Anda di halaman 1dari 10

HISTORIKA, Vol. 21, No.

1 Tahun 2018
ISSN. 0853-0084

USAHA SEKOLAH DALAM MENGATASI SISWA YANG MEMBOLOS


(STUDI KASUS PADA SISWA KELAS X DI SMA MUHAMMADIYAH 4
KARTASURA SUKOHARJO)
Oleh:
Sundari dan Agus Prasetyo
SMA Muhammadiyah 4 Kartasura
Program Studi PPKn FKIP UMS

Abstract
This study aims to describe the school's efforts in dealing with students who are truant in SMA
Muhammadiyah 4 Kartasura Sukoharjo. This type of research is a qualitative single case study with
strategy. Data source this study is the informant, places, events, and documents. Using data collection
techniques interviews, observation, and documentation. To test the validity of the data in this study
using triangulation techniques and sources. The data have been compiled, analyzed the use of
interactive models, Miles and Huberman. . The results of this research proves that the cause of the
students truant because of two factors, namely the internal and external factors. Internal factors
include the motivation and ability of students. External factors include family circumstances, the
influence of friends, school rules and the teaching and learning activities. Action handling school
students truant by involving caregivers, community, and all the components of the school.
Keywords: school, student, ditching
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan usaha sekolah dalam mengatasi siswa yang
membolos di SMA Muhammadiyah 4 Kartasura Sukoharjo. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan
strategi studi kasus tunggal. Sumber data penelitian ini adalah informan, tempat, peristiwa, dan
dokumen. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Untuk
menguji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Data yang
telah dihimpun, dianalisis menggunakan model interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa penyebab siswa yang membolos dikarenakan dua faktor, yaitu internal dan
faktor eksternal. Faktor internal meliputi motivasi dan kemampuan siswa. Faktor eksternal meliputi
keadaan keluarga, pengaruh teman, peraturan sekolah dan suasana kegiatan belajar mengajar.
Sekolah melakukan tindakan penanganan siswa yang membolos dengan melibatkan wali murid,
masyarakat, dan semua komponen sekolah.
Kata kunci: sekolah, siswa, membolos

A. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara Pendidikan adalah usaha sadar dan
berkembang yang sangat memfokuskan pada terencana untuk mewujudkan suasana belajar
peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini dapat serta proses pembelajaran agar peserta didik
dilihat dari usaha pemerintah Indonesia dalam secara aktif mengembangkan potensi diri.
menata sistem pendidikan nasional yang ada. Peserta didik dituntut memiliki kekuatan
Tahun 2016 anggaran pendidikan dalam spiritual keagamaan, pengendalian diri,
APBN kurang lebih Rp. 419,2 Triliun atau 20 kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
persen dari total belanja negara Rp. 2095,7 keterampilan yang diperlukan dirinya,
Triliun. Besarnya anggaran tersebut masyarakat, bangsa dan negara. Terciptanya
membuktikan bahwa Indonesia sangat Undang-undang nomor 20 tahun 2003
memfokuskan pada peningkatan kualitas Tentang Sistem Pendidikan Nasional
pendidikan yang ada. Dana yang dikucurkan membuktikan bahwa Indonesia benar-benar
pemerintah lewat APBN tersebut bermaksud mengatur secara detail dan menyeluruh
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas mengenai pendidikan yang berlangsung.
pendidikan yang telah berjalan di Indonesia. Tujuan dari sistem pendidikan nasional yaitu

