KURIKULUM MADRASAH
Makalah
Oleh :
NIM: 135112006
2014
1
Pendidikan Karakter Terintegrasi dengan Kurikulum Madrasah
zidny_damai@yahoo.co.id
Abstrak
Pendahuluan
2
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian
dengan kekhasan, kondisi dan potensi satuan pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di
daerah.
Kurikulum harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan, misalnya adat
ataupun budaya yang ada pada lapangan. Untuk itu kurikulum yang baik harus
terintegrasi dengan kepribadian bangsa. Situasi sosial, kultural masyarakat kita
akhir-akhir ini memang semakin mengkhawatirkan. Ada berbagai macam
peristiwa dalam pendidikan yang semakin merendahkan harkat dan martabat
manusia. Hancurnya nilai - nilai moral, merebaknya ketidak adilan, menjamurnya
kasus korupsi, terkikisnya rasa solidaritas telah terjadi dalam dunia pendidikan
kita. Bisa dikatakan saat ini negara kita sedang dilanda wabah “demoralisasi akut”
yang menunggu untuk segera di atasi, jika tidak ingin negara ini menjadi semakin
hancur. Dari sini kemudian muncul pertanyaan ada apa dengan pendidikan kita?
Rupanya usaha perbaikan di bidang pendidikan dirasa tidak hanya cukup dengan
perbaikan sarana dan prasarana pendidikan saja, melainkan membutuhkan
perencanaan kurikulum yang sangat matang yang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan bangsa ini.
Pendidikan Karakter
1
Kevin Ryan, & Bohlin, Building Character in Schools: Practical Ways to Bring Moral Instruction
to Life, (San Francisco: Jossey Bass, 1999), hlm. 5
2
M. John Echols, & Shadily, Kamus Inggris Indonesia: An English-Indonesian Dictionary,
(Jakarta: PT Gramedia 1995), hlm 214.
3
seseorang dengan yang lain, dan watak. Karakter juga bisa berarti huruf, angka,
ruang, simbul khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan
ketik .3 Orang berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku,
bersifat, bertabiat, atau berwatak.
Dengan makna seperti itu berarti karakter identik dengan
kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik, atau sifat
khas diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari
lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan bawaan sejak lahir. 4
Seiring dengan pengertian ini, ada sekelompok orang yang berpendapat
bahwa baik buruknya karakter manusia sudah menjadi bawaan dari lahir. Jika
bawaannya baik, manusia itu akan berkarakter baik, dan sebaliknya jika
bawaannya jelek, manusia itu akan berkarakter jelek. Jika pendapat ini
benar, pendidikan karakter tidak ada gunanya, karena tidak akan mungkin
merubah karakter orang yang sudah taken for granted. Sementara itu,
sekelompok orang yang lain berpendapat berbeda, yakni bahwa karakter bisa
dibentuk dan diupayakan sehingga pendidikan karakter menjadi bermakna
untuk membawa manusia dapat berkarakter yang baik.
Secara terminologis, makna karakter dikemukakan oleh Thomas
Lickona yang mengemukakan bahwa karakter adalah “A reliable inner
disposition to respond to situations in a morally good way.” Selanjutnya, Lickona
menambahkan, “Character so conceived has three interrelated parts: moral
knowing, moral feeling, and moral behavior”. 5 Menurut Lickona, karakter mulia
(good character) meliputi pengetahuan tentang kebaikan (moral khowing),
lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan (moral feeling), dan
akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (moral behavior). Dengan kata
lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap
3
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008) Cet. I. Hlm. 682
4
Doni Koesoema, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta:
Grasindo, 2007), Cet. I. Hlm. 80
5
Thomas Lickona, Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and
Responsibility. (New York, Toronto, London, Sydney, Aucland: Bantam books, 1991), hlm. 51
4
(attitudes), dan motivasi (motivations), serta perilaku (behaviors) dan
keterampilan (skills).
