Anda di halaman 1dari 12

Kompetensi dan Karakter Peserta Didik:

Perspektif M ultiple I ntellegences


Howard Gardner

Diana Wulandari
Student Master Educational Psychology - Universiti Utara Malaysia
E-mail: wulandaridiana87@gmail.com

Abstrak: Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada manusia dan
menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Setiap or-
ang memiliki jenis kecerdasannya sendiri. Howard Gardner (1983) menemukan teori Multiple Intelegences,
yang membagi kecerdasan manusia menjadi 9 jenis. Dalam proses belajar mengajar, sangat perlu bagi
seorang guru mengetahui dan memahami jenis kecerdasan masing-masing peserta didiknya. Dengan
mengetahui dan memahaminya, maka diharapkan model dan metode yang diterapkan dalam proses belajar
mengajar sesuai. Sehingga internalisasi nilai-nilai (karakter) kepada peserta didik melalui materi ajar dapat
dilakukan sedini mungkin. Hasil akhir dari proses pendidikan yang diawali dengan pemahaman terhadap
kecerdasan masing-masing peserta didik, internalisasi nilai-nilai (karakter) melalui model dan metode
pembelajaran yang sesuai, akan menghasilkan peserta didik yang kompeten, yaitu peserta didik yang
memiliki kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal, atau peserta didik yang memiliki
kemampuan atau kecakapan yang dapat memadukan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Kata kunci: kompetensi, karakter, peserta didik, multiple intelegences

Mencerdaskan kehidupan bangsa dan tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan


mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan,
adalah bagian dari tujuan dilaksanakannya kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU
pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut, sudah Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar
pasti tidak semudah yang dibayangkan. Sebab pendidikan tidak hanya membentuk insan Indo-
secara formal, proses pendidikan itu sendiri harus nesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau
dilalui dengan penjenjangan yang sangat berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi
melelahkan, namun berdampak positif terhadap bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter
pembentukan karakter seseorang, bahkan jati diri yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.
bangsa di sebuah negara. Karakter adalah sikap dan cara berpikir,
Pembentukan karakter merupakan salah berperilaku, dan berinteraksi sebagai ciri khas
satu tujuan pendidikan nasional. Pasal 1 UU seorang individu dalam hidup, bertindak, dan
Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa diantara bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,

292 PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen
masyarakat maupun bangsa. Dalam pengertian lain secara obyektif, bukan hanya baik untuk individu
disebutkan bahwa karakter merupakan keseluruh- perseorangan, tetapi juga baik untuk masyarakat
an nilai-nilai, pemikiran, perkataan, dan perilaku secara keseluruhan. Dengan demikian, proses
atau perbuatan yang telah membentuk diri pendidikan karakter, ataupun pendidikan akhlak
seseorang. Karakter itulah nilainya, pemikirannya, dan karakter bangsa sudah tentu harus dipandang
kata-katanya, tindakannya (Lickona & Berreth, sebagai usaha sadar dan terencana, bukan usaha
1993:34). Karakter itu menjadi bagian identitas yang sifatnya terjadi secara kebetulan. Pendidikan
diri seseorang sehingga karakter dapat disebut karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk
sebagai jatidiri seseorang yang telah terbentuk memahami, membentuk, memupuk nilai-nilai etika,
dalam proses kehidupan memalui sejumlah nilai- baik untuk diri sendiri maupun untuk semua warga
nilai etis yang dimilikinya, berupa pola pikir, sikap, masyarakat atau warga negara secara keseluruhan.
dan perilakunya. Pendidikan karakter merupakan penanaman
Istilah karakter bisa bermakna negatif, tapi nilai-nilai karakter yang meliputi komponen
juga bisa bermakna positif; bisa bermakna jelek, pengetahuan, kesadaran, dan tindakan untuk
tapi juga bisa berarti baik. Namun istilah karakter diterapkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari
yang dimaksud di sini adalah karakter yang baik baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
atau yang arif sehingga kalau kita katakan sesama, atau lingkungan sehingga menjadi manusia
pembangunan atau pendidikan karakter, itu berarti insan kamil. Pendidikan karakter tidak hanya
pembangunan atau pendidikan karakter yang arif diterapkan di sekolah saja, tetapi nilai-nilai tersebut
atau bijaksana. Individu yang berkarakter baik juga diterapkan di lingkungan keluarga dan
adalah individu yang bisa membuat keputusan dan lingkungan masyarakat. Pendidikan karakter
siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari bertujuan untuk meningkatkan mutu hasil
keputusan yang dia buat. Orang yang berkarakter pendidikan di sekolah yang tidak hanya mengarah
baik adalah individu yang memiliki sikap dan pada kecerdasan intelektual tetapi juga mengarah
perilaku yang sopan santun, bertanggung jawab, pada pencapaian pembentukan karakter, yaitu
memiliki komitmen, jujur, pekerja keras, pengasih, pembentukan kepribadian peserta didik yang
suka bekerja sama, dan mampu mengendalikan berakhlak mulia.
dirinya (Lickona & Berreth, 1993:50). Orang Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan
berkarakter seperti ini pasti akan berhasil dalam cerdas dan berkarakter kuat itu, juga pernah
hidupnya dan akan berhasil di mana pun dia dikatakan Martin Luther King, yakni, intelligence
bekerja. Karena manfaatnya dalam kehidupan, plus character… that is the goal of true educa-
berarti semua orang perlu menjadi orang yang tion (kecerdasan yang berkarakter… adalah
berkarakter arif. tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).
Untuk menghasilkan pribadi yang memiliki Pendidikan karakter adalah pendidikan budi
karakter sebagaimana disebutkan oleh Thomas pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengeta-
Lickona di atas maka perlu adanya pendidikan huan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan
karakter. (Lickona & Berreth, 1993) mengatakan (action). Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan
bahwa Pendidikan karakter adalah usaha sengaja karakter tidak akan efektif.
(sadar) untuk membantu manusia memahami, Dalam proses belajar mengajar, pendidikan
peduli tentang, dan melaksanakan nilai-nilai etika karakter dapat diintegrasikan pada materi ajar.
inti. Menurut yang lain, Pendidikan karakter adalah Mengingat pentingnya materi ajar di dalam
usaha sengaja (sadar) untuk mewujudkan pembelajaran, maka diperlukan kreatifitas guru
kebajikan – yaitu kualitas kemanusian yang baik untuk dapat memilah dan menyusun materi ajar

