Anda di halaman 1dari 22

BEST PRACTICE

PENGUATAN KARAKTER WARGA SEKOLAH


MELALUI IMPLEMENTASI BUDAYA 5 S
(SENYUM, SALAM, SAPA, SOPAN, SANTUN)
DI SMK TI BALI GLOBAL DENPASAR

SMK TI BALI GLOBAL DENPASAR


DENPASAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan buku panduan penerapan pendidikan karakter di sekolah yang
disusun dan diterbitkan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk), Badan
Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan Nasional,
pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dilaksanakan dalam empat ranah
sebagai berikut:
1. Pengajaran dan Pembelajaran;
2. Pengembangan Budaya Sekolah (School Culture) dan Pusat Kegiatan
Belajar;
3. Ko-kurikuler dan Ekstra-kurikuler;
4. Kegiatan Keseharian di Rumah dan di Masyarakat.
Melalui keempat ranah tersebut, sekolah dapat melaksanakan pendidikan
karakter dengan mengembangkan beberapa kegiatan inovatif dan kreatif. Kegiatan-
kegiatan ini direncanakan oleh semua pemangku kepentingan pendidikan
(stakeholders), dan disusun dalam Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) dan
Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS), sehingga semua pemangku
kepentingan di sekolah dapat memahami kegiatan-kegiatan tersebut dan merasa
memiliki tanggung jawab untuk melaksanakannya. Untuk mengembangkan
kegiatan-kegiatan tersebut, semua pemangku kepentingan memiliki kesempatan
yang sama untuk melakukan improvisasi berdasarkan pengetahuan pengalaman,
dan mengembangkannya sebagai kegiatan inovatif untuk melaksanakan pendidikan
karakter di sekolah. Upaya sadar yang kemudian direncanakan secara matang oleh
sekolah ini bukan semata-mata menjadi tanggung jawab kepala sekolah, melainkan
menjadi tanggung jawab bersama semua pemangku kepentingan di sekolah,
termasuk orang tua siswa yang tergabung dalam Komite Sekolah.
Analisis raport mutu SMK TI Bali Global Denapasar juga menunjukkan
pada sub indicator Standar Kompetensi Lulusan menunjukkan hasil yang cukup

1
bagus dengan meraih nilai diatas 6.5 dalam 3 tahun terakhir. Didukung juga pada
standar sarana dalam penyediaan tempat pembelajan dan ibadah bagi peserta didik.
Standar penilaian pendidikan juga sudah mendapatkan nilai yang cukup baik
dengan indicator mencakup ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Berdsarkan hal inilah disepakati Penguatan Karakter Warga Sekolah Melalui
Implementasi Budaya 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) menjadi Best
Practice SMK TI Bali Global Denpasar

1.2 Rumusan Masalah


Adapun permasalahan yang menjadi bahan pembahasan adalah
bagaimanakah implementasi Budaya 5 S (Salam, senyum, sapa, sopan santun) di
SMK TI Bali Global Denpasar?

1.3 Tujuan Penulisan Best Practise


Melalui penulisan best practice ini diharapkan dapat mengetahui
implementasi Budaya 5 S (Salam, senyum, sapa, sopan santun) di SMK TI Bali
Global Denpasar.

1.4 Manfaat Penulisan Best Practise


1) Secara teoritis dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang
implementasi Budaya 5 S (Senyum, salam, sapa, sopan, santun) untuk
penguatan karakter warga sekolah di SMK TI Bali Global Denpasar.
2) Secara praktis diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan bagi pengelola
sekolah dalam rangka meningkatkan mutu sekolah yang terkait dengan
pendidikan karakter melalui implementasi budaya 5 S
3) Budaya 5 S merupakan rangkuman dari 18 karakter bangsa sesuai
Permendikbud No. 18 Tahun 2018 yang paling mudah diterapkan

