Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Civic Hukum

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jurnalcivichukum
Volume 4, Nomor 2, November 2019
P-ISSN 2623-0216 E-ISSN 2623-0224

ANALISIS DEKADENSI MORAL


DALAM PROSES PEMBELAJARAN PPKn

Dea Kantri Nurcahya


FKIP Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia
Email: deakantri1997@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) bentuk dekadensi moral dalam
proses pembelajaran PPKn di SMP Aisyiyah Muhammadiyah 3 Kota Malang; (2) faktor
penyebab terjadinya dekadensi moral; dan (3) cara mengatasi dekadensi moral. Penelitian
ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dan pendekatan deskriptif yang bertempat
di SMP Aisyiyah Muhammadiyah 3 Kota Malang dari Agustus 2018 sampai April 2019.
Subjek penelitian antara lain Guru BK, Guru PPKn dan Siswa. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data terdiri dari
tiga alur kegiatan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Teknik keabsahan data menggunakan uji kredibilitas, uji transferbilitas, uji
dependibelitas, dan konfirmabilitas. Hasil penelitian (1) bentuk dekadensi moral yaitu
telat, ramai, tertidur, tidak mendengarkan guru, mencontek, kurang disiplin, kurang sopan,
terlambat mengumpulkan tugas. (2) Faktor penyebab antara lain faktor global dan faktor
spesifik, faktor global meliputi factor cari perhatian, broken home, latar belakang keluarga
menengah kebawah, pergaulan, globalisasi, sedangkan faktor spesifik yakni faktor saling
menggoda dengan siswa, tidak membawa buku pelajaran, malas dan kurang semangat, dan
jam pelajaran yang salah. (3) Solusi untuk mengatasi dekadensi moral melalui pembinaan
yang dilakukan oleh Guru Mata Pelajaran PPKn, Guru BK, Wali kelas, dan Kepala Sekolah.

Kata Kunci: Dekadensi Moral; Pembelajaran PPKn

ABSTRACT
This study aims to describe (1) the form of moral decadence in the learning process
of PPKn in Aisyiyah Muhammadiyah 3 Junior High School, Malang City, (2) factors causing
moral deterioration, and (3) ways to overcome moral decadence. This research uses qualitative
research and descriptive approach, which is located at SMP Aisyiyah Muhammadiyah 3
Malang City from August 2018 to April 2019. Subjects include BK Guidance, PPKn Teachers,
and Students. Data collection techniques using observation, interviews, and documentation.
The data analysis technique consists of three activities, namely, data collection, data reduction,
data presentation, and drawing conclusions. The data validity technique uses a credibility
test, a transferability test, a dependability test, and confirmability. The results of the study
(1) the form of moral decadence that is late, crowded, asleep, not listening to the teacher,
cheating, lack of discipline, less polite, late to collect assignments. (2) Causative factors
include global factors and specific factors, global factors include attention-seeking factors,
broken home, background of middle to lower class families, association, globalization, while
specific factors namely factors teasing each other with students, not carrying textbooks, lazy
and lack of enthusiasm, and wrong lesson hours. (3) Solutions to overcome moral decadence
through coaching conducted by PPKn Subject Teachers, BK Teachers, Homeroom Teachers,
and School Principals.

Keywords: Moral Decadence; Learning PPKn

114
115

PENDAHULUAN dari pucuk sampai ke akar, dari hulu


Dekadensi moral merupakan sampai ke hilir seperti yang dikemukakan
pengikisan jati diri yang terkait oleh (Hazhari, 2015).
merosotnya tentang nilai-nilai keagamaan, Menurut Susetyo (2018), motif
nasionalisme, nilai sosial budaya bangsa terjadinya dekadensi moral adalah Generasi
dan perkembangan moralitas individu. Hal muda merupakan kelompok orang muda
ini menimbulkan kekhawatiran sehingga yang pada umumnya diidentikkan dengan
sangat penting dan diperlukan pendekatan karakter enerjik, dinamis dan terbuka
yang lebih serius dalam memperkokoh terhadap perubahan. Mereka adalah sosok-
jati diri para generasi muda melalui sosok yang sedang giat-giatnya belajar
pendidikan moral dan budaya bangsa. dan beraktivitas untuk mencapai cita-cita
Menurut Lickona (2013), moral yang baik dan mencari jati diri. Banyak diantaranya
harus terkandung tiga komponen yaitu yang mampu menemukan jati diri melalui
pengetahuan moral, perasaan moral, dan prestasi yang membanggakan, sementara
tindakan moral melalui tiga komponen di sisi lain ada generasi muda yang
tersebut pendidikan moral akan berjalan tumbuh menjadi pribadi dengan karakter
secara sistematis dan berkelanjutan jalanan yang anarkis. Dua ilustrasi tersebut
sehingga siswa dapat menilai suatu tindakan merupakan gambaran karakter berbeda
melalui pengetahuannya, dapat merasakan dari generasi muda yang tumbuh dan
suatu tindakan melalui perasaan moralnya berkembang dalam habitatnya masing-
serta dapat memutuskan tindakan tersebut masing.
melalui tindakan moral yang dimiliki Menurut Samsuri (2011), Pendidikan
siswa. Tanpa ketiga komponen ini maka Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
pendidikan karakter tidak akan berjalan adalah suatu proses penyiapan generasi
secara efektif. Dekadensi moral sekarang muda (siswa) untuk menjadi warga negara
ini tidak hanya melanda kalangan dewasa, yang memiliki pengetahuan, kecakapan,
melainkan juga telah menimpa kalangan dan nilai-nilai yang diperlukan untuk
pelajar yang menjadi generasi penerus berpartisipasi aktif dalam masyarakatnya.
bangsa. Orang tua, guru, dan beberapa Pelajaran PPKn sendiri merupakan satu
pihak yang berkecimpung dalam bidang rangkaian proses untuk mengarahkan
pendidikan, agama dan sosial banyak peserta didik menjadi warga negara yang
mengeluhkan terhadap perilaku sebagian berkarakter bangsa Indonesia, cerdas,
pelajar yang berperilaku di luar batas terampil, dan bertanggung jawab, sehingga
kesopanan dan kesusilaan (Daulay, 2012). dapat bereran aktif dalam masyarakat
Menurut Bartens (2000) menjelaskan sesuai dengan ketentuan Pancasila dan
dekadensi moral adalah tindakan seseorang UUD 1945.
yang selalu melakukan tingkah laku buruk. Veldhuis (dalam Astuti, 2015),
Dekadensi moral tidak merajuk pada mengemukakan bahwa dalam proses pendidikan
teori keutamaan. Teori keutamaan yang kewarganegaraan, kita harus membedakan
dimaksud yaitu; kebijaksanaan, kejujuran, antara aspek-aspek pengetahuan (knowledge),
keadilan, dan kerendahan hati. Bentuk sikap dan pendapat (attitudes and opinions),
dekadensi moral yang melanda negara kita keterampilan intelektual (intellectual skills), dan
adalah dekadensi akhlak. Bentuk dekadensi keterampilan partisipasi (participatory skills).
akhlak yang menjadi dampak luas ialah Bafadal (2005), pembelajaran dapat
dekadensi kejujuran. Dekadensi kejujuran diartikan sebagai “segala usaha atau
menyuburkan praktik kejahatan yang proses belajar mengajar dalam rangka
menggerogoti dari kehidupan seseorang, terciptanya proses belajar mengajar yang
Dea Kantri Nurcahya, Analisis Dekadensi Moral Dalam Proses Pembelajaran PPKn
116