71
HISTORIKA, Vol. 21, No. 1 Tahun 2018
ISSN. 0853-0084

untuk mengembangkan potensi peserta didik norma sosial yang ada di lingkungan hidupnya.
agar mampu menjadi manusia yang beriman Ketiga kenakalan remaja dapat dilakukan oleh
dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak seorang remaja saja atau dapat dilakukan
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, bersama-sama dalam suatu kelompok.
dan menjadi warga negara yang demokratis Menurut Willis (2005:90) kenakalan
dan bertanggungjawab. remaja ialah tindakan perbuatan sebagian
Sekolah merupakan salah satu bagian remaja yang bertentangan dengan hukum,
dari pendidikan tempat terlaksananya proses agama, dan norma-norma masyarakat
pembelajaran. Menurut Nazarudin (2007:163), sehingga berakibat akan merugikan orang lain,
pembelajaran merupakan suatu peristiwa atau mengganggu ketentraman dan juga merusak
situasi yang sengaja dirancang dalam rangka diri sendiri. Sesuai dengan isi Bakolak Inpres
membantu serta mempermudah proses belajar No. 6/1971 Pedoman 8 (dalam Willis, 2005:89)
dengan harapan dapat membangun kreativitas kenakalan remaja ialah kelainan tingkah laku,
siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono perbuatan atau tindakan remaja yang bersifat
(2006:157), pembelajaran adalah proses yang asosial bahkan anti sosial yang melanggar
diselenggarakan oleh guru untuk norma-norma sosial, agama serta ketentuan
membelajarkan siswa agar memperoleh dan hukum yang berlaku dalam masyarakat.
memproses pengetahuan, keterampilan serta Kenakalan siswa dapat terwujud dalam
sikap. Pendapat lain dikemukakan oleh berbagai bentuk. Menurut Darajat (1973:11),
Aunurrahman (2009:34), pembelajaran bentuk-bentuk kenakalan terbagi ke dalam tiga
merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk bagian. Pertama kenakalan ringan yang
membantu proses belajar siswa yang berisi meliputi tidak patuh terhadap orang tua, lari
serangkaian peristiwa terancang, disusun atau membolos pada waktu sekolah, sering
sedemikian rupa untuk mendukung dan berkelahi, dan cara berpakaian yang tidak
mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa sopan. Kedua kenakalan yang mengganggu
yang bersifat internal. ketentraman dan keamanan orang lain yang
Realitanya di berbagai sekolah kerap meliputi mencuri, menodong, kebut-kebutan di
muncul fenomena kenakalan siswa. Menurut jalan, minum-minuman keras, dan
Hasan sebagaimana yang dikutip oleh penyalahgunaan narkotika. Ketiga kenakalan
Gunawan (2000:89), kenakalan adalah seksual yang meliputi kenakalan seksual
perbuatan anti sosial yang dilakukan orang terhadap lawan jenis dan sejenis.
dewasa dikualifikasikan sebagai tindakan Menurut Jensen sebagaimana yang
kejahatan. Menurut Gunarsa (1990:19), dikutip oleh Sarwono (2010:256), kenakalan
terdapat beberapa ciri pokok dari kenakalan dibagi menjadi empat jenis. Pertama
remaja. Pertama dalam pengertian kenakalan kenakalan yang menimbulkan korban fisik
harus terlihat adanya perbuatan atau tingkah pada orang lain seperti perkelahian, menyakiti
laku yang bersifat pelanggaran hukum yang teman, dan melakukan penganiayaan. Kedua
berlaku dan pelanggaran nilai-nilai moral. kenakalan yang menimbulkan korban materi
Kedua kenakalan tersebut mempunyai tujuan seperti perusakan, pencurian, pemerasan,
yang asusila, yakni perbuatan atau tingkah atau menggunakan iuran sekolah (SPP).
laku tersebut bertentangan dengan nilai atau Ketiga kenakalan sosial yang tidak
72
HISTORIKA, Vol. 21, No. 1 Tahun 2018
ISSN. 0853-0084

