Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

TATA CARA PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH


YANG BENAR
Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu: Resti Yulastri, M.Pd

Disusun Oleh :

KELOMPOK 9

1. Nuruzzahratul Aulia (12170523674)


2. Rahmad Dwiyuanda (12170514171)
3. Tia Rahmadani (12170523860)

KELAS 3E

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan


bagi penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Bahasa Indonesia tentang Tata
Cara Penulisan Karya Tulis Ilmiah yang Benar, yang mana dengan tugas ini
penulis sebagai mahasiswa dapat mengetahui lebih jauh tentang materi yang
diberikan oleh dosen mata kuliah ini.

Dalam pembuatan makalah ini, masih banyak kekurangan-kekurangan,


baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
penulis miliki. Untuk itu, penulis memerlukan kritik dan saran dari semua
pihak untuk penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat diterima oleh semua pihak.
Terimakasih penulis ucapkan atas waktunya untuk membaca makalah ini.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pekanbaru, 17 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………...………………………………….……i

DAFTAR ISI ............. ……………………………………………………....ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………….….2

C. Tujuan……………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Karya Tulis Ilmiah…………….…………….…….…...….…3

B. Jenis-Jenis Karya Tulis Ilmiah………………………...…...…..…….…..4

C. Metode Penulisan Karya Tulis Ilmiah…………...……………………….6

D. Tata Cara Penulisan Karya Tulis Ilmiah…………………....……………8


BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………..………………….………………….…...32

B. Saran…………………………………..……….…………………….….32

DAFTAR PUSTAKA……………………….………………….………....33

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan menuangkan gagasan keilmuan dalam bahasa ilmiah sering


dilakukan dalam setiap ilmiah, dalam kegiatan diskusi, seminar, symposium,
loka karya, orasi dan sejenisnya. Sering tersaji komunikasi ilmiah baik dalam
bentuk tulisan maupun lisan. Pada kegiatan ilmiah tersebut penyaji dituntut
memiliki kemampuan untuk menyampaikan argumen secara lisan yang
dilengkapi pula dengan sajian argumen keilmuan secara tertulis dalam bentuk
karya tulis ilmiah. Selain itu, mahasiswa selalu dituntut menyampaikan
argumen dalam karya tulis ilmiah baik dalam berupa artikel, laporan kajian,
makalah, skripsi, tesis ataupun disertasi.

Untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada


para pembaca, karya ilmiah biasanya ditulis untuk mencari jawaban mengenai
sesuatu hal dan untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat
dalam objek tulisan. Maka sudah selayaknya, jika tulisan ilmiah sering
mengangkat tema seputar hal-hal yang baru (aktual) dan belum pernah ditulis
orang lain. Jikapun tulisan tersebut sudah pernah ditulis dengan tema yang
sama, tujuannya adalah sebagai upaya pengembangan dari tema terdahulu.
Hal tersebut disebut juga dengan penelitian lanjutan.

Tradisi keilmuan menuntut para calon ilmuan (mahasiswa) bukan


sekedar menjadi penerima ilmu. Akan tetapi sekaligus sebagai pemberi ilmu.
Dengan demikian, tugas kaum intelektual dan cendikiawan tidak hanya dapat
membaca, tetapi juga harus dapat menulis tentang tulisan-tulisan ilmiah.
Apalagi bagi seorang mahasiswa sebagai calon ilmuan wajib menguasai tata
cara menyusun karya ilmiah. Ini tidak terbatas pada teknik, tetapi juga praktik
penulisannya. Kaum intelektual jangan hanya pintar bicara saja, tetapi juga
harus gemar dan pintar menulis.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan karya tulis ilmiah?


2. Apa saja jenis-jenis karya tulis ilmiah?
3. Bagaimana metode penulisan karya tulis ilmiah?
4. Bagaimana tata cara penulisan karya tulis ilmiah yang benar?

C. Tujuan

1. Mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan karya tulis ilmiah.


2. Mengetahui tentang apa saja jenis-jenis karya tulis ilmiah.
3. Mengetahui tentang bagaimana metode penulisan karya tulis ilmiah.
4. Mengetahui tentang bagaimana tata cara penulisan karya tulis ilmiah yang
benar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Karya Tulis Ilmiah

Kata "ilmiah" dalam berbagai kesempatan seringkali dipandang sebagai


sesuatu yang rumit, terbatas, milik pihak tertentu dan tentu saja sulit
dilakukan. Misalnya, terbatas pada ahli-ahli dalam bidang tertentu. Karya
ilmiah juga sering dipahami sebagai karya yang dihasilkan oleh pihak-pihak
tertentu yang sudah memiliki kader keilmuan tertentu pula. Para penulis karya
ilmiah biasanya pakar atau ahli dalam suatu bidang tertentu. Karya tulis
merupakan salah satu bentuk komunikasi ilmiah, sebagai usaha untuk
menyampaikan gagasan, penemuan atau hasil kajian ilmiah dengan
menggunakan bahasa yang komunikatif kepada komunitas ilmiah. Karya
ilmiah sesuai dengan namanya, merupakan salah satu bentuk komunikasi
ilmiah dengan menggunakan bahasa yang logis.

Karya tulis ilmiah adalah sebuah karya tulis yang disajikan secara
ilmiah dalam sebuah forum atau media ilmiah. Karakteristik keilmiahan
sebuah karya terdapat pada isi, penyajian, dan bahasa yang digunakan. Isi
karya ilmiah tentu bersifat keilmuan, yakni rasional, objektif, tidak memihak,
dan berbicara apa adanya. Isi sebuah karya ilmiah harus fokus dan bersifat
spesifik pada sebuah bidang keilmuan secara mendalam. Kedalaman karya
tentu sangat disesuaikan dengan kemampuan sang ilmuwan. Bahasa yang
digunakan juga harus bersifat baku, disesuaikan dengan sistem ejaan yang
berlaku di Indonesia. Bahasa ilmiah tidak menggunakan bahasa pergaulan,
tetapi harus menggunakan bahasa ilmu pengetahuan, mengandung hal-hal
yang teknis sesuai dengan bidang keilmuannya.1

Kegiatan menulis pada dasarnya kegiatan menyampaikan atau


menyajikan gagasan atau pikiran, informasi, kehendak, kepentingan dan

1
Kuswara, Kursus Pamong Belajar Kompeten Melalui Modal Daring, Modul Seri ke-4
(Bandung: PP Paud dan Dikmas, 2017), h. 7.

