Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS TINDAK

KEKERASAN SISWA SMP


KEPADA GURU DI GRESIK
Adhitia Yulian Pratama 010002100012
Adhitya Laksana 010002100013
Adji Kusuma Sudjatmiko 010002100016
Ananda Wira Buana 010002100040
Latar Belakang

Akhir-akhir ini banyak sekali kasus tindak kekerasan, baik pada anak-anak
maupun pada orang dewasa, dan ini tidak hanya terjadi pada kota-kota besar
saja, hal ini juga terjadi di pedesaan. Tindak kekerasan tidak menutup
kemungkinan siapa pelakunya bisa saja anak dibawah umur atau orang dewasa,
begitu juga dengan pihak korban.
Tidak hanya satu dua kali kasus kekerasaan terhadap guru dijumpai,
namun tergolong sering. Sebagai contoh, kasus tindak kekerasan yang dilakukan
oleh anak dibawah umur di Gresik pada tahun 2019. Seorang siswa SMP
menantang gurunya untuk berkelahi di dalam kelas pada saat jam pelajaran,
karena dilarang untuk merokok didalam kelas. Dalam kasus ini biasanya orang
yang melakukan tindak kekerasan dikarenakan adanya dukungan untuk melawan
dari teman sebayanya dilingkungan sekolahnya. Dari pengakuan siswa SMP di
Gresik, pelaku tersebut terprovokasi oleh teman-temannya.
Sumber Data

Data yang digunakan dalam karya ilmiah ini merupakan data sekunder,
dimana sumber data yang digunakan berasal dari literatur-literatur yang relevan,
serta beberapa sumber yang akurat, meliputi data dari berita di internet dan literatur
yang sesuai dengan masalah yang diangkat yaitu ANALISIS TINDAK KEKERASAN
SISWA SMP KEPADA GURU DI GRESIK
Metode Penelitian

Dengan bertolak dari topik yang kami angkat pada karyan ilmiah ini, metode
penelitian yang kami gunakan, adalah metode penelitian kepustakaan. Yaitu, dengan
cara mengumpulkan dan membaca literatur yang relevan yang beredar di internet
mengenai kasus ini.
Kronologi Kejadian

Kejadian ini terjadi pada bulan Febuari 2019. Diawali dengan viralnya video 54
detik, sang murid memegang kepala sang guru, kemudian mendorong dan
mencengkram kerah baju seakan-akan ingin memukul sang guru sambil memaki. Sang
guru hanya diam membisu melihat tingkah laku anak tersebut. Melihat hal tersebut
banyak pihak yang turun tangan menangani permasalahan tersebut. Mulai dari warganet
yang memberikan komentar pedas, artis yang memberikan dukungan sosial, hingga
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy memberikan tanggapannya
terkait permasalahan tersebut.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sangat menyayangkan kejadian tersebut,
dan memberikan tanggapan mengenai bagaimana seharusnya guru berwibawa didepan
siswanya, dengan adanya wibawa, maka murid akan segan jika ingin melakukan tindakan
yang dinilai tidak pantas. Psikolog dan komisioner Komnas Anak, Lizze, mengatakan
bahwa salah satu cara untuk meminimalisir permasalahan ini untuk tidak terulang
kembali ialah dengan cara mengajarkan anak untuk berpikir kritis. Peran keluarga turut
memberikan dampak yang signifikan terhadap perilaku dan tingkah laku anak-anak.
Dampak yang Ditimbulkan Dari Kasus

Dampaknya hampir seluruh lapisan masyarakat semkakin sadar akan


kesejahteraan guru, dan pendidikan moral siswa. Kesejahteraan guru dinilai masih
sangat minim untuk membela kasus seperti diatas, sering kali guru disalahkan jika
memberikan hukuman kepada siswanya yang sebenarnya merupakan kesalahan dari
siswanya itu sendiri. Nilai moral siswa di Indonesia dinilai mengalami kemunduran,
tercermin dari perilaku yang tidak pantas kepada orang yang lebih tua darinya, dan yang
seharusnya dihormati.
Menteri hingga lembaga negara semakin memperhatikan guru dan muridnya
sehingga kasus seperti ini tidak akan terulang kembali. Guru diberikan pemahaman
bahwa murid yang memang melakukan kesalahan lebih baik untuk memberikan
hukuman sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan murid di seluruh sekolah diberikan
pendidikan moralitas dan agama agar tidak terulang kembali. Peran orangtua semakin
menguat akan adanya kasus ini, untuk memberikan perhatian yang lebih dan khusus
terhadap anaknmya agar lebih meningkatkan nilai sopan santun dalam bermasyarakat.
Hasil Akhir Kasus Kejadian