2
II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter berasal dari dua kata pendidikan dan karakter, menurut
beberapa ahli, kata pendidikan mempunyai definisi yang berbeda-beda tergantung
pada sudut pandang, paradigma, metodologi dan disiplin keilmuan yang digunakan,
diantaranya: Menurut D. Rimba, pendidikan adalah “Bimbingan atau pembinaan
secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan Jasmani dan Rohani anak didik
menuju terbentuknya kepribadian yang utuh. Menurut Doni Koesoema A.
mengartikan pendidikan sebagai proses internalisasi budaya ke dalam diri individu
dan masyarakat menjadi beradab. Ada pula yang mendefinisikan pendidikan
sebagai proses dimana sebuah bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk
menjalankan kehidupan, dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan
efisien. Menurut Sudirman N. pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh
seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau
sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan
penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mantap.
Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah daya upaya
untuk memajukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani anak agar selaras dengan alam
dan masyarakatnya. Sedangkan secara terminologi, pengertian pendidikan banyak
sekali dimunculkan oleh para pemerhati/tokoh pendidikan, di antaranya: Pertama,
menurut Marimba pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.5 Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

3
masyarakat, bangsa dan negara. Intinya pendidikan selain sebagai proses
humanisasi, pendidikan juga merupakan usaha untuk membantu manusia
mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya (olahrasa, raga dan rasio) untuk
mencapai kesuksesan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Setelah kita mengetahui esensi pendidikan secara umum, maka yang perlu
diketahui selanjutnya adalah hakikat karakter sehingga bisa ditemukan pengertian
pendidikan karakter secara komprehensif. Istilah karakter digunakan secara khusus
dalam konteks pendidikan baru muncul pada akhir abad 18, terminologi karakter
mengacu pada pendekatan idealis spiritualis yang juga yang juga dikenal dengan
teori pendidikan normatif, dimana yang menjadi prioritas adalah nilai-nilai
transenden yang dipercaya sebagai motivator dan dominisator sejarah baik bagi
individu maupun bagi perubahan nasional. Istilah karakter berasal dari bahasa
Yunani, charassein, yang berarti to engrave atau mengukir. Membentuk karakter
diibaratkan seperti mengukir di atas batu permata atau permukaan besi yang keras.
Dari sanalah kemudian berkembang pengertian karakter yang diartikan sebagai
tanda khusus atau pola perilaku (an individual’s pattern of behavior … his moral
contitution). Sedangkan Istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin
“Charakter”, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi
pekerti, kepribadian atau akhlak. Sedangkan secara istilah, karakter diartikan
sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat
yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri . Karakter adalah sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang.
karakter juga bisa diartikan sikap, tabiat, akhlak, kepribadian yang stabil sebagai
hasil proses konsolidasi secara progresif dan dinamis.
Sementara dalam Kamus Bahasa Indonesia kata ‘karakter’ diartikan sebagai
tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dangan yang lain, dan watak. Ki Hadjar Dewantara memandang karakter sebagai
watak atau budi pekerti. Menurutnya budi pekerti adalah bersatunya antara gerak
fikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan yang kemudian menimbulkan
tenaga. Dari beberapa definisi karakter tersebut dapat disimpulkan secara ringkas
bahwa karakter adalah sikap, tabiat, akhlak, kepribadian yang stabil sebagai hasil

