Anda di halaman 1dari 13

Sekolah Ramah Anak…(Anggi Setiawan) 131

SEKOLAH RAMAH ANAK DI SD JETIS II KOTA YOGYAKARYA


FRIENDLY CHILDREN SCHOOL IN SD JETIS II YOGYAKARYA CITY

Anggi Setiawan
Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Kebijakan Pendidikan FIP Universitas Negeri Yogyakarta
anggisetiawan743@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Gambaran sekolah ramah anak di SD Jetis 2
Yogyakarta, 2) faktor pendukung dan penghambat terciptanya sekolah ramah anak di SD Jetis 2 Yogyakarta.
Jenis penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini kepala sekolah, guru kelas, dan
siswa. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan
dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi
sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Gambaran sekolah ramah anak di SD
Jetis 2 Yogyakarta adalah a) perlakuan sekolah tidak mengandung unsur diskriminasi dan kekerasan. b)
kesempatan yang sama terhadap anak berkebutuhan khusus dan pendampingan terhadap anak apabila terlibat
masalah hukum diselesaikan dengan kekeluargaan. Pemberian layanan kepada anak juga disesuaikan dengan
kebutuhan. c) standar sarana dan prasarana sekolah secara umum sudah bersih dan lengkap. Hanya saja
secara fisik lingkungan sekolah belum ramah untuk penyandang disabilitas. 2) faktor pendukung berupa
sumber daya guru yang menyadari lingkungan sekolah, berkomitmen untuk membangun sekolah dan juga
komunikasi yang baik antar anggota sekolah. Sementara faktor penghambat berupa daya dukung fisik
terutama luas sekolah yang sempit, anggaran sekolah yang kecil dan kurangnya dukungan orang tua yang
bahkan memberi dampak buruk terhadap anak.

Kata Kunci: sekolah ramah anak

Abstract
This study aims to describe: 1) description of child-friendly schools in Jetis 2 Yogyakarta, 2)
supporting factors and inhibiting the creation of child-friendly schools in Jetis 2 Yogyakarta Elementary
School. This type of research used a qualitative approach. The subjects of this study were principals,
classroom teachers, and students. Data collection techniques are interviews, observation, and
documentation. Data analysis is done by data reduction, data presentation, and conclusion. Test data
validity using source triangulation and technique triangulation. The results showed that: 1) The description
of child-friendly schools in Jetis 2 Yogyakarta is a) the school's treatment does not contain discrimination
and violence. b) equal opportunities for children with special needs and mentoring to children when they are
involved in legal issues resolved with kinship. Provision of services to children is also tailored to the needs.
c) standard school facilities and infrastructure in general is clean and complete. It's just that the physical
environment of the school has not been friendly for people with disabilities. 2) supporting factors in the form
of teacher resources aware of the school environment, committed to building schools and also good
communication among school members. While the inhibiting factors of physical carrying capacity, especially
the narrow school area, small school budgets and lack of parental support that even adversely affect the
child.