Pada akhirnya, kasus ini menemukan titik terang dan berujung damai.
Negara tidak bisa memberikan hukuman yang berat pada sang anak, dikarenakan
tertuang didalam kutipan ini, yang dikemukakan oleh Letezia Tobing,SH., M.Kn.
mengenai tindak pidana yang dilakukan oleh anak diatas umur 12 tahun tidak dapat
diancam pidana mati atau pidana penjara seumur hidup adalah paling lama 10 tahun,
dan mengenai pidana bagi anak, ada pidana pokok dan pidana tambahan. Pidana
pokok terdiri dari atas :
1. Pidana peringatan
2. Pidana dengan syarat
a) Pembinaan diluar lembaga
b) Pelayanan masyarakat; atau
c) Pengawasan
3. Pelatihan kerja;
4. Pembinaan dalam lembaga; dan Penjara
Hasil Akhir Kasus Kejadian

Sedangkan pidana tambahan terdiri atas :


1. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana ; atau
2. Pemenuhan kewajiban adat. Yang dimaksud dengan “kewajiban adat” adalah denda
atau tindakan yang harus dipenuhi berdasarkan norma adat setempat yang tetap
menghormati harkat dan martaba anak serta tidak membahayakan Kesehatan fisik
dan mental anak.
Anak didik yang melakukan tindakan tersebut akhirnya meminta maaf di damping oleh
orangtuanya di Mapolsek Wringinanom, Gresik. Orangtua siswa berjanji akan
membimbing sang anak sepenuh hati secara terus menerus sampai jenjang sekolah
selesai. Sang anak yang masih berusia 15 tahun itu pun meminta maaf dengan menicum
tangan seraya menangis memohon maaf kepada Nur Khalim. Sang guru sudah
memaafkan sejak jauh-jauh hari dan berharap sang anak tidak mengulami kesalahan yang
sama lagi. Kasus ini memunculkan simpati pada sang guru, dianggap sebagai guru yang
sabar. Media lokal hingga artis pun memberikan hadiah kepada sang guru, mulai dari
dibelikan kemeja baru hinggan ibadah umrah.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Terkait masalah yang terjadi yaitu kasus viral kekerasan yang dilakukan oleh siswa smp kepada guru yang
terjadi pada bulan Februari 2019 di Gresik, ketika sang murid mulai melakukan kekerasan dan memaki guru
tersebut, lalu ada seorang murid yang merekam kejadian tersebut lalu mengunggahnya ke sosial media. Hal
itu membuat geram para warganet dan banyak yang memberi kritikan keras karena perlakuan siswa
tersebut. Kasus ini banyak menimbulkan dampak negatif, karena kasus tersebut masyarakat juga berpikir
bahwa kesejahteraan guru dinilai masih sangat minim. Sikap siswa tersebut yang juga mencoreng moral
bangsa dan tidak adanya tata krama karena perlakuan kasar kepada orang yang lebih tua. Kasus ini akhirnya
berujung damai dan negara tidak menghukumnya karena pelaku yang masih dibawah umur. Akan tetapi
siswa tersebut mendapat pidana pokok dan pidana tambahan yang terlampir pada BAB II. Anak yang
merupakan pelaku kekerasan tersebut akhirnya meminta maaf kepada sang guru yang Ia aniaya dan
orangtua anak tersebut akan membimbingnya.
Saran
Saran kami agar para orangtua agar memberi didikan kepada anaknya untuk lebih menghormati orang
yang lebih tua. Kemampuan dan kompetensi guru juga harus ditingkatkan agar bisa mengikuti jaman dan
bermental kuat dan bisa mengikuti alur perkembangan zaman. Anak-anak juga harus diajarkan bahwa
menghormati orang yang lebih tua itu sangat penting karena hal ini termasuk pada tata krama. Seperti
contoh yang bisa kita ambil dari kasus ini bahwa guru adalah orangtua kedua kita, dan selayaknya harus kita
hormati sehingga hal seperti ini tidak terjadi lagi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai