Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH METODELOGI STUDI ISLAM

“KAJIAN HADIST DALAM STUDI ISLAM”

Dosen pengampu:

Iman Wahyudu, S .PD.I., M.Kom,

Disusun oleh:

JURUSAN KELURGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga
makalah dengan berjudul ‘Kajian Hadist Dalam Studi Islam’ dapat selesai.

Diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang
diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan


banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan
ketaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya
kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................................


i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG .....................................................................................................................
1
RUMUSAN MASALAH ..................................................................................................................
1
TUJUAN MAKALAH ....................................................................................................................
1
STUDI RELEVAN ..........................................................................................................................
1
METODE KAJIAN ..........................................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
PENGERTIAN HADIST ..................................................................................................................
2
KEDUDUKAN HADIST ................................................................................................................
2
STUDI HADIST SECARA ILMIAH ..............................................................................................
2
BAB III PENUTUPAN
KESIMPULAN ................................................................................................................................
2
SARAN ............................................................................................................................................
2
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari hadist?
2. Bagaimana kedudukan hadist sebagai sumber atau dalil hukum islam?
3. Apa fungsi dari hadist?
4. Bagaimana studi hadist secara ilmiah?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Memahami pengertian dari hadist
2. Mengetahui kedudukan hadist sebagai sumber atau dalil dalam hukum islam
3. Memahami fungsi hadist
4. Memahami bentuk studi hadist secara ilmiah
D. STUDI RELEVAN

E. METODE KAJIAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HADIST
Secara bahasa, hadist berarti sesuatu yang baru atau menunjukkan sesuatu yang
dekat atau waktu yang singkat. Hadist juga dapat diartikan sebagai berita atau sesuatu
yang diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain.
Sedangkan menurut istilah, Hadist ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik
itu melalui ucapan, perbuatan, ataupun pengakuan atau taqrir.
Dengan demikian hadist dibagi menjadi 3 macam yaitu :
a. Hadist Qauliyah (ucapan)
Hadist Qauliyah berarti hadist-hadist Rasulullah SAW, yang langsung
diucapkannya dalam berbagai tujuan dan situasi.
b. Hadist Fi’liyah (perbuatan)
Hadist Fi’liyah yaitu hadist yang berasal dari perbuatan-perbuatan Rasulullah
SAW. Contohnya seperti melakukan shalat lima waktu dengan tatacaranya dan
rukun-rukunnya.
c. Hadist Taqririyah
Hadist Taqririyah yaitu perbuatan sebagian para sahabat nabi Muhammad SAW
yang telah diikrarkan oleh Rasulullah SAW sendiri, Baik itu berbentuk ucapan
maupun perbuatan. Sementara ikrar itu dilakukan dengan cara mendiamkannya atau
melahirkan anggapan baik terhadap perbuatan itu, sehingga dianggap sudah
mendapatkan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW.
Bila seseorang melakukan suatu perbuatan atau mengemukakan suatu hal
dihadapan Rasulullah SAW atau pada masa Nabi, dan ketika itu Nabi
mengetahuinya dan mampu menyanggahnya, namun Nabi hanya diam atau tidak
menyanggah maka hal itu merupakan pengakuan dari Nabi.1
B. KEDUDUKAN HADIST
Sebagai sumber hukum, hadist berkedudukan sebagai penjelas dan meluaskan
hukum-hukum dalam Al-Qur’an atau menetapkan sendiri hukum di luar apa yang
ditentukan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an.
Pada hakikatnya hadist tidak diragukan lagi dan dapat diterima oleh semua pihak,
karena itu merupakan salah satu tugas Nabi dari Allah SWT. Namun sebagai dalil yang
berdiri sendiri dan merupakan sumber kedua setelah Al-Qur’an maka hadist banyak
diperbincangkan di kalangan ulama. Hal ini deikarenakan adanya keterangan Allah SWT
dalam Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa Al-Qur’an atau ajaran islam itu sudah
sempurna. Maka dari itu tidak perlu ditambahkan lagi dari sumber-sumber yang lain.
Para jumhur ulama menyatakan bahwa hadist berkedudukan sebagai sumber atau dalil
kedua dan mempunyai kekuatan untuk ditaati serta mengikat untuk semua umat islam.
Para jumhur ulama juga mengemukakan pendapatnya disertai alasan dengan beberapa
dalil, yaitu :

Ayat Al-Quran banyak yang menyeru umat manusia untuk mentaati Allah SWT dan
Rasulnya. Sebagaimana terkandung dalam Q.S. An-Nisa ayat 59 yaitu:

1
https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-dan-fungsi-hadits.html
“ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul(Nya).”

Lalu dalam surat yang sama di ayat 80, Allah SWT berfiirman yang artinya:

“ Barangsiapa mentaati Rasulitu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan


barangsiapa yang berpaling dari ketaatan itu, maka Kami tidak mengutusmu untuk
menjadi pemelihara bagi mereka.”

Maka dengan begitu maksud dari mentaati Rasul itu adalah mengikuti apa yang
dilakukan oleh Rasul sebagaimana tercakup dalam sunnahnya.2

Kekuatan hadist sebagai sumber hukum ditentukan oleh dua segi yaitu:

 Dari segi kebenaran materinya.

Hadist dilihat dari segi kebenaran materinya terdiri dari tiga tingkat, yaitu :

1. Mutawatir
Hadist Mutawatir merupakan hadist yang diriwayatkan oleh sejumlah
periwayat yang sangat dipercaya, mustahil mereka untuk berdusta, mulai dari
awal samapai akhir mata rantai sanad, pada setiapa tingkatan atau generasi.
2. Masyhur
Hadist Masyhur yaitu hadist yang jumlah periwayatnya dalam setiap generasi
tidak seimbang.
3. Ahad
Hadist Ahad adalah hadist yang diriwayatkan oleh seorang atau dua orang
periwayat saja dan termasuk tingkat para sahabat.

 Dari segi kekuatan penunjukkannya terhadap hukum.

C. FUNGSI HADIST
Fungsi hadis terhadap Al-Qur’an yaitu sebagai bayan (penjelasan dan
menerangkan terhadap sesuatu yang kabur dan tersembunyi pengertiannya). Fungsi-
fungsi hadist terhadaop Al-Qur’an ada yang disepakati dan tidak ada perbedaan pendapat.
Hal tersebut dapat diketahui dari penjelasan berikut ini:

2
https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-dan-fungsi-
hadits.html#:~:text=perbuatan%2C%20dan%20perkataan.-,Jumhur%20ulama%20berpendapat%20bahwa
%20Hadits%20berkedudukan%20sebagai%20sumber%20atau%20dalil,untuk%20menjelaskan%20Al%2DQur'an
1. Bayan al-Taqrir

Bayan al-Taqrir ada juga yang menyebut bayan al-Tawkid atau bayan al-Itsbat. Al-
Taqrir berarti memperkuat, mempertegas, dan mendukung. Hadist mengungkap kembali
isi kandungan yang diungkapkan Al-Qur’an tanpa ada penjelasan lebih lanjut dan
terperinci.

2. Bayan At-Tafsir

Hadist menjelaskan ayat yang tidak mudah diketahui pengertiannya. Itulah yang
disebut hadist berfungsi sebagai bayan at-Tafsir bagi ayat Al-Qur’an. Bayan at-Tafsir ini
ada beberapa macam, Diantaranya ialah:

a. Tafshil al-ayat al-mujmalah

Kata tafshil berarti menjelaskan dan merinci. Sedangkan kata al-mujmalah berarti
yang ringkas (global).

b. Takhshish al-ayat al-ammah

Kata takhshish berarti menentukan dan mengkhususkan. Sedangkan kata al-ammah


berarti suatu lafal yang dipakai untuk menunjukkan kepada satuan-satuan yang tak
terbatas dan mencakup semua satuan itu.

c. Taqyid al-ayat al-muthlaqoh

Kata taqyid berarti mengikat dan membatasi. Sedangkan kata muthlaq berarti lafal
tertentu yang belum ada ikatannya (batasannya) dengan lafal lain yang mengurangi
cakupannya.

d. Bayan al-Ta’yin li al-ayat al-musytarakah

Kata at-ta’yin berarti menentukan. Sedangkan kata al-musytarakah berarti lafal yang
mempunyai makna yang banyak. Jadi, yang dimaksud hadist berfungsi sebagai bayan al-
ta’yin li al-ayat al-musytarakah adalah hadist dapat menentukan makna yang dikehendaki
dari ayat.

3. Bayan al-Tasyrii’

Kata al-Tasyrii’ berarti pembuatan, perwujudan, penetapan aturan. Jadi, yang


dimaksud hadist berfungsi sebagai bayan al-Tasyrii’ adalah hadist sendiri mewujudkan,
membuat, dan menetapkan suatu ketentuan, aturan, dan hukum yang tidak terdapat dalam
Al-Qur’an. Banyak hadist berfungsi sebagai bayan al-Tasyrii’ untuk Al-Qur’an.
Diantaranya adalah :

a. Hadist tentang zakat Fitrah


b. Hadist tentang haram mengumpulkan (menjadikan istri antara seorang wanita dengan
saudara perempuan ayahnya dan saudara perempuan ibunya.)

4. Bayan al-Nasikh

Kata al-Nasikh berarti membatalkan, memindahkan dan mengubah. Yang dimaksud


hadist berfungsi sebagai bayan al-Nasikh terhadap ayat Al-Qur’an adalah hadist datang
sesudah Al-Qur’an dan menghapus ketentuan-ketentuannya.

Anda mungkin juga menyukai