0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan11 halaman
Dokumen tersebut membahas upaya peningkatan karakter siswa melalui penanaman nilai-nilai Pancasila di sekolah dasar. Penanaman nilai-nilai seperti kejujuran, toleransi, dan tanggung jawab diharapkan dapat membentuk siswa menjadi generasi yang berjiwa Pancasila. Guru memiliki peran penting dalam proses pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai tersebut sejak usia dini.
Dokumen tersebut membahas upaya peningkatan karakter siswa melalui penanaman nilai-nilai Pancasila di sekolah dasar. Penanaman nilai-nilai seperti kejujuran, toleransi, dan tanggung jawab diharapkan dapat membentuk siswa menjadi generasi yang berjiwa Pancasila. Guru memiliki peran penting dalam proses pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai tersebut sejak usia dini.
Dokumen tersebut membahas upaya peningkatan karakter siswa melalui penanaman nilai-nilai Pancasila di sekolah dasar. Penanaman nilai-nilai seperti kejujuran, toleransi, dan tanggung jawab diharapkan dapat membentuk siswa menjadi generasi yang berjiwa Pancasila. Guru memiliki peran penting dalam proses pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai tersebut sejak usia dini.
DI SEKOLAH DASAR Oleh Rohmatika Dewi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha
Pendidikan menjadi perhatian serius masyarakat luas, ketika
moralitas dipinggirkan dalam sistem berperilaku dan bersikap di tengah masyarakat. Akibatnya, di satu sisi, pendidikan yang telah dijalankan menjadikan manusia kian terdidik intelektualitasnya, namun di sisi lain, pendidikan yang diusung semakin menjadikan manusia kehilangan kemanusiaannya. Saat ini Indonesia mengalami krisis multi dimensi, diantaranya permasalahan-permasalahan yang timbul di negara Indonesia ini adalah penyimpangan moral seperti: seks bebas, tawuran pelajar, kebut-kebutan dijalan para pelajar, pengguna narkoba, minuman keras, perjudian, kasus korupsi, perampokan, bom bunuh diri, teroris, dan baru- baru ini yang paling mencengangkan kasus video porno pelakunya adalah seorang artis idola (Afandi, 2011). Permasalahan-permasalahan tersebut akan sangat mempengaruhi kehidupan anak, karena pada kenyataannya anak adalah individu yang sangat rentan terpengaruh oleh tindakan negatif, terutama anak-anak yang merasa terabaikan baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitarnya. Kehidupan anak dapat dikatakan terabaikan karena pada umumnya anak hanya diasuh oleh nenek atau pembantu rumah tangga sehingga semakin menipis upaya pemben- tukan karakter bagi anak (Katuuk, 2014). Menurut (D. Pendidikan et al., 2013) berdasarkan kenyataan tersebut, perlu diterapkan pendidikan karakter dengan pembiasaan- pembiasaan secara intensif dan berkesinambungan. Menurut (Sahlan dan Prastyo, 2012:13) karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau keperibadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Penanaman nilai-nilai karakter pada peserta didik dinilai penting, agar peserta didik mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan, santun dan berinteraksi dengan masyarakat (Studi et al., 2016). Proses pembelajaran yang dilalui anak berperan besar dalam pembentukan karakter dalam diri anak tersebut, penanaman nilai tidak hanya dilakukan dalam lingkungan keluarga namun juga sangat penting dilakukan pada lingkungan lembaga pendidikan. Menurut (Lapono, dkk, 2009:3) istilah pembelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan kegiatan guru dan siswa. Proses pembelajaran yang baik diharapkan dapat lebih menekankan pada pendidikan karakter yang sesuai dengan nila-nilai Pancasila, agar dapat terciptanya generasi- generasi penurus bangsa yang berjiwa Pancasialis, hal tersebut dapat tercapai dengan berbagai cara, salah satunya adalah melalui pendidikan karakter. Menurut (Sp, 2003) pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kecerdasan atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dalam proses pembelajaran ini, yang memegang peranan dalam tercapainya suatu tujuan pembelajaran adalah seorang guru professional. Menurut (Kalepo, Gorontalo, Pendidikan, Pendidikan, & Sekolah, 2015) pengertian guru berdasarkan Asas Tut Wuri Handayani yaitu guru disebut pamong yang didefinisikan sebagai pemimpin yang berdiri dibelakang untuk tetap mempengaruhi dan memberi kesempatan kepada anak didik untuk berjalan sendiri, dan tidak terus menerus dicampur diperintah atau dipaksa. Karena pada hakikatnya, proses pembelajaran, sebagai proses implementasi kurikulum, menuntut peran guru untuk mengartikulasikan kurikulum/bahan pelajaran serta mengembangkan dan mengimplementasikan program-program pembelajaran dalam suatu tindakan yang akurat dan adekuat (Dantes, 2014:66). Karena, guru sebagai tenaga kependidikan yang profesional, menetapkan apa yang baik untuk siswa berdasarkan pertimbangan profesinya, tinggi rendahnya mutu pendidikan yang berlangsung di suatu sekolah tergantung dari derajat profesionalisme yang dimiliki oleh para guru (Fathurrohman dan Suryana, 2012:25). Suatu pengajaran adalam proses pembelajaran akan bisa disebut berjalan dan berhasil secara baik, manakala ia mampu mengubah peserta didik dalam arti yang luas serta mampu menumbuhkembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar (Rohani, 2004:4). Selain itu hal yang diharapkan adalah siswa mampu meningkatkan karakter pada dirinya sesuai dengan Pancasila. Menurut (Indonesia, 2014) Pancasila merupakan suatu nilai yang bersifat rohaniah, dan sebagai nilai merupakan prinsip yang sifatnya universal. Penghayatan nilai-nilai kehidupan menjadi dasar pembentukan karakter manusia. Implementasi pendidikan karakter yang akan disemaikan di sekolah akan lebih efektif apabila dikelola dengan baik (Sobri, Administrasi, Fakultas, & Pendidikan, n.d.). Menurut (S. Pendidikan & Di, 2014) Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik dan pendapat lain juga disampaikan. Menurut (Dianti, 2014) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam pendidikan guru harus lebih memperhatikan karakteristik yang dimiliki oleh siswa/individu. Karena setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan (Sunarto dan Hartono, 2008:4). Nilai-nilai pendidikan karakter yaitu yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional (Zulnuraini, 2012). Penanaman karakter itu juga tidak mudah karena harus melalui suatu pembiasaan dan dilakukan terus-menerus. Jadi bukan hanya sekedar kita ceramah mengenai karakter tetapi kita juga harus bisa mengajarkan dan memberi contoh yang baik bagi anak-anak (Minsih & Honest, 2015). Dalam melaksanakan dan mengawal pembentukan karakter bangsa diperlukan komitmen yang serius sehingga penanaman nilai-nilai kebaikan kepada warga sekolah dapat menjadikan peserta didik menjadi insan paripurna yang tentu saja melibatkan isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan warga sekolah, pengelolaan pembelajaran, pengelolaan berbagai kegiatan peserta didik, pemberdayaan sarana dan prasarana serta etos kerja seluruh warga sekolah yang berdasarkan kepada Pancasila, UUD 1945, NKRI dan rasa cinta dan bela terhadap negara dan tanah air (Pancasila, Uud, & Rachmah, 2013). Menurut (Wahyuni, 2015) Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) merupakan pendidikan yang sangat penting bagi peserta didik dalam hal pendidikan karakter. Usia anak SD (sekitar 6-12 tahun) merupakan tahap penting dalam pendidikan karakter karena pada usia tersebut anak sedang mengalami perkembangan fisik dan motorik tak terkecuali perkembangan kepribadian, watak emosional, intelektual, bahasa, budi pekerti, dan moralnya yang bertumbuh pesat. Melalui pendidikan karakter inilah, para peserta didik lebih berpeluang memiliki perilaku yang bertanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa (Sari, 2016). Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai yang terkandung di dalam Pancasila baik dalam kedudukan sebagai dasar dan ideologi negara maupun sebagai falsafah negara dalam arti pandangan hidup bangsa (Dini, n.d.). Nilai-nilai Pancasila tersebut meliputi: 1. Nilai dasar yang berupa nilai yang tetap dan tidak dapat berubah yang rumusannya terdapat dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 yang berupa nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan yang sekaligus merupakan hakikat Pancasila. 2. Nilai instrumental merupakan arah, kebijakan, strategi, sarana dan upaya yang dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta perkembangan jaman. 3. Nilai psikis adalah nilai yang dilaksanakan dan dipraktekkan dalam kehidupan konkrit. Menurut (Herniwati, 2011) Pendidikan Pancasila mengarahkan perhatian pada moral bangsa. (Surabaya, n.d.) Keberhasilan pembentukan karakter anak sangat ditentukan faktor kesesuaian antara apa yang ada dalam diri anak dengan stimulus luar atau lingkungan yang dikondisikan. Pada dasarnya anak didik adalah individu yang diciptakan dan dibekali kesucian, kebaikan, kemuliaan oleh Yang Mahasuci, Mahabaik, Mahamulia. (Fathurrohman, 2005). Nilai-nilai yang perlu ditanamkan dalam diri anak mencakup nilai-nilai yang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Misalnya adalah nilai-nilai kesopanan, toleransi, kehormatan, kejujuran, bertanggung jawab, bekerjasama, beribadah, dan lain sebagainya, yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus di sekolah dasar. Bagaimana sekolah itu mampu untuk menanamkan nilai-nilai tersebut. Pembudayaan nilai-nilai Pancasila di kalangan warga negara muda saat ini dapat dilakukan melalui proses pendidikan. Pendidikan yang tepat adalah pendidikan tentang Pancasila yang dapat dilakukan oleh Pendidikan Kewarganegaraan (Melalui, Kewarganegaraan, & Dahlan, 2011). Menurut (Fikriyah et al., n.d.) untuk menumbuhkan jiwa Pancasila kepada masyarakat Indonesia tentu bukanlah hal yang mudah, bahkan bisa dibilang sulit. Karenanya perlu untuk menanamkan rasa cinta kepada Pancasila sedini mungkin. Dalam kaitannya dengan upaya membina siswa menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab, para siswa harus mampu memecahkan masalah mereka sendiri dan masalah masyarakatnya, termasuk memecahkan masalah konflik antar pribadi dan antar kelompok, dalam cara-cara yang damai dan demokratis (Maftuh, 2008). Semboyan yang dimiliki oleh setiap daerah dapat menjadi dasar pendidikan karakter sehingga perlu terus dieksplorasi nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya selanjutnya pemerintah daerah, masyarakat, keluarga dan pihak sekolah dapat “bergandengan tangan” untuk secara bersama-sama mendukung, memperkuat keterlaksanaan pendidikan karakter yang berbasis pada nilai-nilai kultural yang telah hidup dalam masyarakat (Lonto, 2015). Menurut (Ainiah, 2013) istilah karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah etika, ahlak, dan atau nilai dan berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi “positif” bukan netral. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat (Pendidikan Karakter Melalui Peningkatan Kualitas, 2012). Anak akan diarahkan untuk mulai keluar dari kelompok keluarga menuju ke kelompok yang lebih luas, dengan harapan dapat mencapai perkembangan yang sesuai dengan kelompok usianya melalui peningkatan keterampilan, dasar pengetahuan serta perluasan lingkungan (Diyantini, Yanti, & Lismawati, 2015). Hal tersebut akan mendukung tercapainya suatu tujuan pendidikan, karena pendidikan akan menjadi sebuah proses sistemik yang masuk ke berbagai ruang dan masalah yang dihadapi umat manusia (Syafii, 2014). Dalam proses pendidikan karakter secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul dengan masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat (Sukitman, 2012). Untuk menciptakan manusia terdidik, membutuhkan guru, materi atau teori pendidikan, orang tua, lingkungan dan sarana prasana dan motivasi pribadi yang bersangkutan serta keterlibatan pemerintah dengan kebijakan pemerintah yang bertujuan menciptakan kecerdasan bangsa (Muryati, 2015). Menurut (Zainuddin, 2015) Pendidikan karakter semacam ini memerlukan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter yang meliputi komponen-komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai luhur baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Pendidikan karakter di sekolah perlu melibatkan semua komponen stakeholders, termasuk komponen pendidikan itu sendiri seperti kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan sekolah, serta etos kerja seluruh lingkungan sekolah. (Muslimatun, 2015) menyatakan bahwa sekolah pada hakekatnya mempunyai peranan yang cukup penting dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku moral anak yang menjunjung tinggi nilai-nilai universal dalam kehidupan. Sekolah juga mempunyai peranan yang cukup penting untuk memberikan pemahaman dan benteng pertahanan kepada anak agar terhindar dari jeratan negatif media informasi. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai yang dinyatakan dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional pada pasal 3, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Mansur, Widyaiswara, Provinsi, & Selatan, 2014). DAFTAR PUSTAKA
Afandi, R. (2011). Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS
di Sekolah Dasar. Jurnal Pedagogia, 1(1), 85–98. Retrieved from http://publikasi-fe.umsida.ac.id/files/RifkiV1.1.pdf Ainiah, N. (2013). Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam. Al-Ulum, 13(1), 25–38. Dantes, Nyoman. 2014. Landasan Pendidikan Tinjauan Dari Dimensi Makropedagogis. Singaraja: Graha Ilmu. Dianti, P. (2014). Integrasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Mengembangkan Karakter Siswa. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 23(1), 58–68. Dini, S. U. (n.d.). Menanamkan Nilai Pancasila pada Anak Sejak Usia Dini (Y. Ch. Nany S.) 107, 107–116. Diyantini, N. K., Yanti, N. L. P. E., & Lismawati, S. M. (2015). Hubungan Karakteristik dan Kepribadian Anak dengan Kejadian Bullying pada Siswa Kelas V Di SD “X” di Kabupaten Badung. COPING Ners Journal, 3(3), 93–99. Retrieved from http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/article/viewFile/13933/12680 Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Fathurrohman. (2005). Implementasi Pendidikan Nilai Dalam Proses Pembelajaran Di Sd Muhammadiyah 3 Wirobrajan Kota Yogyakarta, 14. Fathurrohman dan Aa Suryana. 2012. Guru Profesional. Bandung: PT Refika Aditama. Fikriyah, A., Safitri, R. I., Afriyanti, F., Widya, O., Murti, C., & Ekologi, F. (n.d.). KOMIK PANCASILA ( KOPALA ) : MEDIA PENDAMPINGAN PENANAMAN NILAI PANCASILA. Hayat, bahrul dan Suhendra Yusuf. 2011. Benchmark Internasional Mutu Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Herniwati. (2011). Menanamkan Nilai Nasionalisme Melalui Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 84–91. Indonesia, U. P. (2014). INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM UPAYA, 23(2), 44–54. Kalepo, Y. H., Gorontalo, U. N., Pendidikan, F. I., Pendidikan, J., & Sekolah, G. (2015). UPAYA GURU DALAM PENGEMBANGAN KARAKTER BERBASIS NILAI-NILAI MORAL DI KELAS IV SDN 4 KWANDANG KABUPATEN GORONTALO UTARA. Katuuk, D. A. (2014). Pengembangan Instrumen Pendidikan Karakter Pada Siswa Sd Di Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Pendidikan Karakter, (2), 11–22. Retrieved from http://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/view/2173 Lapono, Nabisi, dkk. 2009. Bahan Ajar Cetak Belajar Dan Pembelajaran 2 SKS. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 2009. Lonto, A. L. (2015). Pengembangan Model Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Sosio-Kultural pada Siswa SMA di Minahasa, 31(2), 319–327. Maftuh, B. (2008). Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Nasionalisme Melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Educationist, II(2), 134–143. Retrieved from http://103.23.244.11/Direktori/JURNAL/EDUCATIONIST/Vol._II_No._ 2-Juli_2008/7_Bunyamin_Maftuh_rev.pdf Mansur, O., Widyaiswara, H., Provinsi, L., & Selatan, S. (2014). Implementasi Pendidikan Karakter Di Satuan Pendidikan, 2355–3189. Retrieved from http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php? option=com_content&view=article&id=293:implementasikarakter&cati d=42:ebuletin&Itemid=215 Melalui, M., Kewarganegaraan, P., & Dahlan, U. A. (2011). PEMBUDAYAAN NILAI-NILAI PANCASILA PADA WARGA NEGARA MUDA MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN1 Dikdik Baehaqi Arif Universitas Ahmad Dahlan, 1–15. Minsih, M., & Honest, U. (2015). Implementation of Character Education Through the Values Exemplary Teachers, Students and Parents in Efforts To. JURNAL JPSD (Jurnal Pendidikan …. Retrieved from http://journal.uad.ac.id/index.php/JPSD/article/view/2519 Muryati, S. (2015). ASOSIASI PROFESI PENDIDIKAN PANCASILA DAN, 24–31. Muslimatun, I. (2015). Implemantasi pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah kelas xi iis di sma islam sudirman ambarawa tahun ajaran 2014/2015 skripsi. Pancasila, B., Uud, D. A. N., & Rachmah, H. (2013). Nilai-Nilai Dalam Pendidikan Karakter Bangsa Yang, 1. Pendidikan, D., Di, K., Bawu, M., Jawa, J., Skripsi, T., Kepada, D., … Juwaniah, H. (2013). Penerapan Nilai-Nilai Religius Pada Siswa Kelas Va. Pendidikan, S., & Di, K. (2014). KARAKTER BANGSA DALAM KURIKULUM TINGKAT Dhikrul Hakim Universitas Pesantren Tinggi Darul „ Ulum Jombang - Indonesia Pendahuluan Budaya dan karakter bangsa dewasa ini menjadi perhatian serius banyak kalangan . Dari presiden , pakar sampai masyarakat umum ., 5, 145–168. Pendidikan Karakter Melalui Peningkatan Kualitas, I. (2012). Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Peningkatan Kualitas Perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) Di Perguruan Tinggi. At-Tajdid : Jurnal Ilmu Tarbiyah, 1(2), 143–162. Retrieved from http://ejournal.stitmuh-pacitan.ac.id/index.php/attajdid/article/view/9 Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sahlan, Asmava dan Angga Teguh Prastyo. 2012. Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Sari, M. M. (2016). SKRIPSI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) PURWOKERTO. Sobri, A. Y., Administrasi, J., Fakultas, P., & Pendidikan, I. (n.d.). Menumbuhkan Nilai Karakter Siswa Di Sekolah, (2001), 1–10. Sp, J. I. (2003). PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER DI SEKOLAH DASAR, 284–292. Studi, P., Agama, P., Pendidikan, J., Islam, A., Ilmu, F., Dan, T., … Ibrahim, M. (2016). SKRIPSI Oleh : Wahyu Sri Wilujeng. Sukitman, T. (2012). Pendidikan karakter berwawasan sosiokultural. Jurnal Pelopor Pendidikan, 3(1), 11–20. Retrieved from http://www.stkippgrismp.ac.id/jurnal-pelopor-pendidikan-2/ Sunarto dan Agung Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Surabaya, U. (n.d.). PERAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA, 591–601. Syafii, I. (2014). PENDIDIKAN KARAKTER : Sebuah Pemikiran Syaikh Az- Zarnujy dalam Penerapan Kurikulum 2013. Jurnal Pelopor Pendidikan, 5(1), 9–16. Retrieved from http://www.stkippgrismp.ac.id/jurnal-pelopor-pendidikan-3/ Wahyuni, U. (2015). PERAN GURU DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI SDN JIGUDAN TRIHARJO PANDAK BANTUL TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015. Zainuddin, M. (2015). Implementasi kurikulum 2013 dalam membentuk karakter anak bangsa, 131–139. Zulnuraini. (2012). Pendidikan Karakter: Konsep, Implementasi dan Pengembangannya di Sekolah Dasar di Kota Palu. Jurnal DIKDAS, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, UNTAD, 1(1).