efektif dan efisien”. Proses belajar yang perlu adanya gerakan kebudayaan yang
efetif dan efisien adalah dimana komponen berlandaskan keluhuran bangsa dengan
pembelajaran dapat dengan mudah dicerna tetap bersumber dari islam. Seperti
oleh peserta didik. Winataputra (2007), tertuang pada Fatwa MUI No.287 Tahun
pembelajaran PPKn merupakan salah 2001 tentang Pornografi dan Pornoaksi.
satu mata pelajaran pokok di sekolah Menurut Sukriah (2017), Konsep
yang bertujuan untuk mengembangkan pendidikan moral di Madrasah Tsanawiyah
kecerdasan warga negara dalam dimensi An-Nur sudah sesuai dengan teori dari
spiritual, rasional, emosional dan sosial, Imam Al-Ghazali yang menekankan pada
mengembangkan tanggung jawab sebagai pengajaran keteladanan dan kognifistik.
warga negara, serta mengembangkan Konsep ini menurut Imam Al-Ghazali yang
anak didik berpartisipasi sebagai warga mengkaji dalam kitab ihya‟ ulumuddin
negara supaya menjadi warga negara yang tentang pendidikan akhlaq menerangkan
baik. Pembelajaran PPKn, kemampuan ada dua kategori yang harus ada yakni
menguasai metode pembelajaran merupakan guru atau pendidik dan peserta didik atau
salah satu persyaratan utama yang harus murid yang saling bekerja sama sehingga
dimiliki guru. Pendidikan Kewarganegaraan mampu memberikan ataupun menerima
adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan ilmu secara maksimal.
untuk mempersiapkan warga masyarakat Rahayu (2012), peran orang tua
untuk berfikir kritis, dan bertindak demokratis terhadap tendidikan moral remaja yaitu
melalui aktivitas menanamkan kesadaran orang tua memiliki peranan penting dalam
kepada generasi baru (Zamroni, 2005). pembinaan pendidikan moral pada remaja.
Berdasarkan undang-undang RI Cara orang tua memberikan pendidikan
nomor 20 tahun 2003 bab II pasal 3 tentang moral remaja: 1)sebagai pelindung
sisdiknas disebutkan tujuan pendidikan pemelihara keluarga, 2) sebagai teladan,
nasional berbunyi: Pendidikan nasional dan 3) sebagai fasilitator.
berfungsi mengembangkan kemampuan Sehubungan dengan hal tersebut,
dan membentuk watak serta peradaban berdasarkan dengan wawancara dengan
bangsa yang bermartabat dalam rangka didapati beberapa siswa yang melanggar
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan peraturan sekolah. Seperti datang terlambat,
untuk berkembangnya potensi peserta didik tidak mengikuti pelajaran di kelas karena
agar menjadi manusia yang beriman dan malas, tidur di dalam kelas pada waktu
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, jam belajar berlangsung, membuat gaduh
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, pada saat guru menerangkan, mencontek,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara tidak memakai atribut lengkap sesuai
yang demokratis serta bertanggung jawab. yang di tetapkan, berbicara dengan guru
Menurut Amirsyah selaku wakil menggunakan nada tinggi, dan pulang ke
ketua Komisi Hukum dan Undang-Undang rumah sebelum bel pulang berbunyi dan
Majelis Ulama Indonesia(MUI) yang tanpa izin guru. Sehingga mempengaruhi
disampaikan melalui Republikas.co.id pada proses pembelajaran PPKn yang sedang
Rabu, 22 Maret 2017 bahwa, banyaknya berlangsung.
kasus pelecehan dan human trafficking
yang terjadi saat ini membuktikan adanya METODE
kemrosotan moral dan akhlak bangsa, Penelitian ini menggunakan
karena itu semua memang ada muatan pendekatan penelitian kualitatif dengan
ideologi kapitalis dalam bentuk kelonggaran jenis penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono
etika. Beliau juga menyampaikan bahwa, (2017), penelitian kualitatif adalah metode

