Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan program pendidikan yang sangat penting


untuk upaya pembangunan karakter bangsa. Sebagai suatu program pendidikan yang amat
strategis bagi upaya pendidikan karakter, PKn perlu memperkuat posisinya menjadi “subjek
pembelajaran yang kuat” (powerful learning area) yang secara kurikuler ditandai oleh
pengalaman belajar secara kontekstual dengan ciri-ciri: bermakna (meaningful), terintegrasi
(integrated), berbasis nilai (valuebased), menantang (challenging), dan mengaktifkan
(activating). Terdapat 4 bagian penting dalam kurikulum meliputi: tujuan, isi/materi, strategi
pembelajaran, dan evaluasi.

Dalam standar kompetensi kurikulum PKn, ditegaskan bahwa mata pelajaran


Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai tujuan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan serta
berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

Pengembangan pembelajaran PKn dalam membentuk karakter bangsa merupakan


suatu bentuk pengembangan kurikulum yang dilakukan untuk memberikan dasar pemikiran
yang mendunia, yang dapat dijadikan tolak ukur dalam setiap langkah guna memperkokoh
ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pendidikan Kewarganegaraan membawa misi pendidikan moral bangsa, untuk


membentuk warga negara yang cerdas, demokratis, dan berakhlak mulia, yang secara
konsisten melestarikan dan mengembangkan cita-cita demokrasi dan membangun karakter
bangsa. Sedangkan visi pendidikan Kewarganegraan adalah mewujudkan proses pendidikan
yang terarah pada pengembangan kemampuan individu, sehingga menjadi warga negara yang
cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab. Dengan demikian akan membentukwarga negara
Indonesia yang didasarkan pada Pancasila dan karakter positip masyarakat Indonesia.

1
Didalam jurnal-jurnal ini akan dibahas mengenai pembentukan karakter individu
dengan berdasarkan pengetahuan dari pendidikan kewarganegaraan. Sehingga terbentuk
karakter masyarakat yang bermoral, beretika dan berakhlak mulia.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu


sebagai berikut:

1. Bagaimana isi dari jurnal-jurnal yang membahas mengenai pembentukan karakter


melalui pendidikan kewarganegaraan?
2. Apakah jurnal-jurnal tersebut dapat dijadikan sebagai sumber referensi ataupun
sumber bahan untuk pembelajaran?
3. Bagaimana kelebihan dan kelemahan pada setiap jurnal yang akan dikritik?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah Critical Journal Review ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi salah satu tugas khusus dari mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan
2. Untuk mengetahui isi dari setiap jurnal yang membahas mengenai pembentukan
karakter melalui pendidikan kewarganegaraan
3. Untuk menambah sumber referensi atau sumber bahan pembelajaran dari jurnal-jurnal
yang akan dikritik
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari setiap jurnal yang akan dikritik

2
BAB II

ISI JURNAL

2.1. Identitas Jurnal

 Jurnal Pertama

Judul Jurnal : Peran Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Dalam

Upaya Pembentukan Karakter Peserta Didik

Nama Jurnal : Jurnal PPKN UNJ

ISSN : 2337-5205

Penulis : Fadil Yudia Fauzi, dkk.

Volume & No : Volume 1 dan Nomor 2

Tahun : 2013

Halaman : 15 Halaman

 Jurnal Kedua

Judul Jurnal : Penguatan Karakter Bangsa Melalui Pengembangan Kurikulum dan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan

ISSN : 2337-8891

Penulis : Hemafitria

Volume & No : Volume 1 dan Nomor 1

Tahun : 2017

Halaman : 14 Halaman

3
2.2. Ringkasan Jurnal

 Jurnal Pertama
a. Pendahuluan
Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan prilaku yang
menbantu individu untuk hidup dan bekerja sama sebagai keluarga, masyarakat, dan
bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggung
jawabkan. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentuka
karakter. Di dalam dunia pendidikan sejumlah mata pelajaran dapat membentuk
karakter bangsa, salah satu diantaranya adalah mata pelajaran PPKn.PPKn merupakan
mata pelajaran yang mengandung materi mengenai nilai-nilai pancasila untuk
membentuk kepribadian.Oleh karena itu pembelajaran PPKn perlu mengutamakan
perilaku. Pendidikan kewarganegaraan memiliki arti yang sama dengan pendidikan
karakter. Pendidikan karakter adalah baik atau unggul suatu system penanaman nilai-
nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan kesadaran
atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Akan tetapi di era globalisasi saat ini seiring kemajuan teknologi, nilai-nilai
kesopanan, budi pekerti seakan telah diabaikan. Yang mengakibatkan prilaku yang
peserta didik menyimpang. Hal ini dikarenakan krisis karakter bangsa.Kenakalan
remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah
umur yang sudah mengenal rokok, narkoba, freesex, dan terlibat banyak tindakan
kriminal lainnya.
Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh orang
dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para remaja. Tindakan kenakalan remaja
sangat beranekaragam dan bervariasi dan lebih terbatas jika dibandingkan tindakan
kriminal orang dewasa.
Melihat permasalahan di atas pendidikan karakter sangat dibutuhkan dalam
pendidikan saat ini. Karena hanya dengan pendidikan karakter sajalah yang bisa
mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Selain itu juga guru sekolah sangat
berpengaruh dalam pembentukan karakter peserta didik.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba untuk mengkaji secara lebih
mendalam mengenai peranan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dalam
Upaya pembentukan karakter peserta didik.