4
proses konsolidasi secara progresif dan dinamis; sifat alami seseorang dalam
merespons siruasi secara bermoral; watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian
seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbgai kebajikan, yang diyakini
dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan
bertindak; sifatnya jiwa manusia, mulai dari angan-angan sampai menjelma
menjadi tenaga. Dari definisi yang telah disebutkan terdapat perbedaan sudut
pandang yang menyebabkan perbedaan pada pendefinisiannya. namun demikian,
jika melihat esensi dari definisi-definisi tersebut ada terdapat kesamaan bahwa
karakter itu mengenai sesuatu yang ada dalam diri seseorang, yang membuat orang
tersebut disifati. Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi tentang pendidikan
dan karakter secara sederhana dapat diartikan bahwa pendidikan karakter adalah
upaya sadar yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang (pendidik) untuk
menginternalisasikan nilai-nilai karakter pada seseorang yang lain (peserta didik)
sebagai pencerahan agar peserta didik mengetahui, berfikir dan bertindak secara
bermoral dalam menghadapi setiap situasi. Banyak para ahli yang mengemukakan
pendapatnya tentang pendidikan karakter, diantaranya Lickona yang
mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk
membantu seseorang memahami, peduli dan bertindak dengan landasan nilai-nilai
etis. Pendidikan karakter menerut Lickona mengandung tiga unsure pokok, yaitu
mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good),
dan melakukan kebaikan (doing the good). Thomas Lickona mendefinisikan orang
yang berkarakter sebagai sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara
bermoral yang dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang
baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya.
Pengertian ini mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Aristoteles, bahwa karakter
itu erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dilakukan.
Lebih jauh, Lickona menekankan tiga hal dalam mendidik karakter. Tiga hal itu
dirumuskan dengan indah: knowing, loving, and acting the good. Menurutnya
keberhasilan pendidikan karakter dimulai dengan pemahaman karakter yang
baik, mencintainya, dan pelaksanaan atau peneladanan atas karakter baik itu.
Menurut Khan pendidikan karakter adalah proses kegiatan yang dilakukan dengan

5
segala daya dan upaya secara sadar dan terencana untuk mengarahkan anak didik.
Pendidikan karakter juga merupakan proses kegiatan yang mengarah pada
peningkatan kualitas pendidikan dan pengembangan budi harmoni yang selalu
mengajarkan, membimbing, dan membina setiap menusiauntuk memiliki
kompetensi intelektual, karakter, dan keterampilan menarik. Nilai-nilai pendidikan
karakter yang dapat dihayati dalam penelitian ini adalah religius, nasionalis, cerdas,
tanggung jawab, disiplin, mandiri, jujur, dan arif, hormat dan santun, dermawan,
suka menolong, gotong-royong, percaya diri, kerja keras, tangguh, kreatif,
kepemimpinan, demokratis, rendah hati, toleransi, solidaritas dan peduli. Ada 18
(delapan belas) nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Diknas adalah:

1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk
agama lain.

2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.

5. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.

6
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya
dan orang lain.

9. Rasa Ingin Tahu


Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan
meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangat Kebangsaan


Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa
dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air


Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa
dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

12. Menghargai Prestasi


Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain.

7
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain.

14. Cinta Damai


Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain.

15. Gemar Membaca


Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan
kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli Lingkungan


Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan
alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sosial


Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung Jawab


Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial
dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Delapan belas karakter ini, perlu ditanamkan dalam pendidikan holistik dengan
menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Hal
tersebut diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan/mencintai dan

8
sekaligus melaksanakan nilai-nilai kebajikan. Bisa dimengerti, jika penyebab
ketidakmampuan seseorang untuk berperilaku baik, walaupun secara kognitif anak
mengetahui, karena anak tidak terlatih atau terjadi pembiasaan untuk melakukan
kebajikan. Oleh karena itu, hakikat pendidikan karakter dalam konteks pendidikan
Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang
bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina
kepribadian generasi muda. Pendidikan karakter juga dapat dimaknai sebagai
upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan
menginternalisasikan nilai-nilai. Pendidikan karakter juga dapat diartikan sebagai
suatu system penanaman nilai- nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesana, lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia yang sempurna.
Penanaman nilai pada warga sekolah maknanya bahwa pendidikan karakter baru
akan efektif jika tidak hanya siswa, tetapi juga para guru, kepala sekolah dan tenaga
non-pendidik disekolah harus terlibat dalam pendidikan karakter. Pendidikan
karakter adalah proses menanamkan karakter tertentu sekaligus memberi benih agar
peserta didik mampu menumbuhkan karakter khasnya pada saat menjalankan
kehidupan.

