Anda di halaman 1dari 12

UPAYA GURU DALAM MEMBIASAKAN KARAKTER MELALUI

PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MI DARUL QURAN

Saobah
STAI AL AMIN GERSIK KEDIRI, LOMBOK BARAT
Email: aasaobah@gmail.com

ABSTRACT
The learning process carried out by teachers must be able to create a
comfortable and efficient learning environment. Teaching and learning
activities should also aim to instill character values to develop student
individuality. This study aims to find out how teachers' efforts in knowing
students' personalities through the study of Akida Akhlaq.Qualitative methods
were used in the study. The data collection techniques used are interviews,
observation, and documentation, and the target audience is educators and
students. Data analysis is carried out through data reduction, data
presentation, and conclusions.
Data analysis is carried out through data reduction, data presentation, and
conclusions. The result of the study is the teacher's effort in instilling
character habits in their students through moral studies, which can be
applied through the following techniques: The learning process is made
interactive by adding activities by selecting and developing teaching and
learning techniques and applying behavioral characteristics and attitudes that
provide the greatest opportunity to achieve the goals of the teaching and
learning process.
Keywords: Moral beliefs.character; learn; Getting used to it

ABSTRAK
Proses pembelajaran yang dilakukan guru harus mampu menciptakan
lingkungan belajar yang nyaman dan efisien. Kegiatan belajar mengajar
hendaknya juga bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter guna
mengembangkan individualitas siswa. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana upaya guru dalam mengenal kepribadian siswa
melalui kajian Akida Akhlaq. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian
ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi,
dan dokumentasi, dan sasaran pembacanya adalah pendidik dan siswa.
Analisis data dilakukan melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian adalah upaya guru dalam menanamkan
kebiasaan berkarakter pada diri siswanya melalui kajian moral akida, yang
dapat diterapkan melalui teknik sebagai berikut: Proses pembelajaran dibuat
interaktif dengan menambahkan kegiatan-kegiatan dengan memilih dan
mengembangkan teknik belajar mengajar serta menerapkan ciri-ciri
perilaku dan sikap yang memberikan peluang sebesar-besarnya untuk
mencapai tujuan proses belajar mengajar.
Kata Kunci : Keyakinan moral.karakter; belajar; membiasakan diri

Pendahuluan
Pendidikan merupakan upaya membimbing dan mengembangkan
kepribadian seseorang, baik menyangkut prinsip rohani maupun jasmani
(Ilahi & Ratri, 2012, p. 25).
Dalam konteks pembangunan bangsa, pendidikan memegang peranan
penting dalam menunjang keberhasilan suatu bangsa.
Dengan pendidikan yang berkualitas, suatu bangsa dapat
menatap masa depan yang cerah. Pendidikan dapat dilaksanakan
dengan upaya yang tepat dan sistematis untuk menciptakan lingkungan
belajar yang nyaman, sehingga peserta didik dapat lebih aktif
mengembangkan energi keagamaan dan spiritual, pengendalian diri, jati
diri, kebaikan akhlak, dan lain-lain. prosedur pembelajaran dengan
benar.
Kemampuan yang dibutuhkan oleh masyarakat, bangsa, dan
bangsa. (Munandar, 2012, hal.6). Pendidikan juga berfungsi sebagai
kegiatan memanusiakan manusia dengan memberikan bimbingan
kepada manusia agar dapat hidup menurut kaidah moral. Karena
manusia pada hakikatnya bermoral.Melalui pendidikan, masyarakat
dibimbing untuk menerapkan nilai-nilai sesuai fitrahnya.
Selain Sang Pencipta Agung, moralitas juga erat kaitannya dengan
manusia dan lingkungannya.
Pendidikan dalam hal ini tidak boleh membatasi kegiatan belajar
mengajar, namun harus mampu menyelaraskan kebutuhan intelektual
dan moral.
