Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL DAN KARAKTER

DI SMP NEGERI 1 JETIS BANTUL

Mata Kuliah : Dasar-Dasar Pendidikan Moral

Pengampu : Dr. Samsuri S.Pd, M.Ag

Disusun oleh :

Dimas Landung Dwi Prakoso ( 23040130010)

Kalya Chania (23040130081)

Insan Lailatul Faizah ( 23040130097)

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM

FAKULTAS ILMU SOSIAL HUKUM DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2024
BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan tempat pembentukan manusia yang lebih baik.


Pendidikan juga diartikan sebagai kegiatan untuk membentuk manusia menjadi
manusia yang bermartabat dan melek pengetahuan. Dalam Perundang-undangan
tentang Sistem Pendidikan No.20 tahun 2003, mengatakan bahwa Pendidikan
merupakan “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat”. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) kata pendidikan berasal dari
kata ‘didik’ serta mendapatkan imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, sehingga kata ini
memiliki pengertian sebuah metode, cara maupun tindakan membimbing. Dengan
begitu Pendidikan secara umum memiliki arti sebagai seluruh pengetahuan belajar yang
memberikan dampak positif untuk pertumbuhan makluk hidup. Pendidikan secara
terminologis dapat diartikan sebagai pembinaan, pembentukan, pengarahan,
pencerdasan, pelatihan yang ditujukan kepada semua peserta didik secara formal
maupun non formal dengan tujuan membentuk peserta didik yang cerdas,
berkepribadian, memiliki ketrampilan atau keahlian tertentu sebagai bekal
dalam kehidupannya di masyarakat. Pendidikan merupakan proses perubahan dalam
diri mencakup segala aspek sehingga terwujud manusia yang toyib, baik secara individu
maupun sosial

Kata moral berasal dari Bahasa latin yaitu mos dengan jamak mores yang
memiliki arti tata-cara atau adat istiadat. Moral juga sering dimaksudkan sudah berupa
tingkah laku, perbuatan, sikap atau karakter yang didasarkan pada ajaran, nilai, prinsip,
atau norma (Muchson & Syamsuri: 2012). Di dalam manusia moral merupakan suatu
hal yang mutlak dimiliki. Hal ini karena setiap manusia tentu memiliki karakter masing-
masing didalam kepribadiannya.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penamaan nilai-nilai karakter yang


meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan. Pengembangan karakter bangsa dapat
dilakukan melalui perkembangan karakter individu seseorang. Pendidikan karakter
merupakan hal yang utama dalam Pendidikan. Hal ini karena Pendidikan karakter
merupakan pondasi terbentuknya manusia yang memiliki nilai atau perilaku yang baik.
Dalam peraturan Undang-undang Indonesia tentang SIKDIKNAS No. 20 Tahun 2003
pendidikan berfungsi untuk mengembangkan serta membentuk watak peradaban
bangsa yang bermartabat untuk mewujudkan cita-cita bangsa yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa serta berupaya untuk mengembangkan potensi kemampuan peserta
didik dan menjadikan mereka menjadi manusia yang beriman, berakhlak
mulia,berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab. Jika merunut peraturan tersebut maka Pendidikan karakter
berfungsi untuk pengajaran dan penanaman yang berdasar budi pekerti guna
membentuk karakter pada diri seseorang.

Pendidikan karakter di Indonesia seharusnya didahulukan dari segala-galanya.


Pendidikan karakter merupakan kunci dari maju tidaknya bangsa Indonesia. Sebuah
bangsa yang dihargai dan dijunjung tinggi oleh bangsa lain, bukan bangsa yang
hanya sekedar menjadi kuli yang dipandang rendah oleh bangsa lain. (Nur Rosyid,
dkk.(2013:131). Dalam pengaplikasiannya Pendidikan karakter di Indonesia mengikuti
pada konsep Grand Design dari Ki Hajar Dewantara yang sudah ditetapkan oleh
kementrian Pendidikan yaitu pengembangan olah hati, olah piker, olah karsa, serta olah
raga. Setelah menjadi Prakarsa Pendidikan karakter Depdiknas membuat 18 butir nilai
Pendidikan karakter diantara yaitu religious, jujur toleransi, disiplin, kerja keras,
inovasi, kemandirian, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah
air, penghargaan atas prestasi, persahabatan, cinta damai, suka membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab (Astusi:21).

Dalam penanaman Pendidikan karakter mata Pelajaran Pkn dan Pendidikan


agama merupakan mata Pelajaran yang menjadi sumber pembentukan karakter. Selain
itu, Pendidikan karakter juga termuat dalam pengajaran di sekolahan melalui eran guru,
maupun warga sekolah. Disini guru memiliki peran sebagai teladan dan pemberi contoh
kepada siswa dalam membangun karakter yang baik. Realita dilapangan saat ini banyak
dari remaja Indonesia masih krisis karakter. Banyak dari remaja saat ini terjerumus
dalam salah pergaulan seperti tawuran, seks bebas hingga putus sekolah. Hal inilah
yang menjadi tantangan dalam penanaman moral untuk individu mauppun Masyarakat.
Pengamatan kali ini memiliki tujuan untuk mengetahui dan mengamati Pendidikan
karakter yang ada di SMP N 1 Jetis Bantul. Selain itu, kami juga ingin mengetahui cara
pendidik dalam menanamkan Pendidikan karakter serta masalah-masalah yang ada di
SMP N 1 Jetis Bantul. Harapannya kami dapat menemukan Solusi terkait Pendidikan
karakter yang ada di SMP N 1 Jetis Bantul.
BAB II

HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

A. Defininisi Pendidikan Karakter

Dalam Perundang-undangan tentang SistemPendidikan No.20 tahun 2003, mengatakan


bahwa Pendidikan merupakan “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat”. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia kata Pendidikan berasal dari kata ‘didik’ serta mendapatkan imbuhan
‘pe’ dan akhiran ‘an’, sehingga kata ini memiliki pengertian sebuah metode, cara maupum
tindakan membimbing. Jika merunut kesimpulan dari berbagai sumber Pendidikan merupakan
proses belajar yang diajarkan oleh pengajar dengan tujuan memberikan sebuah pengajaran
kepada khalayak supaya mendapatkan keteladanan dan ilmu dari pengajar.

Menurut Michael Novak karakter merupakan “campuran kompatibel dari seluruh


kebaikan yang diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan
orang berakal sehat yang ada dalam sejarah.” Sedangkan menurut Masnur Muslich karakter
merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya, dan adat istiadat. Karakter merupakan serangkaian nilai dan perilaku yang
menggambarkan jati diri seseorang. Karakter juga bisa diartikan sebagai cerminan diri
seseorang meliputi kepribadian, sikap maupun perilaku.

John W. Santrock (2007): Pendidikan karakter adalah pendidikan yang dilakukan


dengan pendekatan langsung kepada peserta didik untuk menanamkan nilai moral dan memberi
kan pelajaran kepada murid mengenai pengetahuan moral dalam upaya mencegah perilaku
yang yang dilarang. Sedangkan menurut Thomas Lickona (1991): Pendidikan karakter itu
merupakan sebuah usaha yang dilakukan seseorang dengan sengaja untuk membantu seseorang
sehingga seseorang tersebut dapat memahami, memperhatikan, serta melakukan nilai-nilai
etika yang inti. Dari pendapat beberapa ahli tersebut Pendidikan secara garis besar bermakna
sebagai suatu system penanaman nilai-nilai karakter yang ditujukan untuk warga sekolah agar
terbentuk manusia yang insan kamil. Adapun komponen dari Pendidikan karakter di sekolah
meliputi pengetahuan, kesadaran, dan Tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, dan kepada sesama.

Dalam penerapannya, Pendidikan karakter sering kali hanya dilakukan di sekolah-


sekolah. Akan tetapi, Pendidikan karakter memiliki ruang lingkup yang besar meliputi
keluarga, Masyarakat, instansi-instansi, bahkan mencakup ruang luar negeri. Hal ini ditujukan
agar Pendidikan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab perorangan melainkan juga
menjadi tanggungjawab dari sekolompok orang yang berasa dalam satu lingkup atau ruang
untuk mengamalkan dan mengajarkan Pendidikan karakter kepada seluruh elemen.

B. Peran Guru dalam Pembentukan Karakter

Pendidik merupakan orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai
tingkat kemanusian yang lebih tinggi. Berarti dapat dikatakan bahwa setiap pendidik (guru)
bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didiknya. Pendidik pada dasarnya memiliki
peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran, baik tidaknya kualitas pembelajaran
salah satunya dipengaruhi oleh kualitas pendidiknya. Sebagaimana dijelaskan oleh Edi
Kuswanto (Roqib, 2009: 43) bahwa guru yang memiliki kualitas tinggi dapat menciptakan dan
mendesain materi pembelajaran yang lebih dinamis dan konstruktif. Mereka juga akan mampu
mengatasi kelemahan materi dan subyek didiknya dengan menciptakan suasana miliu yang
kondusif dan strategi mengajar yang efektif dan dinamis.

Guru berperan sebagai motivator penggerak pendidikan moral dan karakter di sekolah,
dan peran mereka sangat penting dalam menanamkan nilai moral kepada siswa. Salah satu cara
untuk memberikan masukan moral adalah dengan membangun hubungan dengan siswa mereka
dan menciptakan interaksi antara mereka dan siswa mereka.

Sebagai motivator guru berperan meningkatkan dan membagikan suatu motivasi


yang kuat untuk mengembangkan kemampuan siswa, menumbuhkan keaktifan dan
kreativitasnya. Pendidikan moral sangat penting sebagai ilmu dasar yang memudahkan
seseorang berinteraksi dengan kehidupan lingkungannya. Kecerdasan moral siswa tak bisa
lepas dari pengaruh guru dan orang tua yang telah mendidiknya. Moral siswa dapat
tumbuh baik dengan didukung guru penggerak pendidikan dan karakter yang ideal dan orang
tua yang teliti. Akan tetapi, moral seorang siswa sebenarnya dapat tumbuh dengan baik dengan
sendirinya bila siswa tersebut mempunyai jiwa moralitas yang tinggi. Hal tersebut dapat
juga didukung dari pergaulan yang benar dan pengaruh masyarakat yang baik. (Pratiwi R,
2020)

Menurut Aiman Faiz (Koesoema, 2012) seorang guru harus memperlakukan siswa
dengan penuh cinta dan penuh hormat, menjadikan dirinya teladan yang baik agar dapat
memperbaiki perilaku siswa yang tidak baik menjadi baik. Pendidikan moral dan karakter
akan semakin efektif jika guru dapat berperan sebagai figur keteladanan bagi para siswa.
Tidak hanya harus menjadi teladan bagi siswa, tetapi mereka juga harus tetap berpegang teguh
pada prinsip-prinsip moral yang dianutnya. Jika guru tidak menganggap nilai moral penting
untuk diajarkan kepada siswanya, nilai-nilai tersebut tidak akan relevan bagi mereka. Oleh
karena itu, dua hal yang sangat penting untuk menanamkan nilai moral adalah konsistensi dan
contoh dalam menjalankan nilai moral tersebut. Dalam hal lain peran guru sebagai otoritas
moral di kelas juga dianggap penting dalam penanaman nilai moral. Guru bertanggung jawab
untuk menciptakan lingkungan moral yang baik di sekolah agar siswa dapat mematuhi aturan
dan peraturan.

Selain itu Aiman Faiz menjelaskan (Lickona, 2012: 169-170) bahwa peran guru juga
berfungsi sebagai mentor moral dengan menginstruksikan para siswa dalam beberapa hal
diantaranya tidak menyela pembicaraan orang, meminjam barang tanpa izin, memanggil teman
dengan nama yang tidak sopan. Karena itu, tugas guru bukan semata-mata untuk
memperlakukan siswa dengan baik; mereka juga harus membuat aturan agar siswa terbiasa
mematuhi aturan yang berlaku di lingkungan mereka.

Pada observasi kami di SMP Negeri 1 Jetis peran guru dalam pembentukan karakter
sudah sangat terlihat. Hal itu terlihat dengan adanya program sekolah yang harus diikuti semua
warga sekolah seperti pembiasaan 5S, berdoa, kepemimpinan dan seterusnya. Setiap pagi pada
SMP 1 Jetis ini terdapat pembiasaan melakukan pembiasaan 5 ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan,
dan Santun) yang mana pihak yang terlibat terdiri dari anggota OSIS dan para guru yang berada
di depan pintu gerbang. Penerapan program ini dilakukan untuk menumbuhkan sikap hormat
terhadap kehadiran orang lain. pembiasaan ini dilakukan supaya budaya karakter Indonesia
tidak hilangtermakan zaman yang semakin modern. Tidak hanya itu, pembiasaan menyanyikan
lagu Indonesia Raya melakukan berdoa kemudian tadarus dan dilanjutkan dengan literasi
sebelum pembelajaran dimulai dilakukan oleh Siswa dan guru. kemudian di setiap hari Senin
sampai dengan hari kamis siswa SMP Negeri 1 Jetis melakukan pembiasaan solat Dhuhur
berjamaah yang mana solat ini dilakukan oleh siswa laki-laki terlebih dahulu kemudian siswa
perempuan. hal ini dilakukan untuk memudahkan para guru untuk mengontrol siswa agar
semua siswa melaksanakan ibadah karena beberapa siswa tidak melakukan ibadah dikarenakan
tidak ada pembiasaan ibadah di rumah sehingga sangat perlu guru menjadi tegas dalam hal
pembiasaan ibadah tersebut.

SMP Negeri 1 Jetis merupakan sekolah yang memiliki lingkungan yang positif yang
mana sekolah ini sangat menolak kata bullying sehingga siswa akan merasa nyaman dalam
bergaul tanpa harus merasakan perundungan terhadap teman-temanya. Apabila hal ini terjadi
maka siswa pelaku perundungan akan langsung dibawa untuk menghadap ke badan kesiswaan
(BK) apabila hal tersebut tidak dapat merubah siswa maka akan didatangkan wali murid, dan
apabila hal ini masih terjadi akan dihadapkan kepada kepala sekolah.

C. Pengembangan Karakter

Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan orang dewasa dalam pergaulan dengan
anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.
Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 1, dikemukakan bahwa pengertian pendidikan yakni upaya
yang dilakukan oleh pendidik guna mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan agar setiap peserta didik dapat secara aktif mengembangkan segala
potensi yang ada dalam dirinya secara maksimal sehingga peserta didik dapat menguasai ketiga
aspek kompetensi dalam pembelajaran yakni aspek kognitif, afektif dan psikomotorik mereka.

Tujuan dari undang-undang di atas yakni pelaksanaan penguatan nilai-nilai pendidikan


karakter peserta didik. Nilai-nilai karakter (character building) peserta didik menjadi poin yang
sangat penting dari tugas pendidikan. Istilah karakter (character) berasal dari bahasa Yuanani
“charassian” yang berarti ”to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga jika orang
itu rakus, tukang bohong, korupsi, pemarah, semena-mena dan berperilaku jelek lainnya, maka
dikatakan orang tersebut memiliki karakter yang buruk. Begitupun sebaliknya, jika orang
tersebut berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah moral maka disebut dengan orang yang
berkarakter mulia (N. A. Aeni, 2014 : 50).

Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam memperkuat pendidikan karakter
siswanya, dimana guru harus menjadi teladan terhadap apa yang disampaikan dan ditiru oleh
siswanya. Karakter pertama kali terbentuk dalam lingkungan keluarga, dimana orang pertama
kali dididik dan diajarkan dengan nilai-nilai yang berbeda. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah pendidikan karakter. Pendidikan karakter harus dikembangkan, sehingga
partisipasi masyarakat sangat penting dalam pengembangan karakter anak. Dalam hal ini
sekolah merupakan tempat pengembangan karakter anak. Pengembangan karakter tersebut
dapat dilakukan melalui pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler (Komara, 2018 : 18).

Pada hasil observasi kami di SMP Negeri 1 Jetis membuktikan bahwa pembentukan
karakter sudah sangat baik. Melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
Discovery Learning yang dipadukan dengan metode mind mapping, teknik ATM, dan
pendekatan saintifik. Pengembangan karakter di SMP Negeri 1 Jetis biasa dilakukan dengan
program 5 S( Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun), menyanyikan lagu Indonesia Raya,
upacara bendera, berdoa, tadarus Al-Qur’an, literasi sebelum pelajaran diimulai, sholat dzuhur
berjamaah. Setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta didik diharapkan dapat
Menunjukkan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam mewujudkan Pancasila
sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa, Menunjukkan perilaku gotong royong,
disiplin, dan bertanggung jawab dalam mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup.

D. Pentingnya Penanaman Karakter dan Moral

Menurut Sjarkawi, (2006: 28), mengemukakan bahwa moral merupakan pandangan tentang
baik dan buruk, benar dan salah, apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan. Sedangkan Menurut
Jamie, (2003: 24) merumuskan pengertian moral secara lebih komprehensif rumusan
formalnya sebagai berikut:

1. Moral sebagai seperangkat ide-ide tentang tingkah laku dengan warna dasar tertentu
yang dipegang oleh sekelompok manusia dalam lingkungan hidup tertentu.
2. Moral adalah ajaran tentang tingkah laku hidup yang berdasarkan pandangan hidup atau
agama tertentu.
3. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia yang mendasarkan pada kesadaran bahwa ia
terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik, sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku dalam lingkungannya.

Pendidikan moral harus ditanamkan kepada anak sejak usia dini, karena usia dini
merupakan masa yang baik untuk mengembangkan kecerdasan moral anak. Menurut
pendapat di atas, moral dimaknai sebagai seperangkat gagasan, nilai, ajaran, dan
prinsip. Namun lebih spesifiknya, moral sering kali mengacu pada tindakan, perilaku,
sikap, atau karakter yang didasarkan pada ajaran nilai, prinsip, atau norma.

Pendidikan moral diperlukan untuk menciptakan dan membimbing individu menuju


moralitas yang lebih baik. Pendidikan moral juga bertujuan untuk membantu belajar
agar menjadi lebih bermoral. Yang dimaksud dengan pendidikan moral adalah suatu
program pendidikan (sekolah dan luar sekolah) yang mengorganisasikan dan
"menyederhanakan" sumber-sumber moral dan disajikan dengan memperhatikan
pertimbangan psikologis untuk tujuan pendidikan. (Nurul Zuriah, 2007:22).

Berdasarkan pandangan tersebut, maka pendidikan moral bukan sekedar sesuatu yang
dapat ditambahkan atau dikaitkan dengan pendidikan, namun merupakan hal yang
esensial, dan menempati kedudukan yang sangat sentral dan strategis dalam
pendidikan, dan oleh karena itu mempunyai keistimewaan dirancang untuk membentuk
nilai-nilai moral.

E. Pendidikan Etika dalam Tindakan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “etika adalah ilmu tentang apa yang baik
dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral. Kumpulan asas/nilai yang berkenaan
dengan akhlak, nilai mengenai yang benar dan salah yang dianut Masyarakat. Dengan kata lain
etika merupakan ilmu yang mempelajari baik atau buruknya suatu hal yang berkaitan dengan
moral. Didalam etika terkandung nilai-nilai termasuk tanggung jawab sosial, kejujuran,
integritas, dan empati juga diajarkan dalam pendidikan etika. (Machmud (2014); Pristiwanti,
(2022). Nilai-nilai tersebut berguna sebagai acuan tentang sikap moral yang dimiliki setiap
individu. Berkaitan dengan etika, diskusi yang berkaitan dengan moral, keadilan sosial maupun
hak-hak lingkungan juga termasuk kedalam Pendidikan etika. Dengan adanya diskusi tersebut
diharapkan dapat memfasilitasi siswa untuk berkembang dalam memahami aspek-aspek etika.
Selain itu lingkungan merupakan salah satu hal yang memengaruhi Pendidikan etika. Dalam
penerapannya Pendidikan siswa akan dipengaruhi oleh teman sebaya, keluarga, maupun
Masyarakat.
Pendidikan etika berperan penting kepada siswa dalam membangun pemikiran kritis,
memahami dampak akan pilihan, juga dapat mengambil Keputusan sehat sesuai moral. Secara
garis besar Pendidikan etika membantu siswa dalam mengatasi dilemanya moral yang sulit
dihadapi oleh siswa. Siswa yang mendapatkan pendidikan etika memiliki potensi untuk
berkembang menjadi orang yang lebih bertanggung jawab dan sadar akan moral yang dapat
membuat keputusan moral dalam berbagai konteks. (Kasingku (2023); Siregar (2023). Hal ini
terbentuk karena Pendidikan etika membantu siswa dalam memahami dan mengasimilasi
konsep etika yang didapatnya melalui dialog-dialog dilemanya moral dalam kehidupan sehari-
hari.

SMP N 1 Jetis Bantul merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang ada di
Kabupaten Bantul yang sudah mengimplementasikan penerapan Pendidikan etika di dalamnya.
Kegiatan Ektrakurikuler merupakan tempat atau sarana sekolah untuk mengimplementasikan
Pendidikan etika kepada siswa. Ekstrakurikuler pramuka dan Tonti (Pleton Inti) meerupakan
ekstrakurikuler wajib yang dimiliki SMP 1 Jetis dalam membentuk etika siswa. Dalam
penerapannya ekstrakurikuler tersebut membentuk siswa untuk menanamkan dispilin, jujur dan
bijaksana dalam kehidupan sehari-hari. Selain melalui kegiatan ekstrakurikuler, organisasi
internal sekolah maupun kegiatan “Ajar Tata Krama” juga ditujukan untuk membentuk siswa-
siswi SMP N 1 Jetis dalam membentuk karakter etika yang baik. Dengan banyaknya kegiatan-
kegiatan inilah siswa dapat terfasilitasi dalam penanaman karakter, moral dan etika yang baik.

F. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Moral Peserta didik


1. Lingkungan Belajar
Suparno (Hilgard dan Bower dalam Purwanto, 2008: 84) mengemukakan bahwa belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah-laku seseorang terhadap sesuatu tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi tersebut. Perubahan
tingkah-laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respons pembawaan,
kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. Belajar adalah perkembangan
kemampuan manusia yang cepat berkembang dan dapat berdampak pada pembawaan
seseorang selama kehidupan mereka. Ini menunjukkan bahwa proses pendidikan
mempengaruhi perubahan perilaku manusia yang berkelanjutan sebagai respons terhadap
keadaan dan kondisi.

Pengalaman belajar siswa sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana pembelajaran


berlangsung. Dalam pendidikan formal, lingkungan belajar siswa dapat diubah dan
dimanipulasi untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Ini juga memungkinkan
lingkungan belajar menjadi pengalaman belajar yang menyenangkan. Lingkungan mencakup
alam dan kondisi yang mempengaruhi tingkah laku dan perkembangan, menurut Suparno
(Sartain dalam Hasbullah, 2006: 32). Berdasarkan definisi ini, lingkungan adalah komponen
yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang. Suparno menjelaskan lingkungan belajar,
(Mariana 2005:32), menunjukkan harapan tinggi untuk kesuksesan setiap siswa. Lingkungan
termasuk tempat belajar secara fisik, lingkungan sosial dan psikologi siswa yang mendorong
belajar, etika penggunaan makhluk hidup, dan keamanan. Didasarkan pada pernyataan di atas,
dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar mencakup semua hal yang berkaitan dengan
proses belajar mengajar, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

2. Pola Asuh Orang Tua


Keluarga adalah tempat pertama manusia mendapatkan pendidikan, dan tanggung jawab orang
tua tidak terbatas pada pendidikan formal. Keluarga berfungsi sebagai pendidikan awal dan
memberikan dasar karakter dan nilai luhur yang dapat dibentuk sejak dini. Keluarga terdiri dari
orang tua (ayah dan ibu) dan anak. ( Suparno, 2018: 65). Suparno menjelaskan bahwa
(Thamrin, 2006:1), orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam keluarga atau
rumah tangga, yang biasanya disebut ibu-bapak dalam kehidupan sehari-hari. Orangtua
menjalankan pola asuh keluarga. Suparno ( Tarmudji, 2002:507) mengemukakan bahwa pola
asuh adalah hubungan yang terjadi antara anak dan orangtua dalam pengasuhan. Orang tua
harus mendidik, membimbing, mendisiplinkan, dan melindungi anak untuk tumbuh dewasa
sesuai dengan norma masyarakat. Hal serupa juga disampaikan oleh Kohn (Suparno dalam
Tarmudji (2002:507), yang mengatakan bahwa cara orang tua berinteraksi dengan anak-
anaknya disebut pola asuhan. Konsep orang tua ini mencakup cara orang tua memperlakukan
dan berinteraksi dengan anaknya, serta memberikan arahan, hadiah, dan hukuman. Oleh karena
itu, dengan memberikan aturan yang jelas, disiplin, dan bahkan hukuman, orang tua mampu
menciptakan interaksi sosial dalam keluarga. upaya untuk menciptakan lingkungan keluarga
yang baik melalui contoh dan ketaatan orang tua kepada seluruh keluarga.

3. Lingkungan Sosial
Dimensi sosial sangat penting untuk perkembangan manusia. Lingkungan sosial adalah
tempat manusia hidup, berkembang, dan berinteraksi. Ini terdiri dari pola interaksi mereka
terhadap sesama, kelompok, dan kepentingan masyarakat sebagai kepentingan bersama.
Suparno menjelaskan (Dalyono, 2005:132), lingkungan sosial adalah faktor yang
mempengaruhi kita. Ada pengaruh lingkungan sosial yang diterima secara langsung dan tidak
langsung. Pengaruh secara langsung termasuk interaksi sehari-hari dengan orang lain, seperti
anggota keluarga, teman, teman sekolah, rekan kerja, dan sebagainya. yang tidak langsung
melalui media seperti radio dan televisi, membaca buku, majalah, surat-surat kabar, dan metode
lainnya.

Suparno mengemukakan pendapat Syah (2009:137), yang termasuk lingkungan sosial


siswa yaitu masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan
siswa tersebut. Lingkungan mampu membentuk manusia sebagai proses belajar. Dalam
lingkungan yang buruk seseorang mampberbuat dan terdorong untuk melakukan hal-hal yang
negatif. Sebaliknya dengan lingkungan pembelajaran yang baik dan kondusif akan mampu
memberikan pembelajaran yang baik serta mendorong seseorang untuk melakukan kebaikan.

4. Konsep Diri
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar sangat dipengaruhi oleh bagaimana individu
pembelajar menerima, memahami, dan melaksanakan pengetahuan yang mereka pelajari.
Sebagai proses belajar, informasi akan diverifikasi dan diputuskan dengan cara yang sesuai
dengan mereka sendiri. Konsep diri mencerminkan berbagai pengetahuan dan perspektif
seseorang tentang dirinya sendiri.

Suparno menjelaskan konsep diri (self concept) menurut Combs, et al (Soemanto,


2005:185) adalah pikiran atau persepsi seseorang tentang diri sendiri. Hurlock (2003:58)
menyatakan bahwa konsep diri adalah gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya dan
merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki orang tentang diri mereka sendiri, karakter
fisik, psikologis, sosial dan emosional, aspirasi, dan prestasi. Konsep diri itu terbentuk karena
ada interaksi individu dengan orang-orang di sekitarnya. Apa yang dipersepsikan individu lain
tentang dirinya tidak terlepas dari struktur, peran, dan status sosialyangdisandangindividu.
Oleh karena itu, gambaran sosial dapat terwujud dalam kemampuannya bersosialisasi dan
menyesuaikan diri di lingkungan sekitarnya, baik di sekolah maupun di masyarakat. Hurlock
(2003:58) menyatakan bahwa konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang
dirinya sendiri yang terdiri dari keyakinan mereka tentang karakteristik fisik, psikologis, sosial,
dan emosional, aspirasi, dan pencapaian. Interaksi seseorang dengan orang lain membentuk
konsep dirinya. Terlepas dari struktur, peran, dan status sosial seseorang, pandangan mereka
tentang diri mereka tidak berpengaruh. Oleh karena itu, gambaran sosial dapat terwujud dalam
kemampuannya bersosialisasi dan menyesuaikan diri di lingkungan sekitarnya, baik di sekolah
maupun di masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi dan pembahasan dapat disimpulkan yatu

1. Penerapan Pendidikan Moral di SMP N 1 Jetis dikembangkan dengan melalui kegiatan


sehari-hari di sekolah, pendidikan moral terintegrasi dalam mata pelajaran, dan
pendidikan tertanam dalam budaya sekolah.
2. Penerapan Pendidikan Moral yang dilakukan secara rutin yaitu program 5 S( senyum,
Salam, Sapa, Sopan, dan Santu), menyanyikan lagu Indonesia Raya, upacara bendera,
berdoa, tadarus Al-Qur’an, literasi sebelum pelajaran diimulai, sholat dzuhur
berjamaah.
3. Pendidikan moral terintegrasi dalam mata pelajaran, yang mana guru mengajarkan
nilai-nilai moral kepada siswa mereka dengan memasukkan nilai-nilai moral ke dalam
kurikulum dan rencana pelajaran.
4. Nilai-nilai moral yang dikembangkan di SMP N 1 Jetis yaitu religius, jujur, tanggung
jawab, disiplin, saling menghormati.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan observasi ini, diajukan saran-saran sebagai berikut :

1) Sekolah lebih intensif lagi dalam merespon surat masuk dari pihak luar
2) Sekolah diharapkan mengoptimalkan lagi implementasi pendidikan moral dengan
mengadakan pertemuan secara rutin antara orang tua dengan sekolah.
3) Sekolah lebih memperhatikan lagi terkait pengembangan suatu karakter siswa secara
menyeluruh.
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Modul ajar

RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN\(RPP)

Sekolah : SMP Negeri 1 Jetis


Mata Pelajaran : PPKn
Kelas/Semester : IX/ Ganjil
Materi Pokok : Dinamika perwujudan Pancasila sebagai dasar negara dan
pandanganhidup bangsa
Alokasi Waktu : 6 Minggu X 3 Jam Pelajaran @40 Menit

Tahun : 2023/2024

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong),
santun, dan percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

1.1 Mensyukuri perwujudan Pancasila  Menunjukkan rasa syukur terhadap Tuhan Yang
sebagai Dasar Negara yang merupakan Maha Esa dalam mewujudkan Pancasila sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa dasar negara dan pandangan hidup bangsa.

2.1 Menunjukkan sikap bangga akan  Menunjukkan perilaku gotong royong, disiplin,
tanah air sebagai perwujudan nilai- nilai dan bertanggung jawab dalam mempertahankan
Pancasila sebagai dasar negara Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan
hidup bangsa.
3.1 Membandingkan antara peristiwa dan  Mendeskripsikan penerapan Pancasila sebagai
dinamika yang terjadi di masyarakat dengan dasar negara dari Masa ke Masa.(factual)
praktik ideal Pancasila sebagaidasar negara  Menceritakan Penerapan Nilai-nilai Pancasila
dan pandangan hidup bangsa sesuai dengan Perkembangan Zaman.(konseptual)
 Menampilkan Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
negara dalam Berbagai Aspek
Kehidupan.(procedural)

4.1 Merancang dan melakukan penelitian  Menyusun laporan dan menyajikan hasil telaah
sederhana tentang peristiwa dan dinamika tentang peran tokoh nasional dalam perwujudan
yang terjadi di masyarakat terkait penerapan Pancasila sebagai dasar negara.
Pancasila sebagai dasar negara dan  Mendemonstrasikan peran tokoh nasional dalam
pandangan hidup bangsa perwujudan Pancasila sebagai dasar negara
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan model Discovery Learning yang dipadukan dengan
metode mind mapping, teknik ATM, dan pendekatan saintifik yang menuntun peserta didik untuk
mengamati (membaca) permasalahan, menuliskan penyelesaian dan mempresentasikan hasilnya di
depan kelas, Selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta didik diharapkan dapat
 Menunjukkan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam mewujudkan Pancasila
sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa.

 Menunjukkan perilaku gotong royong, disiplin, dan bertanggung jawab dalam


mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa.
 Mendeskripsikan penerapan Pancasila sebagai dasar negara dari Masa keMasa.
 Menceritakan Penerapan Nilai-nilai Pancasila sesuai dengan Perkembangan Zaman.
 Menampilkan Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dalam Berbagai Aspek Kehidupan.
 Menyusun laporan dan menyajikan hasil telaah tentang peran tokoh nasional dalam
perwujudan Pancasila sebagai dasar negara.
 Mendemonstrasikan peran tokoh nasional dalam perwujudan Pancasila sebagai dasar negara.

Fokus karakter yang ditanamkan :


dengan rasa rasa ingin tahu, tanggung jawab, displin selama proses pembelajaran, bersikap jujur,
santun, percaya diri dan pantang menyerah, serta memiliki sikap responsif (berpikir kritis) dan pro-
aktif (kreatif), serta mampu berkomukasi dan bekerjasama dengan baik.

D. Materi Pembelajaran
1. Materi Pembelajaran Reguler
a. Fakta:
 Penerapan Pancasila dari Masa ke Masa
a. Masa Awal Kemerdekaan (1945 - 1959)
b. Masa Orde Lama (1959 - 1966)
c. Masa Orde Baru (1966 - 1998)
d. Masa Reformasi (1998 - sekarang)
 Nilai-Nilai Pancasila Sesuai dengan Perkembangan Zaman
a. Hakikat ideologi terbuka
b. Kedudukan Pancasila sebagai ideologi terbuka
 Perwujudan nilai-nilai pancasila dalam berbagai kehidupan

b. Konsep
 konsep Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa
c. Prinsip
 Dinamika perwujudan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa
d. Prosedur
 Perwujudan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa
2. Materi pembelajaran remedial
 Dinamika perwujudan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa
3. Materi pembelajaran pengayaan
 Perwujudan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa

E. Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode : Tanya jawab, wawancara, diskusi dan bermain peran
F. Media / alat,Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media/alat:
 Media LCD projector,
 Laptop,
 Bahan Tayang

2. SumberBelajar
a. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2015. Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. SMP/MTs Kelas IX. Jakarta : Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Halaman 1 - 28
b. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2015. Buku Guru
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. SMP/MTs Kelas ix. Jakarta :
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Halaman 51 - 80.
c. UUD NRI Tahun 1945
d. Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka
e. Buku Referensi Lain yang Relevan.

G. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Pertemuan Ke-1 ( 3 x 40 menit ) Waktu
Kegiatan Pendahuluan 10
Guru : menit
Orientasi(Menunjukkan sikap disiplin sebelum memulai proses pembelajaran, menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang dianut (Karakter) serta membiasakanmembaca dan
memaknai (Literasi)).
 Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai
pembelajaran
 Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
 Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan pembelajaran.
Apersepsi
 Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya, pada kelas VIII
 Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
 Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan
dilakukan.
Motivasi
 Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari.
 Apabila materi/tema/ projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh, maka
peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang:
 Penerapan Pancasila Sebagai Dasar Negara Pada Masa Awal Kemerdekaan DanOrde Lama,
Periode 1945 – 1965
 Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
 Mengajukan pertanyaan.
Pemberian Acuan
 Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat itu.
 Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM
pada pertemuan yang berlangsung
 Pembagian kelompok belajar
 Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran.
Kegiatan Inti 100
Sintak menit
Model Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran
Stimulation Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan
(stimullasi/ perhatian(Berpikir kritis dan bekerjasama (4C) dalam mengamati permasalahan
pemberian (literasi membaca) dengan rasa ingin tahu, jujur dan pantang menyerah (Karakter)
rangsangan) pada topic
 Penerapan Pancasila Sebagai Dasar Negara Pada Masa Awal Kemerdekaan Dan
Orde Lama, Periode 1945 – 1965
dengan cara :
 Melihat (tanpa atau dengan alat)/Berpikir kritis dan bekerjasama (4C) dalam
mengamati permasalahan (literasi membaca) dengan rasa ingin tahu, jujur dan
pantang menyerah (Karakter)
Menayangkan gambar/foto tentang
 Penerapan Pancasila Sebagai Dasar Negara Pada Masa Awal Kemerdekaan Dan
Orde Lama, Periode 1945 – 1965
 Mengamati Berpikir kritis dan bekerjasama (4C) dalam mengamati
permasalahan (literasi membaca) dengan rasa ingin tahu, jujur dan pantang
menyerah (Karakter)
Peserta didik bersama kelompoknya melakukan pengamatandari permasalahan yang
ada di buku paket berkaitan dengan materi
 Membaca (dilakukan di rumah sebelum kegiatan pembelajaran
berlangsung),(Literasi)
Peserta didik diminta membaca materi dari buku paket atau buku-buku penunjang lain,
dari internet/materi yang berhubungan dengan
 Penerapan Pancasila Sebagai Dasar Negara Pada Masa Awal Kemerdekaan Dan
Orde Lama, Periode 1945 – 1965
 Mendengar
Peserta didik diminta mendengarkan pemberian materi oleh guruyang berkaitandengan
 Penerapan Pancasila Sebagai Dasar Negara Pada Masa Awal Kemerdekaan Dan
Orde Lama, Periode 1945 – 1965
 Menyimak,Berpikir kritis dan bekerjasama (4C) dalam mengamati
permasalahan (literasi membaca) dengan rasa ingin tahu, jujur dan pantang
menyerah (Karakter)
Peserta didik diminta menyimak penjelasan pengantar kegiatan secara garis
besar/global tentang materi pelajaran mengenai :
 Penerapan Pancasila Sebagai Dasar Negara Pada Masa Awal Kemerdekaan Dan
Orde Lama, Periode 1945 – 1965
Problem Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak
statemen mungkin pertanyaan yang berkaitan dengan gambar yang disajikan dan akan dijawab
(pertanyaan/ melalui kegiatan belajarBerpikir kritis dan kreatif (4C) dengan sikap jujur , disiplin,
identifikasi serta tanggung jawab dan kerja sama yang tingi (Karakter)
masalah)  Peserta didik diminta mendiskusikan hasil pengamatannya dan mencatat fakta-
fakta yang ditemukan, serta menjawab pertanyaanberdasarkan hasil pengamatan
yang ada pada buku paket;
 Pendidik memfasilitasi peserta didik untuk menanyakan hal-hal yang
 dipahami berdasarkan hasil pengamatan dari buku paket yang didiskusikan
bersama kelompoknya;
 Mengajukan pertanyaan tentang :
 Penerapan Pancasila Sebagai Dasar Negara Pada Masa Awal Kemerdekaan Dan
Orde Lama, Periode 1945 – 1965
yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan
informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai
ke pertanyaan yang bersifat hipotetik) untuk mengembangkan kreativitas, rasa ingin
tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu
untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Misalnya :
1) Apa manfaat yang diperoleh dari mempelajari penerapan Pancasila
pada masa Orde Lama?
2) Apa sikap yang kalian peroleh dari pembelajaran yang telah dilakukan?
3) Apa manfaat yang diperoleh melalui pembelajaran yang telah
dilakukan?
4) Apa rencana tindak lanjut yang akan kalian lakukan?
5) Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya?
Data collection Peserta didik mengumpulkan berbagai informasi(Berpikir kritis, kreatif, bekerjasama
(pengumpulan dan saling berkomunikasi dalam kelompok (4C), dengan rasa ingin tahu, tanggung
data) jawab dan pantang menyerah (Karakter),literasi (membaca)yang dapat mendukung
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, baik dari buku paket maupun
sumber lain seperti internet; melalui kegiatan:
 Mengamati obyek/kejadian, (defferensiai proses)
 Wawancara dengan nara sumber
 Mengumpulkan informasi
Mengumpulkan data/informasi melalui diskusi kelompok atau kegiatan lainguna
menemukan solusimasalah terkait materi pokok yaitu
 Penerapan Pancasila Sebagai Dasar Negara Pada Masa AwalKemerdekaan
Dan Orde Lama, Periode 1945 – 1965
 Membaca sumber lain selain buku teks,
Peserta didik diminta mengeksplor pengetahuannya dengan membaca buku
referensi tentang
 Dinamika perwujudan Pancasila sebagai dasar negara dan pandanganhidup
bangsa
 Mempresentasikan ulang
 AktivitasMengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, berkomunikasi
dan bekerjasama (4C),)
 Untuk mencari informasi dan mendiskusikan jawaban atas pertanyaan yang sudah
disusun peserta didik diminta untuk membaca uraian materi dibuku PPKn Kelas IX
Bab I subbab A, juga mencari melalui sumber belajarlain seperti buku referensi lain
dan internet
 Mendiskusikan Berpikir kritis, kreatif, bekerjasama dan saling berkomunikasi
dalam kelompok (4C), dengan rasa ingin tahu dan pantang menyerah
(Karakter)
 Mengulang
 Saling tukar informasi tentang :
 Penerapan Pancasila Sebagai Dasar Negara Pada Masa Awal Kemerdekaan Dan
Orde Lama, Periode 1945 – 1965
dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh
sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok
kemudian, dengan menggunakan metode ilmiah yang terdapat pada buku pegangan
peserta didik atau pada lembar kerja yang disediakan dengan cermat untuk
mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain,
kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi
melalui berbagai cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

Data Pendidik mendorong agar peserta didik secara aktif terlibat dalam diskusi kelompok
processing serta saling bantu untuk menyelesaikan masalah(Mengembangkan kemampuan
(pengolahan berpikir kritis, kreatif, berkomunikasi dan bekerjasama (4C),)
Data) Selama peserta didik bekerja di dalam kelompok, pendidik memperhatikan dan
mendorong semua peserta didik untuk terlibat diskusi, dan mengarahkan bila
ada kelompok yang melenceng jauh pekerjaannya dan bertanya (Nilai Karakter:
rasa ingin tahu, jujur, tanggung jawab, percaya diri dan pantangmenyerah)apabila
ada yang belum dipahami, bila diperlukan pendidikmemberikan bantuan secara
klasikal.
 Berdiskusi tentang data :
 Penerapan Pancasila Sebagai Dasar Negara Pada Masa Awal Kemerdekaan Dan
Orde Lama, Periode 1945 – 1965
yang sudah dikumpulkan / terangkum dalam kegiatan sebelumnya.
 Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan/pertemuan
sebelumnya mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi yang sedang berlangsung dengan bantuan pertanyaan-
pertanyaan pada lembar kerja.
 Pesertadidik mengerjakan beberapa soal mengenai
 Penerapan Pancasila Sebagai Dasar Negara Pada Masa Awal Kemerdekaan Dan
Orde Lama, Periode 1945 – 1965
Verification Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan memverifikasi hasil
(pembuktian) pengamatannya dengan data-data atau teori pada buku sumber melalui kegiatan :
 Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang
bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang
berbeda sampai kepada yang bertentangan untuk mengembangkan sikap jujur,
teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan
kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam membuktikan :
 Penerapan Pancasila Sebagai Dasar Negara Pada Masa Awal Kemerdekaan Dan
Orde Lama, Periode 1945 – 1965
antara lain dengan : Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas jawaban
soal-soal yang telah dikerjakan oleh peserta didik.
Generalizatio Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
(menarik  Menyampaikan hasil diskusi berupa kesimpulan berdasarkan hasil analisis
kesimpulan) secara lisan, tertulis, atau media lainnyasesuai dengan cara yang sesuai dan
disukai untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan
berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan sopan(differensi
konten)
 Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal tentang :
 Penerapan Pancasila Sebagai Dasar Negara Pada Masa Awal Kemerdekaan Dan
Orde Lama, Periode 1945 – 1965
 Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan dan ditanggapi oleh
kelompok yang mempresentasikan
 Bertanya atas presentasi yang dilakukan dan peserta didik lain diberi
kesempatan untuk menjawabnya.
 Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan
pembelajaran yang baru dilakukan berupa : Laporan hasil pengamatan secara
tertulis tentang
 Penerapan Pancasila Sebagai Dasar Negara Pada Masa Awal Kemerdekaan Dan
Orde Lama, Periode 1945 – 1965
 Menjawab pertanyaan yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau
lembar kerja yang telah disediakan.
 Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan beberapa
pertanyaan kepada siswa.
 Menyelesaikan uji kompetensi yang terdapat pada buku pegangan peserta
didik atau pada lembar lerja yang telah disediakan secara individu untuk
mengecek penguasaan siswa terhadap materi pelajaran (differensi produk)

Catatan :
Selama pembelajaran berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam pembelajaran
yang meliputi sikap: disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi
masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan)
Kegiatan Penutup 10
Peserta didik : menit
 Membuat resume dengan bimbingan guru tentang point-point penting yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan.

 Mengagendakan projek yang harus mempelajari pada pertemuan berikutnya di luar


jam sekolah atau dirumah.
Guru :

 Memfasilitasi dalam menemukan kesimpulan sementara berdasarkan hasil


temuan tentang konsep pertidaksamaan rasional dan irasional, melalui reviu
indikator yanghendak dicapai.
 Memberikan tugas kepada peserta didik, dan mengingatkan peserta didik
untukmempelajari materi yang akan dibahas dipertemuan berikutnya maupun
mempersiapkan diri menghadapi tes/ evaluasi akhir di pertemuan berikutnya
 Memberi salam.

H. Penilaian Pembelajaran

1. Teknik Penilaian
a. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
1) Tes Tertulis
- Uraian/esai
2) Tes Lisan
 Tes lisan pemaparan materi dari pemahaman siswa.
b. Penilaian Kompetensi Keterampilan
1) Proyek, pengamatan, wawancara’
 Mempelajari buku teks dan sumber lain tentang materi pokok
 Menyimak tayangan/demo tentang materi pokok
2) Portofolio / unjuk kerja
3) Produk,

2. Instrumen Penilaian
 Pertemuan Pertama (Terlampir)

3. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan


a. Remedial
 Remidial dapat diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai KKM maupun
kepada peserta didik yang sudah melampui KKM. Remidial terdiri atas dua bagian :
remedial karena belum mencapai KKM dan remedial karena belum mencapai
Kompetensi Dasar
 Guru memberi semangat kepada peserta didik yang belum mencapai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal). Guru akan memberikan tugas bagi peserta didik yang belum
mencapai KKM (Kriterian Ketuntasan Minimal), misalnya sebagai berikut.
 Dinamika perwujudan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa

b. Pengayaan
 Pengayaan diberikan untuk menambah wawasan peserta didik mengenai materi
pembelajaran yang dapat diberikan kepada peserta didik yang telah tuntas mencapai
KKM atau mencapai Kompetensi Dasar.
 Pengayaan dapat ditagihkan atau tidak ditagihkan, sesuai kesepakatan dengan peserta
didik.
 Direncanakan berdasarkan IPK atau materi pembelajaran yang membutuhkan
pengembangan lebih luas misalnya
 Perwujudan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa
Jetis, 10 Juli 2023
Mengetahui
Kepala Sekolah SMP N 1 Jetis Guru Mata Pelajaran

Dra. Sri Lestari, M.Pd Nurita Al Katrin, S.Pd


NIP 196612161994022004 NIP 197205212008012005
LAMPIRAN

Pertemuan 1
1) Penilaian Sikap
peserta didik dapat dilakukan selama proses belajar berlangsung. Penilaian dapat dilakukan
dengan observasi. Dalam observasi ini misalnya dilihat aktivitas dan tingkat perhatian peserta
didik pada saat berdiskusi. Aspek yang diamati adalah, iman taqwa, rasa syukur, jujur, disiplin,
dan tanggung jawab. Penilaian sikap terhadap
Pedoman Pengamatan Sikap
Kelas : ……………………….
Hari, Tanggal : ……………………….
Pertemuan Ke- : ……………………….
Materi Pokok : ………………………
Aspek Penilaian
Nama
No. Iman Rasa Tanggung
Peserta Jujur Disiplin
Taqwa Syukur Jawab

Skor penilaian menggunakan SB, B, C, K yaitu :


Skor K apabila peserta didik Jarang sesuai aspek sikap yang dinilai
Skor C apabila peserta didik kadang-kadang sesuai aspek sikap yang dinilai
Skor B apabila peserta didik sering sesuai aspek sikap yang dinilai
Skor SB apabila peserta didik selalu sesuai aspek sikap yang dinilai

Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan dilakukan dalam bentuk penugasan, peserta didik diminta untukmengerjakan
Tugas Kelompok 1.1
Penskoran Tugas Kelompok 1.1
Tugas kelompok 1.1 diberi skor maksimal 10
Nilai = (Skor Perolehan : 10 ) x 4

Pemetaan Kebutuhan Belajar Murid (Penerapan Pembelajaran Berdefensiasi)


Tujuan Pembelajaran:
1. Melalui literasi dari berbagai sumber, peserta didik dapat mendeskripsikan penerapan Pancasila
sebagai dasar negara dari Masa ke Masa.
2. Melalui tayangan video, peserta didik dapat menceritakan Penerapan Nilai-nilai Pancasila sesuai
dengan Perkembangan Zaman.

Pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan belajar murid

Nama Murid Kesiapan Belajar Diferensiasi Konten Diferensiasi Proses

Menganalisis Murid diminta untuk


Cepat penerapan Pancasila menganalisis konsep
Mandiri Dari masa ke masa kronologis penerapan
secara runtut didertai Pancasila dari masa ke
bukti-bukti masa
sejarah secara melalui berbagai
mandiri dari sumber
berbagai sumber secara mandiri dengan
runtut dan lengkap
disertai
bukti-bukti sejarah yang
mendukung
Sedang mandiri Menganalisis Murid diminta untuk
Penerapan Pancasila menganalisis konsep
sebagai dasar negara kronologis penerapan
dan pandangan hidup Pancasila dari masa ke
bangsa dengan runtut masa melalui bantuan
gambar atau film
penerapan Pancasila
dari masa ke masa
dengan runtut
Lambat Menganalisis Murid mendapatkan
Tergantung Penerapan Pancasila pembelajaran secara
dari masa ke masa eksplisit dengan
namun hanya bersifat pendampingan guru dan
mendasar dengan tutor sebaya melalui
pendampingan guru bantuan-bantuan khusus
dan tutor sebaya untuk menjelaskan
penerapan Pancasila
dari masa ke masa

Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan dilakukan guru dengan melihat kemampuan peserta didik dalam
presentasi, kemampuan bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan atau mempertahankan
argumentasi kelompok, kemampuan dalam memberikan masukan/saran pada saat menyampaikan
hasil telaah tentang penerapan Pancasila pada masa orde lama. Lembarpenilaian penyajian dan
laporan hasil telaah dapat menggunakan format di bawah ini, denganketentuan aspek penilaian
dan rubriknya dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi sertakeperluan guru

Memberi
Kemampuan Kemampuan
masukan /
No Nama Peserta Didik Bertanya Menjawab
saran
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Keterangan: diisi dengan tanda cek (v)


Kategori Penilaian :
4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = kurang
Nilai = (Skor Perolehan : 12) x 4
Pedoman Penskoran (rubrik)
No. Aspek Penskoran
1. Kemampuan bertanya Skor 4, apabila selalu Bertanya
Skor 3, apabila sering bertanya
Skor 2, apabila kadang-kadangbertanya
Skor 1, apabila tidak pernah bertanya.
2. Kemampuan menjawab/ Skor 4, apabila materi/jawaban benar, rasional, dan
Argumentasi jelas.
Skor 3, apabila materi/jawaban benar, rasional, dan
tidak jelas
Skor 2, apabila materi/jawaban benar, tidak
rasional, dan tidak jelas
Skor 1, apabila materi/jawaban tidak benar, tidak
rasional, dan tidak jelas
3. Kemampuan memberi Skor 4, apabila selalu memberi masukan/saran
Masukan Skor 3, apabila sering memberi masukan/saran
Skor 2, apabila kadang-kadang memberi
masukan/saran
Skor 1, apabila tidak pernah memberi masukan/
saran

Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan dilakukan dalam bentuk penugasan, peserta didik diminta untukmengerjakan
Tugas Kelompok 1.1
Penskoran Tugas Kelompok 1.1
Tugas kelompok 1.1 diberi skor maksimal 10
Nilai = (Skor Perolehan : 10 ) x 4

Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan dilakukan guru dengan melihat kemampuan peserta didik dalam
presentasi, kemampuan bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan atau mempertahankan
argumentasi kelompok, kemampuan dalam memberikan masukan/saran pada saat menyampaikan
hasil telaah tentang penerapan Pancasila pada masa orde lama. Lembarpenilaian penyajian dan
laporan hasil telaah dapat menggunakan format di bawah ini, denganketentuan aspek penilaian
dan rubriknya dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta keperluan guru
Memberi
Kemampuan Kemampuan
masukan /
No Nama Peserta Didik Bertanya Menjawab
saran
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Keterangan: diisi dengan tanda cek (v)


Kategori Penilaian :
4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = kurang

Nilai = (Skor Perolehan : 12) x 4


Pedoman Penskoran (rubrik)
No. Aspek Penskoran
1. Kemampuan bertanya Skor 4, apabila selalu Bertanya
Skor 3, apabila sering bertanya
Skor 2, apabila kadang-kadangbertanya
Skor 1, apabila tidak pernah bertanya.
2. Kemampuan menjawab/ Skor 4, apabila materi/jawaban benar, rasional, dan
Argumentasi jelas.
Skor 3, apabila materi/jawaban benar, rasional, dan
tidak jelas
Skor 2, apabila materi/jawaban benar, tidak
rasional, dan tidak jelas
Skor 1, apabila materi/jawaban tidak benar, tidak
rasional, dan tidak jelas
3. Kemampuan memberi Skor 4, apabila selalu memberi masukan/saran
Masukan Skor 3, apabila sering memberi masukan/saran
Skor 2, apabila kadang-kadang memberi
masukan/saran
Skor 1, apabila tidak pernah memberi masukan/
saran

Remidial
Materi remedial disampaikan pada waktu :
- Proses pembelajaran, apabila ada siswa yang kurang paham tentang materi
yang dibahas, maka guru melakukan remedial tentang materi yang kurang
dipahami tersebut
- Setelah dilakukan tes tulis / tes lisan, sehingga setelah dianalisa maka dapat
diketahui mana materi yang kurang dipahami siswa sehingga perlu
disampaikan kembali.

Pengayaan
- Bacaan tentang persoalan penerapan Pancasila sebagai dasar negara pada
masa OrdeLama, Orde Baru dan masa Reformasi

Jetis, 10 Juli 2023


Mengetahui
Kepala Sekolah SMP N 1 Jetis Guru Mata Pelajaran

Dra. Sri Lestari, M.Pd Nurita Al Katrin, S.Pd


NIP 196612161994022004 NIP 197205212008012005

Lampiran 2 :
DAFTAR PUSTAKA

Aeni, A. N. (2014). Pendidikan Karakter untuk Siswa SD dalam Perspektif


Islam. Mimbar Sekolah Dasar, 1(1), 50–58.
Annur, Y. F., Yuriska, R., & Arditasari, S. T. (2021, June). Pendidikan Karakter dan Etika
dalam pendidikan. In Prosiding Seminar Nasional Program Pascasarjana Universitas
PGRI Palembang.

Ariandy, Mohammad. "Kebijakan kurikulum dan dinamika penguatan pendidikan karakter di


Indonesia." Sukma: Jurnal Pendidikan 3.2 (2019): 137-168.

Faiz, A., Purwati (2022). “Peran Guru dalam Pendidikan Moral dan Karakter” , 10(2), 316

Hamid Darmadi. (2009). Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung: ALFABETA

Purnomo, Sutrimo. "Pendidikan Karakter Di Indonesia: Antara Asa Dan Realita." Jurna
Kependidikan 2.2 (2014): 66-84.

Rubini, R. (2019). Pendidikan Moral Dalam Perspektif Islam. AL-MANAR: Jurnal


Komunikasi dan Pendidikan Islam, 8(1), 225-271

Suparno. (2018). “Analisis Faktor-Faktor Pembentuk Karakter Smart Siswa Di Sekolah Islam
Terpadu”

Anda mungkin juga menyukai