PROSIDING 293
Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen
dengan baik supaya nilai-nilai karakter terintegrasi Pelaksanaan pendidikan di Indonesia sangat
di dalamnya. Kreatifitas guru dapat terlihat dari diharapkan mampu mewujudkan manusia beriman
teknik pembelajaran, metode, dan materi yang yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
digunakan. Kreatifitas guru juga dapat terlihat dari berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
banyaknya sumber materi ajar yang digunakan guru keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
di sekolah. berkepribadian yang mantap dan mandiri, serta
Dengan pendidikan karakter yang mengedepankan rasa tanggungjawab kemasyara-
diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, katan dan kebangsaan. Hal-hal tersebut sangat
seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. relevan dengan yang diamanahkan oleh UU No.
Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan
mempersiapkan anak menyongsong masa depan, Nasional. Bertolak dari sini, maka pendidikan harus
karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil mampu mempersiapkan warga negara agar dapat
menghadapi segala macam tantangan kehidupan, berperan aktif dalam seluruh lapangan kehidupan,
termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin dan
(Lickona & Berreth, 1993). bermoral tinggi, demokratis, dan toleran dengan
Kecerdasan akademis saja tidak cukup mengutamakan persatuan bangsa, bukannya
untuk membuat anak didik menjadi generasi yang perpecahan. Sehingganya, sangat perlu mengasah
gemilang. Pembentukan karakter pada anak didik kecerdasan (inteligensia) secara terus-menerus.
juga perlu dilakukan sejak dini agar bisa menjadi Purwadarminto (1999) memaknakan
anak yang cerdas. Yaitu anak didik yang percaya kecerdasan adalah perihal cerdas, perbuatan
diri, mampu mengambil keputusan, optimis, mencerdaskan, kesempurnaan perkembangan akal
bertanggung jawab, mandiri, serta berani budi (seperti kepandaian, ketajaman pikiran).
mengekspresikan diri ketika berada dalam Sementara Gardner, (2011:13) mengartikan
lingkungan masyarakat. Agar anak didik mencapai kecerdasan (Inteligensia) sebagai kemampuan
aktualisasi diri tersebut, perlu ditanamkan karakter- untuk memecahkan suat u masalah at au
karakter positif sejak dini. menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya
Seringkali kecerdasan didefinisikan bahwa tertentu. Sedangkan memasuki abad-21 Gardner
seorang anak didik memiliki kemampuan merevisi definisinya menjadi intelligensi adalah
akademis baik atau ber-IQ tinggi, padahal kemampuan yang didasarkan pada potensi
kecerdasan bukan sekadar kemampuan akademis. biopsikologi, untuk memecahkan suatu masalah
Kecerdasan dapat dibagi menjadi tiga kategori, atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya
kecerdasan akademis (IQ), kecerdasan emosional tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan
(EQ), dan kecerdasan spritual (SQ). Untuk bahwa kecerdasan atau intelegensi adalah
membentuk generasi yang cerdas dan berkarakter kemampuan untuk bertindak secara terarah,
tentu diperlukan keseimbangan di antara ketiganya. berpikir secara rasional, dan menghadapi
Oleh karena itu, selain memperhatikan kecerdasan lingkungannya secara efektif.
akademis, perlu diperhatikan pembentukan Dalam konsep belajar dan pembelajaran,
karakter anak didik sejak dini. pengembangan kecerdasan merupakan salah satu faktor utama
pendidikan holistik di Indonesia ini menyebutkan yang menentukan sukses gagalnya peserta didik
bahwa dalam membentuk karakter positif anak belajar di sekolah. Peserta didik yang mempunyai
didik, harus ditanamkan nilai-nilai dan norma taraf kecerdasan rendah atau di bawah normal
perilaku yang tepat (Lickona, 2014:2). sukar diharapkan berprestasi tinggi. Tetapi tidak

