Anda di halaman 1dari 11

PENINGKATAN KARAKTER SISWA MELALUI PENANAMAN

NILAI-NILAI PANCASILA DALAM PEMBELAJARAN


DI SEKOLAH DASAR
Oleh
Rohmatika Dewi
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha

Pendidikan menjadi perhatian serius masyarakat luas, ketika


moralitas dipinggirkan dalam sistem berperilaku dan bersikap di tengah
masyarakat. Akibatnya, di satu sisi, pendidikan yang telah dijalankan
menjadikan manusia kian terdidik intelektualitasnya, namun di sisi lain,
pendidikan yang diusung semakin menjadikan manusia kehilangan
kemanusiaannya. Saat ini Indonesia mengalami krisis multi dimensi,
diantaranya permasalahan-permasalahan yang timbul di negara Indonesia
ini adalah penyimpangan moral seperti: seks bebas, tawuran pelajar,
kebut-kebutan dijalan para pelajar, pengguna narkoba, minuman keras,
perjudian, kasus korupsi, perampokan, bom bunuh diri, teroris, dan baru-
baru ini yang paling mencengangkan kasus video porno pelakunya adalah
seorang artis idola (Afandi, 2011). Permasalahan-permasalahan tersebut
akan sangat mempengaruhi kehidupan anak, karena pada kenyataannya
anak adalah individu yang sangat rentan terpengaruh oleh tindakan
negatif, terutama anak-anak yang merasa terabaikan baik dari lingkungan
keluarga maupun lingkungan sekitarnya. Kehidupan anak dapat dikatakan
terabaikan karena pada umumnya anak hanya diasuh oleh nenek atau
pembantu rumah tangga sehingga semakin menipis upaya pemben-
tukan karakter bagi anak (Katuuk, 2014).
Menurut (D. Pendidikan et al., 2013) berdasarkan kenyataan
tersebut, perlu diterapkan pendidikan karakter dengan pembiasaan-
pembiasaan secara intensif dan berkesinambungan. Menurut (Sahlan dan
Prastyo, 2012:13) karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau keperibadian
seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan
(virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara
pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Penanaman nilai-nilai karakter
pada peserta didik dinilai penting, agar peserta didik mampu bersaing,
beretika, bermoral, sopan, santun dan berinteraksi dengan masyarakat
(Studi et al., 2016).
Proses pembelajaran yang dilalui anak berperan besar dalam
pembentukan karakter dalam diri anak tersebut, penanaman nilai tidak
hanya dilakukan dalam lingkungan keluarga namun juga sangat penting
dilakukan pada lingkungan lembaga pendidikan. Menurut (Lapono, dkk,
2009:3) istilah pembelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk
menunjukkan kegiatan guru dan siswa. Proses pembelajaran yang baik
diharapkan dapat lebih menekankan pada pendidikan karakter yang
sesuai dengan nila-nilai Pancasila, agar dapat terciptanya generasi-
generasi penurus bangsa yang berjiwa Pancasialis, hal tersebut dapat
tercapai dengan berbagai cara, salah satunya adalah melalui pendidikan
karakter. Menurut (Sp, 2003) pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kecerdasan atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dalam proses pembelajaran ini, yang
memegang peranan dalam tercapainya suatu tujuan pembelajaran adalah
seorang guru professional. Menurut (Kalepo, Gorontalo, Pendidikan,
Pendidikan, & Sekolah, 2015) pengertian guru berdasarkan Asas Tut Wuri
Handayani yaitu guru disebut pamong yang didefinisikan sebagai
pemimpin yang berdiri dibelakang untuk tetap mempengaruhi dan
memberi kesempatan kepada anak didik untuk berjalan sendiri, dan tidak
terus menerus dicampur diperintah atau dipaksa. Karena pada hakikatnya,
proses pembelajaran, sebagai proses implementasi kurikulum, menuntut
peran guru untuk mengartikulasikan kurikulum/bahan pelajaran serta
mengembangkan dan mengimplementasikan program-program
pembelajaran dalam suatu tindakan yang akurat dan adekuat (Dantes,
2014:66). Karena, guru sebagai tenaga kependidikan yang profesional,
menetapkan apa yang baik untuk siswa berdasarkan pertimbangan
profesinya, tinggi rendahnya mutu pendidikan yang berlangsung di suatu
sekolah tergantung dari derajat profesionalisme yang dimiliki oleh para
guru (Fathurrohman dan Suryana, 2012:25).
Suatu pengajaran adalam proses pembelajaran akan bisa disebut
berjalan dan berhasil secara baik, manakala ia mampu mengubah peserta
didik dalam arti yang luas serta mampu menumbuhkembangkan
kesadaran peserta didik untuk belajar (Rohani, 2004:4). Selain itu hal
yang diharapkan adalah siswa mampu meningkatkan karakter pada
dirinya sesuai dengan Pancasila. Menurut (Indonesia, 2014) Pancasila
merupakan suatu nilai yang bersifat rohaniah, dan sebagai nilai
merupakan prinsip yang sifatnya universal. Penghayatan nilai-nilai
kehidupan menjadi dasar pembentukan karakter manusia. Implementasi
pendidikan karakter yang akan disemaikan di sekolah akan lebih efektif
apabila dikelola dengan baik (Sobri, Administrasi, Fakultas, & Pendidikan,
n.d.).
Menurut (S. Pendidikan & Di, 2014) Pendidikan adalah suatu usaha
yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik
dan pendapat lain juga disampaikan. Menurut (Dianti, 2014) Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam pendidikan guru harus lebih memperhatikan karakteristik
yang dimiliki oleh siswa/individu. Karena setiap individu memiliki ciri dan
sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh
dari pengaruh lingkungan (Sunarto dan Hartono, 2008:4). Nilai-nilai
pendidikan karakter yaitu yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya,
dan tujuan pendidikan nasional (Zulnuraini, 2012).
Penanaman karakter itu juga tidak mudah karena harus melalui
suatu pembiasaan dan dilakukan terus-menerus. Jadi bukan hanya
sekedar kita ceramah mengenai karakter tetapi kita juga harus bisa
mengajarkan dan memberi contoh yang baik bagi anak-anak (Minsih &
Honest, 2015). Dalam melaksanakan dan mengawal pembentukan
karakter bangsa diperlukan komitmen yang serius sehingga penanaman
nilai-nilai kebaikan kepada warga sekolah dapat menjadikan peserta didik
menjadi insan paripurna yang tentu saja melibatkan isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan warga sekolah,
pengelolaan pembelajaran, pengelolaan berbagai kegiatan peserta didik,
pemberdayaan sarana dan prasarana serta etos kerja seluruh warga
sekolah yang berdasarkan kepada Pancasila, UUD 1945, NKRI dan rasa
cinta dan bela terhadap negara dan tanah air (Pancasila, Uud, &
Rachmah, 2013).
Menurut (Wahyuni, 2015) Pendidikan di Sekolah Dasar (SD)
merupakan pendidikan yang sangat penting bagi peserta didik dalam hal
pendidikan karakter. Usia anak SD (sekitar 6-12 tahun) merupakan tahap
penting dalam pendidikan karakter karena pada usia tersebut anak
sedang mengalami perkembangan fisik dan motorik tak terkecuali
perkembangan kepribadian, watak emosional, intelektual, bahasa, budi
pekerti, dan moralnya yang bertumbuh pesat. Melalui pendidikan karakter
inilah, para peserta didik lebih berpeluang memiliki perilaku yang
bertanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa (Sari, 2016).
Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai yang terkandung di dalam
Pancasila baik dalam kedudukan sebagai dasar dan ideologi negara
maupun sebagai falsafah negara dalam arti pandangan hidup bangsa
(Dini, n.d.). Nilai-nilai Pancasila tersebut meliputi:
1. Nilai dasar yang berupa nilai yang tetap dan tidak dapat berubah yang
rumusannya terdapat dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 yang
berupa nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan
keadilan yang sekaligus merupakan hakikat Pancasila.
2. Nilai instrumental merupakan arah, kebijakan, strategi, sarana dan
upaya yang dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta
perkembangan jaman.
3. Nilai psikis adalah nilai yang dilaksanakan dan dipraktekkan dalam
kehidupan konkrit.