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa karakter identik dengan
akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang
universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka
berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama manusia, maupun
dengan lingkungan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan,
dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan
adat istiadat. Dari konsep karakter ini muncul konsep pendidikan karakter
(character education). Ahmad Amin (1995: 62) mengemukakan bahwa kehendak
(niat) merupakan awal terjadinya akhlak (karakter) pada diri seseorang, jika
kehendak itu diwujudkan dalam bentuk pembiasaan sikap dan perilaku.6
Adapun pendidikan karakter dapat di definisikan sebagai a. proses
transformasi atau penanaman nilai, b. Ditumbuh kembangkan dalam kepribadian,
c. Menjadi satu dalam prilaku seseorang. ketiga tersebut akan lebih efektif jika
dilakukan di lembaga pendidikan yaitu di Madrasah, karena proses penanaman
nilai, mengembangkan kepribadian dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari
akan lebih efektif dan efesien jika dilakukan di madrasah. Salah satu langkah yang
ditempuh dalam pelaksanaan pendidikan karakter di madrasah dalah dengan
pengintegrasian pendidikn karakter dengan kurikulum madrasah.
Kurikulum Madrasah
Kurikulum bukan berasal dari bahasa Indonesia tetapi berasal dari bahasa
latin yang kata dasarnya adalah currere secara harfiah berarti lapangan
perlombaan lari. Lapangan tersebut adalah batas start dan batas finish. Dalam
lapangan pendidikan pengertian tersebut dijabarkan bahwa bahan belajar sudah
ditentukan secara pasti, dari mana mulai diajarkan dan kapan diakhiri dan
bagaimana cara untuk menguasai bahan agar dapat mencapai gelar.7
6
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), Terjemah oleh Farid Ma’ruf, (Jakarta: Bulan Bintang,
1995), Cet. VIII, hlm 62
7
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, di sekolah, madrasah, dan
perguruan tinggi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 3
5
Kurikulum merupakan program pendidikan bukan program pengajaran,
yaitu program yang direncanakan, diprogramkan dan dirancangkan yang berisi
berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar baik yang berasal dari waktu yang
lalu, sekarang maupun yang akan datang. Berbagai bahan tersebut direncanakan
secara sistematik, artinya direncanakan dengan memperhatikan keterlibatan
berbagai faktor pendidikan secara harmonis. Berbagai bahan ajar yang dirancang
tersebut harus sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, GBHN, UU Sisdiknas, PP
No.27 dan 30, adat istiadat dan sebagainya. Program tersebut akan dijadikan
pedoman bagi tenaga pendidik maupun peserta didik dalam pelaksanaan proses
pembelajaran agar dapat mencapai cita-cita yang diharapkan sesuai dengan tertera
pada tujuan pendidikan.
Hamalik (2001) memberikan beberapa tafsiran kurilulum dalm tiga hal,
yaitu:
a. Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata
ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh
sejumlah pengetahuan.
b. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program
pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa.
c. Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Dalam hal ini kurikulum merupakan
serangkaian pengalaman belajar.
d. Pengertian ini menunjukkan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak
terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan
diluar kelas. Tidak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstra
kurikulum semua kegitan yang memberikan pengalaman belajar atau
pendidikan bagi siswa hakekatnya adalah kurikulum.
Jadi kurikulum madrasah ialah, suatu program pendidikan di madrasah
yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalamn belajar yang diprogramkan,
direncanakan dan dirancangkan secara sitematik atas dasar norma-norma yang
berlaku yang dijasikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga
kependidkan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
6
Integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran
8
Marzuki, Pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam kurikulum sekolah, (Yogyakarta: UNY)
hlm. 10
7
substansi dapat diintegrasikan pada SK/KD yang bersangkutan. Perlu dicatat
bahwa identifikasi nilai-nilai karakter ini tidak dimaksudkan untuk membatasi
nilai-nilai yang dapat dikembangkan pada pembelajaran SK/KD yang
bersangkutan. Dalam kurikulum 2013 dikenal dengan Kompetensi Inti (KI)
Seperti contoh KI untuk SD kelas 4 :
Kompetensi Inti (KI)
Kegiatan Inti 1. Siswa mengamati gambar yang terdiri dari hewan 155 Menit
8
langka dan tidak langka (mengamati).
2. Siswa membuat pertanyaan yang mereka anggap
penting berdasarkan gambar tersebut (menanya).
3. Siswa saling mempertukarkan pertanyaan tersebut
dengan pasangan yang telah ditentukan oleh guru
(mengkomunikasikan).
