Disusun Oleh :
KELOMPOK 9
KELAS 3E
2022
KATA PENGANTAR
Penulis berharap semoga makalah ini dapat diterima oleh semua pihak.
Terimakasih penulis ucapkan atas waktunya untuk membaca makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………...………………………………….……i
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….….2
C. Tujuan……………………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan…………………..………………….………………….…...32
B. Saran…………………………………..……….…………………….….32
DAFTAR PUSTAKA……………………….………………….………....33
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Karya tulis ilmiah adalah sebuah karya tulis yang disajikan secara
ilmiah dalam sebuah forum atau media ilmiah. Karakteristik keilmiahan
sebuah karya terdapat pada isi, penyajian, dan bahasa yang digunakan. Isi
karya ilmiah tentu bersifat keilmuan, yakni rasional, objektif, tidak memihak,
dan berbicara apa adanya. Isi sebuah karya ilmiah harus fokus dan bersifat
spesifik pada sebuah bidang keilmuan secara mendalam. Kedalaman karya
tentu sangat disesuaikan dengan kemampuan sang ilmuwan. Bahasa yang
digunakan juga harus bersifat baku, disesuaikan dengan sistem ejaan yang
berlaku di Indonesia. Bahasa ilmiah tidak menggunakan bahasa pergaulan,
tetapi harus menggunakan bahasa ilmu pengetahuan, mengandung hal-hal
yang teknis sesuai dengan bidang keilmuannya.1
1
Kuswara, Kursus Pamong Belajar Kompeten Melalui Modal Daring, Modul Seri ke-4
(Bandung: PP Paud dan Dikmas, 2017), h. 7.
3
berbagai pesan kepada pihak lain dalam bahasa tulis. Kegiatan menulis karya
ilmiah tentu dipahami sebagai kegiatan menyampaikan pengetahuan dan
temuan baru dalam suatu bidang ilmu dalam bahasa tulis. Karya ilmiah juga
biasanya menggunakan media ilmiah, seperti jurnal ilmiah atau forum ilmiah.
Sebuah karya tulis yang baik tentu yang komunikatif, maksudnya pesan
yang disampaikan dipahami pembaca sebagaimana maksud si penulis.
Tulisan yang komunikatif disampaikan melalui bahasa-bahasa yang tersusun
sistematis, mudah dicerna, tidak bertele-tele, dan tidak bermakna ganda
(ambigu). Menulis karya ilmiah, dengan bahasa lain, adalah menyusun
kalimat-kalimat bermakna dalam sebuah rangkaian informasi yang berguna
untuk pembaca. Karya tulis ilmiah tidak selamanya berawal dari hasil
penelitian. Karya tulis ilmiah juga dapat dihasilkan dari pemikiran-pemikiran
mendalam yang dilengkapi dengan kajian kepustakaan.2
1. Laporan Penelitian
2. Makalah
Makalah adalah salah satu produk karya tulis ilmiah yang memuat
kajian tentang suatu masalah di lingkungan sekitar. Landasan pembahasanya
adalah keberadaan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Kajian
2
Kuswara, Kursus Pamong Belajar Kompeten Melalui Modal Daring, Modul Seri ke-4 (Jawa
Barat: PP Paud dan Dikmas, 2017), h. 8.
4
yang termuat dalam makalah menggunakan pola pikir yang deduktif dan
induktif. Pola pikir deduktif adalah cara berpikir yang ditangkap atau diambil
dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat
khusus. Sedangkan pola pikir induktif adalah cara mempelajari sesuatu yang
bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang
umum.
3. Artikel
4. Skripsi
5. Tesis
Tesis adalah pernyataan atau teori yang didukung oleh argumen yang
dikemukakan dalam karya tulis ilmiah untuk mendapatkan gelar kesarjanaan.
pada perguruan tinggi. Tesis juga dapat berarti sebuah karya tulis ilmiah resmi
akhir seorang mahasiswa. Tesis merupakan bukti kemampuan yang
5
bersangkutan dalam penelitian dan pengembangan ilmu pada salah satu
bidang keilmuan dalam ilmu pendidikan sesuai ilmu yang telah dipelajari.
6. Disertasi
2. Menyusun hipotesis
3
Tim Pengajar Bahasa Indonesia, Himpunan Materi Kuliah Bahasa Indonesia (Makassar:
Universitas Hasanuddin, 2014), h.11.
6
4. Melaksanakan percobaan berdasarkan metode yang direncanakan
4
Sukamto, Metode Penulisan Karya Ilmiah, Cetakan ke-2 (Malang: Universitas Widyagama,
2016), h. 7-8.
7
D. Tata Cara Penulisan Karya Tulis Ilmiah yang Benar
a. Huruf Abjad
Huruf abjad yang dipakai dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26
huruf, yaitu a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, dan
z.
b. Huruf Vokal
Huruf yang merupakan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima
huruf, yaitu a, e, i, o, dan u.
c. Huruf Konsonan
Huruf yang merupakan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
21 huruf, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y dan z.
d. Huruf Diftong
Gabungan bunyi dalam satu suku kata, yang digabung adalah huruf
vokal dengan u atau i.
8
e. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan dari huruf konsonan yang menghasilkan satu bunyi
konsonan.
Huruf Contoh pemakaian dalam Kata
Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
Kh -kh-as a-kh-irat Tari-kh
Ng -ng-aben ba-ng-ku Mena-ng
Sy -syariat ma-sy-arakat ara-sy
f. Huruf Kapital
2). Huruf kapital sebagai huruf pertama unsur nama orang termasuk julukan.
Misalnya:
- Nuruzzahratul Aulia
- Yudi Yoga Pratama
3). Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
4). Huruf kapital sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci,
dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan. Misalnya:
- Allah
- Tuhan
- Alkitab
- Al-Qur’an
5). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama
orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang. Misalnya:
9
- Haji Agus Salim
- Nabi Ibrahim
- Sultan Hassanudin
6). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan
kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan. Misalnya:
- Selamat datang, Yang Mulia.
- Selamat berbahagia, Sultan.
7). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya:
- Wakil Presiden Adam Malik
- Gubernur Papua Barat
8). Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa. Misalnya:
- bangsa Indonesia
- suku Batak
- bahasa Melayu
9). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan
hari besar atau hari raya. Misalnya:
- tahun Hijriah
- bulan September
- hari Senin
10). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa
sejarah. Misalnya:
- Konferensi Asia Afrika
- Perang Dunia II
11). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya:
- Jakarta
- Pulau Karimun
10
12). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan,
organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan,
yang, dan untuk. Misalnya:
- Republik Indonesia
- Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
- Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
13). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur
kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan
makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti
di, ke, dari, dan, yang dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku dari Ave Maria yaitu Jalan Lain ke Roma.
14). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, atau sapaan. Misalnya:
- S.H : Sarjana Hukum
- S.Sos : Sarjana Sosial
- S.Pd : Sarjana Pendidikan
g. Huruf Miring
Huruf miring disebut juga dengan istilah huruf kursif. Tulisan ini
dibagian penerbitan atau percetakan. Untuk tulisan tangan atau ketikan, kata
yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya. Adapun pemakaian
huruf miring sebagai berikut.
1). Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Misalnya:
Majalah Bahasa dan Kesusastraan.
11
3). Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau
ungkapan asing yang belum disesuaikan ejaannya. Misalnya:
Politik devide at impera sangat berbahaya bagi persatuan bangsa.
h. Huruf Tebal
1). Huruf tebal digunakan untuk menerangkan bagian tulisan yang sudah
ditulis miring. Misalnya:
- Kata et dalam ungkapan devide et impera berarti “dan”.
- Huruf dh, seperti pada kata dhomir, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa
Indonesia.
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan munculnya
sikap yang beragam terhadap penggunaan bahasa yang ada di Indonesia,
yaitu sangat bangga terhadap bahasa asing, sangat bangga terhadap
bahasa daerah, dan sangat bangga terhadap bahasa Indonesia.
B. Masalah
Penelitian ini hanya membatasi masalah pada sikap bahasa
masyarakat Kalimantan terhadap bahasa yang ada di Indonesia. Sikap
masyarakat tersebut akan digunakan sebagai formulasi kebijakan
perencanaan bahasa yang diambil.
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap masyrakat
Indonesia khususnya Kalimantan terhadao bahasa yang ada di
Indonesia.5
5
Rijal Habibulloh, Pemakaian Huruf, Pemakaian Huruf Kapital dan Pemakaian Huruf Miring
pada Bahasa Tulis, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2011), h.8-12.
12
2. Penulisan Kata
a. Kata Dasar
Kata dasar merupakan kata yang menjadi dasar pembentukan kata yang
belum mengalami proses pembentukan. Kata dasar yang ditulis sebagai satu
kesatuan. Misalnya:
- Kalau dia sakit, bawa saja ke rumah sakit.
- Nenek yakin benar bahwa saya pasti lulus tahun ini.
b. Kata Berimbuhan
c. Bentuk Ulang
d. Gabungan Kata
1). Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah atas
unsur- unsurnya. Misalnya: kambing hitam, meja hijau, papan tulis, dan orang
tua.
2). Gabungan kata yang dianggap sebagai satu kesatuan ditulis serangkai.
Misalnya: kacamata, saputangan, beasiswa, dukacita, sukacita, olahraga,
peribahasa, sukarela, dan sukaria.
6
Anak Agung Putu Putra, Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Tulis
Ilmiah, (Denpasar: Universitas Udayana, 2017), h.7.
13
3). Gabungan kata yang salah satu unsurnya dipakai dalam kombinasi ditulis
serangkai. Misalnya: multimedia, mahasiswa, mancanegara, praduga,
pascasarjana, antarkota, tunanetra, narasumber, dan ekstrakurikuler.
4). Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai. Misalnya: pemberitahuan, ketidaktahuan, menyebarluaskan,
ketidakadilan, dipertanggungjawabkan, dan kekurangcermatan.
e. Kata Depan
Tidak jauh berbeda dengan kata depan di, kata depan ke juga ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya, misalnya: ke dalam, ke sana, ke rumah.
Untuk meyakinkan bahwa bentuk ke sebagai kata depan bentukan itu dapat
dipasangkan dengan kata depan di atau kata depan dari, misalnya:
ke dalam di dalam dari dalam
ke sana di sana dari sana
ke rumah di rumah dari rumah
f. Partikel
1). Partikel –lah, dan -kah, ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya:
14
- Bacalah buku itu baik-baik!
- Siapakah gerangan itu?
2). Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:
Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan
bijaksana.
3). Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya. Misalnya:
- Harga kain itu Rp. 50.000,00 per meter.
- Per 22 Oktober
1). Singkatan nama orang, nama gelar, jabatan atau pangkat diikuti dengan
tanda titik. Misalnya: A. A. P. Putra, Moh. Yamin, Dr. A. A. Putu Putra,
M.Hum, Kol. Soeharto, Sdr. I Made Buda, Bpk. I Wayan Subawa.
3). Singkatan umum yang terdirI atas tiga huruf atau lebih diikuti oleh satu
titik, misalnya: dll., dst., hlm., sda.
1). Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata yang
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya: ABRI, IKIP, PASI.
2). Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya: Unud, Akabri, Bappenas, Kowani.
15
3). Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya dengan
huruf kecil. Misalnya: pemilu, tilang.
1). Penulisan angka yang digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, luas,
isi, satuan waktu, nilai uang, dan kuantitas. Misalnya: 1 cm, 5 kg, pukul 17.30,
2.000 rupiah, Rp 5.000,00, dan 25 orang.
2). Penulisan angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja
sebagian supaya lebih mudah dibaca. MIsalnya: 300 juta, 500 juta.
3). Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Misalnya:
Bab I, Bab kesatu, Bab ke-1, abad 21, Abad kedua puluh satu, Abad ke-21.
4). Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an. Misalnya: tahun
2000-an, uang 5000-an.
5). Penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa bilangan dipakai secara
berurutan. Misalnya:
- Mereka menonton drama itu sampai tiga kali
- Di antara 40 anggota yang hadir, 22 orang setuju, 10 tidak setuju, dan 8
orang tidak memberikan suara.
6). Penulisan bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat. Misalnya:
- Empat ratus orang diterima dalam seleksi penerimaan siswa baru tingkat
SMA.
- Bapak kepala sekolah mengundang 450 orang siswa untuk seleksi siswa
berprestasi.7
7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), h.10-12.
16
3. Penulisan Unsur Serapan
4. Tanda Baca
1). Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar. Misalnya:
2. Pokok-Pokok Ejaan Bahasa Indonesia;
2.1 Pemakaian Huruf;
2.2. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring;
2.3 Penulisan Kata;
2.4 Pemakaian Unsur Serapan;
2.5 Pemakaian Tanda Baca.
8
Badudu, J.S. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. (Jakarta: PT Gramedia, 2016), h. 87-88.
17
2). Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu. Misalnya: 1.30.10 (1 jam, 30 menit, 10
detik), 0.45.55 (45 menit, 55 detik), dan 0.0.30 (30 detik).
3). Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan, dan tempat terbit
dalam daftar pustaka. Misalnya:
Putra, Anak Agung Putu. 2007. “Segmentasi Dialektal Bahasa Sumba di
Pulau Sumba: Suatu Kajian Dialektologi”. Denpasar: Disertasi
Program Doktor Linguistik, Program Pascasarjana Universitas
Udayana.
4). Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya: Mahasiswa yang mendaftar SNMPTN berjumlah 5.300 orang.
1). Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu rincian atau
pembilangan. Misalnya: Ibu membeli sayur, daging, dan tahu.
2). Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi, melainkan,
sedangkan. Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
4). Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidak membatasi. Misalnya: Dewa Made Beratha, Gubernur Bali
melakukan sidak ke beberapa daerah kabupaten.
18
penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat
majemuk. Misalnya:
- Bapak menyiram tanaman; ibu sibuk bekerja di dapur.
- Mukanya bersinar; hatinya berdebar-debar; dan dia yakin akan lulus.
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian; dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian; dan dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata
yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya:
- Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi
Perusahaan.
- Ketua : Egi Ramadani
Sekretaris : Elva Rahma
- Ibu : (meletakkan beberapa piring) ”bawa piring ini, Ca”
Ica : ”Baik, Bu” (mengangkat piring dan masuk)
19
g. Tanda Elipsis (…)
j. Tanda Kurung ( )
20
n. Tanda Garis Miring (/)
Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat. Misalnya: No.
9/PK/2022.
5. Kutipan
Jika tidak bisa menemukan penulis asli dari sumber kutipan, dapat
menuliskan nama penerbit atau nama organisasi yang menulis sumber
kutipan. Misalnya: Gramedia (2021).
9
Elis Siti Mariam, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, Edisi Ke-4, (Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016),
h. 23-26.
21
halaman di mana kutipan tersebut diambil atau tidak. Berikut contoh dari 4
penulisan sumber kutipan:
- Djuraid (2007)
- Djuraid (2007:19)
- (Djuraid, 2007)
- (Djuraid, 2007:19)
22
“Berita merupakan laporan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi
yang ingin diketahui oleh umum, dengan sifat aktual, terjadi di lingkungan
pembaca, mengenai tokoh terkemuka, akibat peristiwa tersebut berpengaruh
terhadap pembaca.” (Nasution, dikutip dalam Aliet, 2008).10
a. Kutipan langsung
1). Penulisan kutipan langsung pendek, yaitu kutipan yang tidak lebih dari
empat baris, maka dapat melakukan langkah-langkah berikut.
10
Nani Ade, Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa S1 & Pascasarjana, Guru, Dosen, Praktisi
dan Umum, (Jakarta: PT Grasindo, 2013).
23
2). Penulisan kutipan langsung panjang, yaitu kutipan yang lebih dari empat
baris, memiliki cara penulisan sebagai berikut.
- Spasi berbentuk spasi tunggal.
- Kutipan tidak disatukan ke dalam teks, melainkan ditulis secara terpisah.
- Penulisan kutipan tidak menggunakan tanda petik.
- Penulisan sumber kutipan hanya perlu menyebutkan nama pengarang, tahun
terbit, serta halaman jika diperlukan.
- Penulisan teks dibuat menjorok ke dalam.
24
3). Teks kutipan sesuai dengan teks utama. Jika 1 spasi, maka 1 spasi,
begitupun jika 1,5 atau 2 spasi;
4). Mencantumkan sumber kutipan.
Teks asli:
Berikut adalah dua jenis cara untuk menuliskan catatan tubuh di dalam
karya tulis:
11
Sally Azaria, Penulisan Sumber Kutipan dan Daftar Pustaka, (Surabaya: Universitas Kristen
Petra, 2008), h.1-2.
25
2). Resensi adalah pertimbangan buku, pembicaraan buku, atau ulasan buku
dengan bahasa yang agak mentereng, berarti membedah, menganalisa, dan
mencari roh atau inti dari buku. (Keraf, 2001:247).
2). Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Keraf (2001:247) yang
menjelaskan bahwa Resensi adalah pertimbangan buku, pembicaraan buku,
atau ulasan buku dengan bahasa yang agak mentereng, berarti membedah,
menganalisa, dan mencari roh atau inti dari buku. 12
a. Ibid
Bahasa latin Ibid -ibidem yang berarti “pada tempat yang sama.” Ibid
digunakan apabila referensi dalam catatan kaki nomor tersebut sama dengan
referensi pada nomor sebelumnya (tanpa diselingi catatan kaki lain). Apabila
halamannya sama, cukup ditulis Ibid., bila halamannya berbeda, setelah Ibid.
dituliskan nomor halamannya. Apabila lima halaman tidak ada kutipan
12
Kementerian Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang, Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah, Edisi Ke-5, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2010)
26
sebaiknya ditulis lengkap informasi sumber rujukan. Hal ini untuk
memudahkan pembaca menemukan sumber rujukan.
1). kata Ibid tidak ditebalkan (bold) dan tidak digaris bawahi.
2). Tidak ada spasi antara nomor catatan kaki dengan kata Ibid.
3). Huruf “I” awal ditulis huruf besar dan selanjutnya huruf kecil.
4). Setelah kata Ibid diikuti tanda titik dan kemudian tulis tanda koma.
5). Lalu spasi satu ketukan kemudian baru tulis “hal” atau “p” yang diikuti
tanda titik masing- masing.
Contohnya, yaitu:
1
Sugiono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 163.
2
Ibid., hal. 164.
b. Op. Cit
Berasal dari bahasa latinopere citato yang berarti pada karya yang telah
dikutip. Op. Cit ini digunakan apabila referensi dalam catatan kaki pada
nomor tersebut sama dengan referensi yang telah dikutip sebelumnya, namun
telah diselingi catatan kaki lain.Op. Cit khusus digunakan bagi referensi yang
berupa buku.
27
Contohnya, yaitu:
3
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi,
Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Edisi Ke-2,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 86.
4
Elis Siti Mariam, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, Edisi Ke-4,
(Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), hal. 23-26.
5
M. Burhan Bungin, Op. Cit., hal. 197.
Catatan kaki yang berasal dari jurnal ditulis diawali dengan nomor
kutipan, nama penulis, judul artikel (menggunakan huruf miring), nama
jurnal, volume, (kota terbit: nama penerbit, tahun terbit), nomor halaman.
Contohnya, yaitu:
6
Adnan Buyung Nasution, Beberapa Aspek Hukum dalam Masalah
Pertahanan dan Pemukiman di Kota Besar, dalam “Eko Budiharjo, Sejumlah
Masalah Pemukiman Kota,” Vol. 4, No.3 (Bandung: Alumni, 1992), hal. 32.
Cara menulis footnote dari buku dimulai dari nomor kutipan, nama
depan penulis nama belakang, judul buku (menggunakan huruf miring), edisi
buku, (kota terbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman yang dikutip.
Contohnya, yaitu:
7
Elis Siti Mariam, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, Edisi Ke-4,
(Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), hal. 23-26.
28
c. Menulis catatan kaki dari internet
Cara menulis footnote dari internet ini dimulai dari nomor kutipan,
nama penulis, judul karya yang dikutip (menggunakan huruf miring), url,
tanggal dan tahun akses. Contohnya, yaitu:
8
UNESCO, Indonesia Batik, http://www.unesco.org/culture/ich/en.RL/0010/
diakses pada tanggal 27 Januari 2021.
Catatan kaki yang berasal dari skripsi diawali dengan nomor kutipan,
nama penulis, judul karya skripsi (menggunakan huruf miring), (kota terbit:
nama penerbit, tahun Terbit), halaman yang dikutip.13
9
Muryid Rahman, Skripsi: Perkembangan Struktur Ekonomi Menengah
Kebawah Setelah Mempelajari Kecakapan Teknologi
Informasi, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2005), Hal. 85.
8. Daftar Pustaka
Contohnya, yaitu:
13
Khatib A. Latief, Pedoman Umum Teknik Penulisan Skripsi, (Aceh: IAIN Ar-Raniry,
2014), h.8-10.
29
Hirata, Andrea. (2006). Sang Pemimpi. Yogyakarta: Bentang.
Nama belakang penulis dan inisial, baik satu atau lebih dari satu penulis.
(Tahun terbit). Judul artikel jurnal (menggunakan tanda petik). Nama Jurnal
(menggunakan huruf miring) volume jurnal (menggunakan huruf miring),
(Halaman). Kota Penerbit: Penerbit Jurnal.
Contohnya, yaitu:
c. Cara menulis daftar pustaka dari dari makalah, skripsi, disertasi, tesis atau
karya ilmiah lain
Nama belakang penulis, nama depan penulis. (Tahun terbit). Judul pustaka
(menggunakan tanda petik). Jenis pustaka. Kota penerbit: Nama perguruan
tinggi.
Contohnya, yaitu:
30
Contohnya, yaitu:
14
Eti Indriati, Menulis Karya Ilmiah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), h.14-16.
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
Mariam, Elis Siti. (2016). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Edisi
Ke-4. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Putra, Anak Agung Putu. (2017). Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia dalam
Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Denpasar: Universitas Udayana.
33
Sukamto. (2016). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas
Widyagama.
34