Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam pada awal perkembangannya sudah mempunyai lembaga pendidikan


dan pengajaran. Lembaga pendidikan dan pengajaran pada saat itu dinamakan
“kuttab”, disamping masjid, rumah, istana, dan perpustakaan. Kuttab adalah suatu
lembaga pengajaran yang khusus sebagai tempat belajar membaca dan menulis.
Pada mulanya guru-guru kuttab tersebut adalah orang-orang nonmuslim, terutama
orang-orang Kristen dan Yahudi. Oleh karenanya pada awal Islam kuttab
dijadikan tempat belajar membaca dan menulis saja, sedangkan pengajaran al-
Qur’an dan dasar-dasar agama diberikan di masjid oleh guru-guru khusus.
Kemudian untuk kepentingan pengajaran menulis dan membaca bagi anak-anak,
yang sekaligus juga memberikan pelajaran al-Qur’an dan dasar-dasar agama,
diselenggarakan kuttab-kuttab yang terpisah dari masjid. 1
Dalam perkembangan selanjutnya, kuttab tersebut dijadikan sebagai
pendidikan tingkat dasar, sedang Masjid dalam bentuk halaqah yang memberikan
pendidikan dan pengajaran tentang berbagai ilmu pengetahuan, merupakan
pendidikan tingkat lanjutan. Pendidikan di Masjid ini, biasanya hanya untuk
orang-orang dewasa dengan sistem halaqah (lingkaran). Dari situlah muncul
ulama-ulama besar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan agama Islam, dan
dari situ pula muncul mazhab-mazhab dalam berbagai bidang disiplin ilmu yang
pada masa itu disebut madrasah.
Dalam arti etimologis yaitu aliran atau jalan pemikiran. Untuk menampung
kegiatan halaqah yang semakin marak sejalan dengan meningkatnya jumlah
pelajar dan berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang maka dibangun ruang-
ruang khusus untuk kegiatan halaqah tersebut di sekitar masjid dan dibangun pula
tempat-tampat khusus untuk para guru dan pelajar sebagai tempat tinggal dan
tempat kegiatan belajar mengajar yang disebut dengan nama “Zawiyah” atau
“Ribath”. Pada dasarnya timbulnya madarasah didunia Islam merupakan usaha
pengembangan dan penyempurnaan zawiyah-zawiyah tersebut guna menampung

1 http://banjirembun.blogspot.co.id/2012/05/instuti-pendidikan-islam-sebelum-adanya.html, Di
akses pada tgl 10 september 2017, 08.30.
2

pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan jumlah pelajar secara


kuantitas semakin membengkak.
Beberapa pengertian di atas, terjadi karena aliran-aliran yang
timbulsebagai akibat perkembangan ajaran agama Islam dan ilmu pengetahuan ke
berbagai bidang saling berebutan pengaruh di kalangan umat Islam dan berusaha
untuk mengembangkan aliran atau mazhabnya masing-masing.Maka terbentuklah
madrasah-madrasah dalam pengertian kelompok pemikiran, mazhab atau aliran
tersebut. Itulah sebabnya mengapa sebagaian besar madrasah yang didirikan pada
masa itu dihubungkan dengan nama-nama mazhab yang mashur, misalnya
madrasah Syafi’iyah, Hanafiyah, Malikiyah, dan  Hanabilah. Jadi kata “madrasah”
pada awal perkembangannya, diartikan jalan pemikiran seorang pemikir atau
kelompok pemikir dalam suatu bidang ilmu, kemudian diartikan tempat belajar
atau lembaga pendidikan dan pengajaran seperti sekolah yang berkonotasi khusus
yaitu yang banyak mengajarkan agama Islam atau ilmu-ilmu keIslaman. Kedua
arti tersebut masih terasa dilakukan mayoritas umat Islam sampai sekarang,
karena madrasah merupakan tempat penyebaran paham aliran atau mazhab yang
dianut untuk disosialisasikan ke seluruh umat. Misalnya madrasah NU yang
disebut dengan “Al-Ma’arif” menyebarkan misi Syafi’iyahnya, dan madrasah
Muhammadiyah yang membawa paham kemuhammadiyahannya, dan seterusnya.
Pertama kali timbul istilah “Madrasah” adalah berkenaan dengan upaya khalifah
Abbasiyah Harun al-Rasyid guna menyediakan fasilitas belajar ilmu kedokteran
dan ilmu-ilmu penopang lainnya dilingkungan klinik (Bimaristain) yang
dibangunya di Baghdad. Komplek ini dikenal dengan sebutan “Madrasah
Baghdad”. Namun kelihatannya pemakaian istilah tersebut cenderung anatema,
terutama kalau diperhatikan tidak adanya kelanjutan dari madrasah Baghdad,
kecuali munculnya Bait al-Hikmah dimasa Makmun.
3

