NIM : 010002100013
Kelas : Ilmu Negara (A)
Tugas : Rangkuman Bab I-VI
Bab I Pendahuluan
Istilah Ilmu Negara diambil dari istilah Bahasa Belanda “Staatsleer” yang juga
berasal dari Bahasa jerman “Staatshelere”. Di dalam Bahasa ingris disebut sebagai
“Theory of State” atau “The General Theory of State”. Istilah Ilmu Negara pertama kali
dipergunakan di Universitas Gajah Mada.
Ilmu Negara menunjukan penyelidikan negara dalam arti umum, yaitu mengenai
genusnya, yang artinya menunjuk kepada kerangka negara. Ilmu Negara sendiri adalah
ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai pengertian-pengertian pokok serta asas-
asas atau sendi-sendi pokok tentang negara.
Secara historis, ilmu negara sebenernya sudah dikenal sejak jaman Yunani Kuno.
Hal ini dapat dilihat dari adanya tulisan serta pemikiran tentang negara yang disusun oleh
sarjana-sarjana dari Yunani. Sebagai contoh, Plato dengan bukunya “Politeia”, Aristoteles
dalam bukunya “Politica”. Dan pada akhir abad XIX, Goerg Jelilinek mencoba membahas
teori Ilmu Negara secara menyeluruh dan menyusunnya ke dalam buku yang berjudul
“Allgemeine Staatslehre”. Ia kemudian dianggap sebagai bapak Ilmu Negara karena
merupakan orang pertama yang menyelidiki serta membahas ilmu pengetahuan tentang
negara secara menyeluruh.
A. Totalitas : obyek penyelidikan dapat diselidiki secara menyluruh atau tidak tertuju
semata-mata pada suatu negara tertentu saja.
B. Umum : karakteristik yang diperoleh dari gambaran secara keseluruhan yang
mengadung genus begrip, bukan species begrip.
C. Abstrak : karakteristik yang tidak nyata dan diperoleh sebagai akibat dari
karakteristik totalitas dan umum.
D. Teoritis : sebagai akibat dari obyek penelitian yang bersifat umum dan memuat
pengartian yang bersifat umum.
E. Bebas Nilai:yang berarti netral atau value free yang tidak dipengaruhi waktu,
tempat,keadaan selaku fator-faktor yang variable sifatnya.
Bab II Aliran Ilmu Negara
Yang dimaksud aliran dalam ilmu negara adalah paham-paham atau pendapat-
pendapat yang pada suatu waktu dalam perkembangan sejarah manusia mempunyai
pengaruh yang besar terhadap ketatanegraan.
A. Socrates (470-399SM)
Pada masa Socrates ini, kesempatan untuk menyatakan hasil pemikiran
berkembang sangat baik, karena tidak ada kekangan yang bersifat keharusan.
Kemenangan bangsa Yunani atas Persia ikut mendorong tumbuhnya kemakmuran dan
ilmu pengetahuan. Namun di lain pihak, para pembesar negara banyak melupakan
tugas sehingga menimbukan korupsi, pemerasan dan ketidakadilan.
Ajaran Socrates Ini dianggap berbahaya bagi para petinggi negara dan merusak
akhlak para pemuda Yunani purba, sehingga Socrates dituntut dan dijatuhi hukuman
mati dengan cara meminum racun. Hukuman ini ditaati Socrates meskipun teman
temannya berusaha menyelatkannya, karena Socrates berpendirian bahwa putusan
negara harus dipatuhi.
B. Plato (429-347SM)
Pada masa ini Yunani Purba sedang merajela kecurangan, korupsi, kedzaliman
sehingga banyak terjadi kekacauan di dalam negara. Dalam buku “politiea” plato
menggambarkan tentang bagaimana corak atau bentuk negara yang ideal. Berdasar
ajarannya tersebut, dikenal adanya 2 macam dunia, yaitu:
1. Ideenwerld (dunia cita) yang bersifat immateriil
2. Natuurwereld (dunia alam) yang bersifat materiil
Menurut Plato asal mula negara disebabkan karena banyaknya kebutuhan hidup
serta keinginan manusia. Mengenai negara sempurna dan baik yang bersifat ideal
diperlukan syarat syarat :
1. Negara harus dijalankan oleh pegawai yang terdidik khusus
2. Pemerintahan harus ditunjukan segala-galanya demi kepentingan umum
3. Harus dicapai kesempurnaan Susila dari rakyat
Paham Plato ini hanya angan saja, karena sifat manusia tidak sempurna. Sesuai
dengan sifat manusia, plato membagi negara kedalam 5 macam, yaitu:
C. Aristoteles (384-322SM)
Aristoteles merupakan murid Plato, Aritoteles hidup pada masa ambang
kehancuran Yunani. Berbeda dengan plato yang mengajarkan aliran idealis,
Aristoteles, mengembangkan ajaran realisme.