294 PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen
ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi kecerdasan masing-masing peserta didik,
seseorang secara otomatis akan sukses belajar di diharapkan peserta didik memiliki kompetensi
sekolah. Kecerdasan manusia saat ini tidak hanya sesuai dengan kecerdasan alamiah yang
dapat diukur dari kepandaiannya menguasai dimilikinya. Artinya, dalam proses belajar
matematika atau menggunakan bahasa. Ada mengajar seorang guru dapat mengetahui dan
banyak kecerdasan yang dapat diidentifikasi di memahami setiap karakter dan kecerdasan masing-
dalam diri manusia. Menurut Gardner (1983:3) masing peserta didik, sehingga model dan metode
manusia itu, siapa saja, kecuali cacat atau punya pembelajaran yang diterapkan sesuai. Dimana
kelainan otak, sedikitnya memiliki 8 atau 9 tujuan akhir dari proses belajar mengajar adalah
kecerdasan. Adapun 9 kecerdasan yaitu: (a) peserta didik memiliki kekuasaan untuk
kecerdasan verbal/bahasa, (b) kecerdasan logika/ menentukan atau memutuskan suatu hal, atau
matematika, (c) kecerdasan spasial/visual, (d) peserta didik memiliki kemampuan atau
kecerdasan tubuh/kinestetik, (e) kecerdasan mu- kecakapan (kompetensi). Menurut Mulyasa
sical/ritmik, (f) kecerdasan interpersonal, (g) (2006:37-38), kompetensi merupakan perpaduan
kecerdasan intrapersonal, (h) kecerdasan spiritual, dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang
dan (i) kecerdasan eksistensial (Gardner, direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
1983:77). Jenis kecerdasan yang dikemukakan bertindak. Kompetensi ini bisa diperoleh dari
oleh Howard Garner ini yang disebut dengan teori proses pendidikan dan pendidikan karakter.
kecerdasan majemuk atau Multiple Intelligences. Jadi pendidikan karakter adalah suatu usaha
Kecerdasan Majemuk adalah kemampuan sadar dan sistematis dalam mengembangkan
memecahkan masalah dan menciptakan produk potensi peserta didik agar mampu melakukan
yang bernilai budaya (anak yang bisa menghasilkan proses internalisasi, menghayati nilai-nilai menjadi
sesuatu dan bisa dinikmati dalam kehidupan kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat,
manusia). Secara umum kecerdasan ini diartikan dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang
sebagai kemampuan seseorang dalam berpikir, lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan
bertindak dan berperilaku sesuai dengan apa yang bangsa yang bermartabat.
dihadapi (Erika, 2005:3). Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk
Teori kecerdasan majemuk (Multiple Intel- memahami konsep teori kecerdasan majemuk
ligences) telah menunjukkan bahwa tidak ada (multiple intelligences) Howard Gardner yang
strategi atau model pembelajaran terbaik. Suatu dikaitkan dengan pembentukan dan pendidikan
strategi atau model pembelajaran mungkin sangat karakter peserta didik dalam proses belajar
cocok untuk beberapa peserta didik, tetapi tidak mengajar, sehingga pada akhirnya peserta didik
akan begitu cocok untuk peserta didik lainnya. Hal memiliki kompetensi sesuai dengan jenis
ini berkaitan dengan jenis kecerdasan yang kecerdasannya yang dimilikinya.
cenderung dimiliki. Oleh karena itu, dianjurkan
kepada guru untuk menggunakan berbagai macam PEMBAHASAN
strategi dan model pembelajaran agar semua
peserta didik terakomodasi berdasarkan jenis Kecerdasan Majemuk dan Proses
kecerdasan yang mereka miliki, sehingga setiap Pembelajaran
peserta didik dapat terlibat selama pembelajaran Kecerdasan merupakan salah satu anugerah
di sekolah. besar dari Allah SWT kepada manusia dan
Dengan pembentukan dan pendidikan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan
karakter sejak dini, serta dipahaminya jenis manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya.