Keywords: child friendly school


132 Jurnal Kebijakan Pendidikan Vol. 7 Nomor 2 Tahun 2018

PENDAHULUAN peraturan sekolah, maka kekerasan tersebut


Pada penyelenggaraan pendidikan dapat mengarah pada pelanggaran pada
seperti sekarang ini, masih banyak kode etik sebagai guru, dan bahkan tindak
pelanggaran yang bersifat diskriminatif. pidana. Guru yang menghukum murid
Pelanggaran pendidikan yang diskriminatif sehingga mengakibatkan luka fisik atau
termasuk dalam katagori pelanggaran murid yang menganiaya guru karna alasan
terhadap hak asasi manusia. Dari sekian nilai, termasuk pelanggaran HAM dan
banyak kasus pelanggaran HAM, termasuk tindak pidana (Rahman Assegaf,
diskriminasilah yang paling sering terjadi. 2004).
Ketika di dalam sekolah siswa yang Fakta kekerasan Komisi Perlindungan
memiliki orang tua dengan tingkat ekonomi Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan
tinggi tidak mau berbaur dengan siswa bahwa kekerasan terhadap anak terus
yang memiliki orang tua yang tingkat meningkat dari tahun ke tahun belakangan.
ekonominya rendah. Ada pula anak yang Kekerasan pada tahun 2013 sebanyak 4311
ditolak mendaftar di sekolah menengah kasus, tahun 2014 sebanyak 5066 kasus,
kejuruan dikarenakan anak tersebut cacat sampai pada april tahun 2015 menembus
kaki. Ironisnya, diskriminasi dalam bidang pada angka 6006 kasus kekerasan terhadap
pendidikan tidak saja terjadi terhadap anak- anak. Selanjutnya, kasus kekerasan pada
anak cacat, tapi juga terhadap orang miskin pengasuhan anak sebanyak 3160 kasus,
yang tidak bisa mengakses pendidikan kekerasan pada pendidikan 1764 kasus.
karena mahalnya biaya. KPAI juga melakukan survey yang
Namun Pendidikan juga tidak akan melibatkan 1000 siswa termasuk
lepas dari permasalahan lain yang timbuh didalamnya siswa SD, SMP dan SMA yang
di tengah-tengan penyelenggaraan hasilnya menunjukkan 87,6 % siswa pernah
pendidikan di sekolah. Salah satu mengalami tindak kekerasan baik fisik
diantaranya adalah kekerasan. Kekerasan maupun psikis. Kekerasan yang banyak
dalam pendidikan merupakan perilaku dialami korban adalah seperti dijewer,
melampaui batas kode etik dan aturan dipukul, dibentak, dihina serta
dalam pendidikan, baik dalam bentuk fisik mendapatkan labeling yang buruk.
maupun psikis. Pelakunya bisa siapa saja: Besarnya angka kekerasan terhadap anak
pimpinan sekolah, guru, staff, murid, orang sangat memprihatinkan terutama terhadap
tua/wali murid, atau bahkan masyarakat. kasus kekerasan dalam dunia pendidikan.
Jika perilaku kekerasan melampaui batas Lembaga pendidikan yang dianggap
otoritas lembaga, kode etik guru dan sebagai tempat yang aman untuk anak-anak
Sekolah Ramah Anak…(Anggi Setiawan) 133

ternyata juga banyak terjadi kekerasan pendapat. Anak tidak memiliki kebebasan
terhadap anak. dan mendapatkan haknya secara penuh. Hal
Faktor yang menyebabkan pada ini mengakibatkan kebutuhan anak baik
timbulnya kekerasan dalam dunia fisik non fisik di dalam penyelenggaraan
pendidikan ada pada kondisi internal pendidikan kurang terpenuhi. Dalam
maupun eksternal pendidikan. Dalam kondisi eksternal pendidikan, kekerasan
kondisi internal pendidikan apabila dapat ditimbulkan dari lingkungan
lembaga pendidikan hanya sebagai tempat keluarga, lingkungan sekolah, maupun
belajar dan mentransfer ilmu untuk lingkungan masyarakat.
mendapatkan nilai atau lulus dalam ujian Padahal pada Oktober tahun 2002
nasional dan hilanglah esensi dari telah disahkan Undang-Undang Republik
pendidikan itu sendiri yakni untuk Indonesia Nomor 23 tahun 2002 tentang
memanusiakan manusia. Tugas seorang Perlindungan Anak. Undang-undang
guru bukan hanya mengajarkan mata perlindungan anak adalah satu undang-
pelajaran tetapi juga mendidik anak dan undang mengenai hak-hak anak yang
memberikan hak anak secara penuh, tetapi menjelaskan secara rinci tentang
pada kenyataannya masih banyak guru perlindungan anak. Upaya perlindungan
yang memberikan hukuman fisik kepada anak merupakan bagian integral dari usaha
siswa tanpa memperhatikan resiko baik mensejahterakan anak. Disebutkan pula
fisik maupun psikis terhadap siswa. pada pasal 3 Undang-Undang 23 Tahun
Metode kegiatan belajar mengajar 2002 menyatakan bahwa perlindungan anak
guru juga masih menggunakan metode bertujuan untuk menjamin terpenuhinya
pembelajaran yang konvensional. Metode hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,
pembelajaran konvensional cenderung berkembang, dan berpartisipasi secara
menempatkan siswa sebagai penerima optimal sesuai dengan harkat dan mertabat
informasi pasif. Siswa belajar secara kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
individual dan kurangnya interaksi antar dari kekerasan dan diskriminasi demi
siswa. Guru sebagai penentu jalannya terwujudnya anak Indonesia yang
proses pembelajaran sehingga siswa tidak berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.
mempunyai kebebasan dalam Melalui undang-undang tersebut di
mengungkapkan pendapat maupun harapkan anak dapat terpenuhi semua
berargumen. Metode pembelajaran haknya dan terhindar dari tindak kekerasan
konvensional sangat membatasi siswa dan diskriminasi baik di keluarga, sekolah
dalam kreatifitas dan mengemukakan dan msayarakat.
134 Jurnal Kebijakan Pendidikan Vol. 7 Nomor 2 Tahun 2018