Terjadinya demoralisasi di sebuah pendidikan disebabkan karena
kegiatan pembelajaran adab dan akhlak cenderung hanya sekedar teks
dan tidak adanya persiapan anak untuk menjalani hidup yang sifatnya
kontradiktif. Disamping itu pendidikan agama juga merupakan sebuah
alat yang ampuh untuk penginternalisasian karakter luhur kepada
peserta didik. (Agus Wibowo, 2012: 55). Padahal faktanya pendidikan
agama hanya sekedar mengajarkan dasar- dasar agama. Oleh sebab itu,
pendidikan agama semakin kesini semakin kehilangan perannya sebagai
media yang mengarahkan anak didiknya agar dapat memahami serta
mengamalkan ajaran agamanya.
Pendidikan saat ini dihadapkan pada berbagai masalah. Salah satu
yang menjadi permasalahan yaitu menurunnya norma suatu kehidupan,
baik itu sosial ataupun etika moral dalam praktik kehidupan sekolah
yang dapat mengakibatkan terjadinya sejumlah perilaku negatif yang
sangat merisaukan masyarakat. Hal tersebut antara lain makin
banyaknya penyimpangan berbagai norma kehidupan agama dan sosial
kemasyarakatan. (Nurdyansyah, 2016). Oleh karena itu diperlukan
adanya pendidikan karakter.
Karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu “to mark” ialah
menekankan kebiasaan dalam menerapkan nilai-nilai kebajikan dalam
wujud tingkah laku.(Hamdani Hamid, 2013: 31). Secara etimologi kata
karakter dapat berupa karakter, kepribadian, budi pekerti, atau sifat
kejiwaan. Karakter ialah watak atau kepribadian yang dimiliki oleh
seseorang dengan karakter maka seseorang akan dapat membedakan
antara seseorang dengan orang lain. Pengertian karakter biasanya lebih
indentik dengan sebutan akhlak ataupun kepribadian. Kepribadian
merupakan sebuah karakteristik pada diri seseorang yang memiliki sifat
khas hal yang demikian biasanya berasal dari pengaruh lingkungan yang
diterimanya, contohnya seperti dari keluarga dari kecil atau bawaan
sejak lahir. (Zainal Aqib, 2012: 118).
Karakter secara khusus dapat diartikan sebagai sebuah nilai khas
dari segi kebaikan, perbuatan baik, menerapkan kehidupan dalam
kebaikan, dan membuat efek yan baik kepada dirinya sendiri beserta
lingkunganya yang tertanam dalam diri sendiri dan dimanifestasikan
melalui tingkah laku. Karakter ialah bagian dari ciri khas orang yang di
dalamnya terkandung nilai, kompetensi, kedudukan moral, ketabahan
jika berhadapan dengan berbagai tantangan dan kesulitan. (Anas
Salahudin and Irwanto Alkrienciehie, 2013: 42). Sederhananya, karakter
ditafsirkan sebagai pola pemikiran dan bersikap unik bagi semua orang
untuk bertahan hidup dan bekerja bersama dengan lingkungan
keluarganya, komunitas, bangsa dan negara. Dalam konteks moral,
perilaku moral, dan sikap moral, sangatlah berhubungan erat dengan
karakter (Muchlas Samani dan Hariyanto, 2011: 43). Kehilangan
karakter pada diri sendiri akan menyebabkan hilangkan identitas
generasi selanjutnya, sejalan dengan tulisan William
Secara spesifik, karakter dapat diartikan sebagai nilai-nilai khas
yang berkaitan dengan kebaikan, perbuatan baik, menjalani kehidupan
yang baik, dan memberikan dampak positif pada diri sendiri dan
lingkungan, yang tertanam dalam diri sendiri dan diekspresikan melalui
tindakan seseorang.
Karakter merupakan bagian dari sifat seseorang yang mencakup
nilai, kemampuan, moral, dan ketabahan dalam menghadapi berbagai
tantangan dan kesulitan.
(Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, 2013: 42).
Secara sederhana, kepribadian diartikan sebagai pola pikir dan
perilaku unik yang memungkinkan semua orang bertahan hidup dan
bekerja sama dengan lingkungan keluarga, masyarakat, negara, dan
bangsa.
Dalam konteks moral, perilaku moral dan sikap moral erat
kaitannya dengan karakter (Muchlas Samani dan Hariyanto, 2011: 43).
William Menurut tulisan Franklin Graham Jr. hilangnya kepribadian
menyebabkan hilangnya identitas generasi berikutnya.
“Kalau harta hilang, tidak ada yang hilang; jika kesehatan hilang, ada
yang hilang; jika karakter hilang, semuanya hilang” (Muchlas Samani
dan Hariyanto, 2013: 2).
Oleh karena itu, karakter merupakan nilai mendasar dalam
berperilaku yang menjadi pedoman dalam berinteraksi antar manusia
(Bariah dan Assya'bani, 2019: 141) Dari berbagai definisi di atas,
pendidikan karakter mencakup beberapa faktor.
Dengan kata lain, ini adalah pengembangan nilai-nilai.
Terdapat nilai-nilai karakter dari hasil pendidikan, kerjasama antara
guru dan pimpinan sekolah, serta langkah-langkah internalisasi dan
inspirasi mengenai nilai-nilai karakter yang tertanam dalam diri siswa.
Pembentukan karakter yang diinginkan memerlukan kerjasama semua
pihak.
Pendidikan karakter di sekolah merupakan pembelajaran yang
bertujuan untuk mengembangkan perilaku siswa berdasarkan nilai-nilai
tertentu yang ditetapkan sekolah. Pendidikan karakter di sekolah
mempunyai arti sebagai berikut: (Purniadi Putra, 2018: 149)
a) Sebagai pendidikan terpadu dalam bidang belajar mengajar semua mata
pelajaran.
b) enganggap peserta didik adalah bagian dari organisme manusia yang
mempunyai kemampuan dan hak yang berkembang, serta bertujuan
untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik secara umum.
c) Perkembangan perilaku peserta didik didasarkan pada nilai-nilai yang
diciptakan oleh lembaga pendidikan.

Pendidikan karakter di sekolah mempunyai beberapa tujuan : (Kesuma dan


Dharma, dkk, 2011: 5)
1. Mengembangkan dan memantapkan pentingnya nilai-nilai baik dalam
kehidupan agar menjadi ciri khas anak.
2. Memperbaiki tingkah laku anak yang tidak sesuai dengan perkembangan
nilai-nilai dalam lembaga.
3. Membangun hubungan yang harmonis dengan keluarga dan lingkungan
serta berbagi tanggung jawab dalam pendidikan karakter.
Pendidikan karakter lebih penting dibandingkan pendidikan moral
biasa. Sebab pendidikan karakter bukan hanya tentang apa yang dianggap
pantas dan tidak pantas, namun juga tentang bagaimana menumbuhkan
keakraban seseorang dengan kebaikan dalam hidup.
Mahasiswa dituntut memiliki kepekaan dan kemampuan interpretasi
yang tinggi, serta tekad untuk menerapkannya secara terpuji dalam
kehidupan sehari-hari. (Fidiyanti, Asfiyak, Ertanti, 2019: 141). Oleh karena
itu, harapan dari pendidikan karakter adalah agar anak terbiasa melakukan
hal-hal positif dalam hidup. Diperlukan dukungan guru untuk memberikan
pelatihan karakter pada anak. Tugas dan tanggung jawab utama guru di
kelas adalah menentukan keberhasilan kegiatan pembelajaran. Artinya
interaksi dan pergaulan antara pendidik dan siswa selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
keberhasilan siswa (Pamji, 2017: 236).
