum alam tetapi membuat peraturan atau undang-undang.Membuat
atau menerapkan peraturan. Negara melaksakan perundangan,
legislative.
3. TEORI TEORI PEMBENARAN NEGARA
Selain teori-teori diatas ada beberapa teori mengenai tentang pembenaran
Negara yaitu sebagai berikut :
 Teori Ethis / Teori Etika.
Menurut teori ini, negara itu ada karena suatu keharusan manusia.
 Teori Absolut dari Hegel
Manusia tujuannya untuk kembali pada cita-cita absolut dan penjelmaan cita-
cita absolut manusia itu adalah negara. Negara dibenarkan karena dicita-
citakan oleh manusia.

 Teori Psycologis
Alasan pembenaran negara adalah berdasarkan unsur-unsur psycologis
manusia, misalnya dikarenakan rasa takut, sayang dan lain-lain.
sebagai pemegang legitimasi tertinggi. Keamanan dan kesejahteraaan rakyat
merupakan ukuran utama dalam menilai kemampuan legitimasi kapabilitas
pemerintahan negara.
Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa kekuasaan yang legitimen
(absah) tidak selalu berbanding lurus dengan kecakapannya. Pemerintah yang
sah (legitimed government) tidak selalu cakap dalam mengelola negara adalah
hal yang harus kita sadari sebagai hal yang tersendiri
4. TEORI TEORI KEKUASAAN NEGARA
 Legitimasi Teologis
Teori ini beranggapan tindakan penguasa / negara selalu benar, sebab negara
diciptakan oleh Tuhan, ada yang secara langsung / tidak langsung.
Negara secara langsung adalah dimana penguasa wahyu dari Tuhan
Negara secara tidak langsung adalah dimana penguasa berkuasa mendapat
kodrat dari Tuhan
Preidrich Julius Stahl mengatakan negara itu timbul dari takdir Illahi. Preidrich
Hegel, mengatakan negara adalah lau Tuhan di dunia.
Bangsa Indonesia mengakui kemerdekaan negaranya sebagai rahmat Allah
Yang Mahakuasa. Keberadaan negara juga dibenarkan sebagai perpanjangan
tangn dari kekuasaan Tuhan yang memerintahkan hamba-Nya agar hidup
teratur dalam mengabdi pada-Nya. Bernegara merupakan manifestasi
pengabdian hamba terhadap Khaliqnya, Pandangan ini kerapkali disebut
teokratis. Namun, sebenarnya lebih tepat dinyatakan sebagai teosentris
(berorientasi kepada Tuhan) sebagai wujud bangsa yang religius, yaitu bahwa
Tuhan diinsyafi telah memberikan berkah dan rahmat-Nya bagi bangsa
Indonesia merupakan wujud legitimasi teologis yang kita sadari.
 Legitimasi Sosiologis
Menurut teori ini, siapa yang berkemampuan maka akan mendapat kekuasaan
dan memegang tampuk kekuasaan atau pemerintahan. Kekuatan yang meliputi
jasmani, rohani, materi dan politik.
Menurut Leon Dugut, yang memaksakan kehendak pada orang lain maka ialah
yang paling kuat. Baik kekuatan dari segi fisik, intelegensi, ekonomi dan agama.
Menurut Pranz Oppenheimer bahwa negara merupakan susunan masyarakat
dimana golongan yang menang memaksakan kehendak pada golongan yang
ditaklukan, dengan maksud mengatur kekuasaan dan melindungi ancaman dari
pihak lain.
Pengakuan masyarakat atas adanya kekuasaan negara biasanya terlihat dari
kenyataan politik yang menunjukkan adanya kekuatan kelembagaan negara
yang menguasai peri kehidupannya sebagai warga negara. Pengakuan ini
kemudian menjadi persetujuan sosial di mana rakyat tunduk kepada
ketentuan-ketentuan negara. Misalnya, negara dibenarkan dapat
mengeluarkan ‘sertifikat hak milik’ atas tanah untuk diberikan kepada warga
negaranya yang telah memiliki persyaratan untuk itu.
 Legitimasi Yuridis
Teori ini membagi hukum 3 bagian :
Hukum kekeluargaan (Patriarchal)
Yang diangkat sebagai kepala keluarga adalah orang yang kuat, berjasa,
bijaksana (primus interparis).
Hukum kebendaan (Patrimonial)
Ialah hak milik, raja memiliki hak terhadap daerahnya, rakyat tunduk padanya.
Hukum perjanjian
Perjanjian masyarakat :
Menurut Thomas Hobbes (Pactum Uniones) : Manusia hidup dalam kekuatan
karena takut diserang manusia lainnya yang lebih kuat keadaan jasmaninya.
Sehingga diadakan perjanjian masyarakat. Dalam perjanjian ini hanya rakyat
dan rakyat.
Jhone Locke (Pactum Subjektiones): Raja berkuasa dapat melindungi hak-hak
rakyatnya, apabila raja sewenang-wenang maka rakyat dapat meminta
pertanggung jawaban dalam perjanjian ini antara raja dan rakyat.
Menurut Jean Jecques Rousseau : Menurutnya kedaulatan rakyat dan
kekuasaan tidak pernah diserahkan pada raja-raja yang hanya sebagai
mandataris. Dalam perjanjian ini menyerahkan kekuasaan antara rakyat
dengan raja.
Pembenaran dari sudut hukum (yuridis) terlihat dari adanya dasar hukum yang
jelas (legalitas) atas keberadaan entitas negara. Negara Republik Indonesia
dengan proklamasi keberadaannya sebagai nation-state baru. Entitas negara
baru ini masuk dalam pergaulan masyarakat hukum internasional pada tanggal
17 Agustus 1945. Dari sudut teori kontrak, proklamasi ini adalah unilateral
contract yang mendapat pengakuan dari dunia internsional sebagai subjek
hukum internasional baru yang memiliki hak-hak dan kewajiban sebagai
anggota masyarakat hukum internasional. Keberadaan konstitusinya, UUD
1945, menegaskan dasar yuridis eksistensi ketatanegaraannya sebagai
komunitas politik yang mandiri (independen); tidak berada di bawah
kedaulatan negara lain dan mampu mempertahankan kemerdekaan secara
politik maupun sosiologis. Keberadaan unsur-unsur negara dan adanya
pengakuan internasional menjadi dasar legitimasi konstatasi de jure bagi
Republik Indonesia.
 Legitimasi Etis (Filosofis)
Pendasaran keabsahan keberadaan negara secara etis dapat dilihat dari
pendapat Wolf dan Hegel. Pembentukan negara merupakan keharusan moral
yang tertinggi (Wolf) untuk mewujudkan cita-cita tertinggi dari manusia dalam
suatu entitas politik yang bernama negara (Hegel). Tindakan berkuasa dari
negara dibenarkan karena negara memang merupakan cita-cita manusia yang
membentuknya. Dalam konteks Negara Republik Indonesia, secara etis
keberadaan negara juga dimaksudkan untuk merealisasi tujuan-tujuan etis
secara kolektif.
Dalam hal ini suatu regime pemerintahan negara sudah semestinya berdiri
tegak di atas legitimasi yang kokoh (penuh). Legitimasi yang kokoh ini tidak
hanya bersifat sosiologis- dalam arti mendapat pengakuan masyarakat- dan
bersifat yuridis, dalam arti berlaku sebagai hukum positif dalam format yuridis-
ketatanegaraan tertentu, melainkan lebih dalam lagi, yaitu absah (legitim)
secara etisfilosofis.
Dalam hal ini perlu ditegasklan bahwa legitimasi politik tidak selalu sama
dengan legitimasi moral (etis-filosofis). Legitimasi politik secara sederhana
dapat dipahami sebagai legitimasi sosial (sosiologis) yang telah mengalami
proses artikulatif dalam institusi-institusi politik yang representatif.
Proses tarik-menarik kepentingan kekuasaan yang telah tersimpul menjadi
keputuan politik itu disebut memiliki legitimasi politik. Artinya, legitimasi
politik dapat dipahami pula sebagai legitimasi sosiologis yang telah mengalami
proses transformasi politis. Sementara itu, legitimasi moral (etis)
mempersoalkan keabsahan wewenang kekuasaan politik dari segi norma-
norma moral, bukan dari segi kekuatan politik riil yang ada dalam masyarakat,
bukan pula atas dasar ketentuan hukum (legalitas) tertentu. Dengan demikian,
“tidak seluruh legitimasi politik langsung dapat dikatakan berlegitimasi etis”.
Legitimasi etis (filosofis) merupakan penyempurna akhir dari kemauan dan
kemampuan berkuasa. Walaupun seorang atau suatu pemerintahan
memilikibanyak legitimasi sebagai background kekuasaannya, legitimasi akhir
dan terus-menerus (kontinu) merupakan legitimasi etisnya. Tanpa legitimasi
etis yang kontinu berpihak pada kepentingan kemanuasiaan, suatu kekuasaan
pemerintahan hanya menunggu waktu untuk dijatuhkan; apakah itu lewat
demonstrasi ‘people power’ , revolusi atau reformasi (evolusi), maupun
penggantian lewat mekanisme konstitusional; yang jelas akan ada gerakan
reformasi untuk mendudukkan kekuasaan pada proporsi pertanggungjawaban
politiknya yang konkret dan etis.

Sumber buku:
Soehino,S.H. Ilmu negara.
Nurtjahjo, Hendra. Ilmu Negara Pengembangan Teori Bernegara dan
Suplemen.

Anda mungkin juga menyukai