Anda di halaman 1dari 11

PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn)

DALAM MEMBANGUN KARAKTER SISWA


(Studi Deskriptif pada SD YPI 45 Kota Bekasi)

Wahyudin Noe *
Email: wahyudinnoe@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertolak dari keresahan peneliti terhadap karakter siswa yang semakin
memburuk dan memprihatinkan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran
pembelajaran PKn dalam membangun karakter siswa pada SD YPI 45 Bekasi. Pendekatan
penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi deskriptif. Teknik pengumpulan data
dan informasi dilakukan melalui observasi partisipatif, wawancara, studi dokumentasi, dan
studi literatur. Hasil penelitian ini yaitu: 1). Pembelajaran PKn yang dilaksanakan guru telah
berjalan dengan baik, sehingga dapat membentuk karakter siswa menjadi karakter baik
(good character), 2). Pada umumnya karakter siswa telah mengetahui pengetahuan moral
(moral knowing) yang baik, 3). Sebagian besar karakter siswa memiliki perasaan moral
(moral feeling) yang baik, dan 4) Sebagian besar karakter siswa melakukan perilaku moral
(moral behaviour) yang baik.

Kata Kunci : Pembelajaran, Pendidikan Kewarganegaraan, Karakter, Siswa

I. PENDAHULUAN tersebut. Karena kenyataan sekarang ini,


A. Latar Belakang Masalah masyarakat belum menunjukkan karakter
Dewasa ini, seiring dengan yang baik atau perilaku yang menyimpang
perkembangan masyarakat dunia (global dari nilai-nilai, moral, dan norma yang
society) yang disebut era globalisasi yang berlaku, sebagaimana dikatakan
penuh keterbukaan dan lemahnya Winataputra (2012:127), bahwa “dalam
filterisasi mengakibatkan rakyat Indonesia praksis kehidupan bermasyarakat,
terbawa arus kebebasan dan berbangsa dan bernegara selalu dijumpai
individualisme. Oleh karena itu, fonomena yang mencerminkan terjadinya
pembangunan karakter bangsa (nation paradoksal antara semangat dan
character building) merupakan sebuah komitmen kolektif ber-NKRI dengan
keharusan untuk menjaga dan kasus-kasus etnosentrisme, fanatisme
melanggengkan eksistensi bangsa yang kelompok dan kedaerahan seperti
pernah dikatakan Presiden RI pertama sukuisme, serta KKN”.Menurut Lickona
Soekarno yaitu menekankan prinsip (Megawangi, 2004: 7-8)mengemukakan
berdaulat dalam politik, berdiri di kaki ada sepuluh tanda zaman yang harus
sendiri (berdikari) dalam ekonomi, dan diwaspadai oleh warganegara yaitu :
berkepribadian dalam kebudayaan. “(1) meningkatnya kekerasan di
Pembangunan karakter bangsa kalangan remaja, (2) penggunaan
harus melibatkan semua pihak baik rumah bahasa yang buruk, (3) pengaruh peer
tangga dan keluarga, lingkungan sekolah, group yang kuat dalam tindakan
serta masyarakat luas sehingga perlu kekerasan, (4) meningkatnya perilaku
menyambung kembali hubungan dan merusak diri, (5) semakin kaburnya
educational networks yang mulai terputus
pedoman moral baik dan buruk, (6) perkembangan moral pada anak usia
menurunnya etos kerja, (7) semakin 6-12 tahun, yakni heterenomi dan
rendahnya rasa hormat kepada orang autonomi. Pada tingkat heteronomi,
tua dan guru, (8) rendahnya rasa segala aturan dipandang oleh anak
hormat terhadap individu dan sebagai hal yang datang dari luar
warganegara, (9) membudayanya (bersifat eksternal) dan dianggap
ketidakjujuran, (10) adanya rasa sakral karena merupakan hasil
saling curiga dan kebencian di antar pemikiran orang dewasa. Sedangkan
sesama“. pada tingkatan autonomi anak mulai
Dari hasil penelitian dan kajian yang menyadari adanya kebebasan untuk
dilakukan oleh Mengawangi, ternyata tidak sepenuhnya menerima aturan
kesepuluh tanda tersebut telah nampak itu sebagai hal yang datang dari luar
jelas dalam kehidupan keseharian dirinya“.
warganegara (Megawangi, 2004: 8-11). Tentunya melihat keadaan tersebut,
Hal ini juga termasuk dalam dunia Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
pendidikan khususnya di sekolah, tanda- merupakan salah satu mata pelajaran
tanda kerusakan moral telah kita amati yang terdapat ajaran nilai moral dapat
secara bersama, yang menurut Koesoema berperan aktif menyadarkan dan
(2007 : 183) bahwa “sudah cukup banyak membentuk karakter siswa, sehingga
contoh dan perilaku tidak jujur yang menjadi warganegara yang baik dan
dilakukan individu dalam dunia cerdas (good and smart citizen). PKn
pendidikan, mulai dari siswa yang merupakan salah satu mata pelajaran
mencontek, menjiplak hasil karya orang yang wajib dimuat dalam kurikulum
lain tanpa menyertakan sumber, mencari- pendidikan dasar dan menengah
cari alasan untuk lari dari tanggung jawab sebagaimana yang dinyatakan dalampasal
atas tugas-tugas sekolah yang diberikan 37 ayat (1) Undang-undang Nomor 20
oleh guru”. tahun 2003 tentang Sisdiknas yang
Untuk itu lembaga pendidikan menyatakan bahwa “PKn dimaksudkan
formal diantaranya sekolah, harus untuk membentuk peserta didik menjadi
menjadi tonggak terdepan dalam manusia yang memiliki rasa kebangsaan
mewadahi proses pembinaan karakter dan cinta tanah air”.
siswa. Sekolah sejak dini perlu Banyak pakar, baik secara tersirat
menekankan pentingnya pendidikan nilai maupun tersurat, yang menyatakan
dan moral dengan berperan aktif dalam bahwa PKn merupakan pendidikan
merancang dan melaksanakan pendidikan karakter seperti pendapat Soemantri
nilai moral, yang berlandaskan pada teori (2001: 299) yang menyatakan bahwa “PKn
perkembangan nilai dan moral. Jean diselenggarakan guna melatih
Piaget merupakan salah satu tokoh yang siswa/peserta didik untuk berpikir kritis,
berpengaruh dalam teori perkembangan analitis, berpikir dan bertindak demokratis
moral. Winataputra dan Budimansyah dalam mempersiapkan hidup demokratis
(2007: 172-173)menguraikan bahwa: yang berdasarkan Pancasila dan UUD
“Piaget meneliti perkembangan 1945”. Demikian juga pendapatDjahiri
struktur kognitif (cognitive structure) (2006:9)bahwa “PKn merupakan program
anak dan kajian moral (moral pendidikan/pembelajaran yang secara
judgment)anak yang hasil studinya programatik-prosedural berupaya
menyimpulkan ada dua tingkat memanusiakan (humanizing) dan
membudayakan (civilizing) serta
memberdayakan peserta didik/siswa (diri dilaksanakan guru dalam membangun
dan kehidupannya) supaya menjadi karakter siswa?
warganegara yang baik sebagaimana 2. Bagaimana gambaran karakter siswa
tuntutan keharusan/yuridis konstitusional khususnya pengetahuan moral (moral
bangsa/negara yang bersangkutan”. knowing)?
Namun kenyataan pembelajaran 3. Bagaimana gambaran karakter siswa
PKn dewasa ini masih terdapat khususnya perasaan moral(moral
kelemahan-kelemahan. Hal ini feeling)?
sebagaimana dikemukakan 4. Bagaimana gambaran karakter siswa
Budimansyah(Winataputra dan khususnya perilaku moral(moral
Budimansyah, 2007: 118-120), ada behaviour)?
beberapa indikasi empirik menunjukkan
bahwa pelaksanaan PKn tidak mengarah C. Tujuan Penelitian
pada misi sebagaimana seharusnya yaitu: Berdasarkan rumusan masalah di
“Proses pembelajaran dan penilaian atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
dalam PKn lebih menekankan pada mengetahui tentang :
dampak intruksional (instructional 1. Pembelajaran Pendidikan
effects) yang terbatas pada Kewarganegaraan (PKn) yang
penguasaan materi (content mastery) dilaksanakan guru dalam membangun
atau dengan kata lain hanya karakter siswa.
menekankan pada dimensi 2. Gambaran karakter siswa khususnya
kognitifnya saja. Sedangkan pengetahuan moral (moral knowing).
pembangunan dimensi afektif dan 3. Gambaran karakter siswa khususnya
psikomotorik dan pemerolehan perasaan moral(moral feeling).
dampak pengiring (nurturant effects) 4. Gambaran karakter siswa khususnya
sebagai “hidden curriculum” belum perilaku moral(moral behaviour).
mendapat perhatian sebagaimana
mestinya.” II. KAJIAN PUSTAKA

Berangkat dari permasalahan di A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)


atas, maka perlunya sinergi yang saling dalam Konteks Pembangunan
mendukung antara pembelajaran PKn Karakter
yang mengajarkan nilai, norma, dan moral Konsep PKn diawali dari konsep
di ruang kelas sebagai faktor yang civics, civics education, dan citizenship
menentukan pembangunan karakter education yang berkembang di Amerika
siswa. Untuk itu penulis memandang Serikat karena secara historis-
perlunya sebuah penelitian dengan tema epistemologis, Amerika Serikat (USA)
“Peran Pembelajaran PKn Dalam adalah negara yang pertama kali
Membangun Karakter Siswa (Studi mengembangkan konsep-konsep
Deskriptif pada Kelas V SD YPI 45 Kota tersebut. Hal ini sebagaimanadiuraikan
Bekasi)”. olehWinataputra (2001: 127-130) bahwa
untuk pertama kalinya, yakni pada
B. Rumusan Masalah pertengahan tahun 1880-an di USA mulai
Rumusan masalah dalam penelitian diperkenalkan mata pelajaran “Civics”
ini yaitu sebagai berikut : sebagai mata pelajaran disekolah yang
1. Bagaimana pembelajaran Pendidikan berisikan materi mengenai pemerintahan
Kewarganegaraan (PKn) yang (Allen:1960). Seorang ahli bernama
Chresore (1886), pada waktu itu persekolahan, dimana mata pelajaran
mengartikan “Civics” sebagai “the science “civics” merupakan unsur yang paling
of citizenship” atau ilmu utama dalam upaya mengembangkan
kewarganegaraan, yang isinya warganegara yang baik. Dari uraian
mempelajari hubungan antarindividu dan tersebut tampak bahwa istilah-istilah
antara individu dengan negara. “civics, dan “civic education”, ternyata
Selanjutnya pada tahun 1900-an, lebih cenderung digunakan dalam makna
berkembang mata pelajaran “Civics” yang yang serupa untuk mata pelajaran di
disi dengan materi mengenai struktur sekolah yang memiliki tujuan utama
pemerintahan negara bagian federal mengembangkan siswa sebagai
(Gross dan Zeleny: 1958). Sampai 1920-an warganegara yang cerdas dan baik
istilah “Civics” telah digunakan untuk (Somantri:1968). Sedangkan “citizenship
menunjukkan bidang pengajaran yang education” lebih cenderung digunakan
lebih khusus, yakni “vocational civics, dalam visi yang lebih luas untuk
community civics, dan economy civics” menunjukkan “instructional effects” dan
(Gross dan Zheleny: 1958) atau “nurturant effects” dari keseluruhan
kewarganegaraan yang berkenaan dengan proses pendidikan terhadap pembentukan
mata pencaharian, kemasyarakatan, dan karakter individu sebagai warganegara
perekonomian. Selain itu, istilah “civics”, yang cerdas dan baik (Somantri:1968;
pada tahun 1990-an juga mulai Cogan dan Derricott: 1998).
diperkenalkan istilah “citizenship PKn merupakan salah satu mata
education” yang digunakan untuk pelajaran yang wajib dimuat dalam
menunjukkan suatu bentuk “character kurikulum pendidikan dasar dan
education” atau pendidikan menengah sebagaimana yang dinyatakan
watak/karakter dan “teaching dalampasal 37 ayat (1) Undang-undang
personalethics and virtues” atau Nomor 20 tahun 2003 tentang
pendidikan etika dan kebajikan Sisdiknas.Mata pelajaran PKn memiliki
(Best:1960) istilah “civics” dan “citizenship misi, visi, dan tujuan. Visi mata pelajaran
education” secara bertukar-pakai PKn adalah terwujudnya suatu mata
(interchangeably), untuk menunjukkan pelajaran yang berfungsi sebagai sarana
suatu studi mengenai pemerintahan yang pembinaan watak bangsa (nation and
diberikan di sekolah. character building) dan pemberdayaan
Masih pada tahun 1900-an, muncul warganegara. Misi mata palajaran PKn
istilah “civic education” sebagai istilah adalah membentuk warganegara yang
baru, yang digunakan secara bertukar- baik, yakni warganegara yang sanggup
pakai dengan istilah “citizenship melaksanakan hak dan kewajiban dalam
education”. Menurut Mahoney(Somantri, kehidupan bernegara, dilandasi oleh
1968: 8)“civic education” merupakan kesadaran politik, kesadaran hukum, dan
suatu proses pendidikan yang mencakup kesadaran moral. Adapun tujuan dari
proses pembelajaran semua mata mata pelajaran PKn adalah agar peserta
pelajaran, kegiatan siswa, proses didik memiliki kemampuan: (1) berpikir
administrasi, dan pembinaan dalam upaya secara kritis, rasional, dan kreatif dalam
mengembangkan perilaku warganegara menanggapi isu kewarganegaraan; (2)
yang baik. Di lain pihak, Allen (1960) berpartisipasi secara aktif dan
melihat “citizenship education” lebih luas bertanggungjawab, bertindak secara
lagi, yakni sebagai produk dari cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
keseluruhan program pendidikan berbangsa, dan bernegara serta anti-
korupsi; (3) berkembang secara positif sumber belajar, dan evaluasi belajar
dan demokratis untuk membentuk diri sebagai komponen penting dalam
berdasarkan karakter-karakter masyarakat pembelajaran agar berlangsung proses
Indonesia agar dapat hidup bersama pembelajaran yang efektif sehingga
dengan bangsa-bangsa lainnya; (4) mencapai tujuan pembelajaran.
berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain
dalam percaturan dunia secara langsung C. Pembangunan Karakter
atau tidak langsung dengan Karakter berasal dari bahasa Yunani
memanfaatkan teknologi informasi dan yang berarti “to mark” atau menandai dan
komunikasi.Dengan memahami visi, misi, memfokuskan bagaimana
dan tujuan PKn maka dapat disimpulkan mengaplikasikan nilai kebaikan dalam
bahwa PKn mengemban misi membangun bentuk tindakan atau tingkah laku,
karakter warganegara (nation and seseorang dapat disebut sebagai “orang
character building). yang berkarakter” (a person of character)
apabila tingkah lakunya sesuai dengan
B. Pembelajaran Pendidikan kaidah moral (Q-Anees dan Hambali,
Kewarganegaraan (PKn) 2008: 107). Dalam pengertian harfiah,
Pengertian pembelajaran menurut karakter mempunyai makna psikologis
Surya (Mohammadong, 2011: 37) adalah atau sifat kejiwaan karena terkait dengan
“suatu proses yang dilakukan oleh kepribadian, akhlak atau budi pekerti,
individu untuk memperoleh suatu tabiat, watak, sifat kualitas yang
perubahan perilaku yang baru secara membedakan seseorang dengan yang lain.
keseluruhan sebagai hasil dari Menurut Budimansyah (2009: 21-
pengalaman individu itu sendiri dalam 48)menguraikan lima macam karakter
interaksi dengan lingkungannya”. Idealnya yaitu : 1) Karakter individual, dimaknai
pembelajaran harus dikembangkan sebagai hasil keterpaduan antara empat
dengan berdasar pada teori sehingga bagian yakni olah hati, olah pikir, olah
tujuan pembelajaran dapat tercapai. raga, dan olah rasa dan karsa,2) Karakter
Adapun perkembangan teori privat, dicontohkan seperti
pembelajaran dewasa ini telah tanggungjawab moral, disiplin diri, dan
memberikan sumbangan besar terhadap penghargaan terhadap harkat dan
perkembangan dunia pendidikan. Teori- martabat manusia, 3)Karakter publik,
teori tersebut antara lain : a). Teori Belajar dicontohkan seperti kepedulian sebagai
Behavioristik, b) Teori Belajar Kognitif, c) warganegara, kesopanan, mengindahkan
Teori Belajar Konstruktivisme, dan d). aturan main (rule of law) berpikir kritis,
Teori Belajar Humanistik. dan kemauan untuk mendengar,
Setiap pembelajaran PKn tentunya bernegosiasi, dan berkompromi,
memiliki komponen-komponen belajar. 4)Karakter cerdas, tercermin dari
Menurut Djahiri (2006: 2), bahwa “proses perilakunya yang aktif, objektif, analitis,
pembelajaran PKn merupakan proses aspiratif, kreatif, dan inovatif, dinamis,
kegiatan belajar siswa yang direkayasa dan antisipatif, berpikir terbuka dan maju,
oleh seluruh komponen belajar yang serta mencari solusi, dan 5) Karakter baik
meliputi guru, meteri, metode, media, (good character) dipopulerkan oleh
sumber belajar, dan evaluasi belajar”. Thomas Lickona dengan dengan merujuk
Oleh karena itu, dalam proses pada konsep yang dikemukakan oleh
pembelajaran PKn, guru hendaknya Aristoteles sebagai “…perilaku kehidupan
mengorganisir meteri, metode, media, baik/ penuh kebajikan, yakni berperilaku
baik terhadap pihak lain (Tuhan Yang tingkat empati ke arah yang lebih baik
Maha Esa, manusia dan alam semesta) (terhadap sesama siswa, guru atau orang
dan terhadap diri sendiri. yang lebih tua, serta terhadap
lingkungan).
III. METODE PENELITIAN PKn merupakan pelajaran yang
Penelitian ini menggunakan dapat merubah sikap dan perilaku siswa
pendekatan kualitatif dengan metode agar menjadi pribadi yang baik dan
deskriptif dan data-data yang diperoleh berguna bagi bangsa dan negara. Hal ini
melalui teknik observasi partisipatif, dinyatakan dalam pasal 37 ayat (1)
wawancara, studi dokumentasi, dan studi Undang-undang Nomor 20 tahun 2003
literatur. Adapun yang menjadi lokasi tentang SISDIKNAS bahwa “PKn
penelitian ini adalah SD YPI 45 Kota dimaksudkan untuk membentuk peserta
Bekasi. didik menjadi manusia yang memiliki rasa
Sedangkan yang menjadi subjek kebangsaan dan cinta tanah air”. Artinya
dalam penelitian ini dipilih secara PKn memiliki peran yang sangat signifikan
purposive sampling dari berbagai pihak dan vital dalam rangka memajukan,
yang menjadi sasaran penelitian atau mengembangkan, dan membentuk watak
sumber yang dapat memberikan informasi atau karakter siswa yang kelak nanti akan
yaitu Siswa, Guru PKn, dan Kepala berperan secara positif dalam
Sekolah. Teknik analisis data mengacu pembangunan karakter bangsa (nation
pada langkah-langkah yang dipakai oleh character building). Penjelasan itu
Miles dan Huberman (2007:21-22) yang menegaskan bahwa sesungguhnya PKn
terdiri dari tiga alur kegiatan yang merupakan sebuah program yang mulia
dilakukan secara bersamaan yaitu : karena terdapat nilai moral dalam
reduksi data, penyajian data, dan membentuk karakter siswa. Oleh karena
penarikan kesimpulan/verifikasi. itu, menyadari pentingnya peran PKn
dalam proses pembudayaan dan
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN pemberdayaan siswa, maka melalui PKn di
sekolah harus dikembangkan seyogyanya
1. Pembelajaran Pendidikan sebagai wahana sosio kultural untuk
Kewarganegaraan (PKn) yang membangun kehidupan yang demokratis.
dilaksanakan Guru dalam Namun realitasnya, selama ini PKn masih
Membangun Karakter Siswa banyak kelemahan dan kekurangan. Hal
Berdasarkan hasil penelitian di ini dikatakan Wahab dan Sapriya
lapangan dari berbagai informan bahwa (2011:44) karena “1). Terlalu menekankan
proses pembelajaran PKn telah pada aspek nilai moral belaka yang
dilaksanakan dengan baik dan umumnya menempatkan siswa sebagai obyek yang
pembelajaran PKn dapat membangun berkewajiban untuk menerima moral-
karakter siswa SD YPI 45 Bekasi. Hal ini moral tertentu; 2) Pada umumnya bersifat
tergambarkan dari hasil wawancara dogmatis dan relatif; dan 3) Berorientasi
dengan guru PKn yang telah secara kepada kepentingan rezim yang
maksimal melaksanakan pembelajaran berkuasa“.
PKn yang sudah mengacu pada aturan dan Dari masalah di atas, maka sangat
pedoman mengajar yang baik, dan disisi perlu untuk melakukan konseptualisasi
lain pembelajaran PKn yang diajarkan dan pembentukan kembali paradigma
guru dapat dipahami dengan baik oleh baru PKn dimana harus ada keseimbangan
siswa, serta dapat merubah sikap atau antara pengembangan nilai-nilai moral
dengan pemahaman sistem dan dinamika mengandung tiga dimensi nilai moral yaitu
kekuasaan negara. PKn sangatlah “
diperlukan untuk membentuk karakter Moral knowing (pengetahuan moral),
baik siswa dengan sejumlah kompetensi moral feeling (perasaan moral), dan
yang dimiliki, yang pada akhirnya dapat moral behaviour (perilaku moral)
diandalkan untuk kepentingan yang satu sama lain saling memiliki
pembangunan karakter bangsa(nation keterkaitan. Karena itu yang
character building). dimaksud karakter baik terdiri atas
Berdasarkan analisis pembahasan di unsur knowing good, desiring the
atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa good, and doing the good (tahu
pembelajaran PKn yang dilaksanakan guru kebaikan, menghendaki kebaikan dan
telah berjalan dengan baik, sehingga melakukan kebaikan). Atau dapat
dapat membentuk karakter siswa menjadi pula dikatakan habits of the mind,
karakter yang baik (good character). habits of the heart, and habits of
action(kebiasaan pikiran, kebiasaan
2. Gambaran Karakter Siswa hati, dan kebiasaan tindakan)”
Khususnya Pengetahuan Moral Pembangunan karakter siswa
(Moral Knowing) dimaksudkan sebagai proses pembinaan
Berdasarkan hasil penelitian, pada dalam upaya membangun nilai
umumnya siswa SD YPI 45 Bekasi telah kedisiplinan,kejujuran,kepedulian, dan
mengetahui pengetahuan moral (moral persaudaraan dengan mengacu pada
knowing) yang baik. Hal ini terlihat dari karakter baik (good caracter) siswa.
pengetahuan siswa dimana telah Sebagaimana dikemukakan Sapriya (2008:
memahami berbagai macam pertanyaan 206) bahwa “....peran PKn berkontribusi
peneliti yang terkait dengan wawasan besar baik pada tataran konseptual
nilai moral, kemampuan mengambil maupun operasional untuk membangun
pandangan orang lain, dan penalaran karakter warganegara”.
moral. Oleh karena itu, agar setiap siswa
Pemahaman siswa mengenai memiliki pengetahuan moral (moral
pengetahuan moral tersebut boleh knowing) yang baik maka PKn harus
dikatakan tidak bisa lepas dari peran mengupayakan kepada setiap siswa untuk
pembelajaran PKn karena pada dasarnya berpikir kritis (bukan indoktrinasi)
karakteristik PKn merupakan pendidikan mengenai setiap permasalahan yang
nilai dan moral. Maksudnya PKn terjadi dalam kehidupan kesehariannya,
memberikan penanaman sikap dan untuk membangun sebuah kehidupan
perilaku yang baik kepada siswa dalam yang demokratis. Hal tersebut
kehidupan sehari-hari yang didasarkan sebagaimana diungkapkan Soemantri
kepada nilai-nilai Pancasila, sebagaimana (2001: 299) bahwa “PKn diselenggarakan
menurut Lickona (Winataputra, guna melatih siswa/peserta didik untuk
2009:2.12) bahwa “…yang perlu berpikir kritis, analitis, berpikir dan
dikembangkan dalam rangka pendidikan bertindak demokratis dalam
nilai adalah karakter yang baik (good mempersiapkan hidup demokratis yang
character). berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”.
PKn juga merupakan mata pelajaran Dengan demikian, dari berbagai
yang berisikan tentang konsep karakter penjelasan di atas maka peneliti
yang baik (good character), yang menurut mengambil kesimpulan bahwa pada
Lickona (1992: 50-51) didalamnya dasarnya pembelajaran PKndapat
memberikan pemahaman pengetahuan “Proses pembelajaran dan penilaian
moral (moral knowing) yang baik kepada dalam PKn lebih menekankan pada
siswa SD YPI 45 Bekasi. dampak intruksional (instructional
effects) yang terbatas pada
3. Gambaran Karakter Siswa penguasaan materi (content mastery)
Khususnya Perasaan Moral (Moral atau dengan kata lain hanya
Feeling) menekankan pada dimensi
Berdasarkan hasil penelitian di kognitifnya saja. Sedangkan
lapangan bahwa sebagian besar siswa SD pembangunan dimensi afektif dan
YPI 45 Bekasi memiliki perasaan moral psikomotorik dan pemerolehan
(moral feeling) yang baik. Hal tersebut dampak pengiring (nurturant effects)
terlihat dari berbagai macam pertanyaan sebagai “hidden curriculum” belum
yang diajukan oleh peneliti yang terkait mendapat perhatian sebagaimana
dengan kesadaran moral, keinginan, kata mestinya.
hati atau nurani, harapan diri sendiri, Oleh karena itu, Perasaan moral
merasakan diri orang lain, mencintai (moral feeling)merupakan satu dimensi
kebaikan, kontrol diri, dan merasakan diri karakter yang baik (good character) yang
sendiri. tidak bisa dilepaskan dari peran
Perasaan moral (moral feeling) yang pembalajaran PKn.Dengan demikian,
baik dapat dikatakan tidak terlepas dari berdasarkan kajian di atas maka peneliti
peran pembelajaran PKn. PKn sebagai menyimpulkan bahwa pembelajaran PKn
pendidikan nilai maka dalam proses dapat memberikan perasaan moral (moral
pembelajaran PKn senantiasa feeling) yang baik kepada setiap siswa SD
berlandaskan pada teori perkembangan YPI 45 Bekasi.
nilai dan moral. Mengenai hakikat moral,
Piaget (Winataputra dan Budimansyah, 4. Gambaran Karakter Siswa
2007: 172-173) mengemukakan dalam Khususnya Perilaku Moral (Moral
teori perkembangan moral bahwa Behaviour)
“Moralitas berada dalam suatu sistem Berdasarkan hasil penelitian di
aturan, oleh karena itu hakikat moralita lapangan bahwa sebagian besar siswa SD
seyogyanya dilihat dari sudut bagaimana YPI 45 Bekasi melakukan perilaku moral
individu menyadari kebutuhannya akan (moral behaviour) yang baik. Hal tersebut
aturan itu”. tergambarkan dari hasil wawancara yang
Namun permasalahan pembelajaran dilakukan peneliti mengenai kompetensi,
PKn saat ini yaitu PKn hanya mengajarkan kebiasaan, dan mengambil
kepada siswa untuk dipahami atau keputusan.Perilaku moral (moral
sekedar penguatan pengetahuan saja, behaviour)merupakan salah satu dimensi
tetapi untuk perubahan sikap dan perilaku karakter baik (good character) (Lickona
siswa tidak terlalu diperhatikan. Menurut dalam Winataputra, 2009:2.12). Karakter
konteks pemikiran taksonomi Bloom yang baik (good character) tidak saja
pengembangan nilai dan sikap termasuk mencakup pemahaman dan sikap yang
dalam kategori afektif, yang secara khusus baik kepada orang lain, melainkan juga
berisikan unsur perasaan dan sikap harus diwujudkan oleh suatu perilaku
(values and attitudes) (Winataputra, 2009: yang baik atau perilaku moral (moral
2.6). Hal senada juga sebagaimana behaviour). Hal ini yang dikemukakan
dikemukakan Winataputra dan Winataputra (2012: 46-48) bahwa
Budimansyah (2007: 118-120) bahwa :
“karakter kita maknai sebagai kualitas
pribadi yang baik, dalam
arti tahu kebaikan, mau berbuat pembentukan karakter memerlukan
baik, dan nyata berperilaku baik, yang proses yang panjang dan kompleks”.
secara koheren memancar sebagai hasil Terkait bagaimana penerapan
dari olah pikir, olah hati, olah raga, dan perilaku moral (moral behaviour) siswa SD
olah rasa dan karsa”. Pernyataan tersebut YPI 45 Bekasi untuk membentuk karakter
dapat digambarkan sebagai berikut : yang baik (good character). Maka melalui
penelitian ini bahwa perilaku moral (moral
OLAH PIKIR: OLAH HATI:
Cerdas Jujur behaviour) telah diberlakukan dan
Bertanggung menjadi suatu kebiasaan di lingkungan
jawab
sekolah tersebut. Dengan demikian,
Nilai-nilai peneliti mengambil sebuah kesimpulan
Luhur dan bahwa pembelajaran PKndapat
Perilaku
Berkarakter memberikan perilaku moral (moral
behaviour) yang baik kepada setiap siswa
SD YPI 45 Bekasi.
OLAH RAGA: OLAH RASA
Bersih DAN KARSA:
dan sehat Peduli V. KESIMPULAN
Kreatif Berdasarkanpembahasan hasil
penelitian, pada akhir penulisan ini akan
Gambar 4.1
dikemukakan beberapa kesimpulan
Konfigurasi Karakter Individu sebagai berikut:
(Winataputra, 2012: 48) 1. Pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan (PKn) yang
Oleh karena itu, karakter yang baik
dilaksanakan guru telah berjalan
(good character) tidak bisa dilepaskan dari
dengan baik, sehingga dapat
peran pembelajaran PKn. PKn harus dapat
membentuk karakter siswa menjadi
membangun karakter siswa secara terus-
karakter baik (good character).
menerus. Karena menurut William T.
2. Pada umumnya karakter siswa SD YPI
Callahan (Branson, 1999:136) bahwa
45 Bekasi telah mengetahui
“warga negara yang baik tidak dilahirkan.
pengetahuan moral (moral knowing)
Serangkaian kemampuan interpersonal
yang baik.
dan intelektual yang diperlukan untuk
3. Sebagian besar karakter siswa SD YPI
pertisipasi sebagai warga yang efektif
45 Bekasi memiliki perasaan moral
perlu dipelajari, dan harus dipelajari
(moral feeling) yang baik.
dengan baik bahwa mereka harus 4. Sebagian besar karakter siswa SD YPI
dipraktekkan”. Lebih lanjut diperkuat 45 Bekasi melakukan perilaku moral
Branson (1999:53) bahwa “karakter
(moral behaviour) yang baik.
bukanlah suatu “paket jadi”, tapi

*Wahyudin Noe adalah dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Islam “45” BEKASI
DAFTAR RUJUKAN

Branson. S. Margaret dkk. (1999). “Belajar “Civic Education” dari Amerika”, Yogyakarta :
diterbitkan atas kerjasama : Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) dan The Asia
Foundation (TAF).
Djahiri. A. K. (2006). Esensi Pendidikan Nilai Moral dan PKn di Era Globalisasi dalam
Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung:
Lab. PKn FPIPS UPI
Koesoema A, Doni .(2007).Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman Global,
Jakarta : Grasindo.
Lickona, Thomas.(1992). ”Educating For Character How Our Schools Can Teach Respect and
Responsibility”, New York-Toronto-London-Sydney-Auckland: Bantam Books.
Megawangi, R. (2004) Pendidikan Karakter (Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa.
Bandung: (Sponsor) BPMIGAS dan Energy.
Miles, M & Huberman, AM. (2007). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-
Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Somantri. N. (1968). Pendidikan Kewargaan Negara di Sekolah. Bandung : IKIP Bandung
Soemantri, N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung. Penerbit PT
Remaja Rosdakarya.
Q-Anees, Bambang dan Hambali, Adang. (2008). Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Wahab. A. A. dan Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan.
Bandung: Alfa Beta bandung
Winataputra, U. S dan Budimansyah, D. (2007). Civic Education : Konteks, Landasan, Bahan
Ajar dan Kultur Kelas. Bandung : Prodi PKn SPs UPI
Winataputra, U. S. (2009). Pembelajaran PKn di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
(2012). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perspektif Pendidikan
untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa (Gagasan, Instrumentasi, dan Praksis).
Bandung: Widya Aksara Press
Disertasi, Tesis, dan Pengukuhan Guru Besar
Budimansyah, D. (2009).Membangun Karakter Bangsa Di Tengah Arus Globalisasi dan
Gerakan Demokratisasi: Reposisi Peran Pendidikan Kewarganegaraan. Pidato
Pengukuhan guru besar tetap PPKN, IPS, IKIP.Bandung.
Muhammadong. (2011). Pembangunan Pembelajaran PKn dan Habituasi Terhadap
Pembangunan Karakter Siswa. Bandung : Tesis SPs UPI
Winataputra. U. S. (2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana
SistemikPendidikan Demokrasi. Ringkasan Disertasi Doktor pada FPS UPI Bandung :
tidak diterbitkan.

Jurnal dan Sumber Perundang-Undangan


Sapriya. (2008). Perspektif Pemikiran Pakar tentang Pendidikan Kewarganegaraan dalam
Pembangunan Karakter Bangsa (Sebuah kajian Konseptual-Filosofis
Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Pendidikan IPS). Acta Civicus,
1, (2) 199-214.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional RI.

Anda mungkin juga menyukai