Disusun oleh :
KELOMPOK 1
Puji syukur ke hadirat allah ta’ala. Atas limpahan rahmad dan karunia-nya sehingga
makalah yang berjudul “DEFINISI, PEMBAGIAN DAN CONTOH HADIS” dapat kami
selesaikan dengan baik.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah al-hadis . selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang ilmu hadis bagi para pembaca dan juga bagi kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Ernawati br. Ginting selaku dosen mata
kuliah al-hadis.ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritiknya yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
COVER............................................................................................I
KATA PENGANTAR.....................................................................II
DAFTAR ISI ...................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah ...................................................1
B.Rumusan Masalah..............................................................1
C.Tujuan Penelitian ..............................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.Definisi hadits ...............................................................’’ 2
B.Pembagian hadits...............................................................3
C. Contoh hadis………………………………………….…5
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan ........................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Al Quran dan hadits merupakan pedoman bagi seluruh umat islam di dunia yang
mengatur kehidupan mereka. “Aku tinggalkan dua warisan,selama kedua-duanya kamu
pegang teguh maka kamu tidak akan sesat selama-lamanya,yaitu Al-qur`an dan Sunnah
RasulNya (hadits) " itulah perkataan nabi untuk seluruh umat manusia.
Banyak diantara kita yang mungkin terjadi kesalah pahaman dalam menyebutkan
tentang apakah itu yang dinamakan hadits. Dalam makalah ini kami akan menjabarkan
tentang pengertian hadits serta macam-macam hadits yang ada.Karena hadis merupakan
sumber pokok kedua dari ajaran Islam, maka hadis- hadis yang dijadikan dasar untuk
melaksanakan ajaran Islam haruslah yang sahih dan autentik, bukan hadis yang lemah,
apalagi palsu. Untuk mengetahui otentisitas dan tingkat validitas hadis tersebut diperlukan
suatu penelitian yang cermat, terutama meriwayatkannya. Penelitian terhadap kredibelitas
orang-orang yang
2. Rumusan Masalah
a. Apa definisi hadits?
b. Apa saja pembagian hadits?
c. Apa saja contoh hadits?
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian hadits .
b. untuk mengetahui pembagian dan contoh hadits.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Hadits
Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang dekat
atau waktu yang singkat. Hadits juga berarti berita yaitu sesuatu yang diberitakan,
diperbincangkan, dan dipindahkan dari seorang kepada orang lain.
Hadits menurut istilah syara’ ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik itu
ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir). Berikut ini adalah penjelasan mengenai ucapan,
perbuatan, dan perkataan.
Hadits Qauliyah ( ucapan) yaitu hadits hadits Rasulullah SAW, yang diucapkannya
dalam berbagai tujuan dan persuaian (situasi).
Hadits Fi’liyah yaitu perbuatan-perbuatan Nabi Muhammad SAW, seperti pekerjaan
melakukan shalat lima waktu dengan tatacaranya dan rukun-rukunnya, pekerjaan menunaikan
ibadah hajinya dan pekerjaannya mengadili dengan satu saksi dan sumpah dari pihak
penuduh.
Hadits Taqririyah yaitu perbuatan sebagian para sahabat Nabi yang telah diikrarkan
oleh Nabi SAW, baik perbuatan itu berbentuk ucapan atau perbuatan, sedangkan ikrar itu
adakalanya dengan cara mendiamkannya, dan atau melahirkan anggapan baik terhadap
perbuatan itu, sehingga dengan adanya ikrar dan persetujuan itu. Bila seseorang melakukan
suatu perbuatan atau mengemukakan suatu ucapan dihadapan Nabi atau pada masa Nabi,
Nabi mengetahui apa yang dilakukan orang itu dan mampu menyanggahnya, namun Nabi
diam dan tidak menyanggahnya, maka hal itu merupakan pengakuan dari Nabi. Keadaan
diamnya Nabi itu dapat dilakukan pada dua bentuk :
1. Nabi mengetahui bahwa perbuatan itu pernah dibenci dan dilarang oleh Nabi. Dalam hal
ini kadang-kadang Nabi mengetahui bahwa siapa pelaku berketerusan melakukan
perbuatan yag pernah dibenci dan dilarang itu. Diamnya Nabi dalam bentuk ini tidaklah
menunjukkan bahwa perbuatan tersebut boleh dilakukannya. Dalam bentuk lain, Nabi
tidak mengetahui berketerusannya si pelaku itu melakukan perbuatan yang di benci dan
dilarang itu. Diamnya Nabi dalam bentuk ini menunjukkan pencabutan larangan
sebelumnya.12
B.Pembagian hadits
A.Pembagian hadits ditinjau dari segi kuantitas perawinya.
1.Mutawatir:
Kata mutawatir Menurut lughat ialah mutatabi yang berarti beriring-iringan atau
berturut-turut antara satu dengan yang lain. Hadits mutawatir merupakan hadits yang
diriwayatkan oleh banyak orang dalam setiap generasi, sejak generasi shahabat sampai
generasi akhir (penulis kitab), orang banyak tersebut layaknya mustahil untuk berbohong.
Suatu hadist baru dapat dikatakan hadist mutawatir, bila hadist itu memenuhi tiga syarat,
yaitu:
a. Hadist yang diriwayatkan itu haruslah mengenai sesuatu dari Rasulullah SAW
yang dapat ditangkap oleh panca indera, seperti sikap dan perbuatannya yang
dapat dilihat dengan mata kepala atau sabdanya yang dapat didengar dengan
telinga.
b. Para rawi (orang-orang yang meriwayatkan hadist) itu haruslah mencapai
jumlah yang menurut kebiasaan (adat) mustahil mereka sepakat untuk
berbohong. Tentang beberapa jumlah minimal para rawi tersebut terdapat
perbedaan pendapat dikalangan para ulama, sebagian menetapkan dua belas
orang rawi, sebagian yang lain menetapkan dua puluh, empat puluh dan tujuh
puluh orang rawi.
c. Jumlah rawi dalam setiap tingkatan tidak boleh kurang dari jumlah minimal
seperti yang ditetapkan pada syarat kedua.
2.Masyhur:
Masyhur menurut bahasa berarti yang sudah tersebar atau yang sudah populer. Jadi
menurut bahasa hadist masyhur berarti hadist yang sudah tersebar atau tersiar. Para ulama
juga memandang hadist masyhur dalam pengartian istilah ilmu hadist yang diriwayatkan
oleh tiga orang rawi atau lebih, dan beliau mencapai derajat hadist mutawatir. Sedangkan 3
4
5 Dr.Mahmud Thahhan, 1997.Tafsir Musthalah Hadis, Yogyakarta, Titian Ilahi Press.
a. a.Hadits yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadits shohih dan syarat-syarat
67
hadits hasan.
b. b.Hadits yang hilang salah satu syaratnya dari syarat-syarat hadits maqbul(hadits
shohih atau yang hasan)
c. c.Pada definisi yang ketiga ini disebutkan secara tegas,bahwa Hadits dhoif
adalah hadits yang jika satu syaratnya hilang.
6
7 Rahman, Fathur Ikhtishar, Mushthalah Hadis, Bandung: al-Ma’arif ,1991
BAB III
PENUTUP
a. . Kesimpulan
Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan
dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama
Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan
Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah
Al-Qur'an. .
b. Saran-saran
Bahwa didalam mempelajari studi hadits hendaklah benar-benar mengetahui
pembagian hadits baik dari segi kuantitas maupun kualitas hadits itu sendiri, supaya
timbul ke ihtiyathan kita dalam menyampaikan hadits, dan untuk bisa membedakan
keshahihan suatu hadits harus mengetahui pembagian-pembagian hadits. Ditakutkan nanti
kita termasuk golongan orang-orang yang menyebarkan hadits-hadits palsu.
8 M. Noor Sulaiman PL, Antologi Ilmu Hadits, Jakarta, Gaung Persda Pres, 2008. hlm. 86.