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang diatas maka pemakalah memberikan rumusan


masalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Madrasah ?
2. Bagaimna Peran Kuttab Dalam Instuti Pendidikan Islam Sebelum Adanya
Madrasah ?
3. Bagaimana Peran Masjid dan Jami’ Dalam Instuti Pendidikan Islam Sebelum
Adanya Madrasah ?
4. Apa Saja Instuti Pendidikan Islam Sebelum Adanya Madrasah Selain Kuttab
dan Masjid ?

C. Tujuan

1. Mengetahui Apa Pengertian Madrasah.


2. Untuk Mengetahui Bagaimna Peran Kuttab Dalam Instuti Pendidikan Islam
Sebelum Adanya Madrasah.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Peran Masjid dan Jami’ Dalam Instuti
Pendidikan Islam Sebelum Adanya Madrasah.
4. Mengetahui Apa Saja Instuti Pendidikan Islam Sebelum Adanya Madrasah
Selain Kuttab dan Masjid.
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Madrasah

Kalau dicermati istilah madrasah dari aspek devirasi kata, maka madrasah
merupakan isim makan dari kata darasa yang berarti belajar. Jadi, madrasah
berarti tempat belajar bagi siswa atau mahasiswa (umat Islam). Karenanya, istilah
madrasah tidak hanya diartikan sekolah dalam arti sempit, tetapi juga bisa
dimaknai rumah, istana, kuttab, perpustakaan, surau, masjid, dan lain-lain. Bahkan
juga seorang ibu bisa dikatakan sebagai madrasah pemula.

Kata “Madrasah” berasal dari bahasa Arab sebagai keterangan tempat


(dzaraf), dari akar kata : “Darasa, Yadrusu, Darsan dan Madrasatan”. Yang
mempunyai arti “Tempat belajar para pelajar” atau diartikan “jalan” (Thariq).
Disamping kata “Madrasah” berasal dari kata “Darasa” yang artinya “membaca
dan belajar” dalam bahasa Hebrew atau Aramy. Baik dari bahasa Arab atau
Aramy mempunyai konotasi arti yang sama yakni “Tempat Belajar”. Padanan
madrasah dalam bahasa Indonesia adalah “sekolah”.2

Dalam sejarah pendidikan Islam, makna madrasah tersebut memegang peran


penting sebagai institusi belajar umat Islam selama pertumbuhan dan
perkembangannya. Sebab, pemakaian istilah madrasah secara definitife baru
muncul abad ke-11. Penjelmaan istilah madrasah merupakan transformasi dari
masjid ke madarasah. Ada beberapa teori yang berkembang seputar proses
transformasi tersebut antara lain; George Makdisi (1981) menjelaskan bahwa
madrasah merupakan transformasi institusi pendidikan Islam dari masjid ke
madrasah terjadi secara tidak langsung melalui tiga tahap. Pertama, tahap masjid.
Kedua, tahap masjid-khan. Ketiga, tahap madrasah. Sedangkan Ahmad Syalabi
menjelaskan bahwa transformasi masjid ke madrasah terjadi secara langsung.
Karena disebabkan oleh konsekuensi logis dari semakin ramainya kegiatan yang
dilaksanakan di masjid yang tidak hanya kegiatan ibadah (dalam arti sempit)
namun juga pendidikan, politik, dan sebagainya.

2 http://munawararifin93.blogspot.co.id/2016/05/makalah-lembaga-lembaga-pendidikan.html di
akses pada tanggal 12 september 2017, 08.00 WIB.
5

Beberapa pendapat para sejarawan terkait dengan sejarah munculnya


madrasah pertama memang ada perbedaan. Namun, menurut penulis adanya
beberapa pendapat tersebut tidak perlu menjadi perdebatan dalam tulisan ini.
Sebab pada tulisan ini nantinya, hanya akan membahas tentang kelembagaan
pendidikan Islam sebelum madrasah itu sendiri. Sedangkan sedikit pembahasan
tentang madrasah di atas sebagai acuan untuk membahas kelembagaan sebelum
madrasah lebih lanjut.

