Anda di halaman 1dari 27

PENERAPAN WAHDATUL ‘ULUM DALAM KELUARGA

BAHAGIA
Disusunnya artikel ini untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Wahdatul “Ulum
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sukiman,M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok l
1. MHD. FAJAR FADHILLAH (0401211010)
2. RAFLI KAHFI (0401211022)
3. ALFA RIDHO RAMBE (0401212027)
4. FADILLAH UTAMI (0401211015)
5. HIJRIYAH (0401211012)

SEMESTER 1/ AFI 1A
PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A 2021
KATA PENGANTAR
Assalamual’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirrabbil’alamin puji syukur diucapkan kehadirat Allah
SWT atas segala limpahan rahmat dan karuni serta nikmat-Nya, sehingga
dapat menyelesaikan penulisan artikel ini yang berjudul “Penerapan
Wahdatul ‘Ulum dalam Keluarga Bahagia”, tak lupa sholawat serta salam
kami ucapkan kepada sang inspirator yaitu Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga ,sahabat-sahabat, dan para pengikut beliau hingga akhir zaman.
Kami sebagai penulis menyadari dalam pembuatan artikel ini masih
terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan artikel ini.
Demikian kata pengantar dari kami penulis, besarnya harapan agar
artikel ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat digunakan
sebagaimana mestinya, semoga kita semua mendapat faedah dan diterangi
hatinya dalam setiap menuntut ilmu yang bermanfaat untuk dunia dan
akhirat.

Medan,02 Desember 2021

Penulis
1. Pendahuluan

Gambaran abstrak Artikel ini menjelaskan mengenai bagaimana


membentuk keluarga. Karena di saat sekarang ini banyak kita temukan
keluarga yang tidak sesuai dengan konsep keislaman. Sehingga tidak
terciptanya keluarga yang Sakina, mawaddah, warahmah.

Hal ini mendorong kami untuk membuat artikel tentang


implementasi wahdatul u’lum dalam keluarga Bahagia, sehingga nanti
bisa menjadi rujukan/referensi bagi keluarga islam khususnya di
Indonesia.

Sehingga kami berharap dengan adanya artikel ini, para keluarga


ataupun calon keluarga dapat mengaplikasikannya dalam keluarga
nantinya, sehingga tidak adanyamasalah-masalah yang rumit di dalam
rumah tangga.

Maka dari itu kami akan membahas beberbagai masalah di


keluarga maka kami merumuskan masalah yaitu :

1. Apa pengertian keluarga


2. Apa tujuan dan fungsi keluarga bahagia
3. Bagaimana cara memilih calon pasangan
4. Bagaimana cara mewujudkan keluarga bahagia
5. Apa kewajiban suami terhadap istri dan anak
6. Apa kewajiban istri kepada suami dan anak
7. Apa kewajiban anak terhadap orang tua
8. Bagaimana program pengembangan jasmani dan keterampilan
9. Bagaimana program pengembangan pendidikan karakter dan
intelektual
10. Apa filosofi keluarga bahagia
A. Pengertian Keluarga

Keluarga dalam bahasa Arab disebut ahlun, selain kata ahlun kata
yang memiliki arti keluarga aali, ‘asyirah, dan qurbaa. Kata ahlun
berasal dari kata ahila yang berarti senang, suka, atau ramah. Menurut
pendapat lain, kata ahlun berasal dari ahala yang berarti menikah
(Ahmad Mukhtar Umar, 2008: 135).

Hamzah Ya‘qub (1983:146) menyebutkan ; keluarga adalah


persekutuan hidup berdasarkan perkawinan yang sah dari suami dan
istri yang juga selaku orang tua dari anak-anaknya yang dilahirkan.

Keluarga berasal dari bahasa sansekerta kula dan warga


“kulawarga” yang berarti “anggota” dan “ kelompok kerabat” keluarga
adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki
hubungan darah, bersatu. Keluarga inti (nuclear family) terdiri atas
ayah, ibu, dan anak-anak.

Arti keluarga menurut beberapa ahli

1. Ki Hajar Dewantara
Keluarga adalah sekumpulan beberapa orang yang terikat
karena terikat pleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri
sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak
bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan
masing-masing anggotanya.

2. Menurut Bailon dan Maglaya


Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing-
masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

3. Menurut Duvall dan Logan


Keluarga adalah sekumpulan orang yang memiliki ikatan
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang memiliki tujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, emosional, mental dan sosial dari setiap
anggota keluarga.

B. Tujuan Dan Fungsi Keluarga Bahagia

• Tujuan keluarga

1. Melaksanakan Sunnah Rasulullah


2. Untuk mendapatkan Ridha Allah SWT.
3. Mempererat hubungan/ukhuwah Islam.
4. Menghasilkan keturunan yang beriman, berilmu dan berakhlak
mulia.
5. Mempermudah tugas pribadi dan menenangkan hati dan fikiran

• Fungsi keluarga

1. Fungsi Pendidikan.
Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan
masa depan anak bila kelak dewasa.

2. Fungsi religious
Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah
memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang
lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk
menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur
kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.

3. Fungsi Sosialisasi Anak.

Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah


bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota
masyarakat yang baik.

4. Fungsi Ekonomis.
Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-
sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang
lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan,
mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.

C. Bagaimana Cara Memilih Calon Pasangan

• Memilih calon suami

1. Beragama Islam

Kriteria pertama mencari jodoh dalam islam ialah beragama


Islam. Sudah jelas bahwa bagi Anda (wanita) muslimah yang
ingin bersuami, maka pilihlah pria yang beragama Islam, sama
seperti Anda. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang
artinya:

“…Janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik


(dengan wanita-wanita mu’min) sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya budak yang mu’min lebih baik daripada orang
musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke
neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan
izin-Nya…” (Q.S. Al-Baqarah: 221).

Dari ayat tersebut dapat diambil sebuah ibarah (pelajaran)


pelajaran bahwa laki-laki muslim masih lebih baik daripada laki-
laki musyrik walaupun laki-laki muslim tersebut adalah budak
sekalipun dan laki-laki musyrik tersebut menarik hati Anda
(wanita).

2. Taat Beragama (Sholeh)

Kriteria kedua ialah taat beragama. Dalam istilah Islam


dikenal sebagai pria yang sholeh. Sebagaimana dijelaskan dalam
salah satu hadits Nabi Muhammad SAW yang artinya : ”Bila
datang seorang laki-laki yang kamu ridhoi agama dan akhlaknya,
hendaklah kamu nikahkan dia, karena kalau engkau tidak mau
menikahkannya, niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan
kerusakan yang meluas.” (H.R. Tirmidzi dan Ahmad).
Dari hadits tersebut dapat diambil sebuah ibarah (pelajaran)
bahwa seorang wanita baiknya dinikahkan dengan laki-laki yang
taat beragama dan baik akhlaknya. Tentunya yang dimaksud taat
beragama di sini ialah menjalankan perintah dan menjauhi
larangan Allah SWT dan Rasul-Nya, di samping baik akhlaknya
atau perilakunya.

3. Menjauhi Kemaksiatan

Kriteria ketiga ialah menjauhi kemaksiatan. Sebagaimana


firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang artinya :
Orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka
mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu
mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun
dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terkait dengan apa
yang dikerjakannya.” (Q.S. Ath-Thuur: 21).

4. Kuat semangat jihadnya

Kriteria keempat ialah kuat semangat jihadnya. Maksud jihad


di sini bukanlah lantas berperang dan sebagainya, tetapi lebih
kepada bagaimana bisa mempertahankan agama yang dianutnya
beserta juga keluarganya. Jadi, pilihlah suami yang sekiranya
mampu melakukan itu. Mampu membimbing Anda (wanita) agar
terus teguh berada di jalan Islam serta mampu terus dengan
semangat menjalan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya serta
menjauhi larangan-Nya. Intinya, tetap teguh dalam keimanan
yang dimiliki dan melakukan kewajiban suami terhadap istri
dalam islam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an
yang artinya :

“Orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka


mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu
mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun
dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terkait dengan apa
yang dikerjakannya.” (Q.S. Ath-Thuur: 21)
5. Berasal Dari Keluarga yang Baik

Kriteria kelima ialah berasal dari keluarga yang baik.


Bukannya pria yang harus memilih menikahi wanita dari keluarga
yang baik, wanita pun juga demikian. Wanita juga dianjurkan
untuk memilih pria dari keluarga dan nasab yang baik. Tentunya
baik di sini dilihat dari nilai agama dan akhlaknya. Pria yang baik
biasanya berasal dari keluarga yang baik pula. Bahkan tidak hanya
itu, tetapi juga berasal dari lingkungan masyarakat yang baik.
Karena keluarga yang baik biasanya bergaul dan berkumpul
dengan lingkungan masyarakat yang baik pula.

6. Taat Kepada Orang Tuanya

Kriteria keenam ialah taat kepada orang tuanya. Hal ini


sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits Nabi Muhammad
SAW yang artinya:

“Dari Mu’awiyah bin Jahimah, sesungguhnya Jahimah


berkata: “Saya datang kepada Nabi SAW untuk meminta izin
kepada beliau guna pergi berjihad, namun Nabi SAW bertanya:
“Apakah kamu masih punya Ibu-Bapak (yang tidak bisa mengurus
dirinya)?”. Saya menjawab: “Masih”. Beliau bersabda: “Uruslah
mereka, karena surga ada di bawah telapak kaki mereka.”” (H.R.
Thabarani, adapun ini adalah hadits Hasan (baik)).

“Dari Ibnu Umar RA, ujarnya: “Rasulullah SAW bersabda:


“Berbaktilah kepada orang tua kalian, niscaya kelak anak-anak
kalian berbakti kepada kalian; dan periharalah kehormatan (istri-
istri orang), niscaya kehormatan istri-istri kalian terpelihara.””
(H.R. Thabarani, adapun ini adalah hadits Hasan).

Dari hadits-hadits tersebut dapat diambil sebuah ibarah


(pelajaran) bahwa anak yang berbakti kepada orang tua
memperoleh jaminan untuk mendapatkan keselamatan kelak
berupa surga. Jadi, pilihlah suami yang berbakti kepada orang
tuanya karena dia sudah pasti mendapatkan keselamatan kelak
berupa surga. Sedemikian sehingga nanti Anda (wanita) juga akan
dibimbingnya agar mendapatkan keselamatan berupa surge pula,
Insya Allah

Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan


keluargamu dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat kasar, yang
keras, yang tidak mendurhakai Allah atas perintah Allah kepada
mereka dan selalu taat pada apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-
Tahriim: 6).

Dari ayat tersebut dapat diambil sebuah ibarah (pelajaran)


bahwa kepala keluarga bertanggung jawab untuk menjauhkan
keluarganya dari segala macam dosa dan hal-hal yang menghapus
amal ibadah sehingga terhindar dari siksa api neraka yang begitu
pedih.

7. Mandiri Dalam Ekonomi

Kriteria ketujuh ialah mandiri dalam ekonomi. Hal ini


tentunya berkaitan erat nantinya dengan kehidupan setelah
menikah. Karena tentunya setelah menikah tidak sepatutnya lagi
bergantung kepada orang tua, sehingga sudah seharusnya
memiliki kemandirian dalam hal ekonomi. Kenapa ekonomi?
Karena nanti tentunya bukan hanya mandiri dalam hidup untuk
membangun rumah tangga dalam islam, tetapi juga mandiri dalam
hal membangun rumah tangga yang membutuhkan pembiayaan,
seperti makanan, sandang, dan lain sebagainya. Dan kewajiban
mencari nafkah adalah kewajiban suami sebagai kepala rumah
tangga. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang
artinya:

“Hai golongan pemuda, barangsiapa diantara kamu ada yang


mampu (untuk membelanjai) kawin, hendaklah ia kawin, karena
kawin itu akan lebih menjaga pandangan dan akan lebih
memelihara kemaluan; dan barangsiapa belum mampu kawin,
hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu ibarat pengebiri.” (H.R.
Ahmad, Bukhari dan Muslim).

Dari hadist tersebut dapat diambil ibarah (pelajaran) bahwa


laki-laki yang pantas dinikahi ialah laki-laki yang sudah mampu
untuk membelanjai kawin. Dalam artian, sudah mampu mencari
nafkah dan mandiri dalam segi ekonomi.

8. Memiliki Pemahaman Agama yang Setara atau Lebih Baik

Kriteria kedelapan ialah memiliki pemahaman agama yang


setara atau lebih baik. Dengan kata lain, pilihkan pria yang
memiliki pemahaman agama lebih baik dari Anda (wanita),
minimal setara atau sebanding. Hal ini dikarenakan rumah tangga
yang baik harusnya dibangun dengan pondasi agama yang kuat.
Mengapa bahkan dianjurkan lebih baik? Karena suami merupakan
imam dalam keluarga yang sudah jelas tugasnya untuk
membimbing keluarganya. Hal tersebut sudah tidak dapat
ditawar-tawar lagi, suami adalah imam dalam
keluarga.mewujudkan seperti yang demikian, di mana artinya
untuk mewujudkan itu semua dengan menjauhi kemaksiatan dan
menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, serta tidak
pernah mendurhakai-Nya.

9. Berjiwa Pemimpin

Cara Memilih Calon Pendamping Hidup Sesuai Syariat


Agama ialah berjiwa pemimpin. Sebagaimana sudah digariskan
oleh Sang Pencipta, Allah SWT, bahwa seorang laki-laki adalah
pemimpin di dunia ini. Tentunya tidak hanya di dunia saja, tetapi
minimal ialah pemimpin dalam keluarganya sendiri. Selain
memimpin, tentunya tugas lainnya ialah mencari nafkah dan
melindungi keluarganya, yaitu istri dan anak-anaknya.

Seorang suami yang baik pasti akan terus berusaha menjadi


pemimpin yang baik bagi istri dan anak-anak sehingga dapat
selamat di dunia dan akhirat. Dan satu hal lagi yang penting dari
seseorang yang berjiwa pemimpin ialah mampu mengambil
keputusan yang tepat dalam menjalani kehidupan rumah
tangganya sehingga nantinya akan dihargai oleh istri dan anak-
anaknya. Jadi, pilihlah pria yang memiliki jiwa pemimpin dalam
dirinya.

10. Bertanggung Jawab

Kriteria kesepuluh ialah bertanggung jawab. Selain berjiwa


pemimpin, sifat lainnya yang harus dimiliki oleh seorang laki-laki
sebagai suami adalah tanggung jawab. Contohnya dalam hal
mencari nafkah. Jangan sampai suami hanya menikmati hasil dari
jerih payah istrinya, sedangkan dirinya hanya diam saja tanpa
berbuat sesuatu apapun. Tidak hanya itu, dia juga harus mampu
bertanggung jawab dengan semua yang dilakukannya atas nama
keluarganya sendiri. Jadi, pilihlah suami yang sekira mampu
bertindak demikian. Namun bukan berarti melarang istri untuk
bekerja atau berkarir, terlebih di zaman emansipasi wanita seperti
sekarang, tetapi suami tetap bertanggung jawab atas nafkah
istrinya walaupun sang istri juga bekerja atau berkarir.

11. Bersikap Adil

Kriteria kesebelas ialah bersikap adil. Sebagaimana telah


disinggung dalam poin 9 bahwa suami harus bisa mengambil
keputusan, maka dia juga harus mampu bersikap adil atas
keputusan yang diambilnya tersebut. Bahkan bukan hanya atas
keputusan yang diambilnya, tetapi terhadap apapun yang
dilakukannya dalam keluarga. Sedemikian sehingga tidak ada
pihak yang tersinggung atau dirugikan, baik istri maupun anak-
anaknya. Jadi, pilihlah suami yang sekira mampu bersikap adil
dalam rumah tangga. Karena suami yang adil tidak akan
mendzalimi Anda (wanita) sebagai istrinya maupun anak-anaknya
sendiri dan merupakan cara menjaga keharmonisan rumah tangga.

12. Berkepribadian Lembut


Kriteria kedua belas ialah berkepribadian lembut.
Sebagaimana seorang wanita yang kodratnya memang ingin
mendapat perhatian dan kelembutan dari seorang pria, maka
suami yang baik seharusnya memiliki kepribadian lembut.
Kelembutan tersebut bukan hanya untuk memberikan
keluarganya (istri dan anak-anaknya) perhatian, tetapi juga lebih
kepada kemampuannya dalam mengontrol emosi sehingga tidak
mudah marah. Apalagi sampai berlaku kasar kepada keluarganya
(istri dan anak-anaknya) karena emosi dan kemarahan tersebut.
Jadi, pilihlah suami yang memiliki kepribadian lembut, mampu
mengontrol emosinya, sehingga tidak mudah marah, apalagi
berlaku kasar karena tujuan pernikahan dalam islam ialah
membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah dan
warohmah.

13. Dermawan

Kriteria ketiga belas ialah dermawan. Semua orang pasti


menyukai orang yang memiliki sifat dermawan. Pada suami, sifat
dermawan ini sangatlah penting karena nantinya akan berkaitan
dengan upaya atau usahanya dalam memenuhi kebutuhan kepada
keluarganya dengan layak. Suami yang dermawan pasti akan
memberikan kualitas kebutuhan yang terbaik bagi istri dan anak-
anaknya. Kalaupun penghasilannya memang tidak mencukupi,
maka ia akan berusaha untuk mendiskusikannya bersama istri
tercintanya selaku pendamping hidupnya. Jadi, janganlah sampai
Anda (wanita) memilih pria yang kikir walaupun dia kaya raya.
Lebih baik tidak terlalu kaya asal dermawan daripada kaya tetapi
kikir.

14. Memiliki Syahwat yang Sehat

Kriteria keempat belas ialah memiliki syahwat yang sehat.


Anda (wanita) sebagai seorang muslimah yang baik dianjurkan
untuk mencari suami yang sehat secara syahwat karena muslimah
tidak akan memiliki kesempatan untuk menambah jumlah suami
jika nantinya suaminya tidak mampu memenuhi kebutuhan
biologisnya. Berbeda dengan kaum pria yang bisa menambah
jumlah istrinya (poligami) jika memang istri pertama tidak
mampu memenuhi kebutuhan biologisnya. Bahkan bisa sampai
keempat kalinya tanpa perlu menceraikan istri pertamanya,
selama mampu bersikap adil. Oleh karena itu, pilihlah pria yang
sehat secara fisik dan syahwat tentunya.

15. Suka Berketurunan dan Subur


Kriteria kelima belas ialah suka berketurunan dan subur.
Sebagaimana nanti Rasulullah akan sangat membanggakan
umatnya yang banyak di akhirat kelak sehingga pilihlah suami
yang suka “membuat anak”. Walaupun memiliki syahwat yang
sehat tetapi tidak gemar berketurunan, maka kebutuhan
biologisnya berarti hanya ingin memenuhi kebutuhan setan
semata. Selain itu, suka berketurunan sebenarnya merupakan
pembeda agama Islam dibandingkan dengan agama lainnya yang
membebaskan umatnya untuk hidup tanpa pasangan ataupun anak
sekalipun. Sedemikian sehingga dalam memenuhi kebutuhannya
pun bisa dilakukan dengan berzina (seks di luar nikah) maupun
hubungan sesama jenis. Naudzubillah!

• Memilih calon istri

‫ع ْن أَبيه‬ َ ‫سعيد‬ َ ‫سعيدُ ْب ُن أَبي‬ َ ‫ّللا قَا َل َحدَّثَني‬


َّ ‫ع ْن عُبَيْد‬ َ ‫سدَّد َحدَّثَنَا يَحْ يَى‬ َ ‫َحدَّثَنَا ُم‬
ُ ‫سلَّ َم قَا َل ت ُ ْن َك ُح ْال َم ْرأَة‬
َ ‫علَيْه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫ع ْن النَّبي‬ َ ُ‫ع ْنه‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫ع ْن أَبي ه َُري َْرة َ َرض‬ َ
َ‫ت يَدَاك‬ ْ َ‫اظف َْر بذَات الدين ت َرب‬ ْ َ‫سب َها َو َج َمال َها َولدين َها ف‬َ ‫ِل َ ْربَع ل َمال َها َول َح‬
Telah menceritakan kepada kami Musaddad Telah menceritakan
kepada kami Yahya dari Ubaidullah ia berkata ; Telah menceritakan
kepadaku Sa'id bin Abu Sa'id dari bapaknya dari Abu Hurairah
radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
bersabda: "Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya,
karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya.
Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung."
(HR Bukhari)

Kemudian tambahan 3 lagi, yaitu :

ُ‫ّللا عل ْي َِه وسلَمَ أيَ النِساءَِ خيْرَ قالَ الَذِي تسُرَهُ إِذا نظرَ وتُطِ يعُ َه‬ََُ ‫ّللا صلَى‬ ََِ ‫ل‬
َُ ‫سُئِلَ رسُو‬
َ‫ِإذا أمرَ ولَ تُخا ِلفُ َهُ فِيما ي ْكرَهُ فِي ن ْفسِها وما ِل ِه‬
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya; “Wanita
yang bagaimana yang paling baik?” Beliau menjawab: “Jika
dipandang (suami) ia menyenangkan, jika diperintah ia taat, dan ia
tidak menyelisihi suaminya dalam perkara-perkara yang
dibencinya, baik dalam diri maupu harta” (HR. Ahmad)

"Inilah empat faktor yang mestinya menjadi patokan dalam


memilih jodoh di antaranya harta, keturunan, kecantikan atau
ketampanan, dan agama," kata Ustadz Ahmad.

Menurut Ustadz Ahmad, disadari atau tidak, ternyata memang


empat faktor ini yang bisa menunjang keberlangsungan bahtera
rumah tangga seseorang agar tetap kuat dan kokoh dalam
mengarungi kehidupan.

Kenapa harta menjadi pertimbangan pertama, karena memang


disadari atau tidak, harta adalah hal yang juga penting dalam
menunjang keberlangsungan keluarga, walaupun bukan faktor
utama. Juga karena memang biasanya, faktordengan ekonomi kuat,
anak-anak akan terlayani dengan fasilitas yang memadai, baik dari
segi pengajaran, pendidikan serta mental.
"Dan sebaliknya, ekonomi yang buruk dalam keluarga, bukan
hanya membuat pasutri menjadi kurang harmonis tapi juga anak-
anak tidak mendapatkan pelayanan yang maksimal yang
membuatnya tumbuh tidak sebaik orang yang mampu," katanya.

Ustadz Ahmad menegaskan, bahwa keturunan adalah faktor


kebangaan manusia. Semua orang ingin mendapatkan pasangan dari
keluarga terhormat. Karena memang manusiawi sekali, orang ingin
mendapatkan kehormatan, orang ingin mendapatkan perhatian
banyak mata, orang ingin mendapat kemuliaan.

"Dan salah satu faktor yang bisa meraih itu adalah faktor
keluarga," katanya.

Siapa juga yang ingin mendapatkan mantu dari kalangan


penjahat, penjilat, pembunuh, pencuri atau kriminil? Dan wanita
mana yang rela hidup berdampingan dengan laki-laki culas, pemalas,
pemabuk serta pengacau.

Begitu juga sang suami, semua ingin mendapatkan keturunan


yang baik, maka itu ia memilih wanita dari keturunan yang baik
nasabnya. Selain karena memang itu adalah sebuah kebanggaan,
faktor keturunan juga bisa menjadi faktor yang menentukan baik dan
tidaknya
keturunan.

"Dengan mendapatkan istri atau suami dari nasab yang baik itu,
diharapkan nantinya akan lahir keturunan yang baik pula," katanya.

Sebab mendapatkan keturunan yang baik itu memang bagian


dari perintah agama, seperti yang Allah SWT firmankan di dalam
Alquran An-Nisa ayat 9.

"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang


seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang
benar."

Memilih yang cantik atau tampak, sangat manusiawi dan wajar


sekali. Setiap orang ingin memiliki pasangan hidup yang indah
dipandang, enak dilihat, menyenangkan jika berhadapan,
memberikan ketenangan jika berdampingan.

Tidak ada wanita atau laki-laki yang ingin memliki pasangan


hidup buruk rupa, tak sedap dipandang dan tak nyaman jika
berduaan. Sebagaimana juga laki-laki yang ingin dan sangat ingin
memliki istri cantik memikat, wajahnya ayu, serta indah, dan senang
jika berdampingan.

Kemudian nasehat dari tuan guru Abdul Halim yaitu bahwa yang
terpenting dari itu semua adalah bahwa setiap pasangan baik suami
ataupun istri wajiblah mempunyai atau mempelajari sifat pemurah,
penyabar dan pemaaf. Maka dengan adanya 3 sifat ini Insya Allah
rumah tanga akan Sakinah, mawaddah dan warahmah, dan juga akan
mendatangkan ridha Allah SWT.

D. Mewujudkan keluarga Bahagia

Untuk mewujudkan keluarga bahagia sudah kita jelaskan di atas


bahwa yang terpenting setelah pemilihan calon suami dan istri maka
yang wajib dipelajari atau diterapkan di dalam keluarga yaitu ada 3,
yaitu :
Pertama sifat pemurah, wajiblah bagi seorang suami pemurah atau
dermawan kepada istrinya sesuai dengan kemampuan sang suami
kemudian seorang suami juga harus mengetahui apa kesenangan dari
seorang istri begitu pula sebaliknya seorang istri harus juga pemurah
kepada suaminya, dalam hal ini pemurah dapat diartikan dengan
banyak hal seperti murah senyum. murah memberi. Murah mengasihi
dan banyak lainnya.
Sehingga apa bila satu keluarga mempunya sifat pemurah maka
damai lah keluarga tersebut dari sifat pelit antara suami dan istri.

Kemudian, yang kedua yaitu sifat penyabar, wajiblah seorang


suami mempunyai sifat penyabar terhadap istrinya sehingga tidak cepat
marah atau emosi yang sewaktu-waktu bisa terjadi akibat nafsu amarah
itu masih kuat di dalam diri, kemudian seorang istri juga haruslah
mempunyai sifat penyabar terhadap suaminya sehingga apabila
suaminya bertingkah laku di luar dari kebiasaan dan tidak disukai oleh
istri maka wajiblah bagi istri untuk bersabar dan memberitahu dengan
baik kepada suaminya.

Sehingga apabila suatu keluarga mempunyai sifat penyabar maka


akan damailah keluarga tersebut sehingga tidak terjadi keributan di
sana-sini yang menyebabkan hilangnya Marwah suami di hadapan
tetangga-tetangganya dan hilangnya kehormatan keluarga dimata
tetangga-tetangganya.

Kemudian, yang ketiga yaitu sifat pemaaf, apabila seorang suami


juga mempunyai sifat pemaaf maka sangat beruntung lah seorang istri
yang mendapatkan suami tersebut karena setiap permasalahan pasti ada
jalan keluarnya, maka dalam hal ini dapa diselesaikan dengan cara
berdiskusi dan akhirnya saling memaafkan.

Kemudian apabila terjadi suatu kesalahan yang kecil maka


janganlah diperbesar maka hendaknya bagi seorang suami langsung
memaafkan kesalahan istrinya kemudian juga kepada seorang istri
apabila suami mempunyai kesalahan kepada istrinya maka hendaklah
si istri langsung memaafkan kesalahan suaminya agar tidak menjadi
masalah yang besar dan berakibat fatal bagi suatu hubungan. Kemudian
karena dengan adanya sifat pemaaf ini akan terjadi kerukunan yang
sangat-sangat damai di dalam sebuah keluarga.

Mungkin dengan adanya tiga sifat ini maka sudah cukuplah untuk
mewujudkan keluarga yang bahagia dan keluarga kita dapat dijauhkan
dari kata perpisahan atau cerai
E. Kewajiban Suami Terhadap Istri Dan Anaknya

• Memberikan pangan, sandang dan pangan


- Tempat tinggal yang layak
- Pakaian yang bagus
- Menafkahi

• Memberikan pendidikan
Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dari kakek Ayub Bin Musa Al Quraisy
dri Nabi Shalallaahu’alaihi wasallam bersabda,
“Tiada satu pemberian yang lebih utama yang diberikan ayah kepada
anaknya selain pengajaran yang baik”.
- Menyekolahkan
- Mempersiapkan peralatan Pendidikan

• Melindungi istri
Tercantum dalam Al-Quran surah an-nisa:34

‫ع ٰلى َب ْعض َّوب َما ا َ ْنفَقُ ْوا م ْن‬ َ ‫ض ُه ْم‬ َ ‫ّللاُ َب ْع‬ َّ َ‫س ۤاء ب َما ف‬
ٰ ‫ض َل‬ َ ‫علَى الن‬ َ َ‫اَلر َجا ُل قَ َّوا ُم ْون‬
‫ّللاُ ۗ َوالٰت ْي تَخَافُ ْونَ نُشُ ْوزَ ه َُّن‬ٰ ‫ظ‬ َ ‫صلحٰ تُ ٰقن ٰتت حٰ ف ٰظت ل ْلغَيْب ب َما َحف‬ ٰ ‫ا َ ْم َواله ْم ۗ فَال‬
‫علَيْه َّن‬ َ َ ‫ضاجع َواضْرب ُْوه َُّن ۚ فَا ْن ا‬
َ ‫ط ْعنَكُ ْم فَ َل ت َ ْبغُ ْوا‬ َ ‫فَعظُ ْوه َُّن َوا ْه ُج ُر ْوه َُّن فى ْال َم‬
‫عليًّا كَبي ًْرا‬ َ ٰ ‫سبي ًْل ۗا َّن‬
َ َ‫ّللا َكان‬ َ

“ Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena


Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian
yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah
memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan
yang saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri
ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka).
Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz,
hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka
di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka.
Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari
alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi,
Mahabesar”
F. Kewajiban Istri Kepada Suami Dan Anak

1. Taat pada suami


Istri harus taat kepada suami saat suami menuruh sholat tepat
waktu melakukan ibadah lain seperti menutup aurat, dan lain
sebagainya

Meskipun begitu, sebenarnya ada hal-hal yang bisa di bicarakan


bersama. Sebab, istri harus meminta izin kepada suami terkait apapun
yang akan di lakukannya. Misalnya terkait pekerjaan, karir, keuangan,
serta pendidikan.

Allah berfirman yang artinya: “Maka istri-istri yang shaleh itu


ialah yang taat kepada allah dan memilihara diri ketika suaminya
tidak ada. Oleh karenanya Allah telah memilhara(menjaga)
mereka,”(Q.S. an-nisa:34).

2. Menjaga Harta, Rumah, Dan Kehormatan Suami


Kewajiban istri terhadap suami selanjutnya adalah menjaga harta,
rumah, dan kehormatan suami. Ini juga sebuah prinsip ini bersifat
fleksibel sesuai dengan pola yang berjalan dalam sebuah rumah
tangga. Akan tetapi umumnya, istri diserahi tugas untuk mengelola
keuangan keluarga.

Menanggapi hal ini, Imam Al-Ghazali, seorang ulama besar Islam


mengatakan, “Di luar uang untuk kepentingan keluarga, suami juga
diwajibkan memberi uang kepada istri sebagai ‘gaji’ karena telah
menjaga rumah dan mengasuh anak, dalam kasus istri yang tidak
bekerja dan memilih untuk tinggal di rumah”.

Bagi Al-Ghazali, uang untuk keperluan keluarga dengan uang


nafkah untuk istri pribadi harus dibedakan. Poin pentingnya adalah
bahwa istri harus turut serta aktif menjaga dan mengelola harta yang
dimiliki sebuah keluarga.
Dengan demikian, pembagian kerjanya adalah jika suami
berupaya mendapatkan harta, maka istri yang bertugas merawat dan
menjaganya, bahkan jika mungkin mengembangkannya.

Allah SWT berfirman:

َ‫ص ٰلوة َ َو ٰاتيْن‬


َّ ‫َوقَ ْرنَ ف ْي بُي ُْوتكُ َّن َو َل تَبَ َّرجْنَ تَبَ ُّر َج ْال َجاهليَّة ْالُ ْو ٰلى َواَق ْمنَ ال‬
‫س ا َ ْه َل ْال َبيْت‬َ ْ‫ع ْنكُ ُم الرج‬
َ ‫ب‬ َ ‫ّللاُ ليُذْه‬
ٰ ُ‫س ْولَه ۗانَّ َما يُر ْيد‬ َ ٰ َ‫الز ٰكوة َ َواَط ْعن‬
ُ ‫ّللا َو َر‬ َّ
‫طه َركُ ْم ت َْطهي ًْر ۚا‬
َ ُ‫َوي‬

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu


berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang
dahulu.” (QS. Al-Ahzab : 33).

3. Bermuka Manis dan Menyenangkan Suami.

Mengenai hal ini, ada sebuah hadist dari Abu Hurairah RA. Beliau
mengatakan Rasulullah SAW pernah bersabda : “Sebaik-baik
perempuan ialah seorang perempuan yang apabila engkau
melihatnya, engkau merasa gembira. Jika engkau perintah, dia
mentaatimu. Dan jika engkau tidak ada di sisinya, dia akan menjaga
hartamu dan dirinya”.

4. Mencari kerelaan dan Menghindari Kemarahan Suami.

Kerelaan suami disebut sebagai tiket seorang istri untuk meraih


kebahagiaan akhirat dan mendapat surge. Karena itu, seorang istri
harus berusaha sebisa mungkin untuk mendapatkan kerelaan suami.
Hal- hal diluar kewajiban istri terhadap suami, seperti :
✓ Tindakan-tindakan lain yang disenangi suami dan dapat
membahagiakan hatinya,
✓ Membantu suami menyelesaikan pekerjaan,
✓ Mengatasi masalah bersama,
✓ Terampil mengurus rumah,
✓ Peka terhadap kebutuhan suami, dan lain-lain.
Hal terpenting terkait poin adalah, menghindari rasa marah suami.
Sebab, jika suami marah, maka hal itu tidak hanya akan menghapus
usaha untuk mencari kerelaan suami, tapi juga akan mengancam
keutuhan rumah tangga.

6. Paham dalam Urusan Ranjang


Kewajiban istri terhadap suami selanjutnya adalah paham dalam
urusan ranjang. Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda: “jika
seorang pria mengajak istrinya ke ranjang, lantas istri enggan
memenuhinya, maka malaikat akan melaknat hingga waktu subuh”.
(HR.Bukhari dan Muslim).

7. Ibu menyusukan anaknya


“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusunannya”. (Q.S
Al-Baqarah : 233). Ini juga menjadi kewajiban ibu dalam keluarga
dalam memberikan kasih sayang pada anaknya. Hal ini pun sudah
tertulis dalam kitab suci Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 233.

8. Ibu menjadi madrasah pertama


Secara emosionil ibu adalah orang terdekat bagi anaknya, dengan
kasih sayang dan kelembutan sang ibu mampu membangkitkan
mental anak menjadi pribadi yang kuat, percaya diri dan juga lembut.
Ibu menjadi sosok yang selalu sigap siaga dan serba bisa, ketika
anaknya serta keluarga membutuhkan.
Mengenai hal ini ada seorang penyair ternama Hafiz Ibrahim
mengungkapkan sebagai berikut : “Al-Ummu madrasatul ula, iza
a’dadtaha a’dadta sya’ban tahyyibal a’raq”.
Artinya : ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anaknya.
Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau
persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya.

G. Apa Kewajiban Anak Terhadap Orang Tua


1. Taat kepada orang tua.

“Tidak ada ketaatan dalam mendurhakai Allah. Ketaatan itu ada ada
hanya di dalam melakukan kebikan”.(HR.Bukhori)

2. Segera datang jika dipanggil.

3. Menafkahi orang tua jika mampu.

“kamu dan hartamu milik ayahmu”. (HR.Ahmad, Abu Dawud dan


Ibnu Majah).

4. Merawat orang tua

“Sungguh merugi,sungguh merugi,sungguh merugi seseorang yang


mendapatkan kedua orang tuanya sudah menyewa atau salah dari
keduanya namun tidak dapat membuat masuk surge”.(HR.Muslim).

5. Berbicara dengan lemah lembut.

6. Menghormati orang tua.

7. Menjauhkan hal-hal yang tidak disukai orang tua.

8. Mendoakan orang tua.

“wahai tuhanku kasihanilah orang tuaku keduanya sebagaimana


mereka mengasihani aku sewaktu aku kecil”. (QS.Al-Israa:24).

9. Memenuhi kebutuhan dan meringankan pekerjaan rumah.

10. Meminta izin dan restu dari orag tua.

H. Bagaimana Program Pengembangan Jasmani Dan Keterampilan.

Setiap keluarga haruslah mepunyai program pengembangan


jasmani dan keterampilan, untuk menciptakan Kesehatan jasmani maka
dimulai dengan mengkomsumsi makanan yang bergizi dan teratur
sehingga keluarga kita terhindar dari penyakit yang merugikan.

Untuk mengatur makanan bagi keluarga maka pilihlah makanan


yang segar dan usakan di olah sendiri, di dalam islam juga
menganjurkan untuk mengkomsumsi madi murni dan buah qurma,
tidak perlu makanan yang lengkap yang terpenting makan itu sehat dan
mengeyangkan.

Dalam hal ini, seorang ibu sangat berperan penting dalam


menyediakan kebutuhan jasmani tersebut.

Kemudian mengatur kegiatan olahraga setiap hari atau seminggu 3


kali, dan di dalam islam dianjurkan menguasai olahraga berenang,
memanah dan berkuda bagi yang mampu.

Untuk yang tidak mempunyai barang olahraga di atas bisa juga


dengan olahraga lainnya, yang terpenting Kesehatan jasmani harus
tetap di lakukan agar tubuh menjadi sehat dan bugar.

Selanjutnya, untuk mengasah keterampilan suatu keluarga maka


hendaklah mencoba beberapa kegiatan seperti belajar memasak,
menjahit, beternak, berkebun atau membuat barang-barang yang dapat
dijual untuk income tambahan bagi keluarga.

Untuk keterampilan tidak dapat kita batasi, itu sesuai dengan


kempuan setiap individu dalam keluarga, yang terpenting ialah setiap
individu dalam keluarga tersebut haruslah mempunyai suatu keahlian.

I. Bagaimana Program Pengembangan Pendidikan Karakter Dan


Intelektual

Setiap orang tua haruslah mengerti tentang pengembangan


Pendidikan karakter, agar nantinya sebuah keluarga dapat menciptakan
karakter yang baik menurut ajaran islam.

Bagaimana cara mewujudkannya ?


Untuk cara mewujudkannya bisa dengan mengajarkan nilai nilai
ilmu tasawuf atau ilmu yang mengajarkan tentang karakter seorang
muslim kepada anggota keluarga, agar nantinya sebuah keluarga dapat
berjalan tanpa adanya permasalahan-permasalahan. Walaupun setiap
keluarga tidak dapat dihindarkan dari masalah sepenuhnya.

Kemudian di sini peran orang tua sangatkan penting, karena seorang


anak akan mencontoh dari kebiasaan orang tuanya, jadi hendaknya
sebagai orang tua harus bisa menjaga akhlak dan adab di depan anaknya,
agar si anak dapat mencontoh perbuatan baik orang tuanya.

Kemudian tentang pengembangan Pendidikan intelektual,


Perkembangan intelektual menjelaska bagaimana anak-anak belajar,
berfikir, berinteraksi dan merespons secara emosional terhadap orang-
orang di sekitar mereka. Cara mereka berteman, memahami emosi,
temperamen, dan mengembangkan keterampilan mereka sendiri.

Bagaimana caranya ?

Cara penegembangan Pendidikan intelektual untuk anak bayi kita


dapat memberikan gerakan secukupnya agar kemampuan otaknya dapat
bekerja karena pada saat bayi mereka hanya focus denga napa yang di
lihatnya, maka orang tua harus pandai-pandai berinteraksi dengan bayi
tersebut.

Kemudian beranjak ke umur 3 tahun ke atas seorang anak sudah


mampu merekam bahasa dari orang tuanya dan juga sudah mampu
meniru Gerakan orang tuanya, ditahap ini bagi seorang muslim sudah
bisa di dengarkan ayat suci Al-Qur’an agar harapannya nanti dia dapat
menghapal sejak usia dini, di umur inilah seorang anak dapat merekam
setiap apa yang dia dengar dan apa yang ia lihat, maka orang tua haruslah
berhati-hati dalam berkata dan berbuat.