4. Siswa mendiskusikan jawaban atas pertanyaan yang
telah mereka tulis dengan pasangan masing-masing
(menalar).
5. Siswa mengelompokkan hewan tersebut berdasarkan
langka atau tidak langka pada tabel yang telah
disediakan (manalar).
6. Siswa menjawab pertanyaan yang terdapat dalam buku
siswa (menalar).
7. Siswa membaca teks Perburuan Liar Ancam Macan
Tutul di Ujung Kulon (mengumpulkan informasi).
8. Setelah membaca teks, siswa menjawab pertanyaan
yang terdapat dalam buku siswa (menalar).
9. Siswa menceritakan kembali teks petualangan
menggunakan kata-kata sendiri (mengkomunikasikan).
10. Siswa memilih 10 kosakata baru yang belum mereka
pahami artinya (mengumpukan informasi).
11. Siswa mencari arti kata-baru baru tersebut di kamus
dan menuliskan pada lembar yang telah disediakan
(eksperimen dan mengkomunikasikan).
12. Siswa membuat 5 kalimat menggunakan kosakata
baru tersebut (mengkomunikasikan).
13. Dengan panduan guru, siswa menelaah tabel yang
berisikan data tentang jumlah jam tidur hewan
(menalar).
14. Siswa mendiskusikan data yang mereka telaah dalam
kelompok (menalar).
15. Siswa menjawab pertanyaan yang terdapat dalam
buku siswa (menalar).
16. Siswa mempertukarkan jawaban dengan pasangan
(mengkomunikasikan).
17. Siswa menjelaskan cara mereka menjawab
pertanyaan dengan pasangan (mengkomunikasikan).
18. Dalam proses pembelajaran guru mengamati
sikap/unjuk kerja menggunakan format non tes.
9
yang sudah dipelajari (reflkesi)/ membuat
rangkuman/ simpulan
2. Guru memberi kesempatan siswa untuk
menanyakan hal yang belum jelas
3. Guru memberikan tes tertulis
4. Guru memberikan tugas rumah
5. Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin
doa
10
b. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi,
dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan
maupun tertulis (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya
diri, kritis, saling menghargai, santun).
c. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut (contoh
nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis).
d. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling
menghargai, tanggung jawab).
e. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar (contoh nilai yang ditanamkan:
jujur, disiplin, kerja keras, menghargai).
f. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, bertanggung
jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama).
g. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja
individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan:
percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama).
h. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,
festival, serta produk yang dihasilkan (contoh nilai yang
ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri,
kerjasama).
i. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik
(contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai,
mandiri, kerjasama).
3) Konfirmasi, penyatuan nilai karakter bisa diwujudkan dalam
bentuk:
a. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk
lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan
11
peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai,
percaya diri, santun, kritis, logis).
b. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber (contoh nilai yang
ditanamkan: percaya diri, logis, kritis).
c. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk
memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan (contoh
nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan kekurangan).
d. Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dari tahap kegiatan pendahuluan, inti,
dan penutup dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik mempraktikkan
nilai-nilai karakter yang ditargetkan. Prinsip contextual teaching dan
learning disarankan di aplikasikan pada semua tahapan pembelajaran
karena prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sekaligus dapat
menfasilitasi terinternalisasinya nilai-nilai karakter pada peserta didik.
Selain itu, prilaku seorang guru sepanjang proses pembelajaran harus
merupakan model pelaksanaan nilai-nilai bagi peserta didik. Dalam
pembelajaran ini guru harus merancang langkah-langkah pembelajaran
yang memfasilitasi peserta didik aktif dalam proses mulai dari
pendahuluan, inti, hingga penutup.
Guru dituntut untuk menguasai berbagai metode, model, atau
setrategi pembelajaran aktif sehingga langkah-langkah pembelajaran
dengan mudah disusun dan dapat dipraktikkan dengan baik dan benar.
