Dosen pengampu:
Disusun oleh:
Diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang
diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari hadist?
2. Bagaimana kedudukan hadist sebagai sumber atau dalil hukum islam?
3. Apa fungsi dari hadist?
4. Bagaimana studi hadist secara ilmiah?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Memahami pengertian dari hadist
2. Mengetahui kedudukan hadist sebagai sumber atau dalil dalam hukum islam
3. Memahami fungsi hadist
4. Memahami bentuk studi hadist secara ilmiah
D. STUDI RELEVAN
E. METODE KAJIAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HADIST
Secara bahasa, hadist berarti sesuatu yang baru atau menunjukkan sesuatu yang
dekat atau waktu yang singkat. Hadist juga dapat diartikan sebagai berita atau sesuatu
yang diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain.
Sedangkan menurut istilah, Hadist ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik
itu melalui ucapan, perbuatan, ataupun pengakuan atau taqrir.
Dengan demikian hadist dibagi menjadi 3 macam yaitu :
a. Hadist Qauliyah (ucapan)
Hadist Qauliyah berarti hadist-hadist Rasulullah SAW, yang langsung
diucapkannya dalam berbagai tujuan dan situasi.
b. Hadist Fi’liyah (perbuatan)
Hadist Fi’liyah yaitu hadist yang berasal dari perbuatan-perbuatan Rasulullah
SAW. Contohnya seperti melakukan shalat lima waktu dengan tatacaranya dan
rukun-rukunnya.
c. Hadist Taqririyah
Hadist Taqririyah yaitu perbuatan sebagian para sahabat nabi Muhammad SAW
yang telah diikrarkan oleh Rasulullah SAW sendiri, Baik itu berbentuk ucapan
maupun perbuatan. Sementara ikrar itu dilakukan dengan cara mendiamkannya atau
melahirkan anggapan baik terhadap perbuatan itu, sehingga dianggap sudah
mendapatkan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW.
Bila seseorang melakukan suatu perbuatan atau mengemukakan suatu hal
dihadapan Rasulullah SAW atau pada masa Nabi, dan ketika itu Nabi
mengetahuinya dan mampu menyanggahnya, namun Nabi hanya diam atau tidak
menyanggah maka hal itu merupakan pengakuan dari Nabi.1
B. KEDUDUKAN HADIST
Sebagai sumber hukum, hadist berkedudukan sebagai penjelas dan meluaskan
hukum-hukum dalam Al-Qur’an atau menetapkan sendiri hukum di luar apa yang
ditentukan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an.
Pada hakikatnya hadist tidak diragukan lagi dan dapat diterima oleh semua pihak,
karena itu merupakan salah satu tugas Nabi dari Allah SWT. Namun sebagai dalil yang
berdiri sendiri dan merupakan sumber kedua setelah Al-Qur’an maka hadist banyak
diperbincangkan di kalangan ulama. Hal ini deikarenakan adanya keterangan Allah SWT
dalam Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa Al-Qur’an atau ajaran islam itu sudah
sempurna. Maka dari itu tidak perlu ditambahkan lagi dari sumber-sumber yang lain.
Para jumhur ulama menyatakan bahwa hadist berkedudukan sebagai sumber atau dalil
kedua dan mempunyai kekuatan untuk ditaati serta mengikat untuk semua umat islam.
Para jumhur ulama juga mengemukakan pendapatnya disertai alasan dengan beberapa
dalil, yaitu :
Ayat Al-Quran banyak yang menyeru umat manusia untuk mentaati Allah SWT dan
Rasulnya. Sebagaimana terkandung dalam Q.S. An-Nisa ayat 59 yaitu:
1
https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-dan-fungsi-hadits.html
“ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul(Nya).”
Lalu dalam surat yang sama di ayat 80, Allah SWT berfiirman yang artinya:
Maka dengan begitu maksud dari mentaati Rasul itu adalah mengikuti apa yang
dilakukan oleh Rasul sebagaimana tercakup dalam sunnahnya.2
Kekuatan hadist sebagai sumber hukum ditentukan oleh dua segi yaitu:
Hadist dilihat dari segi kebenaran materinya terdiri dari tiga tingkat, yaitu :
1. Mutawatir
Hadist Mutawatir merupakan hadist yang diriwayatkan oleh sejumlah
periwayat yang sangat dipercaya, mustahil mereka untuk berdusta, mulai dari
awal samapai akhir mata rantai sanad, pada setiapa tingkatan atau generasi.
2. Masyhur
Hadist Masyhur yaitu hadist yang jumlah periwayatnya dalam setiap generasi
tidak seimbang.
3. Ahad
Hadist Ahad adalah hadist yang diriwayatkan oleh seorang atau dua orang
periwayat saja dan termasuk tingkat para sahabat.
C. FUNGSI HADIST
Fungsi hadis terhadap Al-Qur’an yaitu sebagai bayan (penjelasan dan
menerangkan terhadap sesuatu yang kabur dan tersembunyi pengertiannya). Fungsi-
fungsi hadist terhadaop Al-Qur’an ada yang disepakati dan tidak ada perbedaan pendapat.
Hal tersebut dapat diketahui dari penjelasan berikut ini:
2
https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-dan-fungsi-
hadits.html#:~:text=perbuatan%2C%20dan%20perkataan.-,Jumhur%20ulama%20berpendapat%20bahwa
%20Hadits%20berkedudukan%20sebagai%20sumber%20atau%20dalil,untuk%20menjelaskan%20Al%2DQur'an
1. Bayan al-Taqrir
Bayan al-Taqrir ada juga yang menyebut bayan al-Tawkid atau bayan al-Itsbat. Al-
Taqrir berarti memperkuat, mempertegas, dan mendukung. Hadist mengungkap kembali
isi kandungan yang diungkapkan Al-Qur’an tanpa ada penjelasan lebih lanjut dan
terperinci.
2. Bayan At-Tafsir
Hadist menjelaskan ayat yang tidak mudah diketahui pengertiannya. Itulah yang
disebut hadist berfungsi sebagai bayan at-Tafsir bagi ayat Al-Qur’an. Bayan at-Tafsir ini
ada beberapa macam, Diantaranya ialah:
Kata tafshil berarti menjelaskan dan merinci. Sedangkan kata al-mujmalah berarti
yang ringkas (global).
Kata taqyid berarti mengikat dan membatasi. Sedangkan kata muthlaq berarti lafal
tertentu yang belum ada ikatannya (batasannya) dengan lafal lain yang mengurangi
cakupannya.
Kata at-ta’yin berarti menentukan. Sedangkan kata al-musytarakah berarti lafal yang
mempunyai makna yang banyak. Jadi, yang dimaksud hadist berfungsi sebagai bayan al-
ta’yin li al-ayat al-musytarakah adalah hadist dapat menentukan makna yang dikehendaki
dari ayat.
3. Bayan al-Tasyrii’
4. Bayan al-Nasikh