PROSIDING 295
Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen
Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus saja. Ia mengemukakan bahwa kesuksesan
menerus mempertahankan dan meningkatkan seseorang ditentukan oleh beberapa kecerdasan.
kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui Gardner (1983) dengan theory of multiple intel-
proses berfikir dan belajar secara terus menerus. ligences nya menyebutkan ada delapan jenis
Dengan kecerdasan manusia mampu memahami kecerdasan yakni kecerdasan linguistik, mate-
segala fenomena kehidupan secara mendalam. matis-logis, spasial, kinestetik-jasmani, musikal,
Dengan kecerdasan pula manusia mampu interpersonal, intrapersonal dan naturalis (Effendi,
mengetahui suatu kejadian kemudian mengambil 2005:135-160). Kemudian dalam penemuannya
hikmah dan pelajaran darinya. Manusia menjadi selanjutnya ia masih menambahkan lagi satu
lebih beradab dan menjadi bijak karena memiliki kecerdasan yakni kecerdasan eksistensial (Suparno,
kecerdasan itu. Oleh karena itu, kecerdasan sangat et al. 2002:46).
diperlukan oleh manusia guna dijadikan sebagai Konsep kecerdasan majemuk merupakan
alat bantu di dalam menjalani kehidupannya di suatu konsep yang inspiratif dan menantang untuk
dunia. menjadi kajian teoretik ataupun implementasi
Sudah cukup lama dalam dunia psikologi emprik dalam dunia pendidikan dan pengajaran.
dan pendidikan para ahli mengukur tingkat Untuk memaksimalkan proses pembelajaran saat
kecerdasan manusia dari segi kemampuan atau di kelas diperlukan strategi pembelajaran yang
kecerdasan Intelektual (Intellegence Quotient/ disesuaikan dengan tingkat kecerdasan majemuk
IQ). Akan tetapi kenyataan dewasa ini banyak yang dimiliki oleh masing-masing anak (Armstrong
orang cerdas dalam arti IQ-nya tinggi, akan tetapi 2009; Gangi 2011; Lunenburg & Lunenburg
perilakunya tidak sesuai dengan kecerdasannya. 2014; Rai et al. 2006; Tsuda 2005). Strategi
Fenomena tersebut diantaranya adalah: tingkat pembelajaran yang tepat akan sangat menolong
korupsi masih cukup tinggi, banyak orang hidup anak menangkap pelajaran dengan baik.
hidup dengan kekayaan yang berlimpah akan tetapi Strategi pembelajaran di sekolah dengan
mereka masih merasa hampa dalam kehidupannya, menggunakan kecerdasan majemuk (Aryanti &
banyak sarjana yang terdidik tetapi masih Wahyuni, 2003:5-6) diantaranya sebagai berikut:
menganggur, tawuran antar pelajar masih sering Saat mengajar anak dengan kecerdasan linguistik,
terjadi, dan lain sebagainya. metode yang digunakan adalah dengan bercerita,
Banyak usaha yang sudah dilakukan untuk curah gagasan (brainstorming) dan dengan tape
mencari dan menemukan serta menjawab recorder atau menulis jurnal. Sedangkan anak yang
persoalan-persoalan di atas. Salah satu hal yang memiliki kecerdasan logis- matematis yang
yang berkembang dewasa ini adalah ternyata digunakan adalah dengan kalkulasi dan kuantifikasi,
kesuksesan seseorang dalam hidup tidak cukup klasifikasi dan kategori atau penalaran ilmiah.
hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual saja. Sedangkan anak dengan kecerdasan visual dan
Atau dengan kata lain orang yang cerdas secara spasial strategi pembelajaran dengan visualisasi,
intelektual belum menjamin untuk dapat penggunaan warna, gambar dan sketsa gagasan
menghadapi segala tantangan dan persoalan serta serta simbol grafis. Anak yang memiliki kecerdasan
dinamika kehidupan yang sangat kompleks. musik mengajarnya dengan irama, lagu, rap,
Salah satu di antaranya adalah Howard senandung dan konsep musikal serta dengan musik
Gardner (1983) yang menawarkan apa yang suasana. Anak dengan kecerdasan interpersonal
dinamakannya multiple intelligences (kecerdasan dapat belajar dengan barbagi rasa dengan teman
majemuk). Ia mengkritik cara mengukur sekelas, kerja kelompok, permainan dan simulasi.
kecerdasan seseorang hanya dari segi intelektual

296 PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen
Apabila mengajar anak dengan kecerdasan yaitu: (1) Kemampuan guru dalam mengenali
intrapersonal dapat menggunakan refleksi, kecerdasan individu siswa. (2) Kemampuan
hubungan materi dengan pengalaman pribadi, mengajar dan memanfaatkan waktu mengajar
waktu memilih dan kesempatan untuk secara proporsional.
mengekspresikan perasaan serta perumusan Kemampuan guru dalam mengenali kecer-
tujuan. Jika anak memiliki kecerdasan kinestetik dasan majemuk yang dimiliki oleh siswa
dapat belajar dari teater kelas, konsep kinestetis merupakan hal yang sangat penting. Faktor
dan peta tubuh. Anak yang memiliki kecerdasan ini akan sangat menentukan dalam meren-
naturalis dapat belajar dengan jalan-jalan di alam canakan proses belajar yang harus ditempuh
terbuka dan melihat ke luar jendela serta tanaman oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat dila-
sebagai dekorasi atau membawa hewan piaraan kukan oleh guru untuk mengenali kecerdasan
di kelas. Semenatara anak dengan kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh siswa. Semakin
eksistensial untuk mengembangkannya yaitu dekat hubungan antara guru dengan siswa,
dengan mendengarkan kotbah, membaca buku- maka akan semakin mudah bagi para guru
buku rohani, filsafat, buku theologia, mengadakan untuk mengenali karakteristik dan tingkat
refleksi diri, menghadiri upacara kematian, diskusi kecerdasan siswa.
dengan ahli filsafat dan theolog, mengikuti reatreat Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu
dan dinamika kelompok. siswa, maka langkah – langkah berikutnya
Dari kecerdasan yang dikemukakan adalah merancang kegiatan pembelajaran.
Howard Gardner diatas dapat disimpulkan bahwa (Armstrong, 2009) mengemukakan proporsi
Anak-anak semuanya adalah cerdas. Teori kecer- waktu yang dapat digunakan oleh guru dalam
dasan majemuk di atas dapat kita implementasikan mengimplementasikan teori kecerdasan
dalam aktivitas pembelajaran. Implementasi teori majemuk yaitu:
kecerdasan majemuk dalam aktivitas pembelajaran - 30 % pembelajaran langsung
memerlukan dukungan komponen-komponen - 30 % belajar kooperatif
sistem persekolahan sebagai berikut: - 30 % belajar independent
a. Orang tua murid/Masyarakat. Implementasi teori kecerdasan majemuk
Komponen masyarakat, dalam hal ini orang membawa implikasi bahwa guru bukan lagi
tua murid, perlu memberikan dukungan yang berperan sebagai sumber (resources), tapi
optimal agar implementasi teori kecerdasan harus lebih berperan sebagai manajer kegiatan
majemuk di sekolah dapat berhasil. Orang tua, pembelajaran. Dalam menerapkan teori
dalam konteks pengembangan kecerdasan kecerdasan majemuk, sistem sekolah perlu
majemuk perlu memberikan sedikit kebebas- menyediakan guru-guru yang kompeten dan
an pada anak mereka untuk dapat memilih mampu membawa anak mengembangkan
kompetensi yang ingin dikembangkan sesuai potensi-potensi kecerdasan yang mereka
dengan kecerdasan dan bakat yang mereka miliki.
miliki. Lebih lanjut dalam Undang-undang Nomor 20
b. Guru. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Guru memegang peran yang sangat penting Nasional pasal 39 ayat (2) menyebutkan
dalam implementasi teori kecerdasan pendidik merupakan tenaga profesional yang
majemuk. Agar implementasi teori kecerdasan bertugas merencanakan dan melaksanakan
majemuk dapat mencapai hasil seperti yang proses pembelajaran, menilai hasil pembela-
diinginkan ada dua hal yang perlu diperhatikan jaran, melakukan pembimbingan dan pe-