B. Tujuan Pendidikan Karakter


Pada dasarnya Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter
diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilainilai
karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Pendidikan adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek teori
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut
Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan

9
efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan
berkelanjutan.
Melalui pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas, tidak hanya
otaknya namun juga cerdas secara emosi. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting
dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan. Dengan kecerdasan emosi,
seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan,
termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Hal ini sesuai dengan rumusan
tujuan pendidikan nasional yang terdapat pada UUSPN No.20 tahun 2003 Bab 2
pasal 3: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi anak
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sedangkan dari segi pendidikan,
pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan
hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak
mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang. Pendidikan karakter pada
intinya bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak
mulia, bermoral, bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembag
dinamis, beroreantasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai
oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, peran keluarga, sekolah dan komunitas
sangat menentukan pembangunan karakter anak-anak untuk kehidupan yang lebih
baik di masa mendatang. Dengan menciptakan lingkungan yang kondusif, anak-
anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter sehingga fitrah setiap anak
yang dilahirkan suci dapat berkembang secara optimal. Oleh karena itu diperlukan
cara yang baik dalam membangun karakter seseorang. Salah satu cara yang sangat
baik adalah dengan menciptakan lingkungan yang kondusif. Untuk itu peran
keluarga, sekolah dan komunitas amat sangat menentukan pembangunan karakter
anak-anak untuk kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

10
C. Konsep Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013
Pada saat ini yang diperlukan adalah kurikulum pendidikan yang berbasis
karakter; hal ini kemudian dijawab pemerintah melalui Kemendikbud dengan
mengimplementasikan kurikulum 2013 pada 15 juli 2013. Konsep pendidikan
karakter pada kurikulum 2013 bisa dilihat dari penyusunan kompetensi inti yang
kemudian menjadi acuan untuk membuat kompetensi dasar. Berikut adalah contoh
Kompetensi inti yang digunakan dalam kurikulum 2013:
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. Merupakan bentuk
dan manifestasi karakter religius
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan procedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Dari kompetensi inti tersebut bahwa kurikulum 2013 memang memberikan
penekanan khusus pada pendidikan karakter.

D. Nilai-nilai Dalam Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber
dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga
disebut sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang
pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli
psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah dan
ciptaan-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih
sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang

11
menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta
damai, dan cinta persatuan.
Pendidikan karakter dianggap sebagai pendidikan nilai moralitas manusia
yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata. Tampak di sini terdapat unsur
pembentukan nilai tersebut dan sikap yang didasari pada pengetahuan untuk
melakukannya. Nilai-nilai itu merupakan nilai yang dapat membantu interaksi
bersama orang lain secara lebih baik (learning to live together). Nilai tersebut
mencakup berbagai bidang kehidupan, seperti hubungan dengan sesama (orang
lain, keluarga), diri sendiri (learning to be), hidup bernegara, lingkungan dan
Tuhan. Tentu saja dalam penanaman nilai tersebut membutuhkan tiga aspek, baik
kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Senada dengan yang diungkapkan oleh Lickona , yang menekankan tiga
komponen karakter yang baik, yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral),
moral feeling (perasaan tentang moral), dan moral action (perbuatan moral).
Sehingga dengan komponen tersebut, seseorang diharapkan mampu memahami,
merasakan dan mengerjakan nilai-nilai kebajikan. Lebih lanjut, Kemendiknas
melansir bahwa berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial,
peraturan atau hukum, etika akademik, dan prinsipprinsip HAM, telah
teridentifikasi 80 butir nilai karakter yang dikelompokkan menjadi lima, yaitu:
1. Nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa
2. Nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan diri sendiri
3. Nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan sesama manusia
4. Nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan lingkungan
5. Nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan kebangsaan.
Setelah diketahui nilai-nilai pendidikan karakter tersebut, tampak bahwa
pendidikan karakter di Indonesia ingin membangun individu yang berdaya guna
secara integratif. Hal ini dapat terlihat dalam nilai-nilai yang diusung, yakni
meliputi nilai yang berhubungan dengan dimensi ketuhanan, diri sendiri dan juga
orang lain.

12
E. Warga Sekolah
Warga sekolah merupakan anggota sekolah berupa komponen hidup yang
terdiri dari masukan sumber daya manusia (human resources input), masukan
lingkungan (environmental input), dan masukan mentah (raw input). Dengan kata
lain warga sekolah meliputi kepala sekolah, guru, tenaga tata usaha, pesuruh atau
tukang kebun, komite sekolah serta siswa. Sedangkan pengertian peranan dalam
KBBI yaitu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut disimpulkan bahwa peranan warga sekolah
yaitu tindakan yang dilakukan anggota sekolah yang meliputi kepala sekolah, guru,
tenaga tata usaha, wali kelas, pesuruh, komite sekolah serta siswa dalam peristiwa
tertentu.
Peranan warga sekolah dalam implementasi pendidikan lingkungan hidup
dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan anggota sekolah yang meliputi
kepala sekolah, guru, tenaga tata usaha, wali kelas, pesuruh, komite sekolah serta
siswa dalam menerapkan pendidikan lingkungan hidup. Yang termasuk warga
sekolah adalah :
1. Kepala sekolah
2. Guru/Tenaga Pendidik
3. Tenaga Kependidikan (Pustawakan, Laboran, Teknisi,Pegawai TU)
4. Siswa
5. Penjaga keamanan sekolah
6. Kantin
7. Komite Sekolah

G. Penanaman Pendidikan Karakter


Tingkat pendidikan sekolah dasar merupakan masa-masa yang paling tepat
untuk menanamkan pendidikan karakter. Pendidikan dasar merupakan pendidikan
lanjutan dari pendidikan keluarga, karena itu kerjasama antara sekolah dengan
keluarga merupakan hal yang sangat penting. Karakter anak sangat dipengaruhi
oleh lingkungan sekitar tempat anak tinggal. Untuk itu, sekolah tidak akan berhasil
mengembangkan pendidikan karakter tanpa peran aktif orang tua. Komunikasi

13
antara sekolah dan orang tua dapat dilaksanakan dengan pertemuan wali murid,
majalah sekolah, dan sebagainya. Yang paling utama dari semuanya adalah peran
pendidik itu sendiri, pendidik adalah model utama untuk peserta didik. Letak
keberhasilan pendidikan karakter ada pada pendidik. Diperlukan pendidik
berkarakter untuk menghasilkan peserta didk yang berkarakter sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.
Dewasa ini dapat sama-sama kita ketahui bahwa kondisi karakter peserta
didik di sekolah masa sekarang sangatlah memprihatinkan, baik secara emosional,
tindakan, maupun perilaku sosial mereka. Selain itu, yang membuat kita miris
adalah pola tingkah laku anak dalam pergaulannya, baik dengan pergaulan anak
dengan temannya disekolah maupun di rumah. Bisa kita ambil contoh di sekolah,
saat anak ditegur oleh guru kerena mereka melakukan kesalahan, meraka malah
cenerung melawan kepada guru dengan tindakan-tindakan yang kurang pantas.
Selain itu, juga dapat dilihat saat anak SD bergaul dengan teman sebayanya di
sekolah, anak juga cenderung mengeluarkan ucapan-ucapan kasar yang kurang
enak di dengar. Diluar lingkungan sekolah pun perilaku anak malah lebih parah,
anak cenderung bila berpergian jarang yang menyalami atau berpamitan dengan
orang tuanya, atau bahkan memanggil kakak atau orang yang lebih tua hanya
dengan sebutan nama saja.
Dalam fenomena ini jelas bahawa karakter peserta didik dimasa sekarang
masih jauh dari kesan baik. Bagaimana nantinya nasib Negara ini bila moral yang
dimiliki oleh generasi penerus bangsa buruk. Buruknya karater peserta didik
mungkin dikarenakan oleh kurangnya penanaman karakter yang baik dari pihak
terdekat mereka seperti dari orang tua atau keluarga maupun dari guru di sekolah.
Selain itu, perkembangan teknologi imformasi yang cepat dan tingginya dampak
negatif arus globalisasi juga penyumbang terbesar dalam pembentukan
perkembangan karakter yang buruk bagi peserta didik. Karakter anak yang buruk
tersebut harus segara di ubah oleh guru maupun keluarga anak. Guru sebagai
seorang pendidik sudah seharusnya mengarahkan dan membimbing anak untuk
merubah sikap yang kurang baik menjadi lebih baik lagi.