Menurut (Herniwati, 2011) Pendidikan Pancasila mengarahkan
perhatian pada moral bangsa. (Surabaya, n.d.) Keberhasilan
pembentukan karakter anak sangat ditentukan faktor kesesuaian antara
apa yang ada dalam diri anak dengan stimulus luar atau lingkungan yang
dikondisikan. Pada dasarnya anak didik adalah individu yang diciptakan
dan dibekali kesucian, kebaikan, kemuliaan oleh Yang Mahasuci,
Mahabaik, Mahamulia. (Fathurrohman, 2005). Nilai-nilai yang perlu
ditanamkan dalam diri anak mencakup nilai-nilai yang sesuai dengan
budaya bangsa Indonesia. Misalnya adalah nilai-nilai kesopanan,
toleransi, kehormatan, kejujuran, bertanggung jawab, bekerjasama,
beribadah, dan lain sebagainya, yang perlu mendapatkan perhatian
secara khusus di sekolah dasar. Bagaimana sekolah itu mampu untuk
menanamkan nilai-nilai tersebut. Pembudayaan nilai-nilai Pancasila di
kalangan warga negara muda saat ini dapat dilakukan melalui proses
pendidikan. Pendidikan yang tepat adalah pendidikan tentang Pancasila
yang dapat dilakukan oleh Pendidikan Kewarganegaraan (Melalui,
Kewarganegaraan, & Dahlan, 2011).
Menurut (Fikriyah et al., n.d.) untuk menumbuhkan jiwa Pancasila
kepada masyarakat Indonesia tentu bukanlah hal yang mudah, bahkan
bisa dibilang sulit. Karenanya perlu untuk menanamkan rasa cinta
kepada Pancasila sedini mungkin. Dalam kaitannya dengan upaya
membina siswa menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab,
para siswa harus mampu memecahkan masalah mereka sendiri dan
masalah masyarakatnya, termasuk memecahkan masalah konflik antar
pribadi dan antar kelompok, dalam cara-cara yang damai dan demokratis
(Maftuh, 2008). Semboyan yang dimiliki oleh setiap daerah dapat menjadi
dasar pendidikan karakter sehingga perlu terus dieksplorasi nilai-nilai
luhur yang terkandung di dalamnya selanjutnya pemerintah daerah,
masyarakat, keluarga dan pihak sekolah dapat “bergandengan tangan”
untuk secara bersama-sama mendukung, memperkuat keterlaksanaan
pendidikan karakter yang berbasis pada nilai-nilai kultural yang telah hidup
dalam masyarakat (Lonto, 2015).
Menurut (Ainiah, 2013) istilah karakter dihubungkan dan dipertukarkan
dengan istilah etika, ahlak, dan atau nilai dan berkaitan dengan kekuatan
moral, berkonotasi “positif” bukan netral. Karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat
(Pendidikan Karakter Melalui Peningkatan Kualitas, 2012). Anak akan
diarahkan untuk mulai keluar dari kelompok keluarga menuju ke kelompok
yang lebih luas, dengan harapan dapat mencapai perkembangan yang
sesuai dengan kelompok usianya melalui peningkatan keterampilan, dasar
pengetahuan serta perluasan lingkungan (Diyantini, Yanti, & Lismawati,
2015). Hal tersebut akan mendukung tercapainya suatu tujuan pendidikan,
karena pendidikan akan menjadi sebuah proses sistemik yang masuk ke
berbagai ruang dan masalah yang dihadapi umat manusia (Syafii, 2014).
Dalam proses pendidikan karakter secara aktif peserta didik
mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan
penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul dengan
masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih
sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat
(Sukitman, 2012). Untuk menciptakan manusia terdidik, membutuhkan
guru, materi atau teori pendidikan, orang tua, lingkungan dan sarana
prasana dan motivasi pribadi yang bersangkutan serta keterlibatan
pemerintah dengan kebijakan pemerintah yang bertujuan menciptakan
kecerdasan bangsa (Muryati, 2015). Menurut (Zainuddin, 2015)
Pendidikan karakter semacam ini memerlukan suatu sistem penanaman
nilai-nilai karakter yang meliputi komponen-komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
luhur baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Pendidikan karakter di
sekolah perlu melibatkan semua komponen stakeholders, termasuk
komponen pendidikan itu sendiri seperti kurikulum, proses pembelajaran
dan penilaian, penanganan atau pengelolaan sekolah, serta etos kerja
seluruh lingkungan sekolah. (Muslimatun, 2015) menyatakan bahwa
sekolah pada hakekatnya mempunyai peranan yang cukup penting dalam
membentuk kepribadian dan tingkah laku moral anak yang menjunjung
tinggi nilai-nilai universal dalam kehidupan. Sekolah juga mempunyai
peranan yang cukup penting untuk memberikan pemahaman dan benteng
pertahanan kepada anak agar terhindar dari jeratan negatif media
informasi. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan
memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai yang dinyatakan dalam
UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional pada pasal 3,
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (Mansur, Widyaiswara, Provinsi, &
Selatan, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, R. (2011). Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS


di Sekolah Dasar. Jurnal Pedagogia, 1(1), 85–98. Retrieved from
http://publikasi-fe.umsida.ac.id/files/RifkiV1.1.pdf
Ainiah, N. (2013). Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama
Islam. Al-Ulum, 13(1), 25–38.
Dantes, Nyoman. 2014. Landasan Pendidikan Tinjauan Dari Dimensi
Makropedagogis. Singaraja: Graha Ilmu.
Dianti, P. (2014). Integrasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Mengembangkan Karakter
Siswa. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 23(1), 58–68.
Dini, S. U. (n.d.). Menanamkan Nilai Pancasila pada Anak Sejak Usia Dini
(Y. Ch. Nany S.) 107, 107–116.
Diyantini, N. K., Yanti, N. L. P. E., & Lismawati, S. M. (2015). Hubungan
Karakteristik dan Kepribadian Anak dengan Kejadian Bullying pada
Siswa Kelas V Di SD “X” di Kabupaten Badung. COPING Ners
Journal, 3(3), 93–99. Retrieved from
http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/article/viewFile/13933/12680
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Fathurrohman. (2005). Implementasi Pendidikan Nilai Dalam Proses
Pembelajaran Di Sd Muhammadiyah 3 Wirobrajan Kota Yogyakarta,
14.
Fathurrohman dan Aa Suryana. 2012. Guru Profesional. Bandung: PT
Refika Aditama.
Fikriyah, A., Safitri, R. I., Afriyanti, F., Widya, O., Murti, C., & Ekologi, F.
(n.d.). KOMIK PANCASILA ( KOPALA ) : MEDIA PENDAMPINGAN
PENANAMAN NILAI PANCASILA.
Hayat, bahrul dan Suhendra Yusuf. 2011. Benchmark Internasional Mutu
Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Herniwati. (2011). Menanamkan Nilai Nasionalisme Melalui Pembelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 84–91.
Indonesia, U. P. (2014). INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA
DALAM UPAYA, 23(2), 44–54.
Kalepo, Y. H., Gorontalo, U. N., Pendidikan, F. I., Pendidikan, J., &
Sekolah, G. (2015). UPAYA GURU DALAM PENGEMBANGAN
KARAKTER BERBASIS NILAI-NILAI MORAL DI KELAS IV SDN 4
KWANDANG KABUPATEN GORONTALO UTARA.
Katuuk, D. A. (2014). Pengembangan Instrumen Pendidikan Karakter
Pada Siswa Sd Di Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Pendidikan
Karakter, (2), 11–22. Retrieved from
http://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/view/2173
Lapono, Nabisi, dkk. 2009. Bahan Ajar Cetak Belajar Dan Pembelajaran 2
SKS. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional 2009.
Lonto, A. L. (2015). Pengembangan Model Pendidikan Karakter Berbasis
Nilai Sosio-Kultural pada Siswa SMA di Minahasa, 31(2), 319–327.
Maftuh, B. (2008). Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Nasionalisme
Melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Educationist, II(2), 134–143.
Retrieved from
http://103.23.244.11/Direktori/JURNAL/EDUCATIONIST/Vol._II_No._
2-Juli_2008/7_Bunyamin_Maftuh_rev.pdf
Mansur, O., Widyaiswara, H., Provinsi, L., & Selatan, S. (2014).
Implementasi Pendidikan Karakter Di Satuan Pendidikan, 2355–3189.
Retrieved from http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?
option=com_content&view=article&id=293:implementasikarakter&cati
d=42:ebuletin&Itemid=215
Melalui, M., Kewarganegaraan, P., & Dahlan, U. A. (2011).