PROSIDING 297
Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen
latihan, serta melakukan penelitian dan dan partisipasi secara aktif. Semua ini akan
pengabdian kepada masyarakat, terutama memungkinkan peserta didik mengem-
bagi pendidik pada perguruan tinggi. bangkan seluruh potensi kecerdasannya
Sedangkan dalam pasal 32 ayat (1) disebutkan secara optimal. Suasana kegiatan belajar-
bahwa pendidikan khusus merupakan mengajar yang menarik, interaktif, merangsang
pendidikan bagi peserta didik yang memiliki kedua belahan otak peserta didik secara
tingkat kesulitan dalam mengikuti proses seimbang, memperhatikan keunikan tiap
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, individu, serta melibatkan partisipasi aktif
mental, sosial, dan/atau memiliki potensi setiap peserta didik akan membuat seluruh
kecerdasan dan bakat istimewa. potensi peserta didik berkembang secara
Dalam pembelajaran guru sebagai pendidik optimal. Selanjutnya tugas guru adalah
berinteraksi dengan peserta didik yang mengembangkan potensi peserta didik
mempunyai potensi beragam. Untuk itu menjadi kemampuan yang maksimal dengan
pembelajaran hendaknya lebih diarahkan menerapkan teori kecerdasan majemuk (mul-
kepada proses belajar kreatif dengan tiple intelligences).
menggunakan proses berpikir divergen c. Fasilitas
(proses berpikir ke macam-macam arah dan Kecerdasan majemuk juga perlu menyediakan
menghasilkan banyak alternatif penyelesaian) fasilitas pendukung selain guru yang
maupun proses berpikir konvergen (proses berkualitas. Fasilitas tersebut dapat digunakan
berpikir mencari jawaban tunggal yang paling oleh guru dan siswa dalam meningkatkan
tepat). Dalam konteks ini guru lebih banyak kecerdasan-kecerdasan yang spesifik.
berperan sebagai fasilitator dari pada pengarah Fasilitas dapat berbentuk media pembelajaran
yang menentukan segala-galanya bagi peserta dan peralatan serta perlengkapan pembelajar-
didik. Sebagai fasilitator guru lebih banyak an yang dapat digunakan untuk meningkatkan
mendorong peserta didik (motivator) untuk kecerdasan majemuk. Contoh fasilitas
mengembangkan inisiatif dalam menjajagi pembelajaran yang dapat digunakan untuk
tugas-tugas baru. Guru harus lebih terbuka meningkatkan kecerdasan majemuk antara
menerima gagasan-gagasan peserta didik dan lain: peralatan musik, peralatan olah raga dan
lebih berusaha menghilangkan ketakutan dan media pembelajaran yang dapat digunakan
kecemasan peserta didik yang menghambat untuk melatih kecerdasan spesifik.
pemikiran dan pemecahan masalah secara d. Kurikulum dan Sistem penilaian
kreatif. Kurikulum dan Sistem penilaian adalah satu
Untuk mewujudkan suasana pembelajaran kesatuan yang kuat, sehingga di dalam
yang dapat dinikmati oleh peserta didik, maka kurikulum dapat diatur sistem penilaian yang
dalam proses pembelajaran seorang guru diperlukan oleh sekolah yang menerapkan
harus menggunakan pendekatan kompetensi, teori kecerdasan majemuk berbeda dengan
antara lain: (1) memberikan kesempatan sistem penilaian yang digunakan pada sekolah
kepada peserta didik untuk bermain dan konvensional. Sekolah yang menerapkan teori
berkreativitas, (2) memberi suasana aman dan kecerdasan majemuk pada dasarnya
bebas secara psikologis, (3) disiplin yang tidak berasumsi bahwa semua individu itu cerdas.
kaku, peserta didik boleh mempunyai gagasan Penilaian yang digunakan tidak berorientasi
sendiri dan dapat berpartisipasi secara aktif, pada input dari proses pembelajaran tapi lebih
dan (4) memberi kebebasan berpikir kreatif berorientasi pada proses dan kemajuan