Guru merupakan salah satu entitas penting yang berperan aktif
sebagai guru profesional dalam dunia pendidikan, guru tidak hanya sekedar
guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan saja, namun juga mempunyai
kemampuan berperan sebagai pendidik, pembimbing, dan mediator.
dan bimbingan kepada siswa dalam belajar (Hadari, 2015: 123).
Dengan demikian, pendidik dapat menunaikan tugas dan tanggung jawabnya
secara optimal. Tanggung jawab pendidik selain pendirian
Selain memperlakukan siswa dengan baik, pendidik juga harus
bertanggung jawab dalam mendidik siswa berperilaku berkarakter. Akida
Akhlaq termasuk dalam jurusan khusus sekolah dan berperan besar
dalam mendorong siswa mempelajari Akidah ini dan mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari, dan dengan demikian dapat
mengembangkan kebiasaan berperilaku terpuji. Hindari perilaku yang
memalukan.
Akrakul Karimah merupakan bagian penting yang perlu diterapkan
pada peserta didik agar menjadi suatu kebiasaan dalam kehidupan
sehari-hari, bermasyarakat dan berbangsa, Yang terpenting, untuk
mencegah dampak buruk dari era gejolak dan kritik multidimensi yang
menimpa negara dan negara kita Indonesia (Putra, 2018b, p. 151).Oleh
karena itu, Aqidah Akhlak menjadi fokus penelitian ini.
Kajian tentang keyakinan moral bertujuan untuk menunjukkan
dan memperkuat keyakinan siswa serta memungkinkan mereka
mempraktikkannya dalam bentuk penerapan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Pengaruh terhadap perilaku individu sebagai orang yang beragama
adalah penerapan perilaku terpuji melalui pembelajaran dan
pemahaman melalui pencarian ilmu dan selanjutnya penghidupan
berdasarkan ilmu tersebut, sehingga memberikan pengalaman kepada
peserta didik yang berkaitan dengan keimanan dan akhlak.
Selain itu, visi mata pelajaran Aqidah akhlak adalah melatih umat
islam mengembangkan dan membekali kualitas keimanan dan
ketaqwaan kepada Sang Pencipta sehingga turut mempengaruhi dalam
amalan kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa.
Dalam jangka panjang, Anda memiliki pandangan hidup di masa
depan yang panjang. Pembahasan tentang akidah jelas tidak lengkap
tanpa moral. Pemenuhan keyakinan seseorang dan perwujudan ekspresi
diri disebut moralitas. Akhlak sendiri berasal dari kata Lughotul
Ngarobiya, bentuk jamak dari “Kurkun” yang berarti budi pekerti, budi
pekerti, adat istiadat, peradaban yang baik dan terakhir agama.
(Subahri, 2015, p. 169) Saat ini, secara linguistik, moralitas berarti
penciptaan.
Dalam pembahasan tentang agama, moralitas mengacu pada
watak, budi pekerti, bawaan lahir, etika, atau sikap seseorang (Ahmad
Bangun Nasution dan Rohani Hanun Siregar, 2013: 30).
Karena itu. Moralitas, pada hakikatnya, adalah keadaan atau kualitas
yang tertanam dalam diri kita dan akhirnya menjadi kepribadian kita.
Oleh karena itu, siswa sekolah dasar harus mempunyai nilai-nilai moral
sebagai berikut: a) Al-Aqraq memiliki Al-Kalima yang terdiri dari unsur-
unsur sebagai berikut: Disiplin, hidup bersih, baik hati, santun dan
santun, mensyukuri nikmat yang ada, hidup apa adanya, tidak
sombong, jujur, pekerja keras, percaya diri, penuh kasih sayang, patuh,
taat, taat, damai, saling membantu, saling menghormati, selalu dapat
diandalkan dalam menjalankan tugas, dan sebagainya.
a. Menjauhkan diri dari akhlak yang buruk.
