Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH STUDI HADITS

HADIST DI TINJAU DARI SUMBER BERITA

DOSEN PENGAMPU:
Yona Fitri, ME

DISUSUN OLEH :

IRSYAD HAMDAN (12170514719)

ILHAM AKBAR RAHMAT (12170513571)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

RIAU

TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatu dengan ini saya


mengucapkan Puji dan syukur dengan kehadirat Allah swt, yang
melimpahkan karunia Nya dan atas Rahmatnya, penulis dapat
menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “HADIST DI TINJAU
DARI SUMBER BERITA”.
Di dalam pembuatan makalah ini banyak pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga makalah ini
dapat selesai tepat pada waktunya. Pertama kami ucapkan terima kasih
kepada Bapak Dosen pembimbing kami karena atas bimbingan dan
sarannya jualah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Terakhir kepada teman-teman yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini mungkin
banyak terdapat kesalahan-kesalahan dan masih jauh dari kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritikan-kritikan dari pembaca, dan
mudah-mudahan makalah ini dapat mencapai sasaran yang di harapkan
dan mudah-mudahan makalah ini juga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, 1 Des 2022

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 3

A. Defenisi Hadist Ditinjau Dari Sumber Berita ............................... 3

B. Macam-Macam Dilihat Dari Sumber Berita ................................. 4

BAB III PENUTUP ............................................................................... 13

A. Kesimpulan.................................................................................. 13

B. Saran ............................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 14

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadis adalah pedoman kedua yang harus dipelajari umat Islam setelah Al-
Qur'an. Padahal, Allah SWT juga memerintahkan kita untuk mempelajari hadits.
Karena Hadis pada dasarnya adalah tafsir Al-Qur'an. Jika tidak ada hukum dalam
Al-Qur'an, maka umat Islam akan mencarinya dalam hadits Nabi Muhammad.

Seiring dengan perkembangan ulumul hadis, maka terdapat beberapa


kalangan yang serius sebagai pemerhati hadis. Hal ini tidak lain bertujuan untuk
mengklasifikasikan hadis dari aspek kualitas hadis baik ditinjau dari segi matan
hadis maupun sanad hadis. Sehingga dapat ditemukan hadis-hadis yang layak
sebagai hujjah dan hadis yang tidak layak sebagai hujjah.

Menurut sumber berita, ada empat macam hadits, yaitu Qudsi, Marfu',
Mawquf dan Maqthu'. Secara umum dapat dikatakan bahwa sumber informasi dari
Allah disebut Hadits. Jika sumber risalah itu dari seorang nabi, disebut Hadits
Marfu', jika sumbernya dari sahabat disebut Hadits Mawquf, dan jika dari Tabi'in
disebut Hadits Maqthu. Sumber-sumber informasi di atas, sekalipun berasal dari
Allah atau Nabi, tidak dapat membuktikan otentisitas Hadis, karena tinjauan
kualitas Hadis, Hassan, dan Dayf tidak hanya dari sumbernya, tetapi juga dari
sumbernya. . Oleh karena itu, hadits Qudsi, Marfu', Mawquf dan Maqthu' tidak
mutlak benar, terkadang Sahih, Hasan dan Dha'if.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hadist ini ditinjau dari sumber berita?


2. Sebutkan macam-macam hadist yang ditinjau dari sumber berita?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi hadist yang ditinjau dari sumber berita.
2. Untuk mengetahui macam-macam hadist yang ditinjau dari sumber
berita.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadist Yang Ditinjau Dari Sumber Berita

Hadis merupakan salah satu dasar pengambilan hukum Islam setelah alQuran.
Sebab hadis mempunyai posisi sebagai penjelas terhadap makna yang dikandung
oleh teks suci tersebut. Apalagi, banyak terdapat ayat-ayat yang masih global dan
tidak jelas Maknanya sehingga seringkali seorang mufassir memakai hadis untuk
mempermudah pemahamannya.

Dalam hadits sendiri terdapat macam-macam hadits dari berbagai tinjauan.


Oleh karenanya, dengan mempelajari materi kali ini kita akan dapat mengetahui
apa saja macam dan contoh hadits dari berbagai tinjauan tersebut. Serta kita
semua dapat mendalami berbagai pengajaran yang dapat dipetik dalam materi
kali ini.

Hadist dilihat dari sumber berita, dari siapa berita itu dimuncul kan pertama
kali, terdapat empat macam,yaitu qudsi,marfu‟,mawquf, dan maqthu‟. Secara
umum dapat dikatakan jika sumber berita dari Allah dinamakan hadits qudsi, jika
sumber berita datang dari nabi disebut hadits marfu‟, jika datangnya sumber berita
itu dari sahabat disebut hadit mawquf, dan jika datagnya dari tabi‟in disebut
hadits maqthu‟. Sumber berita utama di atas tidak dapat menentukan kesahihan
suatu hadits sekalipun datangya dari Allah atau Nabi. Karena tinjauan kualitas
shahih hasan dan dha‟if tidak hanya dilihat dari segi sumber berita akan tetapi
lebih dilihat dari sifat-sifat para pembawa berita. Dengan demikian
hadith qudsi, marfu‟, mawquf, dan maqthu‟ tidak mutlak keshahihannya.
Terkadang shahih, hasan, dan dhaif.

3
B. Macam-Macam Hadist Yang Ditinjau Dari Sumber Berita
1. Hadist Qudsi

Menurut bahasa kata Al-qudsi nisbah dari kata al-quds yang diartikan
“suci” (aththaharah dan at-tanzih). Hadis ini dinamakan suci (al-qudsi), karena
disandarkan kepada Zat Tuhan yang Maha Suci. Atau dinisbahkan pada kata Ilah
(Tuhan) maka disebut hadis Ilahi dan atau dinisbahkan kepada Rabb (Tuhan),
maka pula Hadis Rabbani. Kata qudsi, sekalipun diartikan suci hanya merupakan
sifat bagi hadis, demikian juga nama Rabbani dan Ilahi.

Rasulullah kadang-kadang menyampaikan sesuatu berita atau nasihat


yang beliau ceritakan dari Allah, tetapi tidak wahyu yang diturunkan seperti Al-
qur‟an dan bukan perkataan yang tegas (sharih) yang nyata-nyata disandarkan
kepada beliau yang kemudian disebut dengan Hadis Nabawi. Berita itu memang
sengaja beliau sandarkan kepada Allah tetapi bukan Al-qur‟an. Ia adalah hadis
qudsi yang maknanya diterima dari Allah melalui ilham atau mimpi sedang
reaksinya dari Nabi sendiri.

Jamaludin Al-Qasimi membagi kalam Allah menjadi tiga, yaitu Al-


Qur‟an, kitab-kitab nabi dahulu sebelum ada perubahan-perubahan, dan hadis
qudsi. Al-Qur‟an kalam Allah yang paling mulia di antara ketiga macamtersebut,
karena kemukjizatannya dari berbagai segi dan tidak sama dengandua bagian yang
lain. Di antaranya, kemukjizatan al-Quran sepanjang masaterpelihara dari
perubahan dan pergantian tangan manusia, haram menyentuhnya bagi orang ber-
hadats, haram membacanya bagi orang jumub, haram periwayatan secara makna.
Jadi bacaan wajib dalam shalat (Al-fatihah) diberi nama al-Qur‟an, setiap
membaca satu huruf diberi pahala 10 kebaikan, haram dijual belikan menurut
imam Ahmad dan makruh bagi kita dan sejumlah beberapa kalimat disebut ayat
dan sejumlah ayat disebut sunah. Hadis qudsi adalah hadis yang diriwayatkan nabi
secara ahadi (tidak mutawatir) sandarannya kepada Allah. Pada umumnya
disandarkan pada Allah karena Allah yang berfirman atau yang memunculkan
berita atau terkadang disandarkan kepada Nabi, karena beliaulah yang

4
memberitahukan dari Allah, berbeda dengan Al-qur‟an yang hanya disandarkan
kepada Allah.

Dalam kulliyat Al-biqa‟ sebagaimana yang dikutip oleh Al-qasimi tentang


perbedaan antara Al-qur‟an dan hadis qudsi, bahwa Al-qur‟an lafal dan maknanya
dari Allah melalui wahyu yang jelas jail, sedangkan hadis qudsi lafalnya dari
rasulullah dan maknanya dari Allah melalui ilham atau impian. Ahmad bin Al-
Mubarak dalam Al-Ibriz pernah berdialog secara panjang lebar dengan gurunya
Najm Al-Irfan Abdul Aziz Ad-Dibagh sebagaimana yang dikutip oleh Al-Qasimi
tentang perbedaan antara Al-qur‟an , hadis qudsi, dan hadis nabawi.

2. Hadis Marfu’
a. Pengertian

Marfu‟ menurut bahasa “yang diangkat” atau “yang ditinggikan”, ialah


lawan kata makhfudh. Ketika membaca dhammah suara dan tenaga lebih
terangkat dari pada baris fathah dan kasrah. Hadis marfu‟ adalah hadis yang
terangkat sampai kepada Rasulullah. Atau menunjukkan ketinggian kedudukan
beliau sebagai seorang Rasul.

b. Contoh marfu‟

1). Contoh marfu‟ qawli

Seperti yang diberitakan oleh Abu Sa‟id Al-Khudri berkata : “Telah


bersabda Rasulullah: sesungguhnya orang yang beriman itu terhadap sesamanya,
sama dengan keadaan batu tembok, satu dengan yang lain saling mengikat.”
(HR.Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, dan An-Nasa‟i)

2). Contoh hadis marfu‟ fi‟li (pekerjaan yang disandarkan kepada Nabi)
Seperti perkataan Anas:

Bahwa Nabi membetulkan shaf-shaf kami apabila kami akan shalat. Maka
setelah shaf itu lurus, barulah nabi bertakbir.

5
3). Contoh hadis marfu‟ taqriri

Contoh hadis marfu‟ taqriri (persetujuan Nabi) ialah seperti perkataan


Ibnu Abbas: Bahwa kami (para sahabat) bersembahyang dua rakaat setelah
terbenamnya matahari (sebelum shalat Maghrib). Rasulullah melihat pekerjaan
kami itu, beliau tidak menyuruh kami dan tidak mencegahnya. (HR. Muslim)

c. Macam-macam hadis marfu‟

Hadis marfu‟ ada dua macam :

1). Di-marfu‟-kan secara tegas (sharih)

Hadis yang di-marfu‟-kan kepada Nabi dengan sharih adalah hadis yang
tegas-tegas dikatakan oleh seorang sahabat bahwa hadis tersebut didengar atau
dilihat dan atau disetujui dari Rasulullah.

2). Di-marfu‟-kan secara hukum (hukmi)

Maksudnya, hadis tersebut seolah-olah lahirnya dikatakan oleh seseorang


sahabat (mawqu‟flafalnya) tetapi hakikatnya didasarkan kepada Rasulullah
(dihukumi marfu‟) misalnya sebagai:

a). Perkataan seorang sahabat tentang suatu masalah yang tidak


dapat dicapai dengan ijtihad seperti perkataan yang berkaitan dengan
berita gaib, atau menerangkan pahala suatu amal.

b). Apabila seorang sahabat membuat sesuatu pekerjaan yang


tidak dapat diperoleh dengan jalan ijtihad, maka perbuatannya itu
dipandang hadis marfu‟, karena dipersepsikan, bahwa para sahabat tidak
melakukan suatu perbuatan, tanpa ada tuntunan dari Nabi, pada suatu
tuntunan yang tidak mungkin diperoleh dari selain Nabi.

c). Demikian pula apabila seseorang sahabat yang menggambarkan


suatu berita dengan menggunakan suatu berita dengan

6
menggunakanungkapan, bahwa di antara mereka (para sahabat) ada
yangmengajarkan begini dimasa Rasulullah.

d). Dan apa bila seseorang sahabat berkata : Di antara sunah begini.

Perkataan ini sudah dipandang sebagai Hadits marfu‟ karena makna


sunnah Rasulullah. Contohnya perkataan Anas bin Malik.

Artinya: Di antara sunah apabila seorang laki-laki beristri dengan


seorang gadis (bikr) sedang ia mempunyai istri lain ia berdiam diri dirumah
sigadis itu 7 hari lamanya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

3. Hadis Mawquf

a. Pengertian

Mawquf menurut bahasa waqaf yang artinya berhenti atau stop. Dalam al-
qur'an terdapat tanda tanda waqaf yang harus di patuhi oleh pembacanya. Menurut
pengertian istilah ulama hadits, ialah:

“segala sesuatu yang disandarkan kepada sahabat baik dari pekerjaan,


perkataan, dan persetujuan, baik bersambung sanadnya maupun terputus.”.

Kata Ibnu Al-Atsar dalam Al-jami‟:

Hadits yang dihentikan (sandarannya) pada seorang sahabat tidak


bersembunyi bagi seorang ahli Hadits, yaitu suatu hadits yang disandarkan
kepada seseorang sahabat. Apabila telah sampai kepada seorang sahabat, ia
(seorang perawi) berkata: bahwasanya sahabat berkata begini,atau berbuat
begini, atau menyuruh begini.

Sebagian ulama mendefisinikan hadits mawquf adalah: Hadits yang


disandarkan kepada seorang sahabat, tidak sampai kepada nabi.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Hadits


mauqufadalah sesuatu yang disandarkan kepada seorang sahabat segolongan
sahabat, baik berupa perkataan, perbuatan, dan persetujuan. Baikbersambung

7
senadanya atau terputus. Jadi sandaran Hadits ini hanya sampaikepada sahabat
tidak sampai kepada Nabi. Jelasnya, Hadits ini perkataanseorang sahabat atau
perbuatan dan persetujuannya.

b. Contoh mawquf

Sebagai penjelasan Di atas bahwa hadits mawquf terdiri dari qawli,


fi‟li, dan taqriri

Contoh mawquf qawli (perkataan), seperti:

Ali Bin Abi Thalib berkata berbicaralah kepada manusia sesuai dengan apa yang
mereka ketahui, apakah engkau menghendaki Allah dan rasul-nya didustakan?
(HR. Al-Bukhari)

Contoh mawquf fi‟li (perbuatan), seperti perkataan Al-Bukhari:

Dan Ummu abbas sedangkan ia bertayammum (HR.Al-Bukhari)

Contoh mawquf taqriri (persetujuan) seperti perkataan sebagian tabi‟in:

Aku melakukan begini dan dihadapan salah seorang sahabat dan ia tidak
mengingkariku.

c. Hukum mawquf

Sebagian ulama memasukkan hadits mawquf ke dalam golongan hadits


dha‟if. Menurut beberapa ulama Hadits mawquf sama dengan hadits marfu' yakni
ada yang shahih, ada yang hasan, dan dhaif, Walaupun mawquf shahih pada
mulanya tidak dapat dijadikan hujah, karena ia hanya perkataan atau perbuatan
sahabat semata. Tetapi jika diperkuat oleh sebagian hadits sekalipun dha‟if ia
dapat dijadikan hujjah sebagaiman hadits Mursal karena secara substansial
perbuatan Sahabat adalah pengamalan sunnah. Demikian juga terkecuali apabila
hadits mawquf dihukumi marfu‟ yang disebut dengan marfu‟ hukmi. Maksudnya,
dilihat dari lafalnya mawquf, tetapi dilihat dari maknanya adalah marfu‟.

8
d. Hadits mauquf dinilai marfu'

Sebagaimana keterangan di atas, bawah hadits mawquf tidak dapat


dijadikan hujah kecuali jika hadits tersebut dipandang marfu‟ secara hukum. Ada
beberapa macam mawquf yang dihukumi marfu' yaitu sebagai berikut:

1. Jika seorang perawi menegaskan beberapa kata ketika menyebut


nama sahabat yaitu: Ia mafu‟kan hadits kepada nabi, atau ia dibangsakan
kepada Nabi, atau ia sampaikan kepada Nabi dengan riwayat itu, atau ia
beritakan secara riwayat dari Nabi. Hadits Al-A‟raj dari Abu Hurairah
secara riwayat (dari Nabi):

“engkau perangi kaum yang kecil-kecil matanya (hina).” (HR. Al-


Bukhari)

2. Perkataan seorang sahabat: kami di perintahkan begini, atau


kami dilarang dari begini, atau diantara sunnah begini.

Misalnya, perkataan sebagian sahabat:

Bilal di perintahkan menggenapkan (kalimat) adzan dan mengganjilkan


(kalimat) iqamat. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Kata Ummi Athiyah:

Kami dilarang mengantarkan jenazah (ke kubur) dan tidak diwajibkan


atas kami. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

3. Sahabat memberitakan, bahwa mereka berkata demikian atau


melakukan begini atau mereka tidak melihat bahaya apa-apa. Maka maka
hukum nya ada dua kemungkinan:

a) Jika disandarkan pada masa Nabi menurut pendapat


yang shahih dihukumi marfu‟, seperti perkataan Jabir:

9
Kami pernah azl pada masa Rasulullah sedang masih turun.
Jikalau hal itu sesuatu yang dilarang tentu Al-Qura’an melarang
kami. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

b) Jika tidak disandarkan kepada masa Nabi jumhur


berpendapat mawquf. Seperti perkataan Jabir:

Kami ketika naik membaca takbir dan ketika turun


membaca tasbih. (HR. AlBukhari)

4. Perkataan sahabat yang bukan diwilayah ijtihad dan tidak ada


kaitan dengan penjelasan etimogolis atau penjelasan gharib
(kalimat asingyang sulit dikenal maknanya). Misalnya :

a) Pemberitaan tentang peristiwa yang telah lewat, seperti


tentang kejadian makhluk.

b) Pemberitaan hal-hal yang akan terjadi, seperti


peperangan, fitnah, dan keadaan hari kiamat.

c) Pemberitaan tentang pahala dan siksaan khusus bagi


suatu perbuatan, misalnya, perkataan sahabat : barang siapa
yang melakukan begini mendapat pahala begini.

5. Perbuatan sahabat yang bukan di wilayah ijtihat, seperti shalat


nya Ali pada shalat gerhana matahari setiap rakaat lebih dari dua
ruku‟

6. Penafsiran sahabat yang berkaitan dengan sebab nuzulnya suatu


ayat, seperti perkataan Jabir:

Orang yahudi berkata: Barang siapa yang mendatangi istrinya


dari belakabg pada jalan depan, maka anaknya jereng matanya.
Kemudian turun ayat: Wanitawanita (istri-istri) kamu bagaikan
lading bagimu…. (HR. Muslim)

10
4. Hadis Matqhu’

a. Pengertian

Menurut bahasa kata maqthu‟ berarti terpotong atau terputus lawan dari
mawshul yang berarti bersambung. Kata terputus di sini dimaksudkan tidak
sampai kepada Nabi ia hanya sampai kepada tabi‟in saja, Menurut istilah hadits
maqthu‟ adalah sebagai berikut: sesuatu yang disandarkan kepada seorang tabi‟in
atau orang setelahnya baik dari perkataan atau perbuatan. Lebih luas lagi
didefinisikan sebagai berikut: Sesuatu yang disandarkan kepada seorang tabi‟in
dan orang setelahnya dari pada tabi‟in tabi‟in kemudian orang-orang setelah
mereka baik berupa perkataan atau perbuatan dan sesamanya.

b. Contoh hadits maqthu‟

Contoh hadits maqthu‟ qawli (dalam bentuk perkataan) seperti kata Al-
Hasan AlBasri tentang shalat dibelakang ahli bid'ah:

Shalatlah dan bid’ah nya atasnya (HR. Al-Bukhari)

Contoh maqthu‟ fi‟li (dalam bentuk perkataan) sebagaimana perkataan


Ibrahim bin Muhammad bin Al-Muntasyir:

Masruq memanjangkan selimut antara dia dan istrinya meneriman


shalatnya, bersunyi dari mereka dan dunia mereka.

c. Kehujahan maqthu‟

Hadits maqthu‟ Tidak dapat dijadikan hujah dalam hukum syara‟


sekalipun shahih karena ia bukan yang datang dari Nabi. ia hanya perkataan atau
perbuatan sebagian atau salah seorang umat Islam. Tetapi jika di sana ada bukti-
bukti kuat yang menunjukkan kemarfu‟annya, maka dihukumi marfu‟ mursal
misalnya perkataan sebagian periwayat ketika menyebut tabi‟in ia katakana: ia
marfu‟kannya. Atau dalam ungkapan lain dapat dikatakan, perkataan tabi‟in
terkadang dipandang sebagai perkataan sahabat, apabila berkata disebut semata

11
tidak dapat diperoleh melalui ijtihad, sebagaimana perkataan sahabat yang
dipandang tidak dapat diijtihadkan juga dipandang sebagai perkataan Nabi sendiri.

e. Kitab - kitab hadits mawquf dan maqthu‟

Diantara kitab yang dipandang banyak hadits mawquf dan maqthu‟ adalah
sebagai berikut:

1. Mushannaf Abi syaybah.

2. Mushannaf „Abd Ar-Razzaq.

3. Tafsir Ibn Jarir, Ibn Hatim, dan Ibn Al-Mundzir.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dilihat dari sumber masalahnya, hadis dibagi menjadi empat kategori, yaitu
Qudsi, Marfu', Mawquf dan Maqthu'. Dalam istilah awam, jika sumber
informasinya berasal dari Allah, disebut Hadits Qudsi. Jika asal usul desas-desus
itu berasal dari seorang nabi, itu dianggap sebagai Hadits Marfu', jika sumber
informasi itu berasal dari seorang teman, disebut Hadits Mawquf, dan jika asal-
usul Tabi'in dianggap sebagai hadits. menjadi Hadits Maqthu. Pada saat yang
sama, dilihat dari kata ini, sanad mengacu pada semua data mentah alam dan
bentuk yang terkandung dalam hadits. Selain itu, menurut bahasa, Matan berarti
bagian belakang jalan (depan jalan) yang keras dan tanah yang tinggi. Sedangkan
matan menurut istilah ialah suara atau kalimat yang ada pada hadits yang menjadi
isi riwayat. Apakah hadits tadi berbentuk qaul (ucapan) fi'il (perbuatan, taqrir
(ketetapan) dan sebagainya berasal Rasulullah Saw. Berdasarkan istilah hadits
musalsal ialah hadis yang sambung penyandarannya pada satu bentuk/ keaadaan
atau satu sifat, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang terulang-ulang di
para periwayatan atau pada periwayatan atau berkaitan dengan ketika atau tempat
periwayatan.

3.2 Saran

Inilah yang dapat penulis berikan . Penulisan ini jauh dari kata
sempurna ,minimal para pembaca dapat memahami tulisan ini. Selain itu
juga makalah ini masih banyak memiliki kesalahan dari segi penulisan ,
sumber materi , dan lainnya. Karena penulis juga merupakan manusia yang
adalah tempat salah dan dosa, dan juga butuh saran dan kritik agar bisa
memotivasi untuk masa depan yang lebih baik dari pada masa sebelumnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Laila, L. I. (2021). Pengantar Studi Hadits.


khan, a. m. (2013). Ulumul Hadits Edisi Kedua. Jakarta: Amzah.
kholiq, A. (2013). Cemal-Cemil”Hadis Nabi Untuk Remaja". Yogyakarta: Pt.
Bentang Pustaka.
Solahudin, d. (2008). Ulumul Hadis. Bandung: Cv. Pusaka Setia.
Dr.Sulaemang L, M.Th (2017). Ulumul Hadist Edisi Kedua. Kendari: Aa-Dz
Grafika

14

Anda mungkin juga menyukai