Jurnal Civic Hukum,Volume 4, Nomor 2, November 2019, hal 114-121


117

yang berlandaskan pada filsafat post Teknik analisis data terdiri dari
positivisme, digunakan untuk meneliti tahapan reduksi data, penyajian data,
pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai penarikan kesimpulan. Upaya pengujian
lawanya adalah eksperimen), dimana kredibilitas data dalam penelitian ini
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, menggunakan prosedur Triangulasi Teknik,
teknik pengumpulan data dilakukan secara menurut Sugiyono (2017) dilakukan dengan
triangulasi(gabungan), analisis data bersifat mengecek data kepada sumber yang sama
induktif/ kualitatif, dan hasil penelitian dengan teknik yang berbeda. misalnya
kualitatif lebih menekankan makna dari data diperoleh melalui wawancara, lalu
pada generalisasi. Metode deskriptif adalah dicek dengan observasi, dokumentasi, atau
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kuesioner.
nilai variabel mandiri, baik satu variabel
atau lebih (independen) tanpa membuat HASIL DAN PEMBAHASAN
perbandingan, atau menghubungkan antara Dekadensi Moral yang terjadi Dalam
variabel satu dengan variabel yang lain Proses Pembelajaran PPKn di SMP
(Sugiyono, 2009). Aisyiyah Muhammadiyah 3 Kota
Penelitian ini bertempat di SMP Malang
Aisyiyah Muhammadiyah 3 Kota Malang. Berdasarkan hasil penelitian dan
Proses penyelesaian memerlukan waktu data yang diuraikan pada pembahasan
kurang lebih 2-4bulan, yaitu dari 27 sebelumnya dapat dikatakan bahwa bentuk-
Agustus 2018 sampai dengan 31 April 2019. bentuk dekadensi moral yang terjadi dalam
Informan dalam penelitian antara lain: (1) proses pembelajaran PPKn di kelas ialah di
Guru BK; (2) Guru PPKn; (3) perwakilan luar kelas saat proses pembelajaran PPKn
siswa di SMP Aisyiyah Muhammadiyah 3 sedang berlangsung, ramai sendiri, tertidur
Kota Malang. saat proses pembelajaran PPKn sedang
Teknik pengumpulan data menggunakan: berlangsung, tidak mendengarkan guru
(1) Observasi, menurut Arikunto (2002) saat menerangkan materi, mencontek, tidak
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan memakai atribut lengkap, tidak membawa
data yang dilakukan dengan cara mengadakan buku pelajaran, telat memasuki ruangan,
penelitian secara teliti, serta pencatatan secara tidak punya sopan santun terhadap guru
sistematis. (2) Wawancara, menurut Moleong (berani mengelak saat guru menasehati,
(2014) yang dimaksud dengan wawancara keluar kelas tanpa izin guru), tidak
adalah percakapan dengan maksud tertentu. mengerjakan tugas atau telat mengumpulkan
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, tugas.
yaitu pewawancara (interviewer) yang Hasil penelitian tersebut sesuai
mengajukan pertanyaan dan terwawancara dengan teori yang dikemukakan oleh
(interviewee) yang memberikan jawaban Bartens (2000), dekadensi moral adalah
atas pertanyaan itu. (3) Dokumentasi, tindakan seseorang yang selalu melakukan
menurut Djaelani (2013) dokumentasi tingkah laku buruk. Dekadensi moral
merupakan fakta dan data yang tersimpan tidak merajuk pada teori keutamaan.
dalam berbagai bahan, yang tidak Teori keutamaan yang dimaksud yaitu;
terbatas oleh ruang dan waktu sehingga kebijaksanaan, kejujuran, keadilan, dan
memungkinkan bagi peneliti untuk kerendahan hati, sehingga tindakan di
mengetahui hal-hal yang pernah terjadi luar kelas saat proses pembelajaran PPKn
sebagai penguat data observasi dan sedang berlangsung, ramai sendiri, tertidur
wawancara dalam memeriksa keabsahan saat proses pembelajaran PPKn sedang
data, interpretasi, kesimpulan. berlangsung, tidak mendengarkan guru