Hubungan secara umum, Ilmu Negara sebagai salah satu cabang ilmu sosial harus
bekerja sama dengan cabang ilmu soal lainnya, sehingga dapat saling mengisi dan
melengkapi sehingga tercipta hubungan komplementer. Ilmu Negara Juga mempunyai
hubungan secara khusus antara ilmu negara dengan ilmu pengetahuan tertentu adalah
adanya hubungan yang menitik beratkan pada obyek penelitian yang sama, yaitu negara.
Ilmu negara muncul sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri berkat jasa georg
Jellinek dalam bukunya “Algemeine Staatslehre” dalam buku tersebut dijelaskan Georg
Jellinek membagi ilmu kenegaraan menjadi 2 bagian, yaitu :
Thomas Hobbes, John Locke, dan Rousseau mengartikan negara sebagai badan
atau organisasi hasil perjanjian masyarakat.
John Locke (1632-1679) berpendapat bahwa antara rakyat dan raja diadakan
perjanjian, dan karena perjanjian itu raja berkuasa untuk melindungi hak-hak rakyat.
Dalam perjanjian rakyat dan raja terdapat 2 pactum: (1) Pactum Uniones, yaitu perjanjian
untuk membentuk suatu kesatuan antara individu, (2) Pactuc Subyektiones, yaitu
perjanjian penyerahan kekuasaan antara rakyat dan raja.
Menurut Roger H Soltau negara adalah alat agency atau wewenang yang mengatur
atau mengendalikan persoalan-persoalan Bersama atas nama masyarakat
Miriam Budiardjo berpendapat bahwa Negara adalah suatu daerah territorial yang
rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga
egaranya ketaatan pada perundang-undagannya melalui penguasaan. Miriam budiarj
menguraikan sifat hakikat negara sebagai berikut :
2. Teori Kekuasaan/Kekuatan
a. Teori Kekuasaan Jasmani/Fisik : Negara itu kuat berarti rakyatnya kuat dapat
di artikan Negara tersebut dapat menaklukan Negara lain melalui perang.
b. Teori Kekuatan Ekonomi : Menjelaskan bahwa betapa hebatnya pengaruh
ekonomi pada manusia,sekuat apapun kekuatan jasmani dan rohani tanda
adanya kekuatan ekonomi sama dengan sia-sia.
c. Teori Kekuatan Rohani : menurut teori ini penguasa harus memiliki keagamaan
yang kuat,pengaruh keagamaan banyaknya pada zaman romawi dalam masa
principanat.
3. Teori Yuridis, terbagi menjadi 2 bagian:
i. Dari Segi Hukum Perdata
a. Teori Hukum Keluarga (patriarchal) : Adanya negara disebabkan suatu
pertumbuhan dari keluarga yang terjadi secara bertingkat atau melalui
beberapa fase.
b. Teori Hukum Benda (patrimonial) : Berasal dari istilah patrimonium yang
artinya hak milik pembenaran adanya negara adalah hak milik atas suatu benda
yaitu tanah.
c. Teori Hukum Perjanjian : Negara merupakan hasil perjanjian dua pihak dengan
dua Kepentingan yang berbeda sehingga bersifat dualistis dan timbal balik.
5. Kaum Sosialis
Tujuan bernegara bagi kaum sosialis adalah memberikan kebahagiaan yang
sebesar-besarnya dan merata bagi tiap manusia, dengan cara mempunyai mata
pencaharian yang memberi penghasilan yang layak dan adanya jaminan bahwa
hak-hak asasi dan kebebasan manusia tidak dilanggar.
6. Kaum Kapitalis
Pola piker dasr kaum kapitalis adalah bahwa tiap-tiap orang lebih berbakti
kepada masyarakat jika masing-masing mencoba mencapai tujuannya sendiri-
sendiri. Jadi kaum kapitalis ingin memperjuangkan gerak hidup yang bebas dengan
persaingan yang bebas dan sesuatunya itu dalam rangka tata asusila yang beradab
dan undang-undang.
7. Fascisme
Fascisme menyatakan bukan bangsa yang membentuk negara, tetapi
negara yang membentuk bangsa italia. Bangsa Italia merupakan suatu kesatuan
moral, politik, ekonomi, yang Bersatu dalam negara. Negara merupakan pusat dari
segala kegiatan orang italia dengan suatu disiplin yang kuat, sehingga individu-
individu tidak mempunyai gerak yang bebas.
8. Indonesia
Tujuan Negara Republik Indonesia sudah tertuang dalam pembukaan UUD 1945
alinea ke-4, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial. berdasarkan hal tersebut Prof.Mr.Moh
Yamin membagi tujuan negara ke dalam 2 hal, yaitu seperti tujuan nasional dan
tujuan internasional.
a. Tujuan Nasional
• kebahagiaan dalam Negara
• Kemajuan Kesejahteraan umum
• Kecerdasan kehidupan negara
b. Tujuan internasional
• Kemerdekaan
• Perdamaian
• Keadilan sosial