298 PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen
(progress) yang diperlihatkan oleh siswa pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang
dalam mempelajari suatu keterampilan yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
spesifik. Metode penilaian yang cocok dengan bertindak.
sistem seperti ini adalah metode penilaian Pada sistem pengajaran, kompetensi
portofolio. digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan
profesional yaitu kemampuan untuk menunjukkan
Sistem penilaian portofolio menekankan pengetahuan dan konseptualisasi pada tingkat yang
pada perkembangan bertahap yang harus dilalui lebih tinggi. Kompetensi ini dapat diperoleh melalui
oleh siswa dalam mempelajari sebuah keterampilan pendidikan, pelatihan dan pengalaman lain sesuai
atau pengetahuan. tingkat kompetensinya. Menurut Undang-Undang
Diharapkan proses pembelajaran yang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
menekankan pada pemahaman oleh guru terhadap kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
kecerdasan peserta didiknya, dapat meng- ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
implementasikan strategi pembelajaran yang tepat dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
dan sesuai, sehingga tujuan dari proses belajar melaksanakan tugas keprofesionalan. Dari
mengajar dapat tercapai, salah satunya, peserta beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
didik memiliki kompetensi sesuai dengan jenis bahwa kompetensi merupakan seperangkat
kecerdasan yang dimilikinya. Yang dimaksudkan penguasaan kemampuan, ketrampilan, nilai, dan
dengan kompetensi disini adalah kekuasaan untuk sikap yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai
menentukan atau memutuskan suatu hal. guru yang bersumber dari pendidikan, pelatihan,
Pengertian dasar kompetensi adalah dan pengalamannya sehingga dapat menjalankan
kemampuan atau kecakapan (Purwadarminto, tugas mengajarnya secara profesional.
1999:405). Atau menurut Spencer dan Spencer Setiap individu memiliki potensi yang unik
dalam (Uno, 2011:63) kompetensi merupakan yang harus dikembangkan menjadi kompetensi.
karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan Pendidikan merupakan suatu proses yang
menjadi cara-cara berperilaku dan berfikir dalam dilakukan untuk mengembangkan potensi individu
segala situasi, dan berlangsung dalam periode menjadi kompetensi.
waktu yang lama. Dari pendapat tersebut dapat
dipahami bahwa kompetensi menunjuk pada Kecerdasan Majemuk dan Pendidikan
kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa Karakter
dilihat dari pikiran, sikap, dan perilaku. Lebih lanjut
Spencer dan Spencer membagi lima karakteristik Kecerdasan dan karakter memiliki hubungan
kompetensi yaitu sebagai berikut: (1) Motif, yaitu yang sangat erat. Pendidikan yang merupakan salah
sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang satu institusi untuk mengembangkan kecerdasan,
menyebabkan sesuatu. (2) Sifat, yaitu karakteritik harus mampu meningkatkan karakter intelektual,
fisik tanggapan konsisten terhadap situasi. (3) karakter moral, karakter sipil dan karakter kinerja,
Konsep diri, yaitu sikap, nilai, dan image dari yang secara bersama-sama berkembang menjadi
sesorang. (4) Pengetahuan, yaitu informasi yang karakter kolektif yang dibentuk secara jelas dalam
dimiliki seseorang dalam bidang tertentu. (5) proses pendidikan di sekolah. Howard Gardner
Ketrampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan (1983) dengan theory of multiple intelligences
tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik dan men- nya yang dikenal dengan kecerdasan majemuk,
tal (Uno, 2011:63). Menurut Mulyasa (2006:37- melihat bahwa setiap anak yang dilahirkan memiliki
38), kompetensi merupakan perpaduan dari kecerdasan yang berbeda-beda. Kecerdasan yang

