Akhir-akhir ini banyak sekali kasus tindak kekerasan, baik pada anak-anak
maupun pada orang dewasa, dan ini tidak hanya terjadi pada kota-kota besar
saja, hal ini juga terjadi di pedesaan. Tindak kekerasan tidak menutup
kemungkinan siapa pelakunya bisa saja anak dibawah umur atau orang dewasa,
begitu juga dengan pihak korban.
Tidak hanya satu dua kali kasus kekerasaan terhadap guru dijumpai,
namun tergolong sering. Sebagai contoh, kasus tindak kekerasan yang dilakukan
oleh anak dibawah umur di Gresik pada tahun 2019. Seorang siswa SMP
menantang gurunya untuk berkelahi di dalam kelas pada saat jam pelajaran,
karena dilarang untuk merokok didalam kelas. Dalam kasus ini biasanya orang
yang melakukan tindak kekerasan dikarenakan adanya dukungan untuk melawan
dari teman sebayanya dilingkungan sekolahnya. Dari pengakuan siswa SMP di
Gresik, pelaku tersebut terprovokasi oleh teman-temannya.
Sumber Data
Data yang digunakan dalam karya ilmiah ini merupakan data sekunder,
dimana sumber data yang digunakan berasal dari literatur-literatur yang relevan,
serta beberapa sumber yang akurat, meliputi data dari berita di internet dan literatur
yang sesuai dengan masalah yang diangkat yaitu ANALISIS TINDAK KEKERASAN
SISWA SMP KEPADA GURU DI GRESIK
Metode Penelitian
Dengan bertolak dari topik yang kami angkat pada karyan ilmiah ini, metode
penelitian yang kami gunakan, adalah metode penelitian kepustakaan. Yaitu, dengan
cara mengumpulkan dan membaca literatur yang relevan yang beredar di internet
mengenai kasus ini.
Kronologi Kejadian
Kejadian ini terjadi pada bulan Febuari 2019. Diawali dengan viralnya video 54
detik, sang murid memegang kepala sang guru, kemudian mendorong dan
mencengkram kerah baju seakan-akan ingin memukul sang guru sambil memaki. Sang
guru hanya diam membisu melihat tingkah laku anak tersebut. Melihat hal tersebut
banyak pihak yang turun tangan menangani permasalahan tersebut. Mulai dari warganet
yang memberikan komentar pedas, artis yang memberikan dukungan sosial, hingga
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy memberikan tanggapannya
terkait permasalahan tersebut.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sangat menyayangkan kejadian tersebut,
dan memberikan tanggapan mengenai bagaimana seharusnya guru berwibawa didepan
siswanya, dengan adanya wibawa, maka murid akan segan jika ingin melakukan tindakan
yang dinilai tidak pantas. Psikolog dan komisioner Komnas Anak, Lizze, mengatakan
bahwa salah satu cara untuk meminimalisir permasalahan ini untuk tidak terulang
kembali ialah dengan cara mengajarkan anak untuk berpikir kritis. Peran keluarga turut
memberikan dampak yang signifikan terhadap perilaku dan tingkah laku anak-anak.
Dampak yang Ditimbulkan Dari Kasus
Pada akhirnya, kasus ini menemukan titik terang dan berujung damai.
Negara tidak bisa memberikan hukuman yang berat pada sang anak, dikarenakan
tertuang didalam kutipan ini, yang dikemukakan oleh Letezia Tobing,SH., M.Kn.
mengenai tindak pidana yang dilakukan oleh anak diatas umur 12 tahun tidak dapat
diancam pidana mati atau pidana penjara seumur hidup adalah paling lama 10 tahun,
dan mengenai pidana bagi anak, ada pidana pokok dan pidana tambahan. Pidana
pokok terdiri dari atas :
1. Pidana peringatan
2. Pidana dengan syarat
a) Pembinaan diluar lembaga
b) Pelayanan masyarakat; atau
c) Pengawasan
3. Pelatihan kerja;
4. Pembinaan dalam lembaga; dan Penjara
Hasil Akhir Kasus Kejadian