Dengan proses seperti ini guru juga bisa melakukan pengamatan
sekaligus melakukan evaluasi (penilaian) terhadap proses yang terjadi,
terutama terhadap karakter seiap peserta didiknya. Berikut
menggambarkan penanaman karakter melalui pelaksanaan
pembelajaran :
12
Ada sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk mengenalkan
nilai, membangun kepedulian akan nilai, dan membantu internalisasi
nilai atau karakter pada tahap pembelajaran ini. Berikut adalah beberapa
contoh:
1. Kegiatan pendahuluan
a. Guru datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin).
b. Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika
memasuki ruang kelas (contoh nilai yang ditanamkan: santun,
peduli).
c. Berdoa sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang
ditanamkan: religius).
d. Mengecek kehadiran siswa (contoh nilai yang ditanamkan:
disiplin, rajin).
e. Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena
halangan lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: religius, peduli).
f. Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu (contoh nilai
yang ditanamkan: disiplin).
g. Menegur siswa yang terlambat dengan sopan (contoh nilai yang
ditanamkan: disiplin, santun, peduli).
h. Mengaitkan materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan
karakter.
2. Kegiatan Inti
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
41 Tahun 2007, kegiatan inti pembelajaran terbagi atas tiga tahap,
yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
3. Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
13
b. Melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram (contoh nilai yang
ditanamkan: jujur, mengetahui kelebihan dan kekurangan).
c. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi atau penilaian merupakan bagian yang sangat penting
dalam proses pendidikan. Dalam pendidikan karakter, penilaian harus
dilakukan dengan baik dan benar. Penilaian tidak hanya menyangkut
pencapaian kognitif peserta didik, tetapi juga pencapaian afektif dan
psikomotorik peserta didik. Penilaian karakter lebih mementingkan
pencapaian afektif dan psikomotorik peserta didik dibandingkan
pencapaian kognitifnya.
9
Puskur. Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009,
hlm. 9-10
14
4. Kerja keras
5. Kreatif
6. Mandiri
7. Demokratis
8. Rasa Ingin Tahu
9. Semangat Kebangsaan
10. Cinta Tanah Air
11. Menghargai Prestasi
12. Bersahabat atau Komunikatif
13. Cinta Damai
14. Gemar Membaca
15. Peduli Lingkungan
16. Peduli Sosial
17. Tanggung Jawab
18. Religius
Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun
satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya dengan cara
melanjutkan nilai prakondisi yang diperkuat dengan beberapa nilai yang
diprioritaskan dari 18 nilai di atas. Dalam implementasinya jumlah dan jenis
karakter yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah
yang satu dengan yang lain. Hal itu tergantung pada kepentingan dan kondisi
satuan pendidikan masing-masing. Di antara berbagai nilai yang dikembangkan,
dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan
mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing madrasah atau
wilayah, yakni bersih, rapih, nyaman, disiplin, sopan dan santun.
Simpulan
15
mengembangkan kepribadian dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari akan
lebih efektif dan efesien jika dilakukan di madrasah.
Kurikulum madrasah ialah, suatu program pendidikan di madrasah yang
berisikan berbagai bahan ajar dan pengalamn belajar yang diprogramkan,
direncanakan dan dirancangkan secara sitematik atas dasar norma-norma yang
berlaku yang dijasikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga
kependidkan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran
adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya
nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai - nilai ke dalam tingkah laku peserta
didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam
maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Dalam rangka lebih memperkuat
pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari
agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional.
Daftar Pustaka
Amin, Ahmad, 1995, Etika (Ilmu Akhlak), Terjemah oleh Farid Ma’ruf, Bulan
Bintang, Jakarta, Cet. VIII.
Echols, M. John & Shadily, 1995, Kamus Inggris Indonesia: An English-
Indonesian Dictionary, PT Gramedia, Jakarta.
Koesoema, Doni, 2007, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global, Grasindo, Jakarta, Cet. I.
Lickona, Thomas, 1991, Educating for Character: How Our School Can
Teach Respect and Responsibility. Bantam books, New York, Toronto,
London, Sydney, Aucland.
Marzuki, Pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam kurikulum sekolah,
UNY, Yogyakarta
16
Muhaimin, 2012, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, di
sekolah, madrasah, dan perguruan tinggi, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, , 2008, Kamus Bahasa Indonesia, Pusat
Bahasa, Jakarta, Cet. I.
17