Selanjutnya di usia 7 tahun ke atas seorang anak sudah bisa diajarkan


tentang pelajaran-pelajaran sederhana seperti menghitung, membaca,
menghapal dan juga mengajarkan tentang perbuatan yang baik dan
perbuatan yang salah. Kemudian juga ajarilah anak tata cara beribadah
dan penjelasan sederhana tentang agama islam, sehinga nanti imam di
dadanya dapat mencengkram dengan kuat.

Kemudian masukkan anak ke dalam sekolah yang mengedepankan


ilmu pengetahuan dan akhlak yang baik. Sehingga dia dapat be;ajar
dengan lebih focus dan dapat mengembangkan kempuannnya dalam
berinteraksi dan bersikap dengan orang lain.

Tetapi semua ini tergantung kepada setiap orang tua yang ada,
karena ini juga tidak bisa menjadi patokan sepenuhnya dalam mendidik
anak, setiap anak pasti bed acara mendidiknya. Maka sudah menadi
tanggung jawab orang tua untuk memahami anaknya masing-masing.

J. Filosofi Keluarga Bahagia

Mungkin banyak diantara kita yang berfikir bahwa menikah,


berkeluarga, atau berhubungan dengan lawan jenis rasanya sangat sulit
bahkan mengerikan . Ya memang akan terasa sulit apabila kita tidak
memiliki ilmu atau pengetahuan tentang bagaimana caranya
membangun hubungan baik dalam keluarga sehingga kehidupan
berkeluarga terlihat begitu mengerikan bagi sebagian orang. Sebenarnya
sudah banyak sekali tips atu langkah langkah-langkah yang dapat
dilakukan untuk mewujudkan kehidupan berkeluarga yang bahagia, atau
didalam islam bisasanya disebut keluarga sakinah, mawaddah,
warohmah. Dalam islam sendiri sudah banyak terdapat tips yang
disarankan untuk membangun keluarga bahagia. Diantaranya yaitu
dengan memilih calon pendamping hidup yang taat, saling menjaga,
bahkan terus belajar untuk menjalani kehidupan dengan lebih baik.
Berikut ini beberapa pendapat para pakar filosof untuk mewujudkan
keluarga bahagia.

1. Alain De Botton
Menurut Alain, kebahagiaan akan didapat dari yang namanya
ordinary life atau hidup sederhana. Kesederhaaan didalam islam
biasa disebut dengan kata “zuhud”. Jadi, suatu keluarga akan
mencapai kebahagiaan apabila didalam keluarga tersebut tertanam
sifat zuhud. Zuhud yang dimaksud disini bukan berarti menjauhi
atau anti terhadap dunia. Akan tetapi zuhud yang dimaksud disini
yaitu tidak mengejar atau menyimpan harta dunia secara berlebihan.
Disamping zuhud juga harus tertanam didalam keluarga itu sifat
Qona’ah. Sifat Qona’ah yaitu merasa cukup atas segala kenikmatan
atau rezeki yang diberikan alloh berapapun jumlahnya,
bagaimanapun kadar dan bentuknya, semuanya diterma dengan
lapang dada. Sifat Qona’ah inilah yang akan medorong siapapun
yang sudah berkeluarga untuk selalu menerima segala bentuk suka
cita yang ada didalam keluarga. Seperti contohnya seorang istri
apabila didalam dirinya tertanam sifat Qona’ah, maka berapapun
penghasilan yang diperoleh suaminya akan diterima dengang lapang
dada.
2. Paul Dolan
Menurut paul dolan, kebahagiaan akan dicapai apabila didalam
hidup ini ada suatu tujuan. Seperti contoh apabila ingin mencapai
kebahagiaan didalam keluarga, maka didalam keluarga tersebut
harus memiliki tujuan dalam hidup seperti, mewujudkan kehidupan
yang sakinah, mawwaddah, warohmah, memperoleh keturunan yang
sholeh dan sholehah, atau ingin berjuang bersama untuk
menegakkan Kalimatillah. Tujuan hidup itu yang akan membuahkan
kebahagiaan bagi siapa saja yang mau mewujudkannya sehingga
hidupnya menjadi lebih bermakna.

Hidup bahagia adalah impian semua insan. Namun sangat banyak


sekali manusia didunia ini yang belum bisa mendapatkan hakikat dari
kebahagiaan itu sendiri. Sehingga banyak dari mereka yang mengalami
frustasi atau bahkan depresi diakibatkan hidupnya yang terasa sangat
tertekan. Didalam al-qur’an alloh sudah menerangkan bahwa allohlah
yang mendatangkan kebahagiaan didalam hati orang beriman
“Huwalladzi anzala sakinata fi qulubil mu’minin”. Tinggal kita sebagai
makhluk ciptaaan Nya yang mau atau tidak untuk menjalankan
kehidupan sesuai dengan aturannya supaya kita semua bisa memperoleh
kehidupan yang bahagia ‘Fiddini waddunya wal alkhiroh”
“Berkeluarga dengan landasan kecintaan akan berlangsung di
samudra keabadian.
Berkeluarga dengan landasan keterpaksaan akan berlangsung di
samudra kesengsaraan.”
“Muhammad Fajar fadhilah”

“Jika engkau mencari kesempurnaan, maka sebenarnya engkau


sedang tidak mencari cinta, sebab kemukjizatan cinta justru terletak
dalam kecintaan mu pada segala kekurangan.”
“Syams at-tabrigi”

“Keluarga itu ibarat pesawat di udara, ayah sebAgai pilot sedangkan


ibu sebagai co-pilot,dan anak-anaknya sebagai penumpangnya, jadi
semua tergantung pilot-nya mau di bawa kemana pesawat itu terbang,
apakah sampai ke Jannahnya atau hanya untuk dunia saja”

Anda mungkin juga menyukai