BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedudukan hadis (al-Sunnah) sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah
al-Qur‟an sudah tidak diperselisihkan lagi oleh para ulama. Ber-hujjah dengan
hadis sahih tidak diperdebatkan lagi bahkan menjadi keharusan. Namun
bagaimana cara menentukan kesahihan suatu hadis merupakan kajian yang tidak
sederhana. Hal ini karena terdapat jarak waktu yang panjang antara munculnya
hadis (pada masa Rasulullah SAW) dengan masa penghimpunan (pembukuan)
hadis itu sendiri, (Abu Syahbah dalam Muhid, 2012).
Hadis sebagai dasar operasional ketentuan agama, dalam perkembangannya
dimanfaatkan kelompok tertentu untuk melegitimasi ajaran/ideologinya, guna
menarik dan menguatkan keyakinan pengikutnya. Hal ini sudah terjadi sejak masa
klasik, dan hal ini semakin marak seiring perkembangan kelompok-kelompok
keagamaan yang ada. Usaha memurnikan hadis juga sudah dilakukan sejak zaman
klasik, dimulai sejak zaman Nabi, dilanjutkan pada era sahabat, tabi’in dan tabi’
al-tabiin serta masa-masa sesudahnya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
pemurnian hadis dilakukan umat Islam sejak abad pertama hijriah hingga masa
kotemporer. Pada makalah ini akan dikerucutkan pembahasan Objek Kajian Ilmu
Hadis.
Namun bagaimanapun urgensi kedudukan hadis, pada kenyataannya tidak
semua hadis yang dissandarkan kepada Nabi SAW mencapai validitas kesahihan
sesuai dengan parameter yang ditetapkan oleh para pakar dalam bidang ilmu hadis
tentang ke-sahihan sebuah hadis baik dari sisi internal hadis (matn al-hadits)
maupun dari sisi eksternalnya (sanal al-hadits).
Persolana selanjutnnya, sekalipun terhadap hadis yang telah dinilai sahih
baik dari segi internal dan eksternal masih menimbulkan problem tersendiri dalam
hal pemahaman akan kandungan hadis, mengingat hadis yang merupakan upaya
faktualisasi ajaran Islam melalui ucapan, tindakan ataupun ketetapan (taqrir) Nabi
SAW tidaklah berangkat dari ruang hampa melainkan sangat erat kaitannya
dengan kearifan lokal (local winsdom) masyarakat Arab saat itu.
Seiring dengan perkembangan ulumul hadis, maka terdapat beberapa
kalangan yang serius sebagai pemerhati hadis. Hal ini tidak lain bertujuan untuk
mengklasifikasikan hadis dari aspek kualitas hadis baik ditinjau dari segi matan
hadis maupun sanad hadis. Sehingga dapat ditemukan hadis-hadis yang layak
sebagai hujjah dan hadis yang tidak layak sebagai hujjah. Hadis sebagai dasar
operasional ketentuan agama, dalam perkembangannya dimanfaatkan kelompok
tertentu untuk melegitimasi ajaran/ideologinya, guna menarik dan menguatkan
keyakinan pengikutnya. Hal ini sudah terjadi sejak masa klasik, dan hal ini
semakin marak seiring perkembangan kelompok-kelompok keagamaan yang ada.
Usaha memurnikan hadis juga sudah dilakukan sejak zaman klasik, dimulai sejak
zaman Nabi, dilanjutkan pada era sahabat, tabi‟in dan tabi‟ al-tabiin serta masa-
masa sesudahnya.
Di era sekarang ini, banyak hadis-hadis palsu yang tersebar keseluruh
penjuru negeri. untuk menentukan apakah itu hadis palsu atau bukan, dapat
dilakukan suatu penelitian atau kajian tentang hadis tersebut menggunakan karya
tulis sebagai alat untuk mendapatkan jawaban dari masalah tersebut.