14
H. Budaya Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun

Budaya 5S adalah budaya untuk membiasakan diri agar selalu senyum,


salam, sapa, sopan dan santun saat berinteraksi dengan orang lain. Budaya 5S ini
terdiri dari:
1. SENYUM, menggarakkan sedikit raut muka serta bibir agar orang lain atau
lawan bicara merasa nyeman melihat kita ketika berjumpa
2. SALAM, salam yang dilakukan dengan ketulusan mampu mencairkan suasana
kaku, salam dalam hal ini bukan hanya berararti berjabat tangan saja, namun
seperti megucapkan salam menurut agama dan kepercayaan masing-masing
3. SAPA, tegur sapa ramah yang kita ucapkan membuat suasana menjadi akrab
dan hangat, sehingga lawan bicara kita merasa hargai. “apa kabar hari ini ? /
ada yang bisa saya bantu”, atau dengan kata hangat dan akrab lainnya. Dengan
kita menyapa orang lain maka orang itu akan merasa dihargai. Di dalam salam
dan sapa akan memebrikan nuansa tersendiri
4. SOPAN, sopan ketika duduk, sopan santun ketika lewat didepan orang tua,
sopan santun kepada guru, sopan santun ketika berbica maupun ketika
berinteraksi dengan orang lain;
5. SANTUN, adalah sifat yang dimiliki olah orang yang istimewa, yaitu orang-
orang yang mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan
dirinya, orang-orang yang mengalah memberikan haknya untuk kepentingan
orang lain semata-mata untuk kebaikan. sopan santun, yaitu merupakan gerak,
kata atau tindakan kita untuk menghargai orang lain. Dengan cara gerak
tindakan dan ucapan yang sopan dan santun kita akan membuat orang lain
merasa di hargai dan dihormati

15
III
PEMBAHASAN
3.1 Hasil Kegiatan Sebelumnya
Kondisi sebelum dilakukan penguatan implementasi budaya 5 S adalah
sebagai berikut:
1) Kurangnya keakraban siswa di dalam kelas dan antar kelas ;
2) Kesenjangan antara siswa baru dan kakak kelas;
3) Kurangnya rasa hormat dengan guru;
4) Kurangnya keakraban antara guru dengan staff manajemen ;
5) Kurangnya pemahaman guru terhadap keadaan psikologis siswa

3.2 Strategi Pemecahan Masalah


3.2.1 Sosialisasi yang berkesinambungan dan menyeluruh
Sosialisasi yang dilakukan dengan memberikan informasi di lapangan pada
saat upacara bendera atau pengumpulan siswa. Secara rutin menyampaikan melalui
speaker aktif yang tersedia di dalam kelas.
3.2.2 Memasang slogan-slogan yang berkaitan dengan budaya 5 S
Spanduk yang berisi slogan-slogan dan kalimat ajakan untuk menerapkan
5 S di cetak dan ditempatkan pada posisi yang strategis
3.2.3 Penekanan dari Kepala Sekolah kepada guru
Kepala sekolah selalu memberikan motivasi dan arahan kepada para guru
dan staff tidak hanya pada saat rapat, tetapi juga dilaksanakan sebelum
pembelajaran di mulai.
3.2.4 Komunikasi dengan orang Tua
Komite sekolah merupakan sarana komunikasi antara sekolah dengan orang tua
siswa untuk menyampaikan kebijakan-kebijakan dan timbal balik dari orang tua
siswa.

16
3.3 Pembahasan Hasil yang Dicapai
Dari penerapan strategi yang telah dilaksanakan terdapat beberapa hasil
yang cukup memuaskan, adapun hasil-hasil tersebut adalah:
3.3.1 Profil Sekolah
Sekolah Menengah Kejuruan Teknologi Informasi (SMK TI) Bali Global
Denpasar merupakan sekolah menengah kejuruan informasi swasta khusus
Teknologi Informasi yang pertama dibuka di Bali tahun 2006 di bawah naungan
Yayasan Widya Dharma Santhi, yang mempunyai tujuan untuk memberikan
kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan diri dalam bidang
pengetahuan dan teknologi informasi dan komunikasi.
Sekolah Menengah Kejuruan Teknologi Informasi (SMK TI) Bali Global Denpasar,
yang terletak Jalan Tukad Citarum No.44 Panjer - Denpasar, telepon (0361)
249434, Fax (0361) 248269, Website: http://www.smkti-baliglobal.sch.id, E-Mail
: info@smkti-baliglobal.sch.id. Sekolah ini memfokuskan diri pada proses
pembelajaran diimbangi dengan pendekatan terhadap disiplin, kegiatan
pembiasaan, dan perhatian terhadap semua aspek yang mendukung proses
pembelajaran.. Berdasar hasil pengamatan dapat disampaikan data sebagai berikut
1. Data Pendaftar PPDB 3 tahun terakhir
Tabel 1. Data Pendaftar

Mendaftar Diterima
Program Studi
No 16- 17- 18- 18-
Keahlian 16-17 17-18
17 18 19 19
Rekayasa 185 173 199 155 121 134
1 Perangkat Lunak
Teknik Komputer 124 117 108 107 84 66
2 & Jaringan
3 Multimedia 233 262 266 205 169 209
4 Animasi 45 36 37 29 27 28
Desain Komunikasi 38 40 46 30 30 31
5 Visual
Total 625 628 656 526 431 468

17
Data Siswa SMK TI Bali Global Denpasar, 3 tahun terakhir:
Tabel 2. Data Siswa

No Program Keahlian KLS 17-18 18-19 19-20

X 121 136 144


Rekayasa Perangkat 158 122 134
1
Lunak XI
XII 159 155 121
X 84 71 71
Teknik Komputer Dan 108 83 66
2
Jaringan XI
XII 78 107 84
X 179 209 216
3 Multimedia XI 208 173 209
XII 209 205 169
X 27 28 35
4 Animasi XI 30 27 28
XII 34 29 27
X 30 33 36
Desain Komunikasi
5 XI 31 30 31
Visual
XII 0 30 30
Total 1425 1438 1401

Dalam mengimplementasikan budaya 5S (senyum, salam, sapa, sopan,


santun) di SMK TI Bali Global Denpasar dilaksanakan dengan berbagai kegiatan.
Antara senyum, salam, sapa, sopan, dan santun selalu dijalankan secara beriringan.
Di dalam pelaksanaan sebuah kegiatan tidak hanya satu macam poin yang
ditanamkan tapi ada beberapa. Misalnya senyum, senyum tidak hanya dilaksanakan
pada satu jenis kegiatan karena senyum merupakan kegiatan spontan yang
dilaksanakan oleh individu kapan saja dan dimana saja. Demi tercapainya budaya
5S (senyum, salam, sapa, sopan, santun) yang sesuai dengan peraturan, maka
diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang wajib dipatuhi oleh peserta didik
diantaranya:
1. Peserta didik wajib mengucapkan salam ketika akan masuk dan keluar kelas
atau ruangan.