Ini terdiri dari kata-kata buruk, hidup tidak suci, berbohong, sombong dan
malas, tidak menaati orang tua, pengkhianatan, iri hati dan kekejaman.
b. Etika Islam terdiri atas: etika terhadap diri sendiri (misalnya etika dalam
makan dan minum, mencuci badan, menutup mata, ke toilet, berkomunikasi
dengan orang lain, dan sebagainya) (Didik Efendi, 2019: 12) Oleh karena itu,
aqidah akhlak mempersiapkan peserta didik untuk saling mengenal,
memahami, dan menghargai serta beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dan mengubahnya menjadi sikap akhlak yang terpuji, yang dapat dilihat
sebagai upaya yang murni dan terstruktur.
Menumbuhkan rasa saling menghormati terhadap pemeluk agama lain
serta menghargai dan menjaga hubungan toleran dengan berpedoman pada
Al-Quran dan Hadits dalam kehidupan sehari-hari, proses pengajaran,
pembelajaran dan ujian, serta pengalaman masa lalu.
sehingga dapat terwujudnya bangsa yang bersatu dan bersatu, khususnya
bangsa Indonesia. Pembelajaran aqidah akhlak diharapkan dapat membentuk
nilai-nilai karakter anak. Penelitian sebelumnya yang dimuat di Jurnal
Edutech oleh Tatan, Nurhayati dan Indra tentang penerapan teori pembiasaan
dalam pembentukan karakter religius siswa di tingkat sekolah menemukan
bahwa setelah perlakuan dengan metode pembiasaan, shalat lima waktu
ditemukan bahwa jumlahnya sesi membaca meningkat.
Jumlah ayat Alquran meningkat, dan ini sangat penting. Jumlah siswa yang
tidak mampu menunaikan shalat lima waktu tepat waktu meningkat dari
36,82% menjadi 57,13%. (Mutakin, 2014).
Kesimpulannya, metode pembentukan kebiasaan yang digunakan
pada penelitian sebelumnya meningkatkan kepribadian anak.
Kesamaan penelitian ini dengan karya para peneliti adalah keduanya
membahas tentang kepribadian.
Bedanya, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan
pengembangan dan peneliti menggunakan metode kualitatif.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk membahas artikel ini
dengan tema “Upaya Guru dalam Penyesuaian Kepribadian Melalui
Pembelajaran Aqida Akhlaq di MI Darul Quran.
Kajian berikut berfokus pada bagaimana guru di MI berupaya menanamkan
karakter melalui pengajaran keyakinan moral.
Metodologi Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
Menggunakan metode deskriptif (Wina Sanjaya, 2013: 47).
Penelitian ini mendeskripsikan bagaimana guru mengajarkan Aqida Akhlaq
kepada MI DARUL QURAN untuk mengembangkan kepribadiannya.
Untuk lebih mengenal LOMBOK.
Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru, Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara tidak
terstruktur.
Metode observasi ini dilakukan dengan cara mengamati aktivitas guru guna
memahami kepribadian siswa dalam kegiatan belajar mengajar di dalam dan
di luar kelas.
Sedangkan metode dokumentasi dilakukan dengan mencari dan
mengumpulkan dokumen-dokumen terkait rencana belajar mengajar yang
dirancang khusus untuk memperoleh data tentang kebiasaan kepribadian.
Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang
dilakukan pada penelitian ini, upaya guru dalam mengenal kepribadian
anak adalah sebagai berikut:
1.Mencapai tujuan dalam proses kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara, para guru mencoba membiasakan
pendidikan karakter dengan berbagai cara.
Dengan kata lain, undang-undang tersebut menyatakan bahwa ``siswa
menjadi terbiasa dengan pendidikan karakter melalui perencanaan rencana
studi.
'' …”, yaitu mengorientasikan kurikulum dan rencana pembelajaran serta
memilih format pembelajaran yang disesuaikan.
Dengan menyesuaikan pembelajaran dengan kondisi, karakteristik, dan
kemampuan siswa, maka pembelajaran akan selaras dengan tujuan yang
diharapkan.