Karya tulis adalah uraian atau laporan tentang kegiatan, temuan, atau
informasi yang dapat berasal dari data primer dan/atau data sekunder. Maksudnya
adalah untuk menyebarkan hasil tulisan atau laporan tersebut dengan tujuan
tertentu sehingga dapat dimanfaatkan oleh orang lain yang tidak terlibat kegiatan
penulisan tersebut. Secara umum, karya tulis terdiri atas karya tulis ilmiah dan
karya tulis nonilmiah.
Karya tulis ilmiah adalah suatu karya tulis yang disusun berdasarkan
pendekatan metode ilmiah (aplikasi dari metode ilmiah) yang ditujukan untuk
kelompok pembaca tertentu dan disajikan dengan menggunakan format tertentu
yang baku. Menyusun suatu karya tulis ilmiah bukanlah suatu pekerjaan yang
mudah dan sederhana. Di samping penulis harus menguasai keterampilan dan
pengetahuan bahasa yang baik dan benar, diperlukan pula pemahaman kaidah-
kaidah penulisan ilmiah dan persyaratannya serta penulis harus mampu pula
menyajikannya dengan menggunakan format tertentu yang sudah baku.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan karya tulis Ilmiah ?
2. Apa yang dimaksud dengan hadis dan objek kajian hadis ?
BAB II
PEMBAHASAN
isim mashdar dari kata kerja : حديثا, يحدث, حدثyang berarti “komunikasi, cerita,
percakapan, baik dalam konteks agama maupun duniawi, atau dalam konteks
sejarah atau peristiwa dan kejadian aktual”. Penggunaan dalam bentuk kata sifat
(adjective), mengandung arti : (1) berarti “ الجذيذal-Jadid” (sesuatu yang baru)
lawan kata dari ذيمXX" القal-Qadim" (sesuatu yang lama), (2) berart برXX" الخal-
Khabar” (berita), yaitu, sesuatu yang dipercakapkan atau dipindahkan dari
seseorang kepada orang lain, dan (3) berarti القريبal-Qarib" (sesuatu yang dekat).
ما اضيف الى النبى صل هللا عليه وسلم من قول او فعل اوتقرير او صفت
“Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi baik berupa perkataan atau perbuatan
atau persetujuan atau sifat”.
Ilmu ini sangat penting kedudukannya dalam lapangan ilmu hadis, karena
secara khusus ilmu tersebut mempelajari persoalan-persoalan di sekitar sanad.
Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib dalam Mukhtar (2011) membagi ‘ilmu rijal al-hadis
kepada dua ilmu yang benar, yakni;
7. Ilmu Mubhamat
Kata al-Mubhamat menurut bahasa, berasal dari kata al-ibham yang
menunjuk kepada makna tersembunyi ( ) ءافخالdan tertutup () قالغتسإلا. Misalnya
kalimat tariq mubham yaitu jalan tersembunyi dan tidak jelas. Kata al-Mubhamat
berasal juga dari kata abhama yang bermakna samar-samar. Artinya suatu lafaz
yang maknanya tidak jelas, sehingga untuk memahaminya diperlukan dalil lain.
Adapun menurut istilah memiliki makna yaitu semua lafaz yang termaktub dalam
Al-Qur’an tanpa menyebutkannya secara spesifik atau sesuatu yang tertentu yang
dikenal, baik dari manusia maupun selainnya. Ilmu tentang mubhamat merupakan
salah satu disiplin ilmu Al-Qur’an yang hanya bersumber pada penukilan
(periwayatan), tidak pada yang lain. (Usman al-Sabt dalam Hasan, 2020).
Al-Mubhamat adalah
السندXعلم يعرف به المبهر الذي وقع فى المتن اوفى
Artinya: “ilmu untuk mengetahui nama orang-orang yang tidak disebutkan dalam
matan atau dalam sanad”. (Agus, 2009)
Sesuai dengan tempatnya, mubham dapat dibagi menjadi dua: Mubham
(penyamaran nama) dalam sanad, dan Mubham (penyamaran nama) dalam matan.