menimbulkan korban di pihak orang lain tua dan guru serta pemimpin masyarakat,
seperti menikmati karya pornografi, pengawasan yang kurang efektif dari
penyalahgunaan obat dan hubungan seks lingkungan sekitar, kurangnya pemahaman
bebas. Keempat kenakalan yang melawan terhadap remaja dan lingkungannya,
status seperti datang terlambat ke sekolah, kurangnya sarana penyaluran waktu
membolos, tidak memakai atribut sekolah senggang, dan ketidaktahuan keluarga dalam
dengan lengkap, berpakaian tidak sesuai menangani masalah remaja baik dalam segi
dengan aturan sekolah, berperilaku tidak sosiologik dan psikologik maupun pedagogik.
sopan dengan orang tua dan guru, mencontek, Salah satu bentuk kenakalan yang sering
keluyuran setelah pulang sekolah dan pada dijumpai di sekolah adalah siswa membolos.
malam hari tanpa tujuan yang jelas, Menurut Gunarsa (2002:31), membolos adalah
berbohong, menggunakan kendaraan pergi meninggalkan sekolah tanpa
bermotor tanpa memiliki surat ijin mengemudi sepengetahuan pihak sekolah. Menurut
(SIM), mengingkari status orang tua dengan Kartono (1991:55) membolos adalah salah
cara kabur/minggat dari rumah atau satu bentuk dari kenakalan siswa, apabila tidak
membantah perintah. segera diselesaikan akan dapat menimbulkan
Kenakalan pada siswa disebabkan oleh dampak yang lebih parah. Membolos
beberapa faktor. Menurut Pearce dan Haynei merupakan salah satu bentuk kenakalan siswa
sebagaimana yang dikutip oleh Alboukordi dkk yang menyimpang dari norma yaitu
(2012:771), “study of delinquency literature ketidakdisplinan dan ketidakjujuran serta
highlights the role of some prominent factors, kebiasaan buruk yang harus dihilangkan. Pada
the most important of which are family-related dasarnya siswa berangkat dari rumah dengan
and peers factors”. Menurut Simadjuntak menggunakan seragam akan tetapi tidak
(1981:289-290) faktor penyebab kenakalan sampai di sekolah. Ketidakhadiran siswa di
remaja dapat dibagi menjadi dua klarifikasi. sekolah tanpa keterangan (alpa) dapat juga
Pertama faktor internal meliputi cacat disebut dengan membolos.
keturunan yang bersifat biologis-psikis, Siswa yang membolos akan lebih memilih
pembawaan negatif yang mengarah pada pergi ke tempat tongkrongan ataupun rental
perbuatan nakal, ketidakseimbangan playstation bahkan ketempat warung internet
pemenuhan kebutuhan pokok dengan penyedia game online dibandingkan pergi ke
keinginan yang dapat menimbulkan frustasi sekolah untuk menuntut ilmu. Membolos
dan ketegangan, lemahnya kontrol diri dan merupakan perilaku yang melanggar norma
persepsi sosial, ketidakmampuan penyesuaian dan tata tertib sekolah. Siswa yang membolos
diri terhadap perubahan lingkungan yang baik cenderung akan melakukan perbuatan negatif
dan kreatif, dan tidak ada kegemaran atau hobi yang merugikan diri sendiri dan sekitarnya.
yang sehat. Kedua faktor eksternal meliputi Menurut Kartono (1991:78) secara akademis
kurangnya rasa cinta dari orang tua dan siswa yang ke sekolah tetapi sering membolos
lingkungan, pendidikan yang kurang mampu akan menanggung resiko kegagalan dalam
menanamkan tingkah laku sesuai dengan alam belajar. Siswa yang gemar membolos dapat
sekitar yang diharapkan orang tua dan sekolah terlibat dengan hal-hal yang cenderung
serta masyarakat, menurunnya wibawa orang merugikan. Mulai dari pecandu narkotika,
73
HISTORIKA, Vol. 21, No. 1 Tahun 2018
ISSN. 0853-0084
pelaku freesex dan melakukan tindakan 2017. Jenis penelitian ini adalah kualitatif
kekerasan atau tawuran. dengan strategi studi kasus tunggal. Menurut
Realitasnya fenomena siswa yang Strauss & Corbin (2009:4), istilah penelitian
membolos juga masih terjadi di SMA kualitatif dimaksudkan “jenis penelitian yang

Muhammadiyah 4 Kartasura Sukoharjo. temuan-temuannya tidak diperoleh melalui


prosedur statistik atau bentuk hitungan”.
Permasalahan membolos tersebut
Sugiyono (2010:15), menyatakan bahwa
mengharuskan pihak sekolah untuk
metode kualitatif adalah penelitian yang
mengevaluasi penyebab siswa membolos agar
berlandaskan pada filsafat postpositivisme
perilaku ini tidak terus terjadi. Peran sekolah
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
sangat dibutuhkan dalam upaya
obyek yang alamiah. Penelitian kualitatif
menanggulangi siswa yang membolos. menempatkan peneliti sebagai instrumen
Sekolah merupakan lembaga pendidikan kunci.
formal yang ada di Indonesia. Sekolah Strategi dalam penelitian ini adalah studi
diharapkan dapat memberikan pengaruh yang kasus. Menurut Sukmadinata (2011:66) studi
positif terhadap perkembangan jiwa siswa. kasus merupakan penelitian yang dilakukan
Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus terhadap suatu sistem yang diarahkan untuk
mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang menghimpun data, mengambil makna,
berlaku di masyarakat, di samping memperoleh pemahaman dari kasus-kasus.

mengajarkan berbagai keterampilan dan Sumber data penelitian ini adalah informan,
tempat, peristiwa, dan dokumen. Teknik
kepandaian kepada siswa.
pengumpulan data menggunakan wawancara,
Permasalahan siswa membolos yang
observasi, dan dokumentasi. Untuk menguji
terjadi di SMA Muhammadiyah 4 Kartasura
keabsahan data dalam penelitian ini
Sukoharjo tidak hanya menjadi tanggungjawab
menggunakan triangulasi sumber, teknik, dan
guru bimbingan konseling. Semua pihak yang
peneliti.
ada di sekolah wajib ikut serta dalam Data yang telah dihimpun, dianalisis
menanggulangi permasalahan ini. Kepala menggunakan interaktif oleh Miles dan
sekolah, guru mapel, serta pihak yang ada di Huberman. Menurut Bungin (2008:68) dalam
sekolah lainnya berkewajiban ikut serta dalam penelitian kualitatif yang digunakan adalah
menanggulangi permasalahan siswa logika induktif abstraktif, karena antara
membolos. Kemudian yang menjadi rumusan kegiatan pengumpulan data dan analisis data
masalah dalam kajian ilmiah ini adalah: tidak mungkin dipisahkan satu sama lain.
1. Apa saja faktor-faktor penyebab siswa Model analisis interaktif oleh Miles dan

membolos di SMA Muhammadiyah 4 Huberman sebagaimana dikutip Bungin


(2008:69-70), ada beberapa tahapan dalam
Kartasura?
analisis interaktif. Pertama pengumpulan data
2. Bagaimana usaha sekolah dalam
yang merupakan komponen bagian integral
menangani siswa yang membolos di SMA
dalam analisis data. Kedua reduksi data yang
Muhammadiyah 4 Kartasura?
merupakan proses mengolah data, setelah
dilakukannya pengumpulan. Ketiga penyajian
B. METODE PENELITIAN data dari reduksi untuk selanjutnya
Tempat penelitian ini di SMA diorganisasikan ke dalam bentuk tertentu, bisa
Muhammadiyah 4 Kartasura Sukoharjo tahun
74
HISTORIKA, Vol. 21, No. 1 Tahun 2018
ISSN. 0853-0084

berupa sketsa, sinopsis, dan matriks. Keempat Tabel 1. Daftar Siswa Membolos di Kelas X
penarikan kesimpulan. Tahun Pelajaran 2016/2017

No Nama Siswa yang Frekuensi


C. PEMBAHASAN membolos
1 Bayu Ramadhan 12
1. Deskripsi lokasi penelitian 2 Mujahid Al Muslim 5
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, 3 Nico Nugroho 10
4 Moehamad Hasan Risky 20
dan dokumentasi didapatkan data mengenai 5 Rizky Ade Rahmawan 7
gambaran umum SMA Muhammadiyah 4 6 Raka Mas Duta Pamukti 11
7 Daffa Muhammad Hafidh 5
Kartasura sebagai lokasi penelitian. SMA 8 Gibran Resufi Fajara 10
9 Dicki Hermawan Santoso 15
Muhammadiyah 4 Kartasura yang berdiri pada 10 Khofifah Nur Cahyo 10
Juli 1982, berlokasi di jalan Slamet Riyadi No Keterangan: Jumlah siswa kelas X tahun
ajaran 2016/2017 adalah 33, tercatat 10 orang
80 Kartasura Sukoharjo. Tepatnya di komplek dengan frekuensi membolos seperti tabel di
perguruan Muhammadiyah cabang Kartasura. atas, sementara 23 orang lainnya tidak pernah
membolos.
Jumlah pendidik dan non pendidik di SMA Sumber: Arsip Tata Usaha SMA
Muhammadiyah 4 Kartasura (2017)
Muhammadiyah 4 Kartasura sebanyak 21.
Tenaga pendidik sebanyak 19 orang dan 3. Faktor penyebab siswa membolos di SMA
tenaga non pendidik 2 orang. Sarana dan Muhammadiyah 4 Kartasura
prasarana yang dimiliki SMA Muhammadiyah 4 Berdasarkan hasil wawancara, observasi,
Kartasura cukup memadai dalam menunjang dan dokumentasi diketahui bahwa ada dua
kegiatan belajar mengajar. Sarana yang faktor yang menyebabkan siswa kelas X di
tersedia meliputi 1 ruang perpustakaan, 1 SMK Muhammadiyah 4 Kartasura membolos.
ruang guru, 1 ruang tata usaha, ruang kepala Dua faktor tersebut berasal dari internal dan

sekolah, 5 ruang kelas, 1 ruang laboratorium, faktor eksternal siswa. Faktor internal pada

dan halaman sekolah yang memungkinkan siswa yang menyebabkan membolos. Pertama
siswa tidak menyukai kegiatan belajar di kelas.
untuk tempat mengembangkan potensi non
Ketidaksukaan siswa pada mata pelajaran
akademik siswa.
tertentu, rupanya menjadi alasan untuk
2. Daftar siswa yang membolos di kelas X
membolos. Kedua siswa tidak memiliki
tahun pelajaran 2016/2017
motivasi untuk sekolah. Lemahnya motivasi
Aktivitas membolos masih kerap ditemui
untuk bersekolah, menjadi salah satu faktor
pada siswa kelas X di SMA Muhammadiyah 4
internal yang menyebabkan siswa memilih
Kartasura. Berbagai faktor menjadi alasan
untuk membolos. Ketiga siswa yang tidak
siswa untuk tidak berangkat ke sekolah tanpa
memiliki motivasi untuk kehidupan di masa
keterangan. Berdasarkan hasil pencatatan depan. Tidak memiliki motivasi untuk
arsip yang dilakukan, berikut ini data siswa merencanakan kehidupan di masa depan,
yang membolos di kelas X tahun pelajaran rupanya membuat siswa merasa bahwa
2016/2017. sekolah tidak penting. Hal itulah yang
menyeabkan siswa akhirnya membolos.
Faktor eksternal pada siswa yang
menyebabkan membolos. Pertama
75
HISTORIKA, Vol. 21, No. 1 Tahun 2018
ISSN. 0853-0084

terpengaruh teman. Pergaulan teman guru, wali murid, dan masyarakat. Kerja sama
memberikan pengaruh yang besar terhadap ini bertujuan untuk mengantisipasi adanya
perilaku siswa. Alhasil jika teman-temannya siswa yang membolos. Pihak sekolah
banyak yang berperilaku tidak baik, maka mensosialisasikan gerakan untuk
siswa tersebut akan mudah hal-hal yang memperhatikan anak sekolah. Guru yang
negatif. Kedua tidak mampu mengikuti melihat ada anak usia sekolah yang berada di
pelajaran di sekolah. Siswa yang mengalami luar sekolah pada saat KBM berlangsung,
kesulitan dalam penguasaan materi pelajaran, dapat menegur siswa tersebut.
akan cenderung merasa kurang percaya diri di
kelas. Kurangnya rasa percaya diri tersebut
dapat menyebabkan siswa memilih untuk
membolos sekolah. Ketiga konggarnya
peraturan sekolah. Peraturan yang dibuat oleh
sekolah, terkadang belum berjalan dengan
optimal. Kondisi tersebut memberikan peluang
bagi siswa untuk tidak mentaati aturan yang
berlaku, salah satunya membolos. Keempat Sumber: Observasi Peneliti (2017)
Gambar 1. Pihak Sekolah Memberikan Arahan Pada
kondisi keluarga. Keadaan keluarga yang tidak Siswa agar Mentaati Peraturan yang Berlaku, Salah
Satunya Tidak Membolos saat Pelajaran
kondusif juga memberi pengaruh pada perilaku
siswa. Sikap orang tua yang masa bodoh Kedua menghubungi orang tua siswa.
terhadap kegiatan sekolah membuat anak juga Saat mengetahui ada siswa yang membolos
tidak serius dalam menuntut ilmu. Hal inilah sebaiknya segera menghubungi orang tua
yang menyebabkan siswa akhirnya membolos. siswa tersebut. Pemberian informasi bahwa
Kelima kegiatan belajar mengajar yang anaknya membolos akan memudahkan orang
terkesan membosankan maupun mencekam. tua siswa terlibat secara langsung dalam
Kondisi proses belajar mengajar yang kurang proses pembinaan siswa di rumah. Ketiga
menyenangkan dapat membuat siswa jenuh, menegakkan peraturan sekolah. Hal ini
sehingga memilih untuk membolos. memerlukan kerjasama semua komponen
4. Usaha sekolah dalam mengatasi siswa sekolah, baik pendidik maupun tenaga non
yang membolos di SMA Muhammadiyah 4 pendidik. Peraturan sekolah harus dipatuhi
Kartasura oleh semua komponen ini. Hal ini karena siswa
Sekolah sebagai lembaga pelaksana juga membutuhkan teladan dalam kedisiplinan.
pendidikan memiliki tanggungjawab terhadap Keempat pengembangan kompetensi tenaga
siswa selama berada di sekolah. Hal ini pendidik. Hal ini ditujukan agar guru memiliki
termasuk mengatasi masalah siswa yang kompetensi dan kreativitas dalam kegiatan
membolos. Berdasarkan hasil wawancara, belajar mengajar sehingga siswa lebih nyaman
observasi, dan dokumentasi didapatkan usaha dan senang mengikuti KBM.
yang dilakukan pihak sekolah SMA SMA Muhammadiyah 4 Kartasura
Muhammadiyah 4 Surakarta dalam mengatasi merupakan salah satu bagian dari pendidikan
masalah siswa yang membolos. Pertama tempat terlaksananya proses pembelajaran.
membangun kerja sama yang baik antara Proses pembelajaran di SMA Muhammadiyah
76
HISTORIKA, Vol. 21, No. 1 Tahun 2018
ISSN. 0853-0084

4 Kartasura sejalan dengan pendapat Secara lebih spesifik aktivitas membolos


beberapa ahli. Di antaranya menurut yang dilakukan siswa kelas X di SMA
Nazarudin (2007:163), yang menyatakan Muhammadiyah 4 Surakarta, dapat
pembelajaran merupakan suatu peristiwa atau dikategorikan sebagai kenakalan yang
situasi yang sengaja dirancang dalam rangka melawan status. Hal itu sejalan dengan
membantu serta mempermudah proses belajar pendapat Jensen sebagaimana yang dikutip
dengan harapan dapat membangun kreativitas oleh Sarwono (2010:256). Bentuk kenakalan
siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono yang melawan status antara lain datang
(2006:157), pembelajaran adalah proses yang terlambat ke sekolah, membolos, tidak
diselenggarakan oleh guru untuk memakai atribut sekolah dengan lengkap,
membelajarkan siswa agar memperoleh dan berpakaian tidak sesuai dengan aturan
memproses pengetahuan, keterampilan serta sekolah, berperilaku tidak sopan dengan orang
sikap. tua dan guru, hingga mencontek. Layaknya
Realitanya di SMA Muhammadiyah 4 sebuah kenalakan, tentu saja aktivitas
Kartasura masih dijumpai siswa yang membolos harus dicarikan penanganannya.
membolos. Fenomena membolos yang Di satu sisi faktor penyebab membolos
dilakukan siswa di SMA Muhammadiyah 4 yang dilakukan siswa kelas X di SMA
Kartasura dapat digolongkan sebuah Muhammadiyah 4 Surakarta, dipengaruhi oleh
kenakalan yang sejalan dengan beberapa hal internal dan eksternal. Secara umum
pendapat ahli. Di antaranya Pearce dan temuan tersebut sejalan dengan teori yang
Haynei sebagaimana yang dikutip oleh diungkapkan Simadjuntak (1981:289-290),
Alboukordi dkk (2012:771), “study of yang menyebabkan bahwa kenakalan remaja
delinquency literature highlights the role of dapat dibagi menjadi dua faktor. Pertama
some prominent factors, the most important of faktor internal meliputi cacat keturunan yang
which are family-related and peers factors”. bersifat biologis-psikis, pembawaan negatif
Menurut Gunarsa (2002:31), membolos adalah yang mengarah pada perbuatan nakal,
pergi meninggalkan sekolah tanpa ketidakseimbangan pemenuhan kebutuhan
sepengetahuan pihak sekolah. Menurut pokok dengan keinginan yang dapat
Kartono (1991:55) membolos adalah salah menimbulkan frustasi dan ketegangan, dan
satu bentuk dari kenakalan siswa, apabila tidak lain sebagainya. Kedua faktor eksternal
segera diselesaikan akan dapat menimbulkan meliputi kurangnya rasa cinta dari orang tua
dampak yang lebih parah. Membolos dan lingkungan, pendidikan yang kurang
merupakan salah satu bentuk kenakalan siswa mampu menanamkan tingkah laku sesuai
yang menyimpang dari norma yaitu dengan alam sekitar yang diharapkan orang
ketidakdisplinan dan ketidakjujuran serta tua dan sekolah serta masyarakat,
kebiasaan buruk yang harus dihilangkan. Pada menurunnya wibawa orang tua dan guru serta
dasarnya siswa berangkat dari rumah dengan pemimpin masyarakat, dan lain sebagainya.
menggunakan seragam akan tetapi tidak Fenomena mengenai membolos di
sampai di sekolah. Ketidakhadiran siswa di kalangan siswa memang menarik untuk dikaji
sekolah tanpa keterangan (alpa) dapat juga secara ilmiah. Faktor penyebab dan usaha
disebut dengan membolos. yang dilakukan SMA Muhammadiyah 4
77
HISTORIKA, Vol. 21, No. 1 Tahun 2018
ISSN. 0853-0084

Kartasura dalam menangani siswa yang lambat dalam belajar, kurangnya dorongan
membolos, secara umum juga hampir sama untuk berprestasi, dan kurang kemampuan
dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan dalam penyesuaian diri. Faktor eksternalnya
sebelumnya. Hanya saja memang terdapat yaitu teman yang nakal, guru yang kurang
beberapa perbedaan, khususnya mengenai mampu memahami perbedaan individu,
faktor yang secara spesifik dan juga langkah- penyampaian pembelajaran yang kurang tepat.
langkah penanganan yang dijalani. Kajian Alternatif pemecahannya dengan
ilmiah mengenai siswa membolos dan cara merekomendasikan orang tua untuk
mengatasinya pernah dilakukan oleh Aryati memindahkannya ke sekolah inklusi, metode
(2015) dan Irena (2011). Terdapat beberapa remedial, hingga memberikan dorongan
persamaan dan perbedaan antara hasil dengan perlahan-lahan. Hasil penelitian Aryati
penelitian yang dilakukan ini dengan ketiga (2015) memiliki persamaan terkait faktor
penelitian tersebut. penyebab membolos, yakni melibatkan faktor
Penelitian pernah dilakukan Irena (2011) internal dan eksternal. Perbedaannya adalah
dengan judul “Hubungan antara Konsep Diri subjek penelitian yang dituju dan usaha
dan Frekuensi Membolos Sekolah pada Siswa sekolah yang dilakukan dalam menangani
SMK X Jakarta Barat”, yang terbit dalam Jurnal siswa yang membolos tersebut.
Psikologi Volume 9 Nomor 2 Desember 2011 Dengan mengetahui faktor yang menjadi
Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul penyebab, pihak SMA Muhammadiyah 4
Jakarta. Hasil penelitian ini membuktikan Surakarta berusaha untuk mengatasi masalah
bahwa korelasi antara konsep diri dan membolos sebagai bentuk kenakalan siswa.
frekuensi membolos sekolah adalah -1,000 Langkah yang dilakukan sudah cukup baik
dan signifikansi (p)=0,000 frekuensi membolos yakni 1) membangun kerja sama yang baik
sekolah. Hasil penelitian Irena (2011) memiliki antara guru, wali murid, dan masyarakat; 2)
perbedaan dengan penelitian kali ini, terkait menghubungi orang tua siswa; 3) menegakkan
pendekatan yang dilakukan. Irena (2011) coba peraturan sekolah; dan 4) mengembangkan
melihat faktor penyebab membolos dengan kompetensi tenaga pendidik. Dengan
memfokuskan pada konsep diri. Menurut Irene melaksanakan langkah-langkah tersebut,
(2011) semakin negatif konsep diri, maka diharapkan aktivitas membolos pada tahun
semakin tinggi frekuensi membolos sekolah pelajaran berikutnya bisa diminimalisir.
pada siswa SMK X Jakarta Barat.
Penelitian lainnya pernah juga dilakukan D. PENUTUP
Aryati (2015) dengan judul “Identifikasi Faktor Berdasarkan dari hasil penelitian ini dapat
Penyebab Perilaku Membolos dan Alternatif disimpulkan bahwa siswa yang membolos
Pemecahannya pada Siswa Kelas IV di SD memiliki banyak alasan melakukannya. Alasan
Negeri 1 Purbalingga Kidul, telah diterbitkan siswa membolos datang dari faktor internal
dalam Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan faktor eksternal. Langkah yang dilakukan
Edisi 15 Tahun ke IV Agustus 2015 Universitas pihak sekolah dalam mengatasi siswa yang
Negeri Yogyakarta. Hasil penelitian membolos adalah: 1) membangun kerja sama
menunjukkan bahwa faktor internal yang yang baik antara guru, wali murid, dan
mempengaruhi perilaku membolos adalah masyarakat; 2) menghubungi orang tua siswa;
78
HISTORIKA, Vol. 21, No. 1 Tahun 2018
ISSN. 0853-0084

3) menegakkan peraturan sekolah; dan 4) juga perlu ditegakkan agar menimbulkan efek
mengembangkan kompetensi tenaga pendidik. jera bagi siswa yang membolos. Budaya
Pihak sekolah sebaiknya menjalin kerja sama disiplin sekolah perlu dibiasakan tidak hanya
dan komunikasi yang baik dengan masyarakat pada siswa, namun bagi semua warga
dan wali murid, agar aktivitas membolos siswa sekolah.
dapat minimalisir. Selain itu peraturan sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Alboukordi, Sajad., Nazari, Ali Muhammad., Nouri Robabeh. 2012. Predictive Factors for Juvenile
Delinquency: The Role of Family Structure, Parental Monitoring and Delinquent Peers.
International Journal of Criminology and Sociological Thepry. Vol. 5 No 1. Halamab 770-777.
Aryati, Fathah Nur. (2015). Identifikasi Faktor Penyebab Perilaku Membolos dan Alternatif
Pemecahannya pada Siswa Kelas IV di SD Negeri 1 Purbalingga Kidul. Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Edisi 15 Tahun ke IV Agustus 2015. Yogyakarta: UNY.
Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Bungin, Burhan. (2008). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Darajat, Sakiyah. (1973). Membina Moral Remaja di Indonesia cetakan kedua. Jakarta: Bulan Bintang.
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Gunarsa, Singgih. (1990). Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Gunawan, Ary H. (2000). Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Irena. (2011). Hubungan Antara Konsep Diri dan Frekuensi Membolos Sekolah pada Siswa SMK X
Jakarta Barat. Jurnal Psikologi Volume 9 Nomor 2, Desember 2011. Jakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Esa Unggul.
Kartono, Kartini. (1991). Bimbingan bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah. Jakarta: Rajawali
Press.
Nazarudin. (2007). Manajemen Pembelajaran Implementasi Konsep, Karakteristis, dan Metodologi
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umus. Yogyakarta: Sukses Ofset.
Sarwono, Sarlinto. (2010). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
Simandjuntak. (1981). Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial. Bandung: Tarsito.
Strauss, Anselm dan Corbin, Juliet. (2009). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: CV Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Willis, Sofyan S. (2005). Remaja & Masalahnya (Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja
seperti Narkoba, Fre Sex, dan Pemecahannya). Bandung: Alfanbeta.

79
HISTORIKA, Vol. 21, No. 1 Tahun 2018
ISSN. 0853-0084

80

Anda mungkin juga menyukai