4
b. Kajian Pustaka / Kajian Teori
Pengertian peran adalah sebuah kegiatan yang dilakukan karena adanya sebuah
keharusan maupuntuntutan dalam sebuah profesi atau berkaitan dengan keadaan dan
kenyataan.Perilaku individu dalam kesehariannya hidup bermasyarakat berhubungan
erat dengan peran. Karena peran mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani
seorang individu dalam bermasyarakat. Sebuah peran harus dijalankan sesuai dengan
norma-norma yang berlaku juga di masyarakat. Seorang individu akan terlihat status
sosialnya hanya dari peran yang dijalankan dalam kesehariannya.
PPKn sering juga disebut PKn atau pendidikan civic, yang membahas tentang
kewarganegaraan, moral, norma, hukum, budi pekerti dan lain-lain.Sebagai mata
pelajaran di sekolah, Pendidikan Kewarganegaraan telah mengalami perkembangan,
baik dalam kemasan maupun substansinya. Hal tersebut dapat dilihat dalam substansi
kurikulum, PKn yang sering berubah dan tentu saja disesuaikan dengan kepentingan
negara. Pendidikan kewarganegaraan membicarakan tentang warga negara dan segala
sesuatu yang ada hubungannya dengan warga negara, seperti hak dan kewajibannya,
peran dan tanggung jawab sebagai warga negara, dan peraturan-peraturan hukum yang
berlaku di negaranya.
Inti pendidikan kewarganegaraan adalah nilai-nilai kemanusiaan : kesamaan,
kebebasan, keadilan, solidaritas, dan prinsip-prinsip pegelolaan hidup bernegara :
partisipasi, transparansi atau keterbukaan, tanggung jawab (responsiviness,
accountability), pemberdayaan (empowerment), dll. Pendidikan kewarganegaraan
membantu peserta didik untuk membentuk pola pikir dan pola sikap sebagai seorang
warga negara yang mencerminkan atau selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Termasuk dalam pembentukan watak atau karakter, karena pendidikan
kewarganegaraan mencakup nilai-nilai hidup yang khas dari masyarakat sekitarnya.
Untuk mengenali identitas bangsa Indonesia, diperlukan pelajaran PKn yang
membahas tentang pancasial. Namun, pendidikan kewarganegaraan di Indonesia tidak
hanya terbatas pada pembentuka suatu kepribadian keindonesiaan atau kepribadian
yang mengindonesiakan atau pendidikan pancasila. Pendidikan kewarganegaraan juga
membahas prilaku sosial yang terdapat dalam masyarakat termasuk pembentukan
karakter bangsa. Dengan mempelajari PKn diharapkan masyarakat Indonesia menjadi
warga negar yang baik dan berkarakter.

5
Karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah
yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama,
lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia.
Pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi
pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral,
beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Upaya pembentukan
karakter sesuai dengan budaya bangsa ini tentu tidak semata-mata hanya dilakukan di
sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar dan luar sekolah, akan tetapi
juga melalui kebiasaan dalam kehidupan, seperti: religius, jujur, disiplin, toleran, kerja
keras, cinta damai, tanggung-jawab, dan sebagainya.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan
hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter
dan akhlak mulia peserta didik secara utuh. Melalui pendidikan karakter diharapkan
peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai
karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Selama ini,
pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan
kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan
karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif
tinggi,kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga,
pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai
bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta
didik.
Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan,
peserta didik akan memiliki kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi ini adalah bekal
penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan
lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk
tantangan untuk berhasil secara akademis.
Aspek-aspek penting dalam pendidikan karakter anak, menurut Megawangi ada
tiga kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi, yaitu maternal bonding (kelekatan
psikologis dengan ibunya), rasa aman, dan stimulasi fisik dan mental. Ketiga aspek ini
sangat penting dalam pembentukan karakter anak di lingkungan.