Selanjutnya, mempraktekkan secara langsung perilaku-perilaku yang sesuai
dengan karakter siswa dengan memerintahkan mereka berperilaku sesuai
dengan karakter Islaminya juga merupakan pilihan yang baik.
Latihan yang disengaja adalah suatu bentuk perilaku yang kita perlihatkan
di hadapan anak agar mereka dapat meniru perilaku kita yang benar.
Guru dapat melatih karakter sekaligus mendisiplinkan anak untuk tidak
berjalan atau harus duduk saat makan.
Praktik-praktik seperti ini akan menjadi landasan bagi anak dalam
mengembangkan karakternya.
” (SK, 2020) Dari wawancara tersebut, cara pembentukan karakter melalui
pembelajaran keyakinan moral adalah dengan membuat rencana belajar.
Rencana pembelajaran disesuaikan dengan kurikulum berdasarkan silabus
mata pelajaran dan RPP Moral Akida.

Tabel 1. Penanaman Karakter Melalui Pembelajaran


Aqidah Akhlak di MI DARUL
QURAN
No Variabel Aspek Deskripsi
Pengamatan
1 Pembelajaran Perencanaan  Perencanaan pembelajaran yang
Pembelajaran didasarkan pada kurikulum
Aqidah Akhlak yakni mengacu kepada silabus
dan RPP
 Seorang guru hendaknya
menggunakan media
pembelajaran dan strategi yang
menyenangkansa at kegiatan
pembelajaran sedang
berlangsung. Hal ini sudah
mencapai tujuan yang diinginkan
yaitu peserta didik sanggup
menguasai materi yang
disampaikan oleh guru dan bisa
menerapkannya dalam
kehidupan siswa sehari-hari
hingga terbentuknya jiwa-
jiwa ya
berkarakter baik.
2 Pembiasaan Aktivitas siswa  Saat kegiatan pembelajaran,
Karakter dalam kegiatan peserta didik mempraktekkan
pembelajaran secara otomatis dari pelajaran
Aqidah Akhlak yang sudah disampaikan oleh
guru.
 Siswa dapat menunjukkan
karakter sikap disiplin, sikap
ramah terhadap kawan dan guru
saat di sekolahan, sikap adab
saat makan dan minum, saling
mengasihi dan tolong menolong
antar sesama, serta memiliki
prilaku bertanggungjawab atas
dirinya sendiri.

Dalam rencana pembelajaran Aqidah Akhlak, mengenal karakter yang


diciptakan guru merupakan bagian penting dari rencana strategis guru
dengan menerapkan karakter tersebut kepada siswa dan menggunakan
alat pembelajaran dan pola pembelajaran berdasarkan tujuan yang
diantisipasi.
Tujuan pembelajaran tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan
siswa, tetapi juga untuk mengubah perilakunya dan menjadi manusia
yang lebih baik.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Kimble dan Garmezi mengenai
pentingnya belajar, bahwa belajar adalah suatu perubahan permanen
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari pengalaman.
Oleh karena itu, persiapan guru harus disesuaikan dengan situasi,
keadaan, sifat, dan kemampuan siswa itu sendiri.
Namun hal itu harus mengacu pada rencana studi yang berlaku, yaitu
berdasarkan RPP dan kurikulum.
Penerapan rencana ini akan memungkinkan kegiatan belajar mengajar
dapat mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga siswa memahami
isinya, menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi
manusia yang berakhlak mulia.
Perencanaan tidak lepas dari alat, prosedur, dan kondisi pedagogi yang
dilaksanakan pendidik dalam kegiatan belajar mengajar.
Tugas guru disini adalah memberikan motivasi dan dukungan kepada
siswanya, sehingga tugas guru disini mempunyai pengaruh yang besar
terhadap perkembangan kepribadian siswa.