PROSIDING 299
Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen
berbeda-beda tersebut jika dikelola dengan baik Pendidikan karakter seharusnya mengenal-
dalam proses pendidikan, dan penerapan strategi kan siswa pada nilai-nilai secara kognitif, peng-
pembelajaran yang tepat dan sesuai akan hayatan nilai secara afektif, dan akhirnya
membentuk karakter setiap peserta didik yang mengamalkan nilai sehingga menjadi karakternya.
positif. Oleh karena itu muatan pendidikan karakter
Pendidikan karakter saat ini menjadi penting difokuskan pada attitudes, behavior, emotions,
mengingat banyaknya permasalahan bangsa dan dan cognitions (Berkowitz & Bier, 2007:30).
negara. Hal ini terlihat dari kenakalan remaja yang Dengan penerapan pendidikan karakter secara
terus meningkat mulai dari tawuran antar pelajar, sistematis dan berkelanjutan, diharapkan siswa
narkoba, bahkan seks bebas seolah membuat memiliki karakter yang positif. Menurut Berkowitz
pendidikan di Indonesia tidak berarti sama sekali (2012:39) sekolah yang menerapkan pendidikan
dan telah meruntuhkan karakter bangsa yang karakter secara komprehensif menunjukkan
berfalsafah pancasila (Muslih, 2011:40). adanya penurunan drastis pada perilaku negatif
Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan siswa yang dapat menghambat keberhasilan
nilai, budi pekerti, moral, yang tujuannya belajar. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa
mengembangkan kemampuan siswa untuk siswa belum memiliki karakter posiitif yang
mewujudkan karakter positif dalam kehidupan diharapkan, seperti sikap jujur dalam ujian, disiplin
sehari-hari (Puskur, 2010:23). belajar di sekolah, ketaatan pada tata tertib sekolah
Beberapa hasil penelitian menunjukkan dan sebagainya.
bahwa pendidikan karakter memiliki dampak Agar penerapan pendidikan karakter dapat
terhadap keberhasilan akademik. Hasil studi berhasil sesuai dengan yang diharapkan, maka
Berkowitz & Hoppe (2009:131) menunjukkan diperlukan pemahaman terhadap unsur-unsur
peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih esensial karakter yang penting ditanamkan kepada
prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang generasi muda. Abourjilie (2002:15) mengatakan
menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas ada 8 unsur karakter inti, yaitu: (1) kejujuran (hon-
yang secara komprehensif terlibat dalam esty), (2) belas kasihan (compassion), (3) pilihan
pendidikan karakter menunjukkan adanya yang baik (good judgment), (4) keteguhan hati
penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang (courage), (5) kedamaian hati (kindness), (6)
dapat menghambat keberhasilan akademik. pengendalian diri (self-control), (7) kerja sama
Sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan (cooperation), serta (8) kerajinan dan kerja keras
karakter ini memperlihatkan menurunnya perilaku- (deligence or hard work). Delapan karakter inti
perilaku negatif dan perilaku-perilaku yang (core characters) itulah, menurut Lickona &
menyimpang pada siswanya. Penurunan perilaku- Berreth (1993) yang paling penting dan mendasar
perilaku negatif dan menyimpang itu sekaligus untuk dikembangkan pada peserta didik selain
memperlihatkan peningkatan keberhasilan sekian banyak unsur-unsur karakter yang lain.
akademis berupa peningkatan prestasi siswa dalam Selain delapan unsur karakter yang menjadi
pelajaran di sekolah. Beberapa negara seperti karakter inti menurut Thomas Lickona tersebut,
Cina, Amerika Serikat, Jepang, dan Korea para pegiat pendidikan karakter mencoba
Selatan, yang telah menerapkan pendidikan melukiskan pilar-pilar penting karakter dengan
karakter sejak pendidikan dasar menyatakan menunjukkan hubungan sinergis antara keluarga
bahwa implementasi pendidikan karakter yang (home), sekolah (school), masyarakat (commu-
tersusun secara sistematis berdampak positif pada nity), dan dunia usaha (business). Dalam
pencapaian akademis. hubungan sinergis tersebut terdapat sembilan unsur

300 PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen
karakter, yaitu (1) responsibility (tanggung jawab), Dalam naskah akademik Pengembangan
(2) respect (rasa hormat), (3) fairness (keadilan), Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Kemen-
(4) courage (keteguhan hati), (5) honesty terian Pendidikan Nasional telah merumuskan lebih
(kejujuran), (6) citizenship (kewarganegaraan), banyak nilai-nilai karakter (18 nilai) yang akan
(7) self-descipline (disiplin diri), (8) caring dikembangkan atau ditanamkan kepada anak-
(peduli), dan (9) perseverance (ketekunan) anak dan generasi muda bangsa Indonesia (Suyanto,
(Sibarani, 2012:3). 2011). Nilai-nilai karakter tersebut dapat
dideskripsikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1 Nilai-Nilai Karakter


No Nilai Deskripsi
1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
2 Jujur Perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan
3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5 Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya.
6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki.
7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8 Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.
9 Rasa Ingin Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam
Tahu dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar
10 Semangat Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan
Kebangsaan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11 Cinta Tanah Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
Air kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12 Menghargai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuai yang
Prestasi berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan
orang lain.
13 Bersahabat/ Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja
Komunikatif sama dengan orang lain.
14 Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang
dan aman atas kehadiran dirinya.
15 Gemar Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
Membaca memberikan kebajikan bagi dirinya.
16 Peduli Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
Lingkungan lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17 Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
18 Tanggung Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
Jawab yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.
Sumber (Suyanto, 2011)