18
2. Sewaktu datang dan pulang sekolah selalu berjabat tangan sambil
mengucapkan salam dengan para guru
3. Selalu bertegur sapa ketika bertemu teman sambil tersenyum supaya kita
bisa diterima dengan baik oleh orang yang sudah kita sapa
4. Bertindak atau berperilaku yang sopan, baik di lingkungan sekolah maupun
di lingkungan masyarakat
5. Bertutur kata yang santun dan baik ketika berbicara dengan guru, teman
sebaya, maupun dengan orang lain yang lebih tua.
Dari berbagai kegiatan yang sudah diterapkan dan dijalankan oleh seluruh
warga sekolah tersebut, menggambarkan bahwa pelaksanaan atau implementasi
budaya 5S sudah dijalankan dengan baik dan dengan semestinya, sehingga mampu
membentuk peserta didik yang berkualitas ketika terjun di lingkungan masyarakat.
Pelaksanaan suatu program tentunya tidak lepas dari yang namanya metode.
Begitu juga dalam penanaman nilai karakter religius melalui budaya 5S (senyum,
salam, sapa, sopan, santun). Dalam penanaman tersebut dilaksanakan dengan
menggunakan berbagai macam metode yakni:
1. metode pembiasaan
2. metode nasehat
3. metode perhatian
4. metode keteladanan
5. metode hukuman.
Para pendidik meyakini bahwa kegiatan akan bisa mencapai tujuan yang
maksimal apabila bisa menerapkan metode yang cocok dan tepat. Jadi, dari setiap
metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk meminimalisir dari kelemahan
yang ada, maka pendidik harus benar-benar mampu dan menguasai dari setiap
metode yang akan diterapkan. Metode tersebut bisa diterapkan di dalam kelas
maupun di luar kelas demi tercapainya suatu tujuan yang maksimal.

19
IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dirangkum adalah begitu pentingnya pendidikan
karakter dewasa ini. Gempuran media social, game online serta perkembangan
internet menyebabkan anak-anak menjadi individualis dan introvert. Dengan
penerapan 5 S diharapakan dapat menanggulangi dampak negative tersenut. Peran
warga sekolah yang lainnya terutama guru sangat penting, karena dari gurulah yang
wajib memberikan contoh penerapan 5 S tersebut.

4.2 Saran
Penerapan 5 S sangat tepat selalu digaungkan dan dilaksanakan dengan
kombinasi dengan budaya local khusunya di Bali yang memiliki ajaran Tat Twas
Asi dan Tri Hita Karana. Sehingga keseimbangan antara religius, kemanusian dan
lingkungan terjalin dengan baik. Hal ini akan memberikan efek positif kepada IQ,
SQ dan EQ peserta didik.

4.3 Rekomendasi
Penerapan 5 S yang sudah dimasukkan dalam RPP untuk selalu dilaksanakan
sesuai dengan mekanisme. Melaksanakan pelatihan guru tentang pendidikan
karakter dan motivasi kepasda peserta didik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Doni Koesoema A. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman


Modern. (Jakarta:Grasindo, 2007), h. 80

Mawaddah Mega Nailiya. 2019. Implementasi Budaya 5S(salam senyum sapa


sopan santun). Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan. IAIN Tulungagung:
Tulungagung

http://sitinuraini8.blogspot.co.id/2016/11/membentuk-karakter-peserta-didik.html
(Di akses pada Senin, 25 Nopember 2019)

https://suparlan.org/1318/praktik-praktik-terbaik-pelaksanaan-pendidikan-karakter
(Di akses pada Senin, 25 Nopember 2019)

21

Anda mungkin juga menyukai