Menciptakan lingkungan sekolah Yogyakarta yang memang merupakan


yang bebas dari tindak kekerasan dan sekolah yang tidak menyatakan diri sebagai
diskriminasi serta pemenuhan semua hak- sekolah ramah anak namun selalu berusaha
hak anak di sekolah niscya untuk untuk ramah pada setiap anak didiknya.
dilakukan. Apalagi setelah dikeluarkannya Apalagi keadaan sekitar sekolah yang
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan merupakan kawasan padat penduduk
Perempuan dan Perlindungan Anak menjadi karakteristik tertentu sehingga
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2014 sekolah harus berusaha memberikan
tentang Kebijakan Sekolah Ramah Anak. kenyamandan keamanan pada setiap anak
Peraturan tersebut jelas merupakan sinyal khususnya saat berada di sekolah.
positif untuk menciptakan pendidikan yang SD Jetis II yang merupakan salah
bebas dari tindak kekerasan dan satu sekolah dasar yang terletak di Kota
diskriminasi juga sekolah dapat menjadi Yogyakarta yang berada di daerah aliran
arena yang menyenangkan bagi anak untuk Sungai Code. Daerah aliran sungai code
belajar dengan aman dan nyaman. yang berada di Kota Yogyakarta juga
Selain itu terdapat pula Peraturan terkenal dengan daerah padat penduduk dan
Walikota Yogyakarta Nomor 49 Tahun cenderung beresiko dalam hal penjaminan
2016 Tentang Sekolah Ramah Anak. hak-hak terhadap anak. Tidak hanya itu,
Berdasarkan peraturan walikota tersebut Kota Yogyakarta juga merupakan daerah
akan terlihat bermunculan sekolah-sekolah dengan kawasan kumuh tertinggi se-
yang ramah anak. Sekolah yang dapat provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
memberikan rasa aman, nyaman, sehat dan Kawasan kumuh di Kota Yogyakarta
memberikan rasa kerasan anak untuk mebcapai 278,7 Hektar Luas Kota
belajar dengan senang. Keadaan Yogyakarta adalah 32,2 kilometer persegi,
demikianlah yang diharapkan dapat sekitar 8,6 persennya atau 2,78 kilometer
dirasakan di semua daerah khususnya di persegi adalah daerah kumuh. Kawasan
Kota Yogyakarta tidak terkecuali di satuan kumuh di Kota Yogyakarta berada di
pendidikan di daerah-daerah berisiko di sepanjang tiga sungai besar yaitu Sungai
Kota Yogyakarta. Code,Winongo, dan Gajahwong (Dinas
Namun bukan berarti sekolah-sekolah Pekerjaan Umum, Perumahan, energy, dan
yang belum menyandang dan menyatakan Sumber Daya Mineral DIY).
diri sebagai sekolah yang ramah anak Hasil penelitian dari Pilar Imam
merupakan sekolah yang tidak ramah anak. Prakasa (2014) menunjukkan bahwa daerah
Hal tersebut terjadi di SD Jetis II Kali Code merupakan daerah yang sangat
Sekolah Ramah Anak…(Anggi Setiawan) 135

amat padat penduduknya. Sekitar 13 ribu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya,
warga masih mendiami bantaran Kali Code sehingga siswa merasa nyaman dan
yang tersebar di 14 kelurahan. Hal tersebut menyenangkan dalam proses belajar di
membuat luas wilayahnya tidak sebanding sekolah.
dengan jumlah penduduk di dalamnya.
METODE PENELITIAN
Rerata setiap keluarga menenpati rumah
Pendekatan Penelitian
yang berukuran 4m x 5m, bahkan ada yang
Dalam penelitian ini peneliti
3m x 4m. Kondisi sosial ekonomi
menggunakan pendekatan kualitatif. Hal
masyaraktnya pun kebanyakan bekerja
tersebut dikarenakan titik perhatian
sebagai pemulung, juru parkir serta buruh
penelitian lebih mengutamakan pada
bangunan yang tidak memiliki penghasilan
masalah proses, makna, pemahaman,
tetap. Hal tersebut membuat pemukiman
kompleksitas, interaksi serta persepsi.
yang cenderung padat dan kurang
Borgan dan Taylor (Lexy J. Moleong,
menyediakan tempat bermain dan
2002: 4) berpendapat bahwa penelitian
bereksplorasi untuk anak dan menuntut SD
kualitatif merupakan prrosedur penelitian
Jetis II untuk dapat berusaha menjamin
yang menghasilkan data deskriptif berupa
terpenuhinnya ha-hak anak.
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
Penelitian ini menggunakan landasan
orang tertentu melalui perilaku yang dapat
pustaka mengenai sekolah ramah anak dan
diamati.
prinsip penyelenggaraan sekolah ramah
anak. Sekolah ramah anak dapat dimaknai
Subjek Penelitian
sebagai sekolah yang menjunjung tinggi
Dalam penelitian ini yang menjadi
hak-hak anak sebagai pribadi yang harus di
subjek penelitian adalah Kepala Sekolah,
didik dengan perasaan dan budi pekerti
Guru Kelas, dan Siswa.
yang baik. Prinsip dari sekolah ramah anak
adalah menjadikan kepentingan dan
Tempat dan Waktu Penelitian
kebutuhan siswa sebagai pertimbangan
Penelitian ini berlokasi di SD Jetis II
utama dalam menetapkan setiap keputusan
Kota Yogyakarta yang beralamat di
dan tindakan yang diambil oleh pengelola
Jetisharjo Jt II/402 Cokrodiningrat,
dan penyelenggara pendidikan. Dengan
Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta.
demikian, Sekolah Ramah Anak harus
Penelitian dilaksanakan pada bulan April
menghormati hak siswa ketika
sampai bulan Juli 2017.
mengekspresikan pandangannya dalam
segala hal khususnya tentang ilmu
136 Jurnal Kebijakan Pendidikan Vol. 7 Nomor 2 Tahun 2018

Teknik Pengumpulan Data masih belum banyak sekolah yang menjadi


Teknik pengumpulan data yang rintisan sekolah ramah anak.
digunakan adalah teknik wawancara, Salah satu sekolah yang memang
observasi, dan studi dokumentasi. belum menjadi rintisan sekolah ramah anak
adalah SD Jetis 2 Kota Yogyakarta.
Teknik Analisis Data Sekolah ramah anak sendiri adalah satuan
Data dianalisis dengan menggunakan pendidikan formal, nonformal, dan
teknik pengumpulan data model Miles dan informal yang aman, bersih dan sehat,
Huberman (1984) dalam Sugiyono (2007: peduli dan berbudaya lingkungan hidup,
246), yaitu reduksi data (data reduction), mampu menjamin, memenuhi, menghargai
penyajian data (data display), dan hak-hak anak dan perlindungan anak dari
kesimpulan atau verifikasi (conclusion kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan
drawing or verification). salah lainnya serta mendukung partisipasi
anak terutama dalam perencanaan,
Keabsahan Data kebijakan, pembelajaran, pengawasan, dan
Uji keabsahan data menggunakan mekanisme pengaduan terkait pemenuhan
teknik triangulasi sumber dan triangulasi hak dan perlindungan anak di pendidikan.
teknik. Walaupun SD Jetis 2 Kota Yogyakarta
masih belum memulai sebagai sekolah
PEMBAHASAN
rintisan, namun penelitian ini mencoba
Penelitian ini mendeskripsikan
mendeskripsikan beberapa indikator yang
tentang sekolah ramah anak yang
tercantum di dalam Peraturam Walikota
merupakan produk dari Peraturan Menteri
Yogyakarta Nomor 49 Tahun 2016.
Pemberdayaan Perempuan dan
Beberapa tolok ukur atau indikator yang
Perlindungan Anak Nomor 8 tahun 2014
ada di dalam Peraturan Walikota tersebut
tentang Kebijakan Sekolah Ramah Anak.
adalah prinsip sekolah ramah anak, standar
Secara lebih khusus, di daerah Kota
sarana dan prasarana sekolah ramah anak,
Yogyakarta melalui Peraturan Walikota
dan juga kewajiban sekolah ramah anak.
nomor 49 tahun 2014 tentang sekolah
Untuk melihat seberapa jauh, SD Jetis 2
ramah anak. Melalui Peraturan Walikota
Melakukan atau belum tolok ukur atau
Yogyakarta tersebut, pada akhirnya
indikator sekolah ramah anak maka akan
memunculkan sekolah rintisan ramah
dijelaskan sebagai berikut :
anak. Namun di Kota Yogyakarta sendiri
Sekolah Ramah Anak…(Anggi Setiawan) 137

a. Prinsip Sekolah Ramah Anak bawah kemampuan rata-rata anak.


Prinsip sekolah ramah anak memiliki Selanjutnya juga dilakukan berbaikan dari
6 indikator yang menjadi penilaian mutlak segi daya dukung fisik sekolah berupa
prinsip sekolah ramah anak. Prinsip yang penambahan dan perbaikan fasilitas
pertama adalah prinsip tanpa diskriminasi. sekolah. Namum untuk aksesbilitas fisik
Prinsip tanpa diskriminasi yang dilakukan bagi penyandang disabilitas masih belum
di SD jetis 2 menyangkut beberapa hal memadahi.
yakni tidak menjadikan kemampuan Prinsip yang keempat adalah
kogitif, kemampuan ekonomi, gender dan penghargaan terhadap pendapat anak.
agama sebagai dasar pelayanan, pendidikan Penghargaan terhadap anak dilakukan
dan pengajaran. dengan cara diskusi sebagai alternatif
Prinsip yang kedua adalah tanpa metode pembelajaran. selain itu, sebagai
kekerasan. Prinsip ini dilakukan oleh guru bentuk penghargaan terhadap semua anak
sebagai tindakan preventif sengan adalah dengan tidak melakukan pengecapan
mengawasi kegiatan anak selama atau labeling terhadap anak yang memiliki
disekolah. Selain itu juga dilakukan di kemampuan kurang. Selain itu sekolah
dalam proses pembelajaran yakni dengan terutama guru juga memberikan
penanaman nilai moral. CCTV juga penghargaan berupa pujian verbal terhadap
menjadi daya dukung terciptanya anak yang dapat memotivasi anak lain.
kehidupan sekolah yang tanpa kekerasan, Prinsip yang kelima adalah adanya
sehingga keberadaan CCTV dapat partisipasi dari semua pihak sekolah.
membantu pihak sekolah dalam mengawasi Partisipasi yang dilakukan oleh guru dan
sekaligus mencari bukti. Pihak sekolah juga kepala sekolah adalah dengan diadakannya
melakukan peringatan secara verbal apabila piket pagi untuk menyambut siswa yang
telah terjadi tindak kekerasan baik yang datang ke sekolah. Hal tersebut dilakukan
dilakukan oleh siswa dan guru. untuk mengetahui kondisi fisik siswa. Hal
Prinsip yang ketiga adalah tersebut diketahui dengan adanya kontak
menempatkan anak sebagai pertimbangan fisik dengan jabat tangan antara guru dan
utama. Hal ini sudah dilakukan di tataran siswa. Sedangkan partisipasi siswa
struktural kebijakan yang dilakukan dinas dilakukan dengan melakukan dan
dengan sosialisasi kepada pihak sekolah. menjamin kebersihan sekolah dengan
Selanjutnya sekolah merespon dengan bimbingan guru. Selain itu, sekolah juga
melakukan pembelajaran intensif kepada mengajak orang tua untuk mendukung
siswa yang secara kemampuan berada di
138 Jurnal Kebijakan Pendidikan Vol. 7 Nomor 2 Tahun 2018

terciptanya sekolah ramah anak dengan dilakukan dengan berdiskusi dan


adanya rapat. kekeluargaan terlebih dahulu. Selain itu
Prinsip sekolah ramah anak yang juga bila perlu, sekolah meminta bantuan
terakhir adalah adanya konsistensi dan komite yang memang ahli di bidangnya
pembudayaan sekolah ramah anak. SD Jetis untuk mendampingi dan membantu
2 Yogyakarta memulai untuk membiasakan sekolah.
3S (senyum salam sapa) sebagai tahap awal Ketiga adalah sekolah memberikan
untuk mengubah kebiasaan interaksi antara pelayanan sesuai dengan kebutuhan dengan
guru dan siswa. Selanjutnya, melalui mempersiapkan ekstrakurikuler dan juga
kontrol CCTV di dalam kelas berusaha memberikan saran pada anak apabila hal
menciptakan pembelajaran yang yang dibutuhkan tidak dapat disediakan
menyenangkan namun juga edukatif. Selain oleh sekolah. Selain itu, sekolah juga
itu, segala bentuk tindakan di sekolah yang memberikan pelayanan berupa tambahan
mendukung terciptanya pembudayaan belajar kepada anak yang membutuhkan.
sekolah ramah anak juga diawasi oleh Keempat adalah menjamin
CCTV yang dipasang hampir di semua keselamatan anak di dalam kawasan
sudut sekolah. sekolah dilakukan dengan pengawasan
b. Kewajiban Sekolah Ramah Anak CCTV. Selain itu, guru yang berkeliling
Pemenuhan kewajiban oleh sekolah setiap saat khususnya saat istirahat supaya
dinilai dari beberapa indikator untuk dapat mengawasi saat anak jajan
penilaiannya. Berikut adalah kewajiban- sembarangan ataupun terjadi ancaman
kewajiban dari sekolah ramah anak yang terhadap hak anak supaya gurudapat
dilakukan di SD Jetis 2 Yogyakarta. memberikan peringatan secara lisan.
Pertama adalah pemberian kesempatan Kelima adalah ketersediaan akses
yang sama kepada anak yang berkebutuhan fisik dan lingkungan memang di buka
khusus dan berisiko untuk mendapatkan seluas-luasnya. Fasilitas fisik standar juga
pelayanan pendidikan dilakukan dengan sudah ada namun untuk akses terhadap
dengan memberikan bimbingan belajar anak yang berkebutuhan khusus secara fisik
kepada yang kurang sedangkan yang masih perlu penyesuaian lagi oleh sekolah.
berkebutuhan khusus secara fisik sekolah Hal tersebut dikarenakan untuk ramah
akan memebrikan pelayanan pendidikan terhadap penyandang disabilitas masih
sesuai kemampuan anak. perlu penyesuaian oleh sekolah.
Kedua adalah pendampingan anak Keenam adalah penyelenggaraan
ketika berhadapan dengan hukum program usaha kesehatan sekolah dilakukan
Sekolah Ramah Anak…(Anggi Setiawan) 139

dengan bekerjasama dengan puskesmas. melakukan kegiatan bersih sekolah yang


Kerja sama ini berupa sosialisasi dialkukan dipagi haru selama 10 menit.
menggosok gigi dengan baik dan benar dan Namun untuk sadar lingkungan di rumah,
juga membiasakan kebiasaa hidup bersih sekolah belum bisa mengontrol dan
dan sehat. menjamin sadar lingkungan di rumah.
Ketujuh adalah dengan sekolah Kesebelas adalah dengan sekolah
menyelenggarakan lingkungan dan melihat kepentingan anak sebagai patokan
infrastruktur yang bersih, sehat dan penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
memiliki standar kesehatan dilakukan Hal itu dibuktikan dengan adanya les
dengan menyewa jasa dari luar. Selain itu, tambahan untuk siswa kelas 6. Selain itu,
sekolah juga melakukan kerja sama dengan untuk pemenuhan kepentingan anak yang
perusahaan kesehatan untuk membangun tidak dapat di wadahi oleh sekolah dapat
fasilitas fisik mereka. Selanjutnya anak dilakukan di luar sekolah karena
juga diberikan tanggung jawba kebersihan keterbatasan dana sekolah.
untuk menumbuhkan kemandirian. Keduabelas adalah penyelenggaraan
Kedelapan adalah dengan konseling metode pembelajaran yang manusiawi dan
sekolah dilakukan oleh guru kelas dan dapat menghargai pendapat anak dilakukan
dilakukan dikelas masing-masing. dengan cara disksi. Hal ini dilakukan untuk
Sedangkan untuk perpustakaan dapat menghidupkan keinginan anak untuk
keberadaannya menjadi satu dengan aula aktif bertanya dan menjawab. Selain itu, hal
dan laboratorium sekolah. Selanjutnya hasil tersebut juga dapat menghargai pendapat
karya juga ditempatkan di kelas masing- anak.
masing. Ketigabelas adalah pelaksanaan
Kesembilan adalah dengan pendidikan dan metode pengajaran
penyelenggaraan program sadar lingkungan dilakukan sesuai bakat, minat dan
sekolah dan rumah dilakukan dengan kemampuan anak dilakukan dengan metode
melakukan kegiatan bersih sekolah yang yang klasikal. Sementara itu juga disiapkan
dilakukan dipagi hari selama 10 menit. ekstrakulikular batik dan melukis. Diluar
Namun untuk sadar lingkungan di rumah, kedua itu, sekolah hanya bisa
sekolah belum bisa mengontrol dan merekomendasikan anak untuk ikut kursus
menjamin sadar lingkungan di rumah. di luar sekolah.
Kesepuluh adalah dengan c. Standar Sarana dan Prasarana Sekolah
penyelenggaraan program sadar lingkungan Ramah Anak
sekolah dan rumah dilakukan dengan
140 Jurnal Kebijakan Pendidikan Vol. 7 Nomor 2 Tahun 2018

ketersediaan bangunan sekolah yang ketersediaan fasilitas layanan


sudah dirancang untuk aksesibel bagi kesehatan bagi anak dilakukan dengan
semua anak memang sudah baik. Namun menyediakan UKS (Usaha Kesehatan
untuk anak yang berkebutuhan khusus Sekolah). Selain itu, sekolah juga
secara fisik ketersediaan bangunan sekolah melengkapi dengan obat dan peralatan
masih belum layak atau ramah untuk anak medis standar. Pengembangan UKS ini
berkebutuhan khusus. juga di dukung dengan kerjasama yang
Terciptanya lingkungan sekolah yang dilakukan dengan pihak puskesmas.
dibuat rapi, indah rapi dan aksesnya mudah Ketersediaan dan keberasaan tempat
dilakukan dengan merintis taman kecil dan cuci tangan sudah memadahi di lantai
menanam pohon di lingkungan sekolah. bawah. Namun hal tersebut tidak ditemui di
Selain itu, sekolah juga memanggil jasa lantai atas. Keberadaan tempat cuci tangan
kebersihan untuk membersihkan sekolah. di lantai ada tidak ada sama sekali.
Tidak berhenti pada itu saja, sekolah Sekolah menyediakan kantin yang
melaluin pelajaran olahraga akan sehat yang merupakan kantin yang dikelola
melakukan bersih-bersih kelas dan juga oleh guru. Walaupun dari segi kesehatan
toilet. juga masih perlu pengawasan, namun
Kelengkapan sekolah seperti ruang setidaknnya lebih sehat dari sebelumnya
kepala sekolah,ruang guru, ruang yang merupakan jajanan dari luar sekolah.
administrasi, kelas, perpustakaan dan ruang Selain itu, keberadaan kantin perlu menjadi
lain memang sudah ada. namun untuk perhatian dan harus ditempatkan ke tempat
perpustakaan keberadaannya ditempatkan yang lebih layak.
di dalam aula dan menjadi satu pula dengan Ketersediaan tempat bermain dan
laboratorium sekolah. Selain itu, fasilitas olahraga sudah cukup lengkap.
keberadaan perpustakaan dirasa juga Walaupun tempat atau halaman bermain
kurang strategis. cukup terbatas. Namun mengingat jumlah
ketersediaan air untuk keperluan siswa yang juga sedikit.
sekolah sudah mencukupi. Baik untuk Ketersediaan tempat ibadah dan
senitasi, cuci tangan, wudhu dan juga air fasilitasnya terutama untuk tempat ibadah
minum. Sekolah menyediakan air dengan umat muslim sudah tersedia. Kelengkapan
kerjasama dengan PAM dan untuk di dalam musola juga sudah cukup baik
keperluan minum anak juga disediakan untuk standar sekolah dasar. Namum untuk
sekolah. agama lain belumlah ada.
Sekolah Ramah Anak…(Anggi Setiawan) 141

Ketersediaan sekolah untuk sekoah terutama guru dan kepala sekolah


menyediakan kamar kecil yang sehat dan lebih mengerti kondisi anak dan
bersih sudah cukup baik. Kemar kecil lingkungan. Pihak sekolah pun juga sadar
yang dipisah antara satu jenis kelamin bahwa mereka memiliki tanggung jawab
dengan jenis kelamin yang lain juga sudah seperti yang ada di kontrak dengan
dilakukan. Selain itu, kebersihan kamar pemerintah. Selain itu, komitmen pihak
kecil antara satu dengan yang lain juga sekolah untuk berubah menjadi lebih baik
sama-sama baik. juga sudah semakin terlihat di lingkungan
Kelengkapan dan keamanan fasilitas fisik sekolah. Awal mula sekolah yang
pembelajaran sudah sesuai standar dan gersang, perlahan sekolah sudah mulai
keamanan sendiri seperti biasanya. Alat menghijau. Hal ini diawali inisiatif kepala
kebersihan di dalam kelas sudah lengkap. sekolah dan guru untuk membuat taman
Namun untuk tempat sampah yang terpisah kecil dan menanam pohon. Selain itu juga
antara organik dan anorganik masih belum didukung adanya komunikasi antar pihak
disediakan. Ruang hasil karya siswa sekolah untuk lebih tanggap terhadap
ditempatkan di ruang kelas masing-masing. kemungkinan-kemungkinan buruk yang
Sementara ruang hasil karya masih belum ditimbulkan akibat lingkungan yang kurang
tersedia. Sementara Kecukupan ventilasi, mendukung.
sirkulasi udara dan pencahayaan untuk Tabel 1. Ringkasan Faktor Pendukung
Sekolah Ramah Anak di SD Jetis 2
mendukung pembelajaran di dalam kelas
Yogyakarta
sudah cukup. No. Faktor Pendukung
1. Sumber daya guru yang sadar
Berdasarkan hasil uraian tersebut,
karakter lingkungan sekolah
dapat di simpulkan bahwa indikator 2. Komitmen untuk memperbaiki
sekolah ramah anak belum semua lingkungan fisik sekolah
3. Komunikasi yang terjalin baik
terpenuhi. Hal yang paling jelas terlihat antar pihak sekolah
kurang ideal adalah daya dukung fisik (Sumber: diolah dari hasil wawancara dan
observasi)
terutama luar dan lingkungan sekolah yang
Pelaksanaan Sekolah Ramah Anak di
kurang ideal. Sehingga keberadaan kantin
SD Jetis 2 Yogyakarta juga memiliki faktor
sekolah dan perpustakaan harus
penghambat. Faktor penghambat ini perlu
terkesampingkan.
di identifikasi supaya dapat mencari solusi-
Faktor pendukung sekolah ramah anak
solusi penyelesaiannya. Faktor penghambat
di SD Jetis 2 yang paling menonjol adalah
yang pertama adalah masih kurang daya
sumber daya guru dan kepala sekolah dan
dukung fasilitas fisik baik sarana dan
juga komitmen dari pihak sekolah. Pihak
142 Jurnal Kebijakan Pendidikan Vol. 7 Nomor 2 Tahun 2018

prasarana yang masih belum semuannya dari orang tua. sekolah juga hendaknya
baik. Luas sekolah yang sempit menjadi memperbanyak kerja sama dengan
penghambat sekolah untuk melakukan pihak luar untuk pengembangan fisik,
perbaikan fisik untuk memperbaiki sarana dan prasarana sekolah.
aksesibel fasilitas sekolah. Faktor 2. Dinas yang terkait terutama dinas
penghambat yang kedua adalah anggaran pendidikan dan dinas sosial perlu
yang kurang untuk mengembangkan bekerja sama memberikan penyuluhan
alternatif pembelajaran dan juga perbaikan dan sosialisasi kepada masyarakat
fisik sekolah. Namun hal ini juga sekitar sekolah yang berisiko untuk
berbanding sama dengan jumlah siswa dapat membuka pandangan dan
yang cukup sedikit. Faktor penghambat mengubah paradigm tentang pentingnya
yang paling kentara adalah daya dukung pendidikan bagi anak.
orang tua dan lingkungan yang kurang. Hal 3. Bagi orang tua dan warga sekitar
ini membuat sedikit banyak psikologis dan sekolah hendaknya mulai membuka
tingkah laku siswa menjadi kurang dapat pendangan bahwa anak membutuhkan
dikendalikan oleh sekolah. Sering kali pendidikan yang baik dan ramah. Orang
pihak sekolah menemui anak yang dalam tua hendaknya menghindari penyerahan
keadaan tidak baik. Terlebih lagi, daya tanggung jawab pengasuhan dan
dukung orang tua untuk kepentingan anak pendidikan anak kepada pihak sekolah .
sangat minimal bahkan untuk rapat yang orang tua perlu sadar bahwa sebenarnya
diadakan satu tahun sekali. pendidikan dilakukan di keluarga,
Tabel 2. Ringkasan Faktor Penghambat sekolah dan lingkungan masyarakat.
Sekolah Ramah Anak di SD Jetis 2
Hal itu yang sebetulnya akan
Yogyakarta
No. Faktor Penghambat memperbaiki segala hal terutama
1. Kurang daya dukung sarana
keraktar anak.
prasarana sekolah (akses)
2. Anggaran yang pas-pasan
3. Daya dukung orang tua dan DAFTAR PUSTAKA
lingkungan yang kurang
Abd Rahman Assegaf. (2004). Pendidikan
(Sumber: diolah dari hasil wawancara dan
Tanpa Kekerasan, Tipologi, Kasus
observasi)
dan Konsep.Yogyakarta: Tiara
Saran Wacana

1. Sekolah hendaknya terus memberikan Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan,


energi, dan Sumber Daya Mineral
pengertian kepada orang tua bahwa DIY
terciptanya sekolah ramah anak yang Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI)
baik bagi anak ini perlu daya dukung
Sekolah Ramah Anak…(Anggi Setiawan) 143

Lexy J. Moleong. ( 2002 ). Metode


Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya.
Peraturan Daerah Yogyakarta Nomor 1
Tahun 2016 Tentang Kota Layak
Anak.
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2014 tentang Kebijakan Sekolah
Ramah
Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 49
Tahun 2016 Tentang Sekolah
Ramah Anak.
Pilar Imam Prakasa. (2014). Implementasi
Kebijakan Kartu Menuju Sejahtera
(KMS) pada Pendidikan Formal
Anak Kali Code. Skripsi:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak.

Anda mungkin juga menyukai