PROSIDING 301
Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen
Dengan dirumuskannya 18 karakter tepat akan membantu para siswa mencapai kom-
tersebut, itu berarti bahwa pemerintah lewat petensi dan lebih dari pada itu membantu mem-
pendidikan menginginkan generasi muda menjadi berdayakan potensi mereka menjadi kecerdasan.
orang yang religius, jujur, toleransi, disiplin, Potensi yang dikembangkan dengan
kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa didasari oleh kecerdasan yang dimilikinya akan
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah menghasilkan kompetensi dan diharapkan
air, menghargai prestasi, bersahabat/ berimplikasi pada terbentuknya karakter yang
komunikatif, cinta damai, gemar membaca, positif pada peserta didik.
peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung
jawab. Secara singkat, pendidikan karakter yang Saran
menjadikan orang yang hati, pikiran, raga, dan
rasa-karsanya baik. Betapa bangsa ini menjadi Adapun saran yang dapat dihasilkan dari
bangsa yang adil dan makmur sesuai dengan paper ini adalah sebagai berikut:
amanat UUD’45 jika tercipta generasi yang Pemerintah dengan sungguh-sungguh melalui
memiliki karakter tersebut di atas. Jika generasi aturan dan regulasi yang jelas untuk mendukung
muda memiliki karakter tersebut di atas, tidak ada implementasi pendidikan karakter sejak
lagi kemiskinan karena masyarakat sudah disiplin pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
dan bekerja keras, tidak ada lagi konflik karena Seorang guru sudah selayaknya untuk selalu
masyarakat cinta damai, cinta tanah air, dan meningkatkan kompetensinya, agar mampu
toleransi, tidak ada lagi ketidakadilan karena mengetahui dan memahami potensi serta kecer-
masyarakat sudah demokratis dan peduli sosial, dasan yang dimiliki oleh anak didiknya. Pengeta-
dan tidak ada lagi korupsi karena masyarakat sudah huan dan pemahaman yang utuh terhadap potensi
jujur dan religius (Sibarani, 2011:5). dan kecerdasan anak didiknya akan dapat mene-
rapkan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai.
Sehingga salah satu tujuan pendidikan yaitu terben-
SIMPULAN & SARAN tuknya peserta didik yang kompeten dapat dicapai.
Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan DAFTAR RUJUKAN
sebagai berikut: Abourjilie, C., 2002. Handbook I &II of Char-
Pada dasarnya setiap peserta didik memiliki acter Education, Public School of North
karakteristik potensi dan kecerdasan sendiri (mul- Carolina: Raleich, NC.
tiple intelligences). Potensi tinggal menjadi Armstrong, T., 2009. Intelligences multiple in
potensi, tidak akan bermanfaat apabila tidak the classroom 3rd ed. ASCD, ed., Virginia.
dikembangkan. Potensi siswa yang sudah Available at: https://erwinwidiyatmoko.
dikembangkan dan sudah menjadi kemampuan files.wordpress.com/2012/08/multiple-
untuk menghadapi persoalan hidup, itulah yang intelligencies-in-the-classroom.pdf.
disebut dengan kecerdasan. Aryanti & Wahyuni, 2003. Multiple Intelligences
Pencapaian-pencapaian kompetensi dalam & Application, Salatiga.
pendidikan membutuhkan strategi pembelajaran. Berkowitz, M.W., 2012. Understanding effective
Kompetensi dapat dicapai dengan mengembang- character education. Connections: The
kan kecerdasan-kecerdasan yang ada pada para Center for Spiritual and Ethical Educa-
siswa, yakni memberdayakan potensi mereka tion, 31(4), pp.1–2, 10–11.
untuk berkembang. Strategi pembelajaran yang

302 PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen
Berkowitz, M.W. & Bier, M.C., 2007. What Educational+ Leadership&volume=5
Works In Character Education. Journal of 1&issu e=3&dat e=19 93 -11-
Research in Character Education, 5(1), 01&atitle=The+return+of+character+educa.
pp.29–48. Lunenburg, F.C. & Lunenburg, M.R., 2014. Ap-
Berkowitz, M.W. & Hoppe, M.A., 2009. Char- plying Multiple Intelligences in the Class-
acter education and gifted children. High room/ : A Fresh Look at Teaching Writing.
Ability Studies, 20(2), pp.131–142. International Journal of Scholarly Aca-
Effendi, A., 2005. Revolusi Kecerdasan, Bandung: demic Intellectual Diversity, 16(1), pp.1–
Alfabeta. 15.
Erika, J., 2005. Delapan Kecerdasan dan Cara- Mulyasa, E., 2006. Menjadi Guru Profesional,
cara Mengembangkannya, Bandung: PT. Rosda Karya.
Gangi, S., 2011. Differentiating Instruction us- Muslih, M., 2011. Pendidikan Karakter
ing Multiple Intelligences in the Elemen- Menjawab Tantangan Krisis Multi-di-
tary School Classroom: A Literature Re- mensional, Jakarta: Bumi Aksara.
view. Purwadarminto, W., 1999. Kamus Umum
Gardner, H., 2011. Frames of Mind: The Theory Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
of Multiple Intelligences, New York: Ba- Puskur, 2010. Grand Design Pendidikan
sic Books. Karakter, Jakarta: Kemdiknas.
Gardner, H., 1983. Frames of mind: The Theory Rai, N., Samsudin, S.B. & Das, J., 2006. Mul-
of Multiple Intelligences, New York: Ba- tiple intelligences in the classroom. In
sic Books. Available at: http:// APERA Conference 2006. pp. 1–9. Avail-
link.springer.com/chapter/10.1007/978-3- able at: http://issuu.com/stedranet/docs/
642-74265-1_4. multipleintelligencesintheclassroom.
Lickona, T., 2014. A Framework for School Sibarani, R., 2012. The Character Building
Success: Eleven Principles of Effective Based On Local Wisdom,
Character Education, Amerca: Suparno, P. et al., 2002. Reformasi Pendidikan
Character.org. Available at: http:// Sebuah Rekomendasi, Yogyakarta:
www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/ Kanisius.
0305724960250110#.VL7kTmTF88Y. Suyanto, 2011. Urgensi Pendidikan Karakter,
Lickona, T. & Berreth, D., 1993. The return of Tsuda, N., 2005. The Theory of Multiple Intel-
character education. Educational Leader- ligences and Its Application in EFL Class-
ship, 51, p.6. Available at: http:// rooms Nobuo TSUDA, Available at: http://
search.proquest.com.ezproxylocal. www.konan-u.ac.jp/kilc/modules/info/src/
library.nova.edu/docview/224852420?accountid= tuda/3.pdf.
6579\nhttp://novacat.nova.edu:4550/ Uno, H.B., 2011. Perencanaan Pembelajaran,
resserv?genre=article&issn= 00131784&title= Jakarta: PT. Bumi Aksara.

PROSIDING 303
Seminar Nasional dan Call For Papers Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bisnis dan Manajemen

Anda mungkin juga menyukai