3
berbagai pesan kepada pihak lain dalam bahasa tulis. Kegiatan menulis karya
ilmiah tentu dipahami sebagai kegiatan menyampaikan pengetahuan dan
temuan baru dalam suatu bidang ilmu dalam bahasa tulis. Karya ilmiah juga
biasanya menggunakan media ilmiah, seperti jurnal ilmiah atau forum ilmiah.

Sebuah karya tulis yang baik tentu yang komunikatif, maksudnya pesan
yang disampaikan dipahami pembaca sebagaimana maksud si penulis.
Tulisan yang komunikatif disampaikan melalui bahasa-bahasa yang tersusun
sistematis, mudah dicerna, tidak bertele-tele, dan tidak bermakna ganda
(ambigu). Menulis karya ilmiah, dengan bahasa lain, adalah menyusun
kalimat-kalimat bermakna dalam sebuah rangkaian informasi yang berguna
untuk pembaca. Karya tulis ilmiah tidak selamanya berawal dari hasil
penelitian. Karya tulis ilmiah juga dapat dihasilkan dari pemikiran-pemikiran
mendalam yang dilengkapi dengan kajian kepustakaan.2

B. Jenis-Jenis Karya Tulis Ilmiah

1. Laporan Penelitian

Laporan penelitian adalah laporan ilmiah lengkap dari suatu penelitian


setelah kegiatan penelitian berakhir, sebagai pertanggungjawaban ilmiah dan
sebagai dokumen tertulis lengkap dari kegiatan penelitian. Dalam laporan
penelitian, peneliti memaparkan berbagai langkah yang telah dilakukan
selama penelitian dan apa saja hasil yang telah ditemukan dari kegiatan
penelitiannya. Dengan demikian, laporan penelitian merupakan media bagi
peneliti mengkomunikasikan pelaksanaan penelitian serta hasil-hasilnya
kepada orang lain.

2. Makalah

Makalah adalah salah satu produk karya tulis ilmiah yang memuat
kajian tentang suatu masalah di lingkungan sekitar. Landasan pembahasanya
adalah keberadaan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Kajian

2
Kuswara, Kursus Pamong Belajar Kompeten Melalui Modal Daring, Modul Seri ke-4 (Jawa
Barat: PP Paud dan Dikmas, 2017), h. 8.

4
yang termuat dalam makalah menggunakan pola pikir yang deduktif dan
induktif. Pola pikir deduktif adalah cara berpikir yang ditangkap atau diambil
dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat
khusus. Sedangkan pola pikir induktif adalah cara mempelajari sesuatu yang
bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang
umum.

3. Artikel

Karya tulis yang disusun untuk mengungkapkan pendapat seorang


penulis atas suatu fakta, data dan pendapat orang lain berdasarkan rangkaian
logika tersendiri. Tulisan ini berisi opini seseorang yang mengupas tuntas
suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual dan atau kontroversial dengan
tujuan untuk memberitahu (informatif), memengaruhi dan meyakinkan
(persuasif argumentatif), atau menghibur khalayak pembaca (rekreatif).

4. Skripsi

Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk


mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil
penelitian sarjana S1 yang membahas suatu permasalahan atau fenomena
dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang
berlaku.

Skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu


karya ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya. Mahasiswa yang mampu
menulis skripsi dianggap mampu memadukan pengetahuan dan
keterampilannya dalam memahami, menganalisis, menggambarkan, dan
menjelaskan masalah yang berhubungan dengan bidang keilmuan yang
diambilnya.

5. Tesis

Tesis adalah pernyataan atau teori yang didukung oleh argumen yang
dikemukakan dalam karya tulis ilmiah untuk mendapatkan gelar kesarjanaan.
pada perguruan tinggi. Tesis juga dapat berarti sebuah karya tulis ilmiah resmi
akhir seorang mahasiswa. Tesis merupakan bukti kemampuan yang

5
bersangkutan dalam penelitian dan pengembangan ilmu pada salah satu
bidang keilmuan dalam ilmu pendidikan sesuai ilmu yang telah dipelajari.

6. Disertasi

Disertasi adalah karya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa


dalam menyelesaikan Program S3 ilmu pendidikan. Disertasi merupakan
bukti kemampuan yang bersangkutan dalam melakukan penelitian yang
berhubungan dengan penemuan baru dalam salah satu disiplin Ilmu
Pendidikan.3

C. Metode Penulisan Karya Ilmiah

Metode penulisan menulis karya ilmiah adalah suatu cara untuk


pelaksanaan secara sistematis dan objektif yang mengikuti langkah-langkah
menulis karya ilmiah sebagai berikut.

1. Melakukan observasi dan menetapkan masalah dan tujuan

Ini merupakan langkah menulis karya ilmiah yang pertama, yaitu


melakukan pengamatan atas objek yang diteliti, menetapkan masalah dan
tujuan yang akan diteliti dan selanjutnya dijadikan karya ilmiah. Langkah ini
merupakan titik acuan dalam proses penulisan atau penelitian

2. Menyusun hipotesis

Langkah yang kedua adalah menyusun dugaan-dugaan yang menjadi


penyebab dari objek penelitian. Hipotesis ini merupakan prediksi yang
ditetapkan ketika mengamati objek penelitian.

3. Menyusun rancangan penelitian

Selanjutnya menyusun rancangan penelitian sebagai langkah ketiga


dari langkah-langkah menulis karya ilmiah. Ini merupakan kerangka kerja
bagi penelitian yang dilakukan.

3
Tim Pengajar Bahasa Indonesia, Himpunan Materi Kuliah Bahasa Indonesia (Makassar:
Universitas Hasanuddin, 2014), h.11.

6
4. Melaksanakan percobaan berdasarkan metode yang direncanakan

Langkah yang keempat yaitu merupakan kegiatan nyata dari proses


penelitian dalam bentuk percobaan terkait penelitian yang dilakukan. Dapat
dilakukan percobaan yang signifikan dengan objek penelitian.

5. Melaksanakan pengamatan dan pengumpulan data

Setelah melakukan percobaan atas objek penelitian dengan metode


yang direncanakan, maka selanjutnya melakukan pengamatan terhadap objek
percobaan yang dilakukan apa yang terjadi pada objek penelitian.