Dea Kantri Nurcahya, Analisis Dekadensi Moral Dalam Proses Pembelajaran PPKn
118

saat menerangkan materi, mencontek, yang ketujuh faktor hilangnya atribut atau
tidak memakai atribut lengkap, tidak buku pelajaran dan kelupakan memakai
membawa buku pelajaran, telat memasuki atribut ataupun buku pelajaran sehingga
ruangan, tidak punya sopan santun siswa tidak mengenakan atribut lengkap
terhadap guru (berani mengelak saat dan tidak membawa buku pelajaran, yang
guru menasehati, keluar kelas tanpa izin kedelapan faktor tidak punya sopan santun
guru), tidak mengerjakan tugas atau telat dikarenakan kalau guru berbicara atau
mengumpulkan tugas, merupakan tindakan menasehati yang benar sudah mulai berani
seseorang yang melakukan tingkah laku menjawab atau mengelak bisa jadi didikan
buruk. keluarga yang salah, yang kesembilan
Ketiga informan sepakat bahwa faktor malas dan kurang bersemangat
tindakan dekadensi moral yang dilakukan setiap siswa sehingga siswa telat masuk
siswanya itu sangat mengganggu jalanya ruangan dan memilih jajan terlebih dahulu
proses pembelajaran PPKn, sehingga tidak dan sifat malas yang membuat siswa malas
selesai sesuai dengan apa yang sudah mengerjakan tugas dan cenderung telat
ditargetkan sebelumnya. Seharusnya siswa mengumpulkan tugas akhirnya mencontek
itu berprilaku baik sesuai dengan norma- teman, dan yang kesepuluh faktor jam
norma yang ada di Sekolah maupun di pelajaran PPKn yang membuat siswa jadi
Kelas saat pembelajaran berlangsung, guna mengantuk dan tertidur dikelas karena
mencapai hasil dari tujuan pembelajaran kecapekan dengan aktivitas di luar sekolah.
yang tepat waktu dan sesuai target. Motif terjadinya dekadensi moral
Selain itu, sikap siswa saat pembelajaran adalah Generasi muda merupakan
PPKn berlangsung seharusnya seperti kelompok orang muda yang pada umumnya
apa yang ada di Kurikulum 2013 yakni diidentikkan dengan karakter enerjik,
siswa memperhatikan dan fokus dengan dinamis dan terbuka terhadap perubahan.
pembelajaran PPKn, aktif dan tidak pasif Mereka adalah sosok-sosok yang sedang
serta tugas guru hanya mengarahkan saja. giat-giatnya belajar dan beraktivitas
untuk mencapai cita-cita dan mencari jati
Faktor penyebab terjadinya dekadensi diri. Banyak diantaranya yang mampu
moral dalam proses pembelajaran menemukan jati diri melalui prestasi yang
PPKn di SMP Aisyiyah Muhammadiyah membanggakan, sementara di sisi lain ada
3 Kota Malang generasi muda yang tumbuh menjadi pribadi
Penyebab terjadinya dekadensi moral dengan karakter jalanan yang anarkis. Dua
dalam proses pembelajaran PPKn di SMP ilustrasi tersebut merupakan gambaran
Aisyiyah Muhammadiyah 3 Kota Malang karakter berbeda dari generasi muda yang
sesuai dengan hasil penelitian dapat tumbuh tumbuh dan berkembang dalam
dikatakan bahwa ada beberapa faktor yaitu habitatnya masing-masing (Susetyo, 2018).
yang pertama faktor dari cari perhatian, Menurut hasil wawancara dengan ketiga
yang kedua faktor broken home, yang informan sepakat bahwa penyebab siswa
ketiga latar belakang keluarga menengah melakukan dekadensi moral dalam proses
kebawah, yang keempat faktor pergaulan pembelajaran PPKn adalah pertama faktor
dengan teman, yang kelima faktor dari cari perhatian, yang kedua faktor broken
globalisasi, yang keenam faktor saling home, yang ketiga latar belakang keluarga
menggoda antar siswa atau adu argumen menengah kebawah, yang keempat faktor
antar siswa menyebabkan ramai dan pergaulan dengan teman, yang kelima
tidak mendengarkan guru menerangkan faktor globalisasi, yang keenam faktor
materi sehingga kelas tidak kondusif, saling menggoda antar siswa atau adu

Jurnal Civic Hukum,Volume 4, Nomor 2, November 2019, hal 114-121


119

argumen antar siswa menyebabkan ramai kesalahanya Guru memberikan hukuman


dan tidak mendengarkan guru menerangkan agak berat seperti mengeluarkan siswa dari
materi sehingga kelas tidak kondusif, ruang kelas, membersihkan kamar mandi
yang ketujuh faktor hilangnya atribut atau dan membersihkan ruang kelas, yang
buku pelajaran dan kelupakan memakai ketiga apabila krisis moral yang dilakukan
atribut ataupun buku pelajaran sehingga sudah terlalu fatal biasanya si siswa
siswa tidak mengenakan atribut lengkap diajak ngobrol dengan Guru bersangkutan,
dan tidak membawa buku pelajaran, yang kemudian diselesaikan dengan campur
kedelapan faktor tidak punya sopan santun tangan BK dan Wali Kelas setelah itu
dikarenakan kalau guru berbicara atau diselesaikan dengan Kepala Sekolah dan
menasehati yang benar sudah mulai berani kalau sudah sangat fatal biasanya si siswa
menjawab atau mengelak bisa jadi didikan disuruh shalat taubat. Solusi tersebut selaras
keluarga yang salah, yang kesembilan dengan pendapat Winataputra (2007),
faktor malas dan kurang bersemangat pembelajaran PPKn merupakan salah
setiap siswa sehingga siswa telat masuk satu mata pelajaran pokok di sekolah
ruangan dan memilih jajan terlebih dahulu yang bertujuan untuk mengembangkan
dan sifat malas yang membuat siswa malas kecerdasan warga negara dalam dimensi
mengerjakan tugas dan cenderung telat spiritual, rasional, emosional dan sosial,
mengumpulkan tugas akhirnya mencontek mengembangkan tanggung jawab sebagai
teman, dan yang kesepuluh faktor jam warga negara, serta mengembangkan anak
pelajaran PPKn yang membuat siswa jadi didik berpartisipasi sebagai warga negara
mengantuk dan tertidur dikelas karena supaya menjadi warga negara yang baik.
kecapekan dengan aktivitas di luar sekolah. Cara mengatasi dekadensi moral dalam
Faktor tersebut merupakan penyebab pembelajaran PPKn yang dilakukan Guru
terjadinya dekadensi moral karena sesuai dan pihak Sekolah tersebut memang
dengan ilustrasi generasi muda yang tumbuh sudah benar melalui pembelajaran PPKn
menjadi pribadi dengan karakter jalanan karena dengan adanya pembelajaran
yang anarkis, karena dari segi background PPKn bertujuan untuk mengembangkan
keluarganya sendiri juga kurang mendidik. kecerdasan warga negara dalam dimensi
Padahal seharusnya pendidikan anak yang spiritual, rasional, emosional dan sosial,
pertama dia dapatkan dari keluarga. mengembangkan tanggung jawab sebagai
warga negara, serta mengembangkan anak
Cara mengatasi dekadensi moral didik berpartisipasi sebagai warga negara
dalam proses pembelajaran PPKn yang supaya menjadi warga negara yang baik.
dilakukan guru dan pihak sekolah di SMP Sehubungan dengan hasil temuan di
Aisyiyah Muhammadiyah 3 Kota Malang. lapangan, cara mengatasi dekadensi moral
Berdasarkan hasil temuan di dalam proses pembelajaran yakni yang
lapangan, cara mengatasi dekadensi moral pertama Guru menasehati dan disarankan
dalam proses pembelajaran yakni yang untuk siswa yang bersangkutan agar tidak
pertama Guru menasehati dan disarankan mengulangi kesalahanya lagi, yang kedua
untuk siswa yang bersangkutan agar tidak Guru memberikan sanksi berupa hukuman
mengulangi kesalahanya lagi, yang kedua berupa sesuatu hal yang masih berkaitan
Guru memberikan sanksi berupa hukuman dengan pembelajaran PPKn, yang ketiga
berupa sesuatu hal yang masih berkaitan Guru memberikan kesempatan sampai
dengan pembelajaran PPKn, yang ketiga tiga kali pertemuan jika si siswa masih
Guru memberikan kesempatan sampai tiga mengulangi kesalahanya Guru memberikan
kali pertemuan jika siswa masih mengulangi hukuman agak berat seperti mengeluarkan

Dea Kantri Nurcahya, Analisis Dekadensi Moral Dalam Proses Pembelajaran PPKn
120

siswa dari ruang kelas, membersihkan menengah kebawah, yang keempat faktor
kamar mandi dan membersihkan ruang pergaulan dengan teman, yang kelima
kelas, yang ketiga apabila krisis moral faktor globalisasi, yang keenam faktor
yang dilakukan sudah terlalu fatal biasanya saling menggoda antar siswa atau adu
si siswa diajak ngobrol dengan Guru argumen antar siswa menyebabkan ramai
bersangkutan, kemudian diselesaikan dan tidak mendengarkan guru menerangkan
dengan campur tangan BK dan Wali Kelas materi sehingga kelas tidak kondusif,
setelah itu diselesaikan dengan Kepala yang ketujuh faktor hilangnya atribut atau
Sekolah dan kalau sudah sangat fatal buku pelajaran dan kelupakan memakai
biasanya sis siswa disuruh shalat taubat. atribut ataupun buku pelajaran sehingga
Sesuai dengan pendapat Zamroni (2005), siswa tidak mengenakan atribut lengkap
Pendidikan Kewarganegaraan adalah dan tidak membawa buku pelajaran, yang
pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk kedelapan faktor tidak punya sopan santun
mempersiapkan warga masyarakat untuk dikarenakan kalau guru berbicara atau
berfikir kritis, dan bertindak demokratis menasehati yang benar sudah mulai berani
melalui aktivitas menanamkan kesadaran menjawab atau mengelak bisa jadi didikan
kepada generasi baru. Melalui Pendidikan keluarga yang salah, yang kesembilan
Pancasila dan Kewarganegaraan, siswa faktor malas dan kurang bersemangat
diharapkan dapat menerapkan sikap dan setiap siswa sehingga siswa telat masuk
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari ruangan dan memilih jajan terlebih dahulu
baik dilingkungan keluarga, masyarakat, dan sifat malas yang membuat siswa malas
bangsa dan negara. Jadi dengan adanya mengerjakan tugas dan cenderung telat
cara dan solusi yang diberikan oleh Guru mengumpulkan tugas akhirnya mencontek
atau pihak Sekolah yang sedemikian rupa teman, dan yang kesepuluh faktor jam
itu agar siswanya menjadi siswa yang pelajaran PPKn yang membuat siswa jadi
bermoral sesuai dengan norma dalam mengantuk dan tertidur dikelas karena
kehidupan masyarakat dan lingkungan kecapekan dengan aktivitas di luar sekolah.
berbangsa dan bernegara. Upaya yang pertama dilakukan oleh
Guru atau pihak sekolah adalah Guru
SIMPULAN menasehati dan disarankan untuk siswa
Bentuk dekadensi moral yang yang bersangkutan agar tidak mengulangi
sering terjadi dalam proses pembelajaran kesalahanya lagi, yang kedua Guru
PPKn sendiri yaitu dari telat memasuki memberikan sanksi berupa hukuman berupa
ruangan saat proses pembelajaran PPKn sesuatu hal yang masih berkaitan dengan
berlangsung, rame sendiri (berbicara diluar pembelajaran PPKn, yang ketiga Guru
konteks pembelajaran PPKn), tertidur, memberikan kesempatan sampai tiga kali
tidak mendengarkan guru, mencontek, pertemuan jika si siswa masih mengulangi
tidak memakai atribut lengkap, tidak kesalahanya Guru akan memberikan
mempunyai sopan santun terhadap guru hukuman agak berat seperti mengeluarkan
(guru menasehati tetapi siswa sudah berani siswa dari ruang kelas, membersihkan
menjawab atau mengelak) dan terlambat kamar mandi dan membersihkan ruang
dalam pengumpulan tugas (tidak disiplin). kelas, yang ketiga apabila krisis moral
Penyebab terjadinya dekadensi moral yang dilakukan sudah terlalu fatal biasanya
dalam proses pembelajaran PPKn disebabkan si siswa diajak ngobrol dengan Guru
oleh beberapa faktor yaitu; Yang pertama faktor bersangkutan, kemudian diselesaikan
dari cari perhatian, yang kedua faktor broken dengan campur tangan BK dan Wali Kelas
home, yang ketiga latar belakang keluarga setelah itu diselesaikan dengan Kepala

Jurnal Civic Hukum,Volume 4, Nomor 2, November 2019, hal 114-121


121

Sekolah dan kalau sudah sangat fatal Lickona, Thomas. 2013. Mendidik Untuk
biasanya siswa disuruh shalat taubat. Membentuk Karakter. Jakarta:
Remaja Rosdakarya.
DAFTAR PUSTAKA Moleong, Johannes, Lexy. 2014. Metodologi
Amirsyah. 2017. Banyaknya Kasus Pelecehan Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Bukti Kemerosotan Moral Bangsa. Remaja Rosdakarya
(online)https://www.republika.co.id/ Rahayu, Siti. 2017. Peran Orang Tua
berita/nasional/umum/17/03/22/ Terhadap Pendidikan Moral
on82wd384-banyaknya-kasus- Remaja. Skripsi tidak Diterbitkan.
pelecehan-bukti-kemerosotan-moral- Surakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah
bangsa diakses 1 Januari 2019 dan Keguruan Institut Agama Islam
Arikunto, Suharsimi. 2018. Konvergensi: Negeri Surakarta.
Jurnal Pendidikan Konvergensi. Vol: Samsuri. 2011. Pendidikan Karakter Warga
V 94-96. Negara. Yogyakarta : Diandra Pustaka
Astuti, Efri Yuni. 2015. Peran Pembelajaran Indonesia
Pendidikan Kewarganegaraan Dlam Sugiyono, P. D. 2009. Metode Penelitian
Pencegahan Perilaku Menyimpang Administrasi. Bandung: CV Alfabeta.
Siswa di SMK Ma’arif NU Bobotsari Sukriah, Alvin. 2017. Konsep Pendidikan
Kabupaten Purbalingga. Tesis tidak Moral dan Implikasinya dalam
Diterbitkan. Purwokerto: Fakultas Menekankan Kenakalan Remaja.
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Skripsi tidak Diterbitkan. Malang:
Unmuh Purwokerto. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Bafadal, Ibrahim. 2005. Dasar-Dasar Universitas Islam Negeri Maulana
Manajemen dan Supervisi Taman Malik Ibrahim Malang.
Kanak Kanak. Jakarta: PT Bumi Susetyo, Budi. 2018. Krisis Moral dan
Aksara Revitalisasi Nilai-Nilai Budaya.
Bertens. 2000. Pengantar Etika Bisnis. (Online). https://www.researchgate.
Yogyakarta: Kanisius (Anggota net/publication/329030026. Diakses
IKAPI) pada 10 Maret 2019.
Daulay, Haidar Putra. 2012. Pendidikan Winataputra, Udin. 2002. Pendekatan
Islam dalam Sistem Pendidikan Pembelajaran Kelas Rangkap.
Nasional di Indonesia. Jakarta: Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kencana Kebudayaan.
Djaelani, Aunu Rofiq. 2013. Teknik Zamroni. 2005. Paradigma Pendidikan
Pengumpulan Data dalam Penelitian Masa Depan. Yogyakarta: BIGRAF
Kualitatif. Majalah Ilmiah Pawiyatan, Publishing.
Vol XX (1) 82-92.
Hazhari, Meisil. 2015. Menjadi Pribadi
yang Menyenangkan. Yogyakarta:
Deepublish

Dea Kantri Nurcahya, Analisis Dekadensi Moral Dalam Proses Pembelajaran PPKn

Anda mungkin juga menyukai