Oleh karena itu, pendidik harus mampu membuat rencana pembelajaran
yang berkualitas dan menarik agar siswa semakin bersemangat dalam
meningkatkan pembelajarannya.
1.Menyampaikan pemahaman akan pentingnya karakter.
Aqidah Akhlak Amalan pembelajaran mengacu pada peraturan dan
ketentuan yang ditetapkan untuk setiap kegiatan pembelajaran di suatu
lembaga pendidikan.
Kegiatan pembelajaran setiap materi antara lain harus sesuai dengan
silabus dan silabus yang ditentukan pemerintah.
Oleh karena itu, yang perlu dilakukan sekolah hanyalah mengelola dan
menyusun silabus dan program studi Akida Akhlaq berdasarkan silabus
tersebut.
Begitu pula dengan proses penerapan Aqidah Akhlak yang
menitikberatkan pada pengembangan karakter peserta didik.
Di sini penting untuk menggali tidak hanya sisi intelektualnya saja,
namun juga karakter dan kepribadian siswa itu sendiri, sehingga dalam
melakukan hal tersebut hendaknya pendidik memanfaatkan berbagai
referensi pembelajaran dan link untuk membantu memandu proses
belajar mengajarnya.mengajar secara efektif dalam aktivitasnya.
Ini akan menjadi subjek penelitian. Pendidik menanamkan pemahaman
akan pentingnya karakter dengan memberikan konten pembelajaran.
2. Pembiasaan siswa terhadap praktik perilaku karakter
Secara umum guru Aqida Akhlaq MI Darul Quran memahami dan
menjelaskan bahwa beliau telah berupaya untuk mengembangkan dan
membiasakan karakter siswanya. Hal ini diambil dari pernyataan SK
yang menyatakan, “Di MI Darul Quran kita harus berusaha untuk
menanamkan kepada anak-anak kita pemahaman tentang amal baik dan
buruk. ” Hal tersebut merupakan cerminan baik dari watak dan watak
anak, dan anak juga perlu mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukannya. Kita perlu menanamkan perilaku baik pada anak-anak
kita, terutama melalui keteladanan kita sebagai guru.
Sebagai guru, kita perlu lebih banyak memberikan contoh kasih
sayang, kejujuran, berbagi, dan saling menghormati. Anak juga perlu
dibimbing oleh sikap dan perilaku dalam situasi sosial dan aktivitas
bermain, yang terkadang menyimpang dari nilai-nilai yang baik dan
benar. Ketika mereka bermain, memukul, menendang, atau bahkan
mengumpat, kita sebagai guru harus membimbing mereka dengan kasih
sayang dan kebaikan serta mengingatkan mereka bahwa mereka
mewakili apa yang baik dan benar.
Berdasarkan pernyataan tersebut, guru MI Darul Quran bertujuan
untuk mendidik karakter anak dan juga menjadi teladan yang baik bagi
anak agar dapat memanfaatkan pembelajaran yang diberikan.
Misalnya saja pembinaan karakter siswa antara lain membaca doa
sebelum belajar, berbagi dan membantu teman, serta selalu menjaga
kedisiplinan saat masuk kelas.
3. Proses pembelajaran bersifat interaktif.
Proses pembelajaran bersifat interaktif sehingga terjadi interaksi
antara guru dan anak. seusai pelajaran, guru memberikan kesempatan
kepada anak untuk bertanya dan mendiskusikan apa yang sedang
dibicarakan. Pendidik hendaknya memperhatikan aktivitas siswa ketika
kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini dikarenakan guru dapat
menggunakannya sebagai dasar penilaian besar kecilnya siswa yang
mampu menguasai pelajaran Aqidah Akhlak . Guru secara langsung
tidak hanya peduli pada pembahasan materi, tetapi juga pada perilaku
orang yang akan dipraktekkan. Misalnya saja ketika mengajarkan
keyakinan moral tentang menolong, anak diharapkan langsung
mempraktekkan apa yang telah dipelajarinya. Misalnya, jika seorang anak
sakit, mereka mengunjungi temannya untuk membantu.Oleh karena itu,
beberapa nilai yang termasuk dalam pendidikan karakter harus benar-
benar ditanamkan kepada seluruh siswa di sekolah.
Hal ini menunjukkan bahwa pengkondisian kepribadian melalui
pembelajaran Akida Akhlaq yang dilakukan oleh guru di lokasi penelitian
dapat membuahkan hasil.
Oleh karena itu, dengan mempelajari Aqidah Akhlak siswa dapat
mengenal karakter yang direncanakan secara efektif dan efisien.
Kesimpulan Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa upaya guru dalam menjadikan siswa memahami karakter melalui
proses pembelajaran aqidah moral di MI Darul Quran telah cukup
dilaksanakan dengan cara:
(1) bagaimana memberikan kesempatan yang baik untuk mencapai
tujuan dalam perjalanan pilihan pembelajaran, keputusan, dan kegiatan
pembelajaran pengembangan;
(2) memberikan pemahaman tentang pentingnya karakter; dan
(3) mendorong siswa untuk menerapkan pengaturan
karakter .menginformasikan,
(4) bersifat interaktif untuk memperlancar proses pembelajaran yang
berlangsung, dan
(5) menambahkan kegiatan yang secara langsung mempraktikkan ciri-ciri
perilaku tersebut.
Anak mampu menunjukkan kepribadian disiplin, perilaku
bersahabat dengan teman dan guru di sekolah, perilaku sopan dalam
makan dan minum, berbagi, membantu orang lain, serta taat pada
aturan dan perilaku dan bertanggung jawab atas diri Anda sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Kesuma, & Dharma, dkk. (2011). Pendidikan Karakter Kajian Teori dan
Praktek di Sekolah.
Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Marzuki. (2015). Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di
Sekolah. FIS Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta.
Muchlas Samani dan Hariyanto. (2013). Konsep dan Model Pendidikan
Karakter, cet. 3.
Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Muchlas Samani, & Hariyanto, M.S. (2011). Konsep Dan Model Pendidikan
Karakter.
Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Munandar, U. (2012). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Departemen
Pendidikan & Kebudayaan : Reneka Cipta.
Mutakin, T. Z. (2014). Penerapan teori pembiasaan dalam pembentukan
karakter religi siswa di tingkat sekolah dasar. Jurnal Edutech, 13(3), 361–
373.
Nurdyansyah, N. (2016). Developing ict-based learning model to improve
learning outcomes ipa of sd fish market in sidoarjo. Jurnal Tekpen, 1(2),
Article 2.
Pamuji, Z. (2017). Implementasi manajemen pembelajaran ramah anak dalam
menanamkan karakter disiplin (studi pada upaya guru kelas 1a di ma
muhammadiyah beji). Jurnal Studi Islam Gender Dan Anak, 12(2), 235–255.
Putra, P. (2018). Implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran
aqidah akhlak (studi multi kasus di min sekuduk dan min pemangkat
kabupaten sambas. Al-Bidayah: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 9(2), 147–
156.
Putra, P. (2018b). Implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran
aqidah akhlak (studi multi kasus di MIN Sekuduk dan MIN Pemangkat
Kabupaten Sambas). Al-Bidayah: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 9(2), 147–
156.
Subahri. (t.t.). Aktualisasi akhlak dalam pendidikan islamuna. Jurnal Studi
Islam. Vol. 2. No.
2. (5 Desember 2015).
Subahri, S. (2015). Aktualisasi akhlak dalam pendidikan. Islamuna: Jurnal
Studi Islam, 2(2), 167–182.
Wina Sanjaya. (2013). Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur.
Jakarta:Kencana. Zainal Aqib. (2012). Pendididkan Karakter di Sekolah
Membangun Karakter dan
Kepribadian Anak. Bandung:CV Yrama Media.

Anda mungkin juga menyukai