6. Menganalsis dan menginterpretasikan data

Langkah yang keenam, yaitu menganalisa dan menginterpretasikan


hasil pengamatan yang sudah dilakukan dengan segala kondisi yang terjadi
pada saat pengamatan. Di langkah inilah, mencoba untuk meneliti dan
memperkirakan apa yang terjadi dari pengamatan dan pengumpulan data.

7. Merumuskan kesimpulan dan atau teori

Langkah ketujuh dari langkah-langkah menulis karya ilmiah adalah


merumuskan kesimpulan atau teori mengenai segala hal yang terjadi selama
percobaan, pengamatan, penganalisaan, dan penginterpretasian data.
Langkah ini mencoba untuk menarik kesimpulan dari semua yang didapatkan
dari proses percobaan, pengamatan, penganalisaan, dan penginterpretasian
terhadap objek penelitian.

8. Melaporkan hasil penelitian

Langkah terakhir adalah melaporkan hasil penelitian. Dan, langkah


inilah yang sesungguhnya merupakan proses penulisan karya ilmiah. Dengan
langkah ini, maka guru atau anak didik dapat menyusun sebuah tulisan atau
karya tulis ilmiah yang akan memberikan kontribusi pada peningkatan
kualitas personal.4

4
Sukamto, Metode Penulisan Karya Ilmiah, Cetakan ke-2 (Malang: Universitas Widyagama,
2016), h. 7-8.

7
D. Tata Cara Penulisan Karya Tulis Ilmiah yang Benar

1. Pemakaian dan Penulisan Huruf

a. Huruf Abjad
Huruf abjad yang dipakai dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26
huruf, yaitu a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, dan
z.

b. Huruf Vokal
Huruf yang merupakan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima
huruf, yaitu a, e, i, o, dan u.

c. Huruf Konsonan
Huruf yang merupakan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
21 huruf, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y dan z.

Huruf Contoh pemakaian dalam Kata


Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
L -l-ambat ma-l-am ambi-l
P -p-asung lu-pus gela-p
M -m-akan ka-m-u maca-m

d. Huruf Diftong
Gabungan bunyi dalam satu suku kata, yang digabung adalah huruf
vokal dengan u atau i.

Huruf Contoh pemakaian dalam Kata


Diftong Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
Ai -ai-r bal-ai-kota pant-ai
Au -au-tan t-au-pan lamp-au
Ei -ei-ger g-ei-ser surv-ei
Oi -oi-shi b-oi-kot tomb-oi

8
e. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan dari huruf konsonan yang menghasilkan satu bunyi
konsonan.
Huruf Contoh pemakaian dalam Kata
Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
Kh -kh-as a-kh-irat Tari-kh
Ng -ng-aben ba-ng-ku Mena-ng
Sy -syariat ma-sy-arakat ara-sy

f. Huruf Kapital

Kaidah penulisan huruf kapital meliputi:

1). Huruf kapital sebagai huruf petama awal kalimat. Misalnya:


- Saya sekarang menjadi mahasiswa
- Ayahnya masih sakit.

2). Huruf kapital sebagai huruf pertama unsur nama orang termasuk julukan.
Misalnya:
- Nuruzzahratul Aulia
- Yudi Yoga Pratama

3). Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”

4). Huruf kapital sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci,
dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan. Misalnya:
- Allah
- Tuhan
- Alkitab
- Al-Qur’an

5). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama
orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang. Misalnya:

9
- Haji Agus Salim
- Nabi Ibrahim
- Sultan Hassanudin

6). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan
kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan. Misalnya:
- Selamat datang, Yang Mulia.
- Selamat berbahagia, Sultan.

7). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya:
- Wakil Presiden Adam Malik
- Gubernur Papua Barat

8). Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa. Misalnya:
- bangsa Indonesia
- suku Batak
- bahasa Melayu

9). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan
hari besar atau hari raya. Misalnya:
- tahun Hijriah
- bulan September
- hari Senin

10). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa
sejarah. Misalnya:
- Konferensi Asia Afrika
- Perang Dunia II

11). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya:
- Jakarta
- Pulau Karimun

10
12). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan,
organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan,
yang, dan untuk. Misalnya:
- Republik Indonesia
- Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
- Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia

13). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur
kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan
makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti
di, ke, dari, dan, yang dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku dari Ave Maria yaitu Jalan Lain ke Roma.

14). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, atau sapaan. Misalnya:
- S.H : Sarjana Hukum
- S.Sos : Sarjana Sosial
- S.Pd : Sarjana Pendidikan

g. Huruf Miring

Huruf miring disebut juga dengan istilah huruf kursif. Tulisan ini
dibagian penerbitan atau percetakan. Untuk tulisan tangan atau ketikan, kata
yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya. Adapun pemakaian
huruf miring sebagai berikut.

1). Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Misalnya:
Majalah Bahasa dan Kesusastraan.

2). Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau


mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata. Misalnya:
- Buatlah kalimat dengan kata cinta bertepuk sebelah tangan.
- Huruf pertama kata ada ialah a.

11
3). Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau
ungkapan asing yang belum disesuaikan ejaannya. Misalnya:
Politik devide at impera sangat berbahaya bagi persatuan bangsa.

h. Huruf Tebal

Kaidah penulisan huruf tebal meliputi:

1). Huruf tebal digunakan untuk menerangkan bagian tulisan yang sudah
ditulis miring. Misalnya:
- Kata et dalam ungkapan devide et impera berarti “dan”.

- Huruf dh, seperti pada kata dhomir, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa
Indonesia.

2). Huruf tebal dapat dipakai untuk menerangkan bagian-bagian karangan,


seperti judul buku, bab atau subbab. Misalnya:

A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan munculnya
sikap yang beragam terhadap penggunaan bahasa yang ada di Indonesia,
yaitu sangat bangga terhadap bahasa asing, sangat bangga terhadap
bahasa daerah, dan sangat bangga terhadap bahasa Indonesia.

B. Masalah
Penelitian ini hanya membatasi masalah pada sikap bahasa
masyarakat Kalimantan terhadap bahasa yang ada di Indonesia. Sikap
masyarakat tersebut akan digunakan sebagai formulasi kebijakan
perencanaan bahasa yang diambil.
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap masyrakat
Indonesia khususnya Kalimantan terhadao bahasa yang ada di
Indonesia.5

5
Rijal Habibulloh, Pemakaian Huruf, Pemakaian Huruf Kapital dan Pemakaian Huruf Miring
pada Bahasa Tulis, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2011), h.8-12.

12
2. Penulisan Kata

a. Kata Dasar

Kata dasar merupakan kata yang menjadi dasar pembentukan kata yang
belum mengalami proses pembentukan. Kata dasar yang ditulis sebagai satu
kesatuan. Misalnya:
- Kalau dia sakit, bawa saja ke rumah sakit.
- Nenek yakin benar bahwa saya pasti lulus tahun ini.

b. Kata Berimbuhan

Kata berimbuhan merupakan sebutan untuk hasil dari proses


pengimbuhan kata. Imbuhan terdiri dari awalan, sisipan, akhiran, serta
gabungan awal dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya: berjalan, berkelanjutan, mempermudah, dan lukisan.

c. Bentuk Ulang

Umumnya, bentuk ulang dalam bahasa Indonesia berfungsi untuk


menyatakan keanekaragaman, keserupaan, dan menyatakan jamak. Penulisan
bentuk-bentuk ulang itu menggunakan tanda hubung, bukan dengan angka
dua. Misalnya: daun-daunan, bunga-bungaan, rumah-rumahan, anak-anak,
dan buku-buku.6

d. Gabungan Kata

Penulisan gabungan kata dapat dibedakan menjadi lima, yakni:

1). Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah atas
unsur- unsurnya. Misalnya: kambing hitam, meja hijau, papan tulis, dan orang
tua.

2). Gabungan kata yang dianggap sebagai satu kesatuan ditulis serangkai.
Misalnya: kacamata, saputangan, beasiswa, dukacita, sukacita, olahraga,
peribahasa, sukarela, dan sukaria.

6
Anak Agung Putu Putra, Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Tulis
Ilmiah, (Denpasar: Universitas Udayana, 2017), h.7.

13
3). Gabungan kata yang salah satu unsurnya dipakai dalam kombinasi ditulis
serangkai. Misalnya: multimedia, mahasiswa, mancanegara, praduga,
pascasarjana, antarkota, tunanetra, narasumber, dan ekstrakurikuler.

4). Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai. Misalnya: pemberitahuan, ketidaktahuan, menyebarluaskan,
ketidakadilan, dipertanggungjawabkan, dan kekurangcermatan.

5). Gabungan kata yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat


ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan unsur yang bersangkutan.
Misalnya: buku-sejarah baru berbeda dengan buku sejarah-baru, anak-istri
saya berbeda dengan anak istri-saya, ibu-bapak kami berbeda dengan ibu
bapak-kami.

e. Kata Depan

Penulisan kata depan di yang penulisannya harus dipisahkan dari kata


yang mengikutinya dan dibedakan dengan penulisan di- sebagai prefiks yang
penulisannya dirangkaikan dengan kata yang mengikutinya. Kata depan di
harus dipisahkan dari kata yang mengikutinya karena mempunyai kedudukan
sebagai kata. Pengenalannya dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
di mana? Jawabannya yang mengandung kata depan di harus dipisahkan
penulisannya, misalnya di samping, di sini, di pasar, di kantor, di pura.

Tidak jauh berbeda dengan kata depan di, kata depan ke juga ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya, misalnya: ke dalam, ke sana, ke rumah.
Untuk meyakinkan bahwa bentuk ke sebagai kata depan bentukan itu dapat
dipasangkan dengan kata depan di atau kata depan dari, misalnya:
ke dalam di dalam dari dalam
ke sana di sana dari sana
ke rumah di rumah dari rumah

f. Partikel

1). Partikel –lah, dan -kah, ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya:

14
- Bacalah buku itu baik-baik!
- Siapakah gerangan itu?

2). Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:
Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan
bijaksana.

3). Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya. Misalnya:
- Harga kain itu Rp. 50.000,00 per meter.
- Per 22 Oktober

g. Singkatan dan Akronim

Kaidah penulisan singkatan meliputi:

1). Singkatan nama orang, nama gelar, jabatan atau pangkat diikuti dengan
tanda titik. Misalnya: A. A. P. Putra, Moh. Yamin, Dr. A. A. Putu Putra,
M.Hum, Kol. Soeharto, Sdr. I Made Buda, Bpk. I Wayan Subawa.

2). Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan


atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya:
DPR, SMUN, PT, KTP.

3). Singkatan umum yang terdirI atas tiga huruf atau lebih diikuti oleh satu
titik, misalnya: dll., dst., hlm., sda.

Kaidah penulisan akronim meliputi:

1). Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata yang
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya: ABRI, IKIP, PASI.

2). Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya: Unud, Akabri, Bappenas, Kowani.

15
3). Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya dengan
huruf kecil. Misalnya: pemilu, tilang.

h. Angka dan Bilangan

Kaidah penulisan angka dan bilangan meliputi:

1). Penulisan angka yang digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, luas,
isi, satuan waktu, nilai uang, dan kuantitas. Misalnya: 1 cm, 5 kg, pukul 17.30,
2.000 rupiah, Rp 5.000,00, dan 25 orang.

2). Penulisan angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja
sebagian supaya lebih mudah dibaca. MIsalnya: 300 juta, 500 juta.

3). Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Misalnya:
Bab I, Bab kesatu, Bab ke-1, abad 21, Abad kedua puluh satu, Abad ke-21.

4). Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an. Misalnya: tahun
2000-an, uang 5000-an.

5). Penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa bilangan dipakai secara
berurutan. Misalnya:
- Mereka menonton drama itu sampai tiga kali
- Di antara 40 anggota yang hadir, 22 orang setuju, 10 tidak setuju, dan 8
orang tidak memberikan suara.

6). Penulisan bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat. Misalnya:
- Empat ratus orang diterima dalam seleksi penerimaan siswa baru tingkat
SMA.
- Bapak kepala sekolah mengundang 450 orang siswa untuk seleksi siswa
berprestasi.7

7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), h.10-12.

16
3. Penulisan Unsur Serapan

Berdasarkan taraf integrasinya unsur serapan dalam bahasa Indonesia


dapat dibedakan menjadi dua, yakni:
1). Unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia.
Misalnya: reshuffle, de facto dan shuttle cock.
2). Unsur serapan serapan yang pelafalan dan penulisannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan asingnya hanya
diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya. Misalnya:
unsur asing penyerapan yang benar
system sistem
hypotesis hipotesis
analysis analisis
method metode
teory teori
credit kredit8

4. Tanda Baca

a. Tanda Titik (.)

Kaidah penulisan tanda titik meliputi:

1). Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar. Misalnya:
2. Pokok-Pokok Ejaan Bahasa Indonesia;
2.1 Pemakaian Huruf;
2.2. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring;
2.3 Penulisan Kata;
2.4 Pemakaian Unsur Serapan;
2.5 Pemakaian Tanda Baca.

8
Badudu, J.S. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. (Jakarta: PT Gramedia, 2016), h. 87-88.

17
2). Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu. Misalnya: 1.30.10 (1 jam, 30 menit, 10
detik), 0.45.55 (45 menit, 55 detik), dan 0.0.30 (30 detik).

3). Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan, dan tempat terbit
dalam daftar pustaka. Misalnya:
Putra, Anak Agung Putu. 2007. “Segmentasi Dialektal Bahasa Sumba di
Pulau Sumba: Suatu Kajian Dialektologi”. Denpasar: Disertasi
Program Doktor Linguistik, Program Pascasarjana Universitas
Udayana.

4). Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya: Mahasiswa yang mendaftar SNMPTN berjumlah 5.300 orang.

b. Tanda Koma (,)

Kaidah penulisan tanda koma meliputi:

1). Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu rincian atau
pembilangan. Misalnya: Ibu membeli sayur, daging, dan tahu.

2). Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi, melainkan,
sedangkan. Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.

3). Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung


antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, termasuk di dalamnya:
oleh karena itu, jadi, dengan demikian, bahkan, akan tetapi. Misalnya:
Oleh karena itu, masyarakat harus menaati aturan yang ada.

4). Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidak membatasi. Misalnya: Dewa Made Beratha, Gubernur Bali
melakukan sidak ke beberapa daerah kabupaten.

c. Tanda Titik Koma (;)

Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian


kalimat sejenis dan setara dan dapat dipakai sebagai pengganti kata

18
penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat
majemuk. Misalnya:
- Bapak menyiram tanaman; ibu sibuk bekerja di dapur.
- Mukanya bersinar; hatinya berdebar-debar; dan dia yakin akan lulus.

d. Tanda Titik Dua (:)

Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian; dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian; dan dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata
yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya:
- Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi
Perusahaan.
- Ketua : Egi Ramadani
Sekretaris : Elva Rahma
- Ibu : (meletakkan beberapa piring) ”bawa piring ini, Ca”
Ica : ”Baik, Bu” (mengangkat piring dan masuk)

e. Tanda Hubung (-)

Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh


pergantian baris. Misalnya:
Air yang terkontami-
nasi harus disterilisasi.

f. Tanda Pisah (–)

Tanda pisah (panjangnya dua kali tanda hubung) membatasi penyisipan


kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat dan
menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu – saya yakin akan tercapai – diperjuangkan oleh
bangsa iu sendiri.

19
g. Tanda Elipsis (…)

Tanda elipsis (tiga tanda titik berturut-turut) menggambarkan kalimat


yang terputus. Misalnya:
- Kalau mau … ya, ambilah!
- “ Kalau saudara bekerja …, itu resiko Saudara,” katanya.

h. Tanda Tanya (?)

Tanda tanya di akhir kalimat tanya. Misalnya:


- Kapan kita berangkat?
- Sejak kapan kamu tinggal di sini?

i. Tanda Seru (!)

Untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan.


Misalnya: Semangat!

j. Tanda Kurung ( )

Tanda kurung dipakai untuk mengapit penjelasan. Misalnya: Aulia


akan membuat SIM (Surat Izin Mengemudi).

k. Tanda Kurung Siku [ ]

Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang


sudah bertanda kurung. Misalnya: (Perbedaan antara dua macam profesi ini
[lihat bab 1] tidak dibicarakan).

l. Tanda petik (“)

Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan


naskah, atau bahan tertulis lain. Misalnya: Ia mengatakan, “Saya harus pergi.”

m. Tanda Petik Tunggal (‘)

Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan


lain. Misalnya: Abdullah bertanya, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’tadi?”

20
n. Tanda Garis Miring (/)
Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat. Misalnya: No.
9/PK/2022.

o. Tanda Penyingkat (Apostrof)


Tanda apostrof menunjukkan penghilang bagian kata. Misalnya: Aulia
‘kan kusayangi. (‘kan = akan).9

5. Kutipan

Kutipan adalah upaya penulis untuk memperkuat gagasannya dengan


mengutip pendapat ahli di bidangnya atau upaya menyampaikan gagasannya
dengan menyampaikan gagasan para ahli. Oleh karena itu, kutipan
didefinisikan sebagai pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang
atau ucapan seorang pengarang yang terkenal baik dalam buku ataupun
majalah.

Pada umumnya, sumber-sumber kutipan diambil dari jurnal ilmiah,


buku, atau karya ilmiah lainnya. Selain itu, bisa juga diambil dari website di
internet, dengan catatan website tersebut menyajikan fakta yang bisa
divalidasi bukti kebenarannya.

Dasar-dasar penulisan kutipan, yaitu:

a. Menulis nama penulis dari sumber kutipan

Jika tidak bisa menemukan penulis asli dari sumber kutipan, dapat
menuliskan nama penerbit atau nama organisasi yang menulis sumber
kutipan. Misalnya: Gramedia (2021).

b. Tata cara penulisan sumber kutipan

Setidaknya terdapat 4 cara yang bisa terapkan dalam menulis sumber


kutipan. Penulisan kutipan ini bergantung apakah ingin mencantumkan

9
Elis Siti Mariam, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, Edisi Ke-4, (Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016),
h. 23-26.

21
halaman di mana kutipan tersebut diambil atau tidak. Berikut contoh dari 4
penulisan sumber kutipan:
- Djuraid (2007)
- Djuraid (2007:19)
- (Djuraid, 2007)
- (Djuraid, 2007:19)

c. Meletakan sumber di awal atau akhir kalimat

Cara penulisan tersebut merupakan cara yang umumnya digunakan


dalam menulis kutipan. Kita juga bisa menggabungkan sumber dengan
kalimat penulisan. Berikut contoh penulisannya:

“Media pembelajaran adalah segala bentuk alat fisik yang dapat


menyajikan pesan untuk belajar baik melalui buku, film, kaset, dan media
pendidikan lainnya” (Briggs, 1970), atau;

Briggs (1970), mengungkapkan pendapat yaitu “media pembelajaran


adalah segala bentuk alat fisik yang dapat menyajikan pesan untuk belajar
baik melalui buku, film, kaset, dan media pendidikan lainnya.”

d. Mengutip dua penulis sumber kutipan

Jika menemukan kasus tersebut, cukup menambahkan tanda “dan” atau


“&” di antara kedua penulis. Selebihnya, bisa mengikuti kaidah yang
sebelumnya sudah dijelaskan. Berikut contoh penulisannya:

Doug Newson & James A. Wollert (1985:11), mengatakan “berita


adalah apa saja yang ingin dan perlu diketahui orang atau lebih luas lagi oleh
masyarakat.”

e. Mengutip tulisan yang sudah dikutip sebelumnya

Terkadang, penulis mengutip tulisan dari penulis lain di dalam


tulisannya. Dalam situasi ini, kita bisa menyatakan bahwa kutipan ini telah
dikutip oleh penulis lain. Berikut cara penulisannya:

22
“Berita merupakan laporan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi
yang ingin diketahui oleh umum, dengan sifat aktual, terjadi di lingkungan
pembaca, mengenai tokoh terkemuka, akibat peristiwa tersebut berpengaruh
terhadap pembaca.” (Nasution, dikutip dalam Aliet, 2008).10

Kutipan digolongkan menjadi dua jenis, antara lain:

a. Kutipan langsung

Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil


secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sumber teks asli.
Secara mekanisme, kutipan langsung memiliki dua pola penulisan yang
masing-masing pola ditentukan oleh banyaknya teks yang dikutip.

1). Penulisan kutipan langsung pendek, yaitu kutipan yang tidak lebih dari
empat baris, maka dapat melakukan langkah-langkah berikut.

- Sumber kutipan disatukan atau berada sejajar dengan teks.


- Penulisan kutipan wajib menggunakan tanda petik.
- Penulisan sumber kutipan dapat diletakkan di awal maupun akhir tulisan.
Jika menulis sumber di awal kalimat, nama penulis diletakkan di luar tanda
kurung. Jika menulis sumber di akhir kalimat, nama penulis diletakkan di
dalam tanda kurung beserta tahun serta nomor halaman.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut.

Pembelajaran sebagai suatu yang bersifat sistematis tersebut,


dinyatakan pula oleh Dimyati dan Mudjono (1999:297) yang menyatakan
bahwa, “pembelajaran merupakan kegiatan guru secara terprogram dalam
desain intruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar.“

10
Nani Ade, Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa S1 & Pascasarjana, Guru, Dosen, Praktisi
dan Umum, (Jakarta: PT Grasindo, 2013).

23
2). Penulisan kutipan langsung panjang, yaitu kutipan yang lebih dari empat
baris, memiliki cara penulisan sebagai berikut.
- Spasi berbentuk spasi tunggal.
- Kutipan tidak disatukan ke dalam teks, melainkan ditulis secara terpisah.
- Penulisan kutipan tidak menggunakan tanda petik.
- Penulisan sumber kutipan hanya perlu menyebutkan nama pengarang, tahun
terbit, serta halaman jika diperlukan.
- Penulisan teks dibuat menjorok ke dalam.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut:

Informasi mengenai alam laut belum sebanyak informasi yang


didapatkan di alam daratan, karena betapa luasnya permukaan laut. Hal ini
sesuai dengan pernyataan sejumlah ahli (Austin, 1988; Prager dan Earle,
2000). Mereka mengatakan:

Lautan merupakan habitat terbesar dunia yang di dalamnya masih


tersimpan banyak rahasia yang belum terungkap. Laut menutupi lebih dari
dua per tiga atau tujuh puluh persen permukaan bumi. Luas keseluruhan
wilayah laut yang menutupi bumi adalah 3,61 x 108 km2, dengan kedalaman
rata-rata 3.800 m dan menyediakan sekitar 97 persen dari keseluruhan ruang
kehidupan di bumi.

b. Kutipan tidak langsung

Kutipan tidak langsung adalah pinjaman pendapat yang mengambil


inti sarinya saja. Penulis mengambil ide orang lain, kemudian merangkainya
dengan kalimat sendiri. Hal ini berarti penulis tidak menulis sama persis
dengan kalimat asli yang dikutip. Penulis merangkai dan merangkum kalimat
berdasarkan artikel atau sumber lain. Karakteristik kutipan tak langsung
berbeda dengan kutipan langsung. Hal ini bisa dilihat dari teknis penulisannya
berikut.
1). Terintegarasi dengan teks utama;
2) . Tidak diapit oleh tanda petik;

24
3). Teks kutipan sesuai dengan teks utama. Jika 1 spasi, maka 1 spasi,
begitupun jika 1,5 atau 2 spasi;
4). Mencantumkan sumber kutipan.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut.

Teks asli:

“Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh


mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas
pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal
ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.” (Shannon & Weaver, 1949)

Teks setelah dirangkum:

Shannon & Weaver (1949), berpendapat bahwa komunikasi adalah


interaksi manusia untuk mempengaruhi satu sama lain, menggunakan
berbagai medium dalam prosesnya. 11

6. Catatan Tubuh (Bodynote)

Bodynote atau catatan tubuh merupakan catatan khusus yang terletak


pada akhir atau awal sebuah kutipan. Sesuai dengan namanya, catatan ini
diselipkan di antara bacaan yang berisi suatu ulasan. Bodynote hanya
mencantumkan nama akhir penulis (tanpa gelar), tahun terbit, dan nomor
halaman yang dikutip. Catatan ini ditandai dengan tanda kurung.

Berikut adalah dua jenis cara untuk menuliskan catatan tubuh di dalam
karya tulis:

a. Semua unsur diletakan dalam tanda kurung. Contohnya:

1). Menyusun perencanaan menjadi hal penting dalam melaksanakan


kegiatan apapun. (Reni, 1993: 14).

11
Sally Azaria, Penulisan Sumber Kutipan dan Daftar Pustaka, (Surabaya: Universitas Kristen
Petra, 2008), h.1-2.

25
2). Resensi adalah pertimbangan buku, pembicaraan buku, atau ulasan buku
dengan bahasa yang agak mentereng, berarti membedah, menganalisa, dan
mencari roh atau inti dari buku. (Keraf, 2001:247).

b. Unsur selain nama diapit tanda kurung. Contohnya:

1). Sebagaimana yang disampaikan oleh Reni (1993:14), Menyusun


perencanaan menjadi hal penting dalam melaksanakan kegiatan apapun.

2). Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Keraf (2001:247) yang
menjelaskan bahwa Resensi adalah pertimbangan buku, pembicaraan buku,
atau ulasan buku dengan bahasa yang agak mentereng, berarti membedah,
menganalisa, dan mencari roh atau inti dari buku. 12

7. Catatan Kaki (Footnote)

Footnote atau catatan kaki merupakan catatan berisi sumber kutipan


yang terletak pada bagian bawah halaman teks. Berbeda dari bodynote,
footnote memiliki unsur lebih lengkap dan mencantumkan nomor indeks.
Footnote memiliki urutan unsur yaitu nama pengarang, judul buku, kota
terbit, penerbit, tahun terbit, dan nomor halaman. Besar font catatan kaki lebih
kecil dari font pada teks utama yaitu 10.

Ada tiga singkatan yang selalu berkaitan dengan pembuatan catatan


kaki, yaituIbid., Op.Cit., dan Loc.Cit. Namun di dalam Skripsi S1, hanya
digunakan Ibid dan Op.Cit.

a. Ibid
Bahasa latin Ibid -ibidem yang berarti “pada tempat yang sama.” Ibid
digunakan apabila referensi dalam catatan kaki nomor tersebut sama dengan
referensi pada nomor sebelumnya (tanpa diselingi catatan kaki lain). Apabila
halamannya sama, cukup ditulis Ibid., bila halamannya berbeda, setelah Ibid.
dituliskan nomor halamannya. Apabila lima halaman tidak ada kutipan

12
Kementerian Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang, Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah, Edisi Ke-5, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2010)

26
sebaiknya ditulis lengkap informasi sumber rujukan. Hal ini untuk
memudahkan pembaca menemukan sumber rujukan.

Cara pernulisannya, yaitu:

1). kata Ibid tidak ditebalkan (bold) dan tidak digaris bawahi.
2). Tidak ada spasi antara nomor catatan kaki dengan kata Ibid.
3). Huruf “I” awal ditulis huruf besar dan selanjutnya huruf kecil.
4). Setelah kata Ibid diikuti tanda titik dan kemudian tulis tanda koma.
5). Lalu spasi satu ketukan kemudian baru tulis “hal” atau “p” yang diikuti
tanda titik masing- masing.

Contohnya, yaitu:
1
Sugiono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 163.
2
Ibid., hal. 164.

b. Op. Cit
Berasal dari bahasa latinopere citato yang berarti pada karya yang telah
dikutip. Op. Cit ini digunakan apabila referensi dalam catatan kaki pada
nomor tersebut sama dengan referensi yang telah dikutip sebelumnya, namun
telah diselingi catatan kaki lain.Op. Cit khusus digunakan bagi referensi yang
berupa buku.

Cara penulisannya, yaitu:


1). Sebelum kata Op. Cit ditulis nama pengarang buku yang dikutip.
2). Cukup menulis nama pengarang pertama saja.
3). Jika ada nama pengarang pertama yang sama dengan referensi yang sudah
dikutip sebelumnya, maka tulis tahun penerbitan buku setelah nama
pengarang.
4). Setelah nama pengarang diikuti tanda koma.
5). Spasi satu ketukan dan tulis kata Op. Cit.
6). Kata Op.Cit tidak ditebalkan (bold) dan tidak digaris bawahi.
7). Tidak ada spasi antara nomor catatan kaki dengan kata Op. Cit.
8). Tulis “hal.” atau “p.” sesuai dengan bahasa tulisan kemudian tulis titik dan
spasi lalu tulis nomor halaman.

27
Contohnya, yaitu:
3
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi,
Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Edisi Ke-2,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 86.

4
Elis Siti Mariam, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, Edisi Ke-4,
(Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), hal. 23-26.
5
M. Burhan Bungin, Op. Cit., hal. 197.

Cara menulis catatan kaki atau footnote dibedakan menjadi 4, yaitu:

a. Menulis catatan kaki dari jurnal

Catatan kaki yang berasal dari jurnal ditulis diawali dengan nomor
kutipan, nama penulis, judul artikel (menggunakan huruf miring), nama
jurnal, volume, (kota terbit: nama penerbit, tahun terbit), nomor halaman.
Contohnya, yaitu:

6
Adnan Buyung Nasution, Beberapa Aspek Hukum dalam Masalah
Pertahanan dan Pemukiman di Kota Besar, dalam “Eko Budiharjo, Sejumlah
Masalah Pemukiman Kota,” Vol. 4, No.3 (Bandung: Alumni, 1992), hal. 32.

b. Menulis catatan kaki dari buku

Cara menulis footnote dari buku dimulai dari nomor kutipan, nama
depan penulis nama belakang, judul buku (menggunakan huruf miring), edisi
buku, (kota terbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman yang dikutip.
Contohnya, yaitu:

7
Elis Siti Mariam, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, Edisi Ke-4,
(Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), hal. 23-26.

28
c. Menulis catatan kaki dari internet

Cara menulis footnote dari internet ini dimulai dari nomor kutipan,
nama penulis, judul karya yang dikutip (menggunakan huruf miring), url,
tanggal dan tahun akses. Contohnya, yaitu:

8
UNESCO, Indonesia Batik, http://www.unesco.org/culture/ich/en.RL/0010/
diakses pada tanggal 27 Januari 2021.

d. Menulis catatan kaki dari skripsi

Catatan kaki yang berasal dari skripsi diawali dengan nomor kutipan,
nama penulis, judul karya skripsi (menggunakan huruf miring), (kota terbit:
nama penerbit, tahun Terbit), halaman yang dikutip.13

9
Muryid Rahman, Skripsi: Perkembangan Struktur Ekonomi Menengah
Kebawah Setelah Mempelajari Kecakapan Teknologi
Informasi, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2005), Hal. 85.

8. Daftar Pustaka

Daftar pustaka adalah suatu susunan tulisan di akhir sebuah karya


ilmiah yang isinya berupa nama penulis, judul tulisan, penerbit, identitas
penerbit, dan tahun terbit. Daftar pustaka ini digunakan sebagai sumber atau
rujukan seorang penulis dalam berkarya.

a. Cara menulis daftar pustaka dari buku

Format penulisan daftar pustaka dari buku, yaitu:

Nama Belakang, Nama Depan. (Tahun terbit). Judul Buku (menggunakan


huruf miring). Kota penerbit: Penerbit Buku.

Contohnya, yaitu:

13
Khatib A. Latief, Pedoman Umum Teknik Penulisan Skripsi, (Aceh: IAIN Ar-Raniry,
2014), h.8-10.

29
Hirata, Andrea. (2006). Sang Pemimpi. Yogyakarta: Bentang.

b. Cara menulis daftar pustaka dari jurnal

Format penulisan daftar pustaka dari jurnal, yaitu:

Nama belakang penulis dan inisial, baik satu atau lebih dari satu penulis.
(Tahun terbit). Judul artikel jurnal (menggunakan tanda petik). Nama Jurnal
(menggunakan huruf miring) volume jurnal (menggunakan huruf miring),
(Halaman). Kota Penerbit: Penerbit Jurnal.

Contohnya, yaitu:

Solikhan, U. (2013). “Bahasa Indonesia dalam Informasi dan Iklan di Ruang


Publik Kota Pangkalpinang” dalam Sirok Bastra: Jurnal Kebahasaan dan
Kesastraan Volume 1, (hal. 123-129). Pangkalpinang: Kantor Bahasa
Provinsi Bangka Belitung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

c. Cara menulis daftar pustaka dari dari makalah, skripsi, disertasi, tesis atau
karya ilmiah lain

Format penulisan daftar pustakanya, yaitu:

Nama belakang penulis, nama depan penulis. (Tahun terbit). Judul pustaka
(menggunakan tanda petik). Jenis pustaka. Kota penerbit: Nama perguruan
tinggi.

Contohnya, yaitu:

Nanda, Galang Kris. (2018). “Strategi Pemenangan Sigit Pujiono dalam


Pemilihan Kepala Desa Bulakan”. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.

d. Cara menulis daftar pustaka dari sumber internet

Format penulisan daftar pustaka dari sumber internet, yaitu:

Nama belakang penulis, nama depan penulis. Judul artikel (menggunakan


tanda petik) . Website artikel. Tanggal diakses. Link URL website.

30
Contohnya, yaitu:

Reza, Jeko Iqbal. (2015). “Inikah Dampak Mematikan Pemanasan Global”


www.liputan6.com. Diakses pada 10 Februari 2016 pukul 10.27.
http://tekno.liputan6.com/read/2304179/inikah-dampak-mematikan
pemanasan-global. 14

14
Eti Indriati, Menulis Karya Ilmiah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), h.14-16.

31
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Karya ilmiah merupakan hasil tulisan yang menuruti suatu aturan


tertentu. Aturan tersebut biasanya merupakan suatu persyaratan tata tulis yang
telah dibakukan oleh masyarakat. Sebagai hasil penelitian atau kegiatan
ilmiah setiap karangan ilmiah mengandung komponen adanya masalah yang
menjadi topik karangan ilmiah itu. Adanya tujuan penelitian, metode
penelitian, teori yang dianut, objek penelitian, instrumen yang digunakan, dan
adanya hasil penelitian yang diperoleh. Setelah kaidah ditemukan dan
dirumuskan, kegiatan penelitian harus diwujudkan dalam bentuk laporan. Hal
ini dimaksudkan karena sasaran akhir penelitian adalah mengkomunikasikan
hasil penelitian pada khalayak terkait.

Jadi, dapat disimpulkan belajar menulis karya ilmiah itu sangat


penting, supaya di setiap proses dan tahapannya sesuai dengan aturan yang
berlaku. Selain itu, pentingnya belajar menulis karya ilmiah juga dapat
memperjelas sasaran atau tujuan dilaksanakannya penelitian sehingga dalam
pembahasannya dapat disampaikan secara tepat dan mudah dipahami oleh
pembaca sehingga kami membuat makalah penulisan karya ilmiah ini sebagai
bahan pembelajaran.

B. Saran

Sebagai pembaca makalah ini, hendaknya kita dapat mempelajari


tentang tata cara penulisan karya tulis ilmiah yang benar sesuai dengan objek
kajiannya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu dengan penulisan makalah ini, penulis
berharap pembaca dapat memahami dan mengetahui mengenai tata cara
penulisan karya tulis ilmiah yang benar.

32
DAFTAR PUSTAKA

Ade, Nani. (2013). Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa S1 dan Pascasarjana,


Guru, Dosen, Praktisi dan Umum. Jakarta: PT Grasindo.

Azaria, Sally. (2008). Penulisan Sumber Kutipan dan Daftar Pustaka.


Surabaya: Universitas Kristen Petra.

Badudu, J. S. (2016). Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT


Gramedia.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Pedoman Umum Ejaan


Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Habibulloh, Rijal. (2011). Pemakaian Huruf Kapital dan Pemakaian Huruf


Miring pada Bahasa Tulis. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.

Indriati, Eti. (2006). Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Kementerian Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang. (2010).


Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Edisi Ke-5. Malang: Universitas
Negeri Malang.

Kuswara. (2017). Kursus Pamong Belajar Kompoten Melalui Modal Daring.


Modul Seri Ke-4. Bandung: PP Paud dan Dikmas.

Latief, A. Khatib. (2014). Pedoman Umum Teknik Penulisan Skripsi. Aceh:


IAIN Ar-Raniry.

Mariam, Elis Siti. (2016). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Edisi
Ke-4. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Putra, Anak Agung Putu. (2017). Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia dalam
Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Denpasar: Universitas Udayana.

33
Sukamto. (2016). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas
Widyagama.

Tim Pengajar Bahasa Indonesia. (2014). Himpunan Materi Kuliah Bahasa


Indonesia. Makassar: Universitas Hasanuddin.

34

Anda mungkin juga menyukai