PEMBUDAYAAN NILAI-NILAI PANCASILA PADA WARGA NEGARA
MUDA MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN1 Dikdik
Baehaqi Arif Universitas Ahmad Dahlan, 1–15.
Minsih, M., & Honest, U. (2015). Implementation of Character Education
Through the Values Exemplary Teachers, Students and Parents in
Efforts To. JURNAL JPSD (Jurnal Pendidikan …. Retrieved from
http://journal.uad.ac.id/index.php/JPSD/article/view/2519
Muryati, S. (2015). ASOSIASI PROFESI PENDIDIKAN PANCASILA DAN,
24–31.
Muslimatun, I. (2015). Implemantasi pendidikan karakter dalam
pembelajaran sejarah kelas xi iis di sma islam sudirman ambarawa
tahun ajaran 2014/2015 skripsi.
Pancasila, B., Uud, D. A. N., & Rachmah, H. (2013). Nilai-Nilai Dalam
Pendidikan Karakter Bangsa Yang, 1.
Pendidikan, D., Di, K., Bawu, M., Jawa, J., Skripsi, T., Kepada, D., …
Juwaniah, H. (2013). Penerapan Nilai-Nilai Religius Pada Siswa
Kelas Va.
Pendidikan, S., & Di, K. (2014). KARAKTER BANGSA DALAM
KURIKULUM TINGKAT Dhikrul Hakim Universitas Pesantren Tinggi
Darul „ Ulum Jombang - Indonesia Pendahuluan Budaya dan karakter
bangsa dewasa ini menjadi perhatian serius banyak kalangan . Dari
presiden , pakar sampai masyarakat umum ., 5, 145–168.
Pendidikan Karakter Melalui Peningkatan Kualitas, I. (2012). Implementasi
Pendidikan Karakter Melalui Peningkatan Kualitas Perkuliahan
Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) Di Perguruan Tinggi. At-Tajdid :
Jurnal Ilmu Tarbiyah, 1(2), 143–162. Retrieved from
http://ejournal.stitmuh-pacitan.ac.id/index.php/attajdid/article/view/9
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Sahlan, Asmava dan Angga Teguh Prastyo. 2012. Desain Pembelajaran
Berbasis Pendidikan Karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Sari, M. M. (2016). SKRIPSI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU
KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
PURWOKERTO.
Sobri, A. Y., Administrasi, J., Fakultas, P., & Pendidikan, I. (n.d.).
Menumbuhkan Nilai Karakter Siswa Di Sekolah, (2001), 1–10.
Sp, J. I. (2003). PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER DI SEKOLAH
DASAR, 284–292.
Studi, P., Agama, P., Pendidikan, J., Islam, A., Ilmu, F., Dan, T., …
Ibrahim, M. (2016). SKRIPSI Oleh : Wahyu Sri Wilujeng.
Sukitman, T. (2012). Pendidikan karakter berwawasan sosiokultural.
Jurnal Pelopor Pendidikan, 3(1), 11–20. Retrieved from
http://www.stkippgrismp.ac.id/jurnal-pelopor-pendidikan-2/
Sunarto dan Agung Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Surabaya, U. (n.d.). PERAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER
PESERTA, 591–601.
Syafii, I. (2014). PENDIDIKAN KARAKTER : Sebuah Pemikiran Syaikh Az-
Zarnujy dalam Penerapan Kurikulum 2013. Jurnal Pelopor
Pendidikan, 5(1), 9–16. Retrieved from
http://www.stkippgrismp.ac.id/jurnal-pelopor-pendidikan-3/
Wahyuni, U. (2015). PERAN GURU DALAM MEMBENTUK KARAKTER
SISWA DI SDN JIGUDAN TRIHARJO PANDAK BANTUL TAHUN
PELAJARAN 2014 / 2015.
Zainuddin, M. (2015). Implementasi kurikulum 2013 dalam membentuk
karakter anak bangsa, 131–139.
Zulnuraini. (2012). Pendidikan Karakter: Konsep, Implementasi dan
Pengembangannya di Sekolah Dasar di Kota Palu. Jurnal DIKDAS,
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, UNTAD, 1(1).

Anda mungkin juga menyukai