TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas beberapa subbab dan didalam subbab terdapat beberapa
posisi poin yang mendukung atau sebagai penjabaran dari subbab tersebut.
dengan penelitian ini. Subbab yang terakhir adalah kerangka konsep pemikiran
penelitian terkait dengan penelitian ini. Pembahasan dari beberapa subbab akan
tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi
yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan
batas usia sekitar 18-30 tahun. Mahasiswa umumnya amat rentan terhadap
yang berusia sekitar 18 – 21 tahun (Monks dkk, 2001: 262). Mereka mudah sekali
10
berubah-ubah karena proses pencarian jati diri mereka. Selain itu, mahasiswa juga
cenderung mencari sosok panutan yang sesuai dengan diri mereka. Mereka mudah
terpengaruh oleh gaya hidup umum di sekitarnya karena kondisi kejiwaan yang
labil. Mereka juga cenderung mengambil jalan pintas dan tidak mau memikirkan
Pergaulan juga adalah hak asasi manusia setiap individu dan itu harus dibebaskan,
sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi dalam pergaulan, apalagi dengan
melakukan diskriinasi, sebab hal itu melanggar hak asasi manusia. Jadi pergaulan
antar manusia harusnya bebas tetapi tetap mematuhi norma hukum, norma agama,
Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. John Dewey (dalam Muslich, 2011:67)
secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. Tujuan
pendidikan dalam hal ini agar generasi muda sebagai penerus generasi tua dapat
11
ketrampilan yang melatarbelakangi nilai-nilai dan norma-norma hidup dan
tetapi lebih luas lagi, yaitu sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai.
melekat di dalam diri setiap individu. Karakter dalam Kamus Bahasa Indonesia,
adalah tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
yang dibawa sejak lahir atau yang dikenal sebagai karakter dasar yang bersifat
karakter dalam bentuk perilaku sebagai hasil perpaduan antara karakter biologis
dan hasil hubungan atau interaksi dengan lingkungannya. Karakter dapat dibentuk
mealui pendidikan, karena pendidikan merupakan alat yang paling efektif untuk
dihasilkan kualitas manusia yang memiliki kehalusan budi dan jiwa, memiliki
Dibandingkan dengan faktor lain, pendidikan memberi dampak dua atau tiga kali
lebih kuat dalam pembentukan kualitas manusia. Karakter dimaknai sebagai cara
berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama,
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Zubaedi (2012:13)
12
pada tiga tataran besar, yaitu (1) untuk menumbuhkan dan memperkuat jati diri
(NKRI), dan (3) untuk membentuk manusia dan masyarakat Indonesia yang
membentuk kebiasaan (habit) sehingga sifat anak akan terukir sejak dini, agar
2007:80) struktur antropologis manusia terdiri atas jasad, ruh, dan akal. Hal ini
karakter yang baik, yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral
feeling (perasaan tentang moral), dan moral action (perbuatan moral), yang
Winton (dalam Samani dkk, 2012:43) pendidikan karakter adalah upaya sadar dan
siswanya.
peserta didik menjadi pribadi positif dan berakhlak karimah sesuai dengan Standar
13
dalam lingkungan satuan pendidikan (sekolah), lingkungan keluarga, dan
lingkungan mayarakat. Nilai karakter dalam penelitian ini ada pada religius dan
rasa ingin tahu. Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Rasa ingin tahu adalah sikap dan
tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar. Nilai-nilai luhur berasal dari
agama, Pancasila dan UUD 1945, dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
kehidupan sehari-hari.
sikap, dan perilaku peserta didik agar menjadi pribadi yang positif, berakhlak
dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
14
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar
yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan, serta dengan rasa
Tujuan pendidikan karakter adalah penanaman nilai dalam diri siswa dan
Tujuan jangka panjangnya tidak lain adalah mendasarkna diri pada tanggapan
aktif kontekstual individu atas impuls natural sosial yang diterimanya, yang
padagilirannya semakin mempertajam visi hidup yang akan diraih lewat proses
melalui proses refleksi dan interaksi secara terus menerus antara idealisme, pilihan
sarana, dan hasil langsung yang dapat dievaluasi secara objektif. Pendidikan
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan
pada tingkatan institusi, mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-
15
yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah masyarakat sekitar. Tujuan mulia
pendidikan karakter ini akan berdampak langsung pada prestasi anak didik.
mutlak yang harus dipenui sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali suatu
pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di
dalam masyarakat dan agama. Pendidikan bertujuan untuk tidak sekedar proses
alih budaya atau alih ilmu pengetahuan, tetapi juga sekaligus sebagai proses alih
susunan dan proses dari bagian-bagian yang ada dalam pendidikan itu sendiri.
16
Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara
berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi
pikiran, tindakan demi tindakan. Karakte dimaknai sebagai cara berpikir dan
beperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam
dari lingkungan keluarga karena lingkungan keluarga yang pertama kali dikenal
karakter diawali dengan pembentukan sikap atau perilaku. Tingkah laku seseorang
diatur agar tidak salah dalam menentukan sikap baik sikap baik atau buruk,
misalnya sopan santu kepada setiap orang, patuh kepada orang yang lebih tua,
menghargai setiap pemberian atau hasil karya orang lain, dan sebagainya. Jika
sikap salah atau buruk dapat diketemui diantaranya adalah pergaulan bebas, dalam
hal ini pergaulan sangat penting karena jika seseorang salah dalam bergaul maka
dapat merusak kehidupan dan dapat membentuk sikap atau perilaku buruk bagi
17
keputusan yang tampil dalam perilakunya, sekaligus mampu berperan aktif dalam
seseorang dari pergaulan yang benar, pergaulan bebas diidentikan sebagai bentuk
dari pergaulan luar batas atau bisa disebut juga pergaulan liar. Pergaulan bebas
dapat merugikan orang masuk dalam pergaulan bebas itu sendiri. Salah satu akibat
dari pergaulan bebas adalah menurunnya prestasi belajar dan semangat untuk
menuntut ilmu. Pergaulan yang tidak dikontrol atau dibatasi akan mengakibatkan
buruk untuk kedepannya. Seseorang yang sudah masuk dalam pergaulan bebas
pribadi seseorang dengan baik dan bisa mengontrol diri sendiri. Pembentukan
karakter dalam pendidikan harus diterapkan pada diri seseorang jika pendidikan
hanya bersifat materi tidak akan bisa membentuk karakter atau pribadi seseorang
dengan baik. Jika karakter seseorang dibentuk dengan baik maka perilaku
seseorang tidak salah dalam bergaul dan membatasi dirinya sendiri agar tidak
salah dalam bergaul. Akan tetapi, jika karakter seseorang tidak dapat dibentuk
dengan baik maka dapat dengan mudah tepengaruh dengan hal-hal yang buruk
18
2.2 Penelitian Terdahulu
Sumenep”. Hasil penelitian ini lebih fokus pada penerapan kebijakan dan budaya
dan aktivitas positif yang ada di dalam pondok pesantren dan sekolah. Namun
bagi peserta didik, akan tetapi tentunya terdapat perbedaan yaitu tentang fokus
penelitian terdahulu juga berbasis nilai, namun terdapat perbedaan yaitu dalam hal
globalisasi. Lokasi penelitian yang dipilih juga dilakukan di tempat yang berbeda
19
pada pendidikan karakter yang akan diterapkan pada kalangan mahasiswa, dimana
Kepala Desa
RT RW
Masyarakat
Pemilik Kos
Mahasiswa
sebagai bentuk dari pergaulan luar batas atau bisa disebut juga pergaulan liar.
Pergaulan yang tidak dikontrol atau dibatasi akan mengakibatkan buruk untuk
20
menurunnya prestasi belajar dan tidak ada semangat untuk memikirkan masa
depan.
mahasiswa ini masih terus terjadi karena berkumpul dengan orang yang salahdan
keingintahuan yang sangat besar untuk mencoba sesuatu hal yang baru sehingga
meudah terpengaruh oleh orang lain. RT, RW dan masyarakat juga menjelaskan
sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Kepala Desa karena pergaulan bebas
dapat menimbulkan berbagai macam akibat dari pergaulan bebas. Pemaparan oleh
pemilik kos juga sama dengan perangkat desa dan masyarakat akan tetapi didalam
kos ada berbagai aturan yang harus ditaati agar penghuni kos tehindar dari
pergaulan bebas, jika penghuni kos tidak mentaati aturan yang telah ada maka
akan dikeluarkan atau diberikan sanksi tersendiri. Pemaparan yang dilakukan oleh
mahasiswa terhadap pergaulan bebas yakni salah bergaul mudah terpengaruh oleh
orang lain, mempunyai rasa keingintahuan yang sangat tinggi dan kurangnya iman
yang kuat. Perkumpulan para remaja yang ingin mencoba sesuatu hal yang baru
akan tetapi perbuatan yang dilakukan salah, apabila telah melakukan perbuatan
negatif maka dari dalam diri sendiri ingin mencoba lagi serta lama kelamaan
menjadi hal yang biasa dilakukan. Dalam penelitian ini yang menjadi informan
adalah perangkat desa yakni Kepala Desa, RT, RW serta masyarakat, pemilik kos,
dan mahasiswa. Penelitian ini memfokuskan pada pergaulan bebas yang terjadi
secara teus menerus terutama dikalangan mahasiswa serta menciptakan solusi agar
para mahasiswa tidak terjerumus kedalam pergaulan bebas karena jika sudah
21
terjun kedalam pergaulan bebas maka akibat yang ditimbulkan sangat besar baik
22