Ibmu katsir berkata, “pembahasan yang peling penting adalah pembahasan
yang dapat mengungkap nama-nama yang mubham dalam sanad, seperti apabila
disebutkan dalam sebuah sanad: ‘an Fulan, bin Fulan, ‘an ‘ammihi, atau ‘an
ummihi, kemudian pada sanad lain disebutkan nama-nama yang samar itu. Maka
apabila ternyata orang yang bersangkutan itu tsiqot atau dhoif atau harus dikaji
lebih lanjut, maka penelitian yang seperti ini adalah yang paling bermanfaat dalam
bidangnya”.
Di antara faedah terungkapnya nama yang mubham dalam martan adalah
agar dapat diketahui dengan pasti siapa rawi yang menyandang sifat keutamaan
atau sebaliknya; atau mengetahui kemungkinan suatau hadis wurud lantaran
sebabnya, dan ada hadis lain yang menentang. Dengan demikian, bisa diketahui
sejarah hadis tersebut jika telah dikatahui dengan pasti, sehingga jelas waktu
masuk Islamnya, mana yang memansukh dan mana yang di-mansukh.
Berikut ini contoh dari mubhamat. Abu dawud meriwayatkan. Katanya:
menceritakan kepada kami musadad, katanya: menceritakan kepada kami Abu
‘Awanah dari manshur dari Rab’iy bin Hirasy dari imra’atihi (istrinya) dari ukhti
(saudara perempuan) Hudzaifah, bahwa Rasulullah Saw. Bersabda:
اماانه ليس منكم امرأةتحلي ذهبا. اماكن فى الفضة ماتحلين به,يا معشرالنسآء
تظهره االعذبت به.
A. Kesimpulan
Ach Baiquni. 2018. Kontribusi Ilmu Garīb Al-Ḥadīṡ Dalam Memahami Hadis. Al-
Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis. Vol. 1, No. 1
Agus, Solahudin. 2009. Agus Suyadi. Ulumul Hadis. Bandung: CV Pustaka Setia
Alfiah., dkk. 2016. Studi Ilmu Hadis. Pekanbaru: Kreasi Edukasi.
Alamsyah. 2015. Ilmu-Ilmu Hadis (Ulum al-Hadis). Lampung: Anugrah Utama
Raharja (AURA)
Faizin. 2016. Urgensi Asbâb Al-Wurûd Dalam Diskursus Ilmu Hadits. At-Turāṡ.
Vol. 3 N0. 2
Hasan, Salim. 2020. Mubhamat Al-Qur’an: Telaah Konsep Dan Kaidah Mubham
Dalam Al-Qur’an. Al-Tafaqquh: Journal Of Islamic Law. Volume 1
Nomor 1
Husein., T.R. 2017. Urgensi Ilmu ‘Ilal Al-Hadīth. UNIVEASUM. Vol. 11 No. 1
Imron, Ali. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Jarh Wa Ta’Dil. MUKADDIMAH: Jurnal Studi
Islam. Volume 2, No. 2,
Ismail Nurdien ZA. 2010. ”Hadis Mubham.
https://www.blogger.com/profile/12829719490844074291, diakses pada 2020-25-12.
Malik, R.A. 2016. Abrogasi dalam Alquran: Studi Nasikh dan Mansukh. Jurnal
Studi Al-Qur’an; Membangun Tradisi Berfikir Qur’ani. Vol. 12, No. 1
Muin, Munawir. 2013. Pemahaman Komprehensif Hadis Melalui Asbab Al-
Wurud. ADDIN. Vol. 7, No. 2
Mukhtar. Mukhlis. 2011. Penelitian Rijal Al-Hadis Sebagai Kegiatan Ijtihad.
Jurnal Hukum Diktum. Volume 9, Nomor 2,
Suhardjono. 2006. Pengembangan Profesi Guru dan Karya Tulis Ilmiah. Makalah
disajikan pada Temu Konsultasi dalam Rangka Koordinasi dan Pembinaan
Kepegawaian Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Departemen
Pendidikan Nasional, Biro Kepegawaian.