6
Jadi pendidikan karakter sangat terpengaruhi oleh pendidikan kewarganegaraan,
dimana pendidikan kewarganegaraan memiliki peranan penting dalam pembentukan
karakter. Karena pendidikan kewarganegaraan mencakup semua poin-poin karakter.
Yang termasuk poin karakter didalam pendidikan kewarganegaraan adalah budi
pekerti, moral, norma.
Pembentukan karakter peserta didik ini bertujuan untuk menciptakan seorang
yang berakhlak, berbudi pekerti, bermoral dan taat terhadap peraturan yang ada baik
yang terisirat maupun tersurat. Pembentukan karakter ini sudah dilaksanakan
semenjak anak berusia dini. Tidak hanya didalam sekolah akan tetapi didalam
keluarga pun pendidikan karakter sudah diterapkan, agar nantinya anak memiliki
kepribadian yang berkualitas, sesuai dengan yang diharapkan.
Pendidikan karakter adalah suatu usaha pengembangan dan mendidik karakter
seseorang, yaitu kejiwaan, akhlak dan budi pekerti sehingga menjadi lebih baik.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan
untuk melaksanakan nilai-nilai karakter.
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh,
kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa
patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan
Pancasila.
Pendidikan karakter berfungsi mengembangkan potensi dasar agar berhati baik,
berpikiran baik, dan berperilaku baik, memperkuat dan membangun perilaku bangsa
yang multikultur, meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan
dunia.Pendidikan karakter atau budi pekerti sangat efektif di terapkan pada jalur
pendidikan formal. Pendidikan karakter di sekolah tidak harus menyusun kurikulum
baru, kurikulum pendidikan karakter, pendidikan karakter dapat dimasukan dalam
pokok-pokok bahasan. Memberikan nasehat, arahan, petunjuk untuk berbuat kebaikan.
Sebaliknya untuk tidak melakuakn sesuatu yang kurang baik sebelum dan sesudah
menyampaikan materi atau disela-sela penyampaian materi merupakan suatu cara
untuk mendidik karakter peserta didik.

7
Upaya membangun karakter bangsa sejak dini melalui jalur Pendidikan dianggap
sebagai langkah yang tepat. Mulai tahun pelajaran 2010/2011, pendidikan karakter
telahdiselipkan kedalam struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan Pendidikan
(KTSP). Setiap sekolah merumuskan bagaimana konsep Pendidikan karakter yang
tertuang dalam kurikulum sekolah masing-masing.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yang kemudian diterpakan menjadi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), merupakan kurikulum yang dirancang
untuk memberikan peluang seluas-luasnya bagi sekolah dan tenaga pendidik untuk
melakukan praktik-praktik pendidikan dalam rangka mengembangkan semua potensi
yang dimiliki peserta didik, baik melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui
program pengembangan diri (ekstrakurikuler).
Dalam pengembangan karakter peserta didik di sekolah, guru memiliki posisi
yang strategis sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok yang bisa ditiru atau
menjadi idola bagi peserta didik. Guru bisa menjadi sumber inpirasi dan motivasi
peserta didiknya. Sikap dan prilaku seorang guru sangat membekas dalam diri peserta
didik, sehingga ucapan, karakter dan kepribadian guru menjadi cermin peserta didik.
Dengan demikian guru memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi
yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral.
c. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk
memperoleh informasi tentang fakta-fakta yang ada di lapangan. Peneliti
menggunakan metode deskriptif dikarenakan data-data yang dikumpulkan berupa
kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Sehingga laporan penelitian akan berisi
data-data untuk memberi gambaran pada penyajian laporan tersebut.
d. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Karakter sering disamakan dengan budi pekerti, ada pula yang mendefinisikan
karakter sebagai sistem keyakinan dan kebiasaan. Jika kita simpulkan karakter adalah
akhlak atau moral yang sudah tertanam dalam pikiran, dengan kata lain karakter itu
sebuah kebiasaan yang sudah ditanamkan oleh lingkungan keluarga. Dalam
pembentukan karakter, orang tua dan guru memegang peranan yang penting. Maka
dari itu anak memiliki karakter yang berbeda-beda, karena setiap keluarga memiliki
karakter yang berbeda yang ditanamkan kepada anak dan menjadi kebiasaan, pihak
sekolah hanya bersifat mengasah dan memperdalam lagi karakter mereka.

8
Oleh karena itu apabila si anak tidak mendapatkan pendidikan karakter dari
keluarganya dari pihak sekolah agak kesulitan dalam membentuk karakter peserta
didik.
Peranan guru dalam pembentukan karakter di sekolah sebagai contoh atau teladan
bagi anak khususnya dan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu seorang guru
haruslah memberi contoh yang baik, segala tingkah lakunya tidak bertentangan dengan
norma dan nilai yang berlaku dimasyarakat. Segala bentuk penyimpangan tidak akan
terjadi jika guru, orang tua dan masyarakat mampu memberikan teladan yang baik
bagi anak, potensi untuk berbuat yang melanggar norma, aturan itu akan semakin
kecil.
Jadi seorang guru harus bisa menjadi orang tua kedua bagi peserta didik di
sekolah, agar peserta didik merasa nyaman dan terbuka kepada guru disekolah.
Sehingga nantinya guru dapat menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta diidk,
dan bisa mengarahkan mereka kearah yang lebih baik lagi dalm mencari jati diri
mereka yang berakhlak muliya.
Dan sebagai guru PKn penanaman karakter tidak lepas dari nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila. Disini Pendidikan pancasila dapat dijadikan sebagai
sarana dalam pembentukan karakter peserta didik, karena pancasila mengandung nilai-
nilai kehidupan yang bisa dijadikan pedoman dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Peserta didik yang pada hakikatnya adalah warga negara
Indonesia.
Jadi tentunya guru PKn dalam membentuk karakter peserta didik memiliki
peranan yang sangat penting. Karena PKn merupaka pelajaran yangbertujuan untuk
membentuk warganegara yang baik dalam kehidupan sehari-hari atau dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, peserta didik diharapkan
memiliki kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila sehingga terciptalah
generasi bangsa yang cerdas dan bermoral.
e. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik
kesimupan peran guru dalam memberikan materi di kelas diharapkan mengacu dan
menekankan pada tujuan pembelajaran mengenai implikasinya dalam kehidupan
sehari-hari. Jadi tentunya guru PKn dalam membentuk karakter peserta didik memiliki
peranan yang sangat penting.

9
Karena PKn merupakan pelajaran yang bertujuan untuk membentuk warganegara
yang baik dalam kehidupan sehari-hari atau dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dengan demikian, peserta didik diharapkan memiliki kepribadian yang
sesuai dengan nilai-nilai pancasila sehingga terciptalah generasi bangsa yang cerdas
dan bermoral.
f. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti memberikan saran yaitu:
1. Sekolah harus lebih mesosialisasikan tentang pendidikan karakter kepada peserta
didik.
2. Kepala sekolah diharapkan mengupayakan peningkatan pemahaman orang tua
peserta didik terhadap pendidikan karakter terutama di lingkungan keluarga,
sehingga anak dapat memiliki karakter yang baik.
3. Pihak sekolah diharapkan membuat suatu program atau kebijakan yang berkaitan
dengan pendidikan karakter.
4. Perlu adanya perenan pemerintah dalam penerapan kebijakan pendidikan karakter
disekolah.
5. Pemerintah hendaknya lebih mengoptimalkan lagi perannya dalam menangani
masalah-masalah yang berkaitan dengan penerapan kebijakan pendidikan karakter
disekolah.

 Jurnal Kedua
a. Pendahuluan
Melemahnya karakter bangsa menjadi acaman bagi keberlangsungan eksistensi
bangsa Indonesia. Hal ini menjadi perhatian semua komponen bangsa ini, hal yang
tampak jelas dilihat adalah dengan maraknya isu dekadensi moral dalam tataran
kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa dan negara.Istilah karakter bangsa yang dalam
literature Barat identik dengan “National Character” sangat erat terkait dengan
masalah psikologi sosial.Karakter bangsa digunakan untuk mendeskripsikan ciri-ciri
kepribadian yang tetap dan gaya hidup yang khas yang ditemui pada penduduk Negara
bangsa tertentu.
Karakter luhur dan kebangsaan warga negara di Indonesia perlu di kembangkan
hal ini diwadahi dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn).

10
Mata pelajaran PPKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga Negara yang cerdas, terampil dan berkarakter
yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD Negara republik Indonesia Tahun 1945.
Substansi dan tujuan PPKn menjadi permasalahan, hal ini terkesan kontradiktif
antara yang dialami oleh siswa dilingkungan luar kelas dengan yang di terima didalam
kelas. Materi PKn tidak selaras dengan kondisi riil yang terjadi di lingkungan sekitar,
sehigga apa yang disampaikan oleh guru menjadi tidak bermakna bagi kehidupan
siswa.Berbagai kasus kenakalan remaja Indonesia, yang mengarah pada tindakan tidak
terpuji, misalnya perkelahian, tawuran, kriminalitas, korupsi, penyalahgunaan
narkoba, pembunuhan, penganiayaan dan sebagainya yang kesemuanya menjadi factor
yang mendukung munculnya vonis terjadinya kegagalan dalam Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan.
Bertolak dari hal tersebut dirasakan penting untuk melakukan revolusi dalam
PPKn agar bisa berperan sebagai pendidikan karakter luhur dan kebangsaan bagi
bangsa Indonesia. Salah satunya adalah melalui penataan kurikulum pendidikan guru
PPKn. Tumbuhnya gagasan yang kuat untuk menempatkan PPKn sebagai wahana
utama dan esensi dari pendidikan nilai dalam membentuk karakter bangsa. Dalam hal
ini PPKn erat hubungannya dengan jatidiri. Istilah jatidiri ini dapat diartikan secara
bebas sebagai ciri khas atau atribut. Jatidiri dimaksudkan sebagai ciri khas atau atribut
konseptual dan empirik dari PKn.
Pendidikan Kewarganegaraan secara kurikuler dirancang untuk mengembangkan
potensi individu agar menjadi warga Negara Indonesia yang berahlak mulia, cerdas
dan bertanggung jawab. Secara teoritik Pendidikan Kewarganegaraan dirancang secara
konfluen dan terintegrasi antara dimensi cognitif, afektif dan psikomotor dalam
konteks substansi ide, nilai, konsep, moral Pancasila, kewarganegaraan yang
demokratis dan bela negara. Sedangkan secara pragmatik Pendidikan
Kewarganegaraan dirancang dengan memberikan penekanan pada isi yang memuat
nilai nilai (content embeddingvalues) dalam prilaku sehari hari.
Oleh karena itu sudah seharusnya kurikulum PPKn memberikan perhatiannya
yang lebih besar terhadap pendidikan budaya dan karakter bangsa dibandingkan masa
sebelumnya.

11
Untuk menjamin fungsi dan perannya dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan
nasional, pendidikan kewarganegaraan seyogyanya dirancang, dikembangkan,
dilaksanakan, dan dievaluasi dalam konteks pengejawantahan tujuan pendidikan
nasional.

b. Metode Penelitian
Metodologi penulisan artikel ini yakni kajian pustaka dan deskriptif. Kajian
pustaka melalui pengembangan kurikilum PKn sebelumnya, sehingga untuk
mengeksplorasi tema ini penulis banyak menggunakan referensi yang berkaitan
dengan tema tersebut. Referensi tersebut berupa Permendiknas, makalah-
makalah/materi sosialisasi kurikulum PKn, Literatur PKn berupa bahan ajar, dengan
kaidah metodologis berupa keterkaitan interpretasi, induksi dan deduksi.
c. Hasil dan Pembahasan
Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan dan Sebagai Wahana Pendidikan
Karakter Bangsa
Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) merupakan salah satu bidang
kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
Indonesia melalui koridor “value-based education”. Konfigurasi atau kerangka
sistemik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dibangun atas dasar paradigm sebagai
berikut. Pertama, PKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang
bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara
Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab.
Kedua, PKn secara teoretik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat
dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bersifat konfluen atau saling
berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral
Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara. Ketiga, PKn secara
programatik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang menekankan pada isi yang
mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning
experiences) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi warga negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide,
nilai,konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara.

12
Jika memperhatikan uraian tersebut, maka tampak bahwa PKn merupakan
program pendidikan yang sangat penting untuk upaya pembangunan karakter
bangsa.Sebagai suatu program pendidikan yang amat strategis bagi upaya pendidikan
karakter, PKn perlu memperkuat posisinya menjadi “subjek pembelajaran yang kuat”
(powerful learning area) yang secara kurikuler ditandai oleh pengalaman belajar secara
kontekstual. Pengembangan kompetensi kewarganegaraan yang bercirikan karakter
bangsa diarahkan sebagai upaya pengembangan warganegara melalui pendidikan
kewarganegaraan.
Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Pengembangan kurikulum merupakan kegiatan menghasilkan kurikulum pada
tingkat satuan pendidikan atau proses mengaitkan satu komponen dengan yang lainnya
untuk menghasilkan kurikulum. Pengembangan kurikulum juga bisa diartikan sebagai
kegiatan penyusunan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan kurikulum. Dalam
pengembangannya, kurikulum melibatkan berbagai pihak, terutama pihak – pihak
yang secara langsung ataupun tidak langsung memiliki kepentingan dengan
keberadaan pendidikan yang dirancang.
Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang sangat esensial dalam proses
pembelajaran. Ada 4 bagian penting dalam kurikulum meliputi: tujuan, isi/materi,
strategi pembelajaran, dan evaluasi. Ke 4 bagian/komponen penting kurikulum ini
saling berkaitan dan berinteraksi untuk mencapai perilaku yang diinginkan/dicita-
citakan oleh tujuan pendidikan nasional. Tujuan yang jelas akan memberi petunjuk
yang jelas pula dalam memilih isi/materi yang harus dikuasai, strategi yang akan
digunakan serta bentuk dan alat evaluasi yang tepat untuk mengukur ketercapaian
kurikulum.
Prinsip pengembangan kurikulum Prinsip -prinsip yang harus diperhatikan dalam
pengembangan kurikulum :
a. Prinsip relevansi adalah kedekatan hubungan. Apabila dikaitkan dengan pendidikan
dengan masyarakat maka harus memiliki keterkaitan yang erat sehingga hasil
pendidikan yang diperoleh akan berguna bagi kehidupan peserta didik di
masyarakat.
b. Prinsip fleksibilitas, Kurikulum yang dikembangkan harus memiliki ruang gerak
yang memberikan kebebasan dalam bertindak. Dalam hal ini berkaitan dengan
fleksibilitas dalam memilih program pendidikan dan fleksibilitas dalam
pengembangan program pembelajaran.

13
c. Prinsip effisiensi, Prinsip ini terkait dengan usaha, biaya, waktu dan tenaga yang
digunakan dalam proses pembelajaran dapat membuahkan proses dan hasil belajar
yang optimal.
d. Prinsip efektivitas adalah sejauh mana perencanaan kurikulum dapat dicapai sesuai
dengan keinginan yang telah ditentukan. Efektivitas kurikulum berkaitan dengan
proses mengajar pendidik, dan proses belajar peserta didik.
e. Prinsip kesinambungan, prinsip ini dalam pengembangan kurikulum menunjukkan
adanya keterkaitan antara tingkat pendidikan, jenis dan program pendidikan serta
bidang studi.
f. Prinsip berorientasi tujuan; Prinsip menegaskan bahwa tujuan merupakan arah bagi
pengembangan komponen-komponen lainnya dalam pengembangan kurikulum.
Strategi Pengembangan PKn Dalam Pembentukan Karakter Bangsa
Makna Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran dalam pembentukan karakter
bangsa perlu dilihat dalam tiga tataran, yakni: pendidikan Pancasila sebagai kemasan
kurikuler (mata pelajaran atau mata kuliah), sebagai proses pendidikan
(praksispembelajaran), dan sebagai upaya sistemik membangun kehidupan
masyarakat, bangsa, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia ke depan (proses
nation’s character building).Pendidikan Pancasila sebagai upaya sistemik membangun
kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia ke depan.
Tumbuh dan berkembangnya masyarakat madani-Pancasila bersifat interaktif
dengan tumbuh dan berkembangnya akhlak kewarganegaraan (civic virtue) yang
merupakan unsur utama dari budaya kewarganegaraan yang berPancasila (civic
culture). Oleh karena itu diperlukan adanya dan berperannya pendidikan pancasila
yang menghasilkan demokrasi konstitusional yang mampu mengembangkan akhlak
kewarganegaraan Pancasilais. Dalam waktu bersamaan proses pendidikan tersebut
harus mampu memberi kontribusi terhadap berkembangnya budaya Pacasila yang
menjadi inti dari masyarakat madani-pancasila yang demokratis. Inilah tantangan
konseptual dan operasional bagi pendidikan Pancasila untuk membangun demokrasi
konstitusional di Indonesia.
Pengembangan Proses Pembelajaran
Guru PPKn dituntut untuk mampu mengembangkan proses pembelajaran supaya
lebih menarik, menyenangkan, menantang, dan membentuk peserta didik untuk
mampu berpikir kritis dan konstruktif.

14
Guru PPKn harus mampu menyajikan materi pembelajaran secara kontekstual,
mengaitkan materi pelajaran dengan kondisi nyata di lapangan Mengaitkan antara
teori dengan praktek, antara harapan dan kenyataan, mengidentifikasi masalah yang
terjadi, dan mendorong peserta didik untuk memunculkan alternatif pemecahan
masalah.
Alternatif metode yang cocok untuk mewujudkan hal tersebut di atas, guru PPKn
bisa menggunakan metode ceramah, diskusi, observasi, simulasi, inquiry, bermain
peran, studi kasus, kunjungan lapangan, penugasan, proyek, debat, portofolio, atau
metode lainnya yang dinilai relevan. Apapun metode yang digunakan, yang penting
bisa memberikan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan waga negara serta
internalisasi karakter kewarganegaraan kepada peserta didik.
Arah Strategi Pengembangan Pembelajaran PKn
Pengembangan pembelajaran PKn dalam membentuk karakter bangsa merupakan
suatu bentuk pengembangan kurikulum yang dilakukan untuk memberikan dasar
pemikiran yang mendunia, yang dapat dijadikan tolak ukur dalam setiap langkah guna
memperkokoh idiologi Negara kesatuan Republik Indonesia strategi pengembangan
ini meliputi:
1. Materi pelajaran
Berkenaan dengan permasalahan materi pelajaran, Pendidikan Kewarganegaraan
dalam kurikulum 2004 telah mengalami perubahan yang sangat besar, dari
pengembangan materi dalam kurikulum sebelumnya.
2. Nilai, Moral dan Norma dalam Materi PKn
Kompetensi penguasaan bahan ajar dalam PKn mencakup 3 aspek, yaitu
memahami Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge), memahami
Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills), dan memahami Etika
Kewarganegaraan (Civic Ethic). Modul ini ditujukan untuk mengembangkan
kompetensi penguasaan bahan ajar, pada aspek kompetensi tentang pemahaman
Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge) khusus pada subkompetensi
pemahaman nilai, norma dan moral.
3. Metode Pendidikan Kewarganegaraan
Penguasaan metode pembelajaran merupakan salah satu persyaratan utama yang
harus dimiliki seorang guru. Kemampuan dalam menggunakan berbagai metode
pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa baik keberhasilan
aspek kognitif maupun aspek afektif dan psikomotor. Ketidaktepatan memilih dan

15
menggunakan metode pembelajaran akan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
Menurut rambu-rambu pembelajaran PKn dalam Kurikulum 2004, ditegaskan
bahwa pembelajaran dalam mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan proses dan
upaya membelajarkan dengan menggunakan pendekatan belajar kontekstual (CTL)
untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter
warga Negara Indonesia.
d. Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan diatas dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut yaitu PKn merupakan program pendidikan yang sangat penting untuk
upaya pembangunan karakter bangsa. Sebagai suatu program pendidikan yang amat
strategis bagi upaya pendidikan karakter, PKn perlu memperkuat posisinya menjadi
“subjek pembelajaran yang kuat” (powerful learning area) yang secara kurikuler
ditandai oleh pengalaman belajar secara kontekstual dengan ciri-ciri: bermakna
(meaningful), terintegrasi (integrated), berbasis nilai (valuebased), menantang
(challenging), dan mengaktifkan (activating). Melalui pengalaman belajar semacam
itulah para siswa difasilitasi untuk dapat membangun pengetahuan, sikap, dan
keterampilan kewarganegaraan yang demokratis dalam koridor psiko-pedagogis-
konstruktif.
Pengembangan kurikulummerupakan bagian yang sangat esensial dalam proses
pembelajaran. Ada 4 bagian penting dalam kurikulum meliputi: tujuan, isi/materi,
strategi pembelajaran, dan evaluasi. Ke 4 bagian/komponen penting kurikulum ini
saling berkaitan dan berinteraksi untuk mencapai perilaku yang diinginkan/dicita-
citakan oleh tujuan pendidikan nasional. Tujuan yang jelas akan memberi petunjuk
yang jelas pula dalam memilih isi/materi yang harus dikuasai, strategi yang akan
digunakan serta bentuk dan alat evaluasi yang tepat untuk mengukur ketercapaian
kurikulum.
Dalam standar kompetensi kurikulum PKn, ditegaskan bahwa mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai tujuan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
serta berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan
bangsa-bangsa lainnya.

16
Pengembangan pembelajaran PKn dalam membentuk karakter bangsa merupakan
suatu bentuk pengembangan kurikulum yang dilakukan untuk memberikan dasar
pemikiran yang mendunia, yang dapat dijadikan tolak ukur dalam setiap langkah guna
memperkokoh idiologi Negara kesatuan Republik Indonesia strategi ini meliputi:
Lingkup Materi PKn, Nilai, Moral, dan Norma dalam Materi PKn, Metode dan Media
Pendidikan Kewarganegaraan .

17
BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, ada beberapa kelebihan dan


kekurangan yang dimiliki oleh masing-masing jurnal. Kelebihan dan kekurangan tersebut
antara lain sebagai berikut:

 Jurnal pertama :

a. Kelebihan :

Pada jurnal ini, kelengkapan identitasnya telah lengkap. Karena dalam jurnal ini
telah memuat judul jurnal, nama jurnal, ISSN, nama penulis, tahun pembuatan
jurnal, volume dan nomor jurnal, serta jumlah halaman dari jurnal tersebut. Jika
ditinjau dari segi materi, materi yang disajikan telah jelas. Dimulai dari pengertian
dari peran, hakikat pendidikan kewarganegaraan, hakikat karakter, pengertian
pendidikan karakter, dan sejarah pendidikan karakter. Jika ditinjau dari tata letak,
jurnal ini memuat tata letak yang bagus. Karena penyusunan jurnalnya telah
sistematis, dimulai dengan abstrak jurnal, pendahuluan, kajian teoritis, metode
penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan dan saran serta daftar
pustakanya. Penulis juga mencantumkan biografinya secara lengkap didalam
jurnal ini, sehingga pembaca dapat mengetahui identitas penulis jurnal ini. Jika
ditinjau dari tata bahasa, bahasa yang digunakan merupakan bahasa yang mudah
dimengerti. Penulisan jurnalnya juga sesuai dengan ejaan yang disempurnakan.

b. Kekurangan :

Pada jurnal ini, penulis memaparkan abstraknya dengan menggunakan bahasa


inggris. Lebih baik jika penulis juga memaparkan abstaknya dengan menggunakan
bahasa indonesia juga.

 Jurnal Kedua :

a. Kelebihan :

Pada jurnal ini, kelengkapan identitas jurnalnya telah lengkap. Identitas jurnal itu
terdiri dari judul jurnal, nama jurnal, ISSN, penulis jurnal, tahun pembuatan jurnal,
volume dan nomor jurnal, serta jumlah halaman dari jurnal tersebut. Jika ditinjau

18
dari kelengkapan materinya, materi yang telah dipaparkan cukup lengkap
mengenai pendidikan kewarganegaraan sebagai pembentukan karakter bangsa.
Jika ditinjau dari tata letak, penyusunan jurnal ini juga telah sistematis dimulai dari
abstraknya, pendahuluannya, metode penelitian, hasil dan pembahasan,
kesimpulan, serta daftar pustakanya.

Jika ditinjau dari tata bahasa, penulis menggunakan bahasa yang mudah dipahami
oleh kalangan awam. Sehingga pembaca dapat dengan mudah untuk memahami
materi yang dipaparkan jurnal tersebut.

b. Kekurangan :

Pada jurnal ini, penulis memaparkan materinya pada bagian pendahuluan dijurnal
tersebut. Lebih baik jika, materi yang dipaparkan oleh penulis diletakan pada
bagian kajian teoritis jurnal. Sehingga pembaca dapat dengan mudah untuk
menemukan teori-teori yang dipaparkan oleh penulis.

19
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dalam kegiatan critical journal review yang dilakukan, jurnal pertama dan jurnal
kedua memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan pada masing-
masing jurnal tersebut dapat dilihat berdasarkan isi maupun kandungan dari jurnal tersebut
serta dapat dilihat dari tata bahasa maupun tata letak jurnal tersebut. Kedua jurnal ini memiliki
tema yang sama, yaitu mengenai pendidikan kewarganegaraan dalam hal pembentukan
karakter individu. Kedua jurnal ini juga memiliki kelengkapan identitas bibliografi yang
sama, seperti terdapat ISSN, nama jurnal, judul jurnal, volume dan nomor jurnal, tahun
pembuatan jurnal, serta nama penulis yang membuat jurnal tersebut. Sumber referensi yang
dipakai dalam pembuatan ketiga jurnal tersebut merupakan sumber yang akurat dan
terpercaya sehingga data yang disajikan tidak perlu lagi diragukan. Namun, menurut saya
jurnal yang lebih unggul adalah jurnal kedua. Karena jika ditinjau dari struktur penulisan,
jurnal kedua lebih terstruktur penulisannya daripada jurnal pertama dan ketiga. Jurnal kedua
memuat abstrak, pendahuluan, kajian teoritis, metode penelitian, hasil penelitian dan
pembahasan, kesimpulan serta daftar pustaka. Dalam penulisan jurnal kedua ini, penulisnya
menggunakan kata dengan ejaan yang disempurnakan serta tidak terdapat kesalahan dalam
penulisan jurnalnya. Bahasa yang dipakai oleh penulis pun merupakan bahasa yang mudah
dipahami sehingga pembaca dapat dengan mudah untuk memahami materi yang disajikan
oleh penulis.

4.2. Saran

Saran yang dapat disampaikan adalah dalam penulisan jurnal sebaiknya penulis lebih
teliti lagi agar tidak terdapat kesalahan-kesalahan dalam penulisan. Dalam pembuatan
laporan, penulis juga sebaiknya mempunyai beberapa sumber buku bacaan yang terpercaya
yang dapat dijadikan sebagai referensi penulisan laporan sehingga laporan tersebut memiliki
informasi yang lengkap, terpercaya dan aktual.

20
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Fadil Yudia, dkk. (2013). Peran Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Dalam Upaya Pembentukan Karakter Peserta Didik. Jurnal PPKN UNJ. Jakarta.

Vol. 1(2): 1-15.

Hemafitria. (2017). Penguatan Karakter Bangsa Melalui Pengembangan Kurikulum dan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan.

Pontianak. Vol.1(1) : 44-57.

21

Anda mungkin juga menyukai