Instuti Pendidikan Islam Sebelum Adanya Madrasah ( Kuttab dan Masjid )

B. Pengertian Kuttab

Kuttab adalah kata jadian dari "kataba", yang biasanya digunakan sebagai
tempat belajar tulis menulis, bahkan kuttab ini sudah dikenal pada masa
Jahiliyah.3 Namun perkembangan kuttab pada masa ini masih terbilang lambat
hingga ketika Islam datang ke daerah Arab ini hanya ditemukan beberapa orang
Quraisy saja yang pandai baca tulis. Kuttab pra Islam ini selain digunakan untuk
belajar baca tulis juga sebagai tempat pengajaran kitab Taurat dan Injil. kegiatan
pada era ini ditujukan untuk penyebaran agama Yahudi dan Kristen terhadap
pemeluk agama yang lain seperti Majusi dan masyarakat Arab. Setelah
kedatangan Islam, posisi kuttab pun masih digunakan untuk belajar baca tulis.4
Ahmad Syalabi memetakan dua macam kuttab yang dibedakan berdasarkan
materi pelajaran yang disampaikan, tenaga pengajar dan masa tumbuhnya, yakni
pertama, kuttab yang menjalankan fungsinya sebagai institusi yang mengajarkan
baca tulis dengan teks dasarnya puisi-puisi Arab dan sebagian besar guru-gurunya
adalah non-muslim, sedangkan kuttab kedua adalah mengajarkan al-quran dan
ajaran dasar Islam.5
Pada awalnya pendidikan kuttab dilaksanakan di rumah para guru atau
perkarangan sekitar masjid, namun setelah Islam berkembang meluas Kurikulum
pendidikan pada kuttab ini hingga abad ke-4 H menunjukkan penekanannya pada
pelajaran baca tulis al-quran bagi anak-anak muslim. Adapun yang membedakan
antara suatu kuttab dengan kuttab lainnya adalah penekanan materi pengajaran
3. Jawad Ali, al-Mufassal  f i Tarikh al-'Arab Qabia al-Islam (Bagdad : Dar an- Nahdhah, 1978),
Vol. VIII,  hal 295.
4 . Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam (Bandung : Mizan, 1984), hal 17-18.
5 Ahmad Syalabi,Tarikh at-Tarbiyyah al'Islamiyyah, (Beirut; Daral-Fikr, 1954), hal 36.
6

karena disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing dan pertimbangan


ulama-ulamanya, namun penekanannya tetaplah pengenalan anak-anak muslim
terhadap ilmu membaca dan menulis al-quran serta prinsip-prinsip ajaran Islam.6
Kuttab di Maroko sangat menekankan pengajaran al-quran dengan
pendekatan ontografi (mengenali satu bentuk kata dalam hubungannya dengan
bunyi bacaan).Kuttab di Andalusia sangat mengutamakan menulis dan membaca
tanpa harus menghapalkannya. Kuttab di kawasan Afrika Utara Tunisia dan
sebagian Libya lebih mengutamakan segi qira'at alquran lalu diikut seni kaligrafi
dan hadits.7
Institusi  pendidikan Islam  tipe  ini  merupakan tempat  pembelajaran
dasar- dasar Al-quran melalui ketrampilan menghafal dan menulis, khusus bagi
anak- anak yang belum remaja. Karena itu, tujuan utama didirikan lembaga
pendidikan kuttab adalah tempat menghafal  Al-quran dan mengajarkan
ketrampilan membaca dan menulis bagi anak-anak muslim. Kemunculan lembaga
pendidikan jenis ini telah dimulai sejak masa Rasulullah saw, yaitu pembelajaran 
khusus  bagi  anak-anak muslim  yang belum  bisa  baca tulis  dilakukan oleh
tawanan perang atas perintahnya. Pada  masa awal Islam, kuttab menempati 
posisi  yang sangat  penting dalam  pengajaran  Alquran, sebab  menghafal  Al-
quran  menjadi  tradisi  yang  mendapatkan kedudukan terhormat di kalangan
pemimpin dan umat Islam.
Pada saat ini adalah menjadi fenomena yang tidak mengejutkan, jika  Al-
quran  tidakhanya  dipelajari  melalui  lembaga  khusus,  tetapi  juga  mendapatkn 
perhatian  serius  dari  penguasa,  ulama’  dan  orang kaya. Para peserta didik
yang telah menghafal dan memiliki wawasan tentang Alquran, diajarkan  ibarat-
ibarat dalam ilmu Nahwu dan bahasa  Arab. Disamping itu,  juga  diajarkan  ilmu
hitung, sejarah tentang bangsa  Arab  pra  Islam  dengan  metode pembelajaran 
yang lebih mengutamakan aspek hafalan.8
Pendidikan pada masa Rasulullah SAW (610-632 M) ketika di Makkah,
bertempat di rumah Rasul sendiri, rