Anggi Setiawan
Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Kebijakan Pendidikan FIP Universitas Negeri Yogyakarta
anggisetiawan743@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Gambaran sekolah ramah anak di SD Jetis 2
Yogyakarta, 2) faktor pendukung dan penghambat terciptanya sekolah ramah anak di SD Jetis 2 Yogyakarta.
Jenis penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini kepala sekolah, guru kelas, dan
siswa. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan
dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi
sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Gambaran sekolah ramah anak di SD
Jetis 2 Yogyakarta adalah a) perlakuan sekolah tidak mengandung unsur diskriminasi dan kekerasan. b)
kesempatan yang sama terhadap anak berkebutuhan khusus dan pendampingan terhadap anak apabila terlibat
masalah hukum diselesaikan dengan kekeluargaan. Pemberian layanan kepada anak juga disesuaikan dengan
kebutuhan. c) standar sarana dan prasarana sekolah secara umum sudah bersih dan lengkap. Hanya saja
secara fisik lingkungan sekolah belum ramah untuk penyandang disabilitas. 2) faktor pendukung berupa
sumber daya guru yang menyadari lingkungan sekolah, berkomitmen untuk membangun sekolah dan juga
komunikasi yang baik antar anggota sekolah. Sementara faktor penghambat berupa daya dukung fisik
terutama luas sekolah yang sempit, anggaran sekolah yang kecil dan kurangnya dukungan orang tua yang
bahkan memberi dampak buruk terhadap anak.
Abstract
This study aims to describe: 1) description of child-friendly schools in Jetis 2 Yogyakarta, 2)
supporting factors and inhibiting the creation of child-friendly schools in Jetis 2 Yogyakarta Elementary
School. This type of research used a qualitative approach. The subjects of this study were principals,
classroom teachers, and students. Data collection techniques are interviews, observation, and
documentation. Data analysis is done by data reduction, data presentation, and conclusion. Test data
validity using source triangulation and technique triangulation. The results showed that: 1) The description
of child-friendly schools in Jetis 2 Yogyakarta is a) the school's treatment does not contain discrimination
and violence. b) equal opportunities for children with special needs and mentoring to children when they are
involved in legal issues resolved with kinship. Provision of services to children is also tailored to the needs.
c) standard school facilities and infrastructure in general is clean and complete. It's just that the physical
environment of the school has not been friendly for people with disabilities. 2) supporting factors in the form
of teacher resources aware of the school environment, committed to building schools and also good
communication among school members. While the inhibiting factors of physical carrying capacity, especially
the narrow school area, small school budgets and lack of parental support that even adversely affect the
child.
ternyata juga banyak terjadi kekerasan pendapat. Anak tidak memiliki kebebasan
terhadap anak. dan mendapatkan haknya secara penuh. Hal
Faktor yang menyebabkan pada ini mengakibatkan kebutuhan anak baik
timbulnya kekerasan dalam dunia fisik non fisik di dalam penyelenggaraan
pendidikan ada pada kondisi internal pendidikan kurang terpenuhi. Dalam
maupun eksternal pendidikan. Dalam kondisi eksternal pendidikan, kekerasan
kondisi internal pendidikan apabila dapat ditimbulkan dari lingkungan
lembaga pendidikan hanya sebagai tempat keluarga, lingkungan sekolah, maupun
belajar dan mentransfer ilmu untuk lingkungan masyarakat.
mendapatkan nilai atau lulus dalam ujian Padahal pada Oktober tahun 2002
nasional dan hilanglah esensi dari telah disahkan Undang-Undang Republik
pendidikan itu sendiri yakni untuk Indonesia Nomor 23 tahun 2002 tentang
memanusiakan manusia. Tugas seorang Perlindungan Anak. Undang-undang
guru bukan hanya mengajarkan mata perlindungan anak adalah satu undang-
pelajaran tetapi juga mendidik anak dan undang mengenai hak-hak anak yang
memberikan hak anak secara penuh, tetapi menjelaskan secara rinci tentang
pada kenyataannya masih banyak guru perlindungan anak. Upaya perlindungan
yang memberikan hukuman fisik kepada anak merupakan bagian integral dari usaha
siswa tanpa memperhatikan resiko baik mensejahterakan anak. Disebutkan pula
fisik maupun psikis terhadap siswa. pada pasal 3 Undang-Undang 23 Tahun
Metode kegiatan belajar mengajar 2002 menyatakan bahwa perlindungan anak
guru juga masih menggunakan metode bertujuan untuk menjamin terpenuhinya
pembelajaran yang konvensional. Metode hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,
pembelajaran konvensional cenderung berkembang, dan berpartisipasi secara
menempatkan siswa sebagai penerima optimal sesuai dengan harkat dan mertabat
informasi pasif. Siswa belajar secara kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
individual dan kurangnya interaksi antar dari kekerasan dan diskriminasi demi
siswa. Guru sebagai penentu jalannya terwujudnya anak Indonesia yang
proses pembelajaran sehingga siswa tidak berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.
mempunyai kebebasan dalam Melalui undang-undang tersebut di
mengungkapkan pendapat maupun harapkan anak dapat terpenuhi semua
berargumen. Metode pembelajaran haknya dan terhindar dari tindak kekerasan
konvensional sangat membatasi siswa dan diskriminasi baik di keluarga, sekolah
dalam kreatifitas dan mengemukakan dan msayarakat.
134 Jurnal Kebijakan Pendidikan Vol. 7 Nomor 2 Tahun 2018
amat padat penduduknya. Sekitar 13 ribu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya,
warga masih mendiami bantaran Kali Code sehingga siswa merasa nyaman dan
yang tersebar di 14 kelurahan. Hal tersebut menyenangkan dalam proses belajar di
membuat luas wilayahnya tidak sebanding sekolah.
dengan jumlah penduduk di dalamnya.
METODE PENELITIAN
Rerata setiap keluarga menenpati rumah
Pendekatan Penelitian
yang berukuran 4m x 5m, bahkan ada yang
Dalam penelitian ini peneliti
3m x 4m. Kondisi sosial ekonomi
menggunakan pendekatan kualitatif. Hal
masyaraktnya pun kebanyakan bekerja
tersebut dikarenakan titik perhatian
sebagai pemulung, juru parkir serta buruh
penelitian lebih mengutamakan pada
bangunan yang tidak memiliki penghasilan
masalah proses, makna, pemahaman,
tetap. Hal tersebut membuat pemukiman
kompleksitas, interaksi serta persepsi.
yang cenderung padat dan kurang
Borgan dan Taylor (Lexy J. Moleong,
menyediakan tempat bermain dan
2002: 4) berpendapat bahwa penelitian
bereksplorasi untuk anak dan menuntut SD
kualitatif merupakan prrosedur penelitian
Jetis II untuk dapat berusaha menjamin
yang menghasilkan data deskriptif berupa
terpenuhinnya ha-hak anak.
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
Penelitian ini menggunakan landasan
orang tertentu melalui perilaku yang dapat
pustaka mengenai sekolah ramah anak dan
diamati.
prinsip penyelenggaraan sekolah ramah
anak. Sekolah ramah anak dapat dimaknai
Subjek Penelitian
sebagai sekolah yang menjunjung tinggi
Dalam penelitian ini yang menjadi
hak-hak anak sebagai pribadi yang harus di
subjek penelitian adalah Kepala Sekolah,
didik dengan perasaan dan budi pekerti
Guru Kelas, dan Siswa.
yang baik. Prinsip dari sekolah ramah anak
adalah menjadikan kepentingan dan
Tempat dan Waktu Penelitian
kebutuhan siswa sebagai pertimbangan
Penelitian ini berlokasi di SD Jetis II
utama dalam menetapkan setiap keputusan
Kota Yogyakarta yang beralamat di
dan tindakan yang diambil oleh pengelola
Jetisharjo Jt II/402 Cokrodiningrat,
dan penyelenggara pendidikan. Dengan
Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta.
demikian, Sekolah Ramah Anak harus
Penelitian dilaksanakan pada bulan April
menghormati hak siswa ketika
sampai bulan Juli 2017.
mengekspresikan pandangannya dalam
segala hal khususnya tentang ilmu
136 Jurnal Kebijakan Pendidikan Vol. 7 Nomor 2 Tahun 2018
prasarana yang masih belum semuannya dari orang tua. sekolah juga hendaknya
baik. Luas sekolah yang sempit menjadi memperbanyak kerja sama dengan
penghambat sekolah untuk melakukan pihak luar untuk pengembangan fisik,
perbaikan fisik untuk memperbaiki sarana dan prasarana sekolah.
aksesibel fasilitas sekolah. Faktor 2. Dinas yang terkait terutama dinas
penghambat yang kedua adalah anggaran pendidikan dan dinas sosial perlu
yang kurang untuk mengembangkan bekerja sama memberikan penyuluhan
alternatif pembelajaran dan juga perbaikan dan sosialisasi kepada masyarakat
fisik sekolah. Namun hal ini juga sekitar sekolah yang berisiko untuk
berbanding sama dengan jumlah siswa dapat membuka pandangan dan
yang cukup sedikit. Faktor penghambat mengubah paradigm tentang pentingnya
yang paling kentara adalah daya dukung pendidikan bagi anak.
orang tua dan lingkungan yang kurang. Hal 3. Bagi orang tua dan warga sekitar
ini membuat sedikit banyak psikologis dan sekolah hendaknya mulai membuka
tingkah laku siswa menjadi kurang dapat pendangan bahwa anak membutuhkan
dikendalikan oleh sekolah. Sering kali pendidikan yang baik dan ramah. Orang
pihak sekolah menemui anak yang dalam tua hendaknya menghindari penyerahan
keadaan tidak baik. Terlebih lagi, daya tanggung jawab pengasuhan dan
dukung orang tua untuk kepentingan anak pendidikan anak kepada pihak sekolah .
sangat minimal bahkan untuk rapat yang orang tua perlu sadar bahwa sebenarnya
diadakan satu tahun sekali. pendidikan dilakukan di keluarga,
Tabel 2. Ringkasan Faktor Penghambat sekolah dan lingkungan masyarakat.
Sekolah Ramah Anak di SD Jetis 2
Hal itu yang sebetulnya akan
Yogyakarta
No. Faktor Penghambat memperbaiki segala hal terutama
1. Kurang daya dukung sarana
keraktar anak.
prasarana sekolah (akses)
2. Anggaran yang pas-pasan
3. Daya dukung orang tua dan DAFTAR PUSTAKA
lingkungan yang kurang
Abd Rahman Assegaf. (2004). Pendidikan
(Sumber: diolah dari hasil wawancara dan
Tanpa Kekerasan, Tipologi, Kasus
observasi)
dan Konsep.Yogyakarta: Tiara
Saran Wacana