Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN HADIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas:


Mata Kuliah: Al-Hadis
Dosen Penampu: Ernawati Br Ginting

Disusun Oleh Kelompok 2:


1. Della Patika Sari (0401213032)
2. Siti Mawaddah (0401211004)

KELAS AFI A
JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirabbilalamin, Segala puji hanya layak kita panjatkan kehadirat Allah Swt.
Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat,taufik, dan hidayah-Nya yang tiada terkira
besarnya, sehingga kami dari kelompok 2 bisa dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalh ini bisa dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam menambah ilmu tentang
sejarah dan juga perkembangan hadis hingga menjadi sebuah buku seperti yang kita ketahui
saat ini. Makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas dari Al-Hadis yang berjudul ‘Sejarah
pertumbuhan dan perkembangan hadis’

Harapan kami semoga makalah ini bisa membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah
ini sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
masih sangat kurang, oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………….....i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………....…….ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG………………………………………………………………………………......1

B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………………..…....1

C. TUJUAN PENELITIAN ……………………………………………………………………………....1

BAB II PEMBAHASAN

A. MASA KELAHIRAN ……………………………………………………..……………………….......2

B. MASA PENULISAN…………………………………………...…………………….…………….....4

C. MASA PEMBUKUAN……………………………………………………………………….…….....5

BAB III KESIMPULAN……………………………………………………………………….…………………….......7

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadis adalah segala sesuatu yang berasal dari rasullullah Muhammad saw baik
itu berupa perkataan maupun perbuatan. Oleh karena itu hadis menjadi sumber hukum
kedua dalam agama islam. Setelah rasulullah wafat hadis kemudian mulai mendapat
perhatian khusus di kalangan para sahabat-sahabat untuk tetap menjaga dan
mengamalkannya.
Ada beberapa fase-fase pertumbuhan dan perkembangan hadis mulai pada saat
rasulullah masih hidup hingga ke pada para sahabat-sahabat, kepada para tabi’in dan
sampai saat ini, mulai dari fase lahirnya hadis hingga dituliskan dan sampai pada proses
pembukaan kemudian terus dikaji sampai menghasilkan kitab-kitab hadis yang bisa kita
dapatkan dimasa sekarang ini.
Sejarah perkembangan hadis baik perkembangan riwayat-riwayatnya maupun
pembukuannya, amat diperlukan karena dipandang satu bagian dari pelajaran hadis
yang tak boleh dipisahkan, mempelajari ilmu hadis harus menitikberatkan pada
mempelajari periode-periode ilmu hadis dan pemuka-pemuka ilmu hadis.1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang
Menjadi bahan kajian dalam makalah ini adalah sebagi berikut:
I. Bagaimana proses kelahiran hadis?
II. Bagaimana proses penulisan hadis?
III. Seperti apa proses pembukuan hadis?
C. Tujuan
I. Mengetahui proses kelahiran hadis
II. Mengetahui proses penulisan hadis
III. Mengetahui proses pembukuan hadis

1
Teungku Muhammad hasbi ash shiddieqy, sejarah dan pengantar ilmu hadis (semarang:PT. Pustaka Rizki Putra,
1997),h.24
1
BAB II
PEMBAHASAN

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN HADIS


A. MASA KELAHIRAN

Tahap ini berlangsung pada masa sahabat sampai penghujung abad pertama
hijriah ketika rasulullah saw wafat, para sahabatlah yang membawa panji-panji islam,
kafilah ini berjalan mengawalinya demi menyelamatkan kemanusiaan dan
menyampaikan segala sesuatu yang diajarkan oleh rasulullah saw, waktu itu mereka
telah menghafal al-quran dengan sempurna seperti halnya mereka menguasai dan
memelihara hadis Nabi. Periode rasulullah saw merupakan periode pertama sejarah
pertumbuhan hadis. Masa ini merupakan kurun waktu turunnya wahyu dan sekaligus
sebagai masa pembentukan hadis, terbentuknya sunnah pada masa rasulullahsaw.
Berawal dari pengajaran beliau yang menarik perhatian para sahabat2.
Sebagai salah satu bentuk ketaatan dan kepatuhan tersebut, para sahabat
memberi perhatian khusus dan bersungguh-sungguh dalam menerima dan
mengamalkan segala yang diajarkan rasulullah saw baik yang berupa wahyu Al-qur’an
maupun dari hadis sendiri, sehingga ayat-ayat Al-qur’an dan hadis dapat berimplikasi
serta mempengaruhi kepribadian dan integritas para sahabat. Mereka umumnya lebih
memperioritaskan hafalan dari pada melakukan kegiatan penulisan. 3
Ada tiga kebijakan yang diambil rasulullah tentang hadisnya sendiri diantaranya:
1. Rasulullah memerintahkan kepada para sahabatnya untuk menghafal dan
menyampaikan hadis-hadisnya.
Diantara dalil-dalil yang menguatkan tentang hal ini Antara lain sabda nabi yang
diriwayatkan bukhari dan muslim:
2
Muhammadiyah Amin, ilmu hadis (Cet.II;Gorontalo:Sultan Amai Press. 2011), h.30
3
Siti Aisyah, kontribusi imam Al-Bukhari dalam validitas hadis (Makassar: Alauddin Press, 2011),h.20

2
“ Dan ceritakanlah dari padaku. Tidak ada keberatan bagimu untuk menceritakan
apa yang kamu dengar dari padaku. Barangsiapa berdusta terhadap diriku,
hendaklah dia bersedia menempati kediamannya di neraka”
Dan dari Riwayat Abdul Bar
“Ketahuilah, hendaklah orang yang hadir diantaramu, menyampaikan kepada
orang yang tidak hadir”. 4
Dari hadis diatas dapat di pahami bahwa rasulullah menghendaki dan memerintahkan
agar para sahabat menghafal dan menyebarkan kerena pada saat itu para sahabat daya
hafalannya sangat kuat, para sahabat juga tekadang tidak hadir pada saat rasulullah
menyampaikan ajran-ajaran islam baik disebabkan kerena persoalan jauhnya jarak tempat
tinggal mereka dengan tempat rasulullah, selain itu ada yang sibuk mengurus urusan sehari-
hari, dan terkadang ada yang malu menanyakan langsung persoalannya kepada Rasulullah
sehingga dititpkannya kepada sahabat yang lainnya.
2. Rasulullah melarang para sahabat untuk menulis hadis-hadisnya
Adapun dalil yang menunjukkan tentang hal ini ialah hadis Rasulullah yang
diriwayatkan oleh muslim
“ Janganlah kamu sekalian menulis sesuatu dariku selain al-quran.
Barangsiapa menulis sesuatu dari selain al-qur’an maka hapuslah,” (HR.Muslim).5
3. Rasulullah memerintahkan kepada para sahabatnya untuk menulis hadis-
hadisnya
Perintah ini didasarkan pada dalil-dalil hadis rasulullah sendiri diantaranya ketika
Abdullah bin amr ibnu ash menulis apa yang diucapkan oleh nabi diantara
sahabat yang melihat hal ini kemudian menegurnya, lalu Abdullah bin amr ibnu
ash mengadukan kepada Rasulullah dan bertanya apakah boleh menulis hadis-
hadisnya, mendengar pertanyaan ini Rasulullah menjawab:
“ Tulislah demi zat yang jiwaku ada ditangannya tidak keluar darinya
kecuali yang hak”.6
Pada zaman rasulullah ternyata tidak sedikit diantara sahabat yang secara pribadi telah
berusaha mencatat hadis-hadis rasulullah. Catatan-catatan itu ditulis dipelepah kurma, kulit
kayu dan tulang hewan serta diberi nama yang berbeda beda Antara lain daftar,kurrasah,
diwan, kitab, shahifah, tumar,darj. Sekitar 52 orang sahabat yang memiliki shahifah yang

4
M. Syuhudi Ismail, Pengantar ilmu hadis,(Bandung: Angkasa, 1994), h.76
5
Muhammad Alawi Al-Maliki, Al-Manhalu Al-Lathiifu FI Ushuuli Al-Hadisi Al-Syarifi, terj.Adnan Qohar, Ilmu Hadis
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012),h.20
6
Nuruddin ‘Itr. Manhaj An-Naqd Fii ‘Uluum Al-Hadis, terj. Mujiyo, Ulumul Hadis (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2012), h.29
3
memuat hadis-hadis yang diterimanya dari nabi saw ataupun mendiktekannya kepada murid-
murid mereka.7
B. MASA PENULISAN
Penulisan adalah suatu media terpenting bagi pemeliharaan ilmu pengetahuan
dan penyebarannya kepada masyarakat luas, tidak terkecuali ini telah menjadi suatu
media dalam upaya pemeliharaan hadis, meskipun dalam hal ini terdapat sejumlah
riwayat yang berbeda dan pandangan yang beraneka ragam. Berkenan dengan
penulisan hadis telah lahir sejumlah kitab, baik zaman dahulu maupun zaman belakang.
Sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya dalam makalah ini bahwa memang
pada awalnya nabi melarang untuk menulis hadis namun adapula riwayat yang membolehkan
hal itu sehingga ada sebagian sahabat yang menulis hadis diantaranya Ali dan Abdullan bin amr
bin ash,namun pada saat masa khalifah Abu Bakar sampai Ali bin Abi Thalib hadis masih
disebarkan melalui periwayatan lisan dari sahabat yang satu ke sahabat yang laiinya.
Namun pada masa Abad kedua hijriah atau masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz
(w.101 H=720 M) dimana daerah pemerintahan islam yang sangat luas sehingga para sahabat-
sahabat terpencar kebeberapa daerah-daerah untuk mengembangkan islam dan memberikan
bimbingan kepada masyarakat, ini mengakibatkan semakin banyaknya sahabat yang sudah tua
dan akhirnya meninggal banyak pula yang meninggal dalam peperangan guna untuk
menyebarluaskan islam maka jumlah para sahabat yang menguasi hadis semakin menjadi
sedikit sedangkan hadis sendiri belum ditulis secara massal apa lagi dibukukan
Pada akhir abad I hijriah, atau memasuki awal abad ke II hijriah tulisan-tulisan tentang
hadis semakin banyak ditemukan, namun tidak tertata dengan baik, yakni belum memiliki
metode tersendiri. Agar penulisan hadis-hadis tetap mentradisi, maka keluarlah intruksi dari
Khalifah Umar bin Adul Aziz untuk menulis hadis-hadis secara efektif yaitu tertata dengan baik
dan menggunakan metode-metode tertentu
C. MASA PEMBUKUAN
Setelah islam tersebar dan wilayahnya semakin luas, tersiarlah bid’ah-bid’ah para
sahabat terpencar di beberapa kota dan banyak diantara mereka yang meninggal dunia baik
yang ikut berperang maupun karena mereka sakit, maka hafalan dan daya ingat terhadap hadis
nyaris berkurang dan melemah. Keadaan demikian menuntut adanya pembukuan dan
penulisan hadis secara menyeluruh. Oleh karena itu pada abad kedua Amirul Mukminin Umar
bin Abdul Aziz mengirim surat kepada para pejabat dan qadhinya di madinah, Abu Bakar bin
Hazm “Periksalah mana saja yang termasuk hadis Rasulullah saw. maka tulislah karena,
sesungguhnya aku khawatir terhadap musnahnya ilmu agama dan wafatnya para ulama”[14]

7
Siti Aisyah, Kontribusi Imam Al-Bukhari dalam Validitas hadis, h.28

4
Selanjutnya Umar bin Abdul Aziz memerintahkan Abu Bakar bin Hazm menulis hadis-
hadis yang ada pada Marah binti Abdur Rahman Al-Anshariyah dan Qasim bin Muhammad bin
Abu Bakar. Dia juga mengirim surat kepada pejabat-pejabat dibeberapa pusat kota islam agar
mengumpulkan hadis. Diantara orang yang menerima perintah tersebut ialah Muhammad bin
Syihab al-Zuhri. Pada masa itu ulama islam bergerak menulis dan membukukan
sunnah,sehingga tersebarlah beberapa penulisan sunnah, sehingga tersebarlah beberapa
penulisan sunnah pada suatu periode sesudah Al-Zuhri tersebut diantaranya ialah:

• Ibnu Juraij di Mekah pada 150 H

• Ibnu Ishak di Madinah pada 179 H

• Rabi’ah Subeh di Bashrah pada 106 H

• Sufyan al-Tsauri di Kufah pada 161 H

• Al-Auza’i di Syam pada 156 H

• Husyaimi di Khurassan pada 181 H


Pengumpulan hadis-hadis tersebut terjadi dalam satu periode, dan tidak diketahui mana yang
lebih dahulu. Kemudian, pada periode berikutnya banyak penulis hadis yang menyusun kitab
hadis seperti yang dilakukan oleh ulama pada periode sebelumnya
Adapun sistematika penulisan kitab hadis mereka ialah dengan menghimpun hadis-hadis
yang tergolomg dalam satu munasabah atau hadis-hadis yang ada hubungannya antara yang
satu dengan yang lainnya dihimpun dalam satu bab. Kemudian disusun menjadi beberapa bab
sehingga menjadi satu kitab. Mereka masih mencampurkan antara hadis dengan atsar sahabat
dan tabi’in, tidak seperti apa yang telah disusun oleh ulama-ulama ahli hadis pada periode
pertama seperti al-Zuhri, dimana mereka menyusun kitabnya dengan mengkhususkan
setiapcsatu bab terdiri dari
hadis-hadis yang terkait satu sama lainnya
Buku-buku yang ditulis pada masa itu dan kini yang sudah dicetak dan beredar antara lain:
1. Al-Muwattha’ karya Imam Malik bin Anas
2. Al-Mushanif karya Abdurrazak bin Hammam As-Shan’ani
3. As-Sunnah karya Said bin Mansur
4. Al-Mushannaf karya Abu Bakar bin Abu Syaibah

5
BAB III
PENUTUP

Periode lahirnya hadis dimana Rasulullah memerintahkan kepada para sahabatnya


untuk menghafal dan menyampaikan hadis-hadisnya dan melarang untuk ditulis karena
ditakutkan para sahabat mencampu adukkan antara hadis dan Al-Qur’an kemudian keluar
perintah untuk menulis untuk sahabat-sahabat tertentu

Penulisan hadis sebenarnya telah ada pada masa rasulullah namun hanya sebatas
catatan-catatan para sahabat terdekat dan orang-orang yang dianggap cakap dan mampu
dalam membedakan hadis dan al-qur’an itu sendiri, hadis secara resmi mulai diperintahkan
untuk ditulis yakni pada masa pemerintahan bani Umayah pada khalifah Umar bin Abdul Aziz
kemudian dilanjutkan dengan pembukuan hadis meskipun masih sebatas pengumpulan dari
para hapalan-hapalan sahabat yang kemudian dikumpul dan dijadikan sebuah kitab hadis,
karena kekhawatiran atas banyaknya para sahabat penghafal hadis yang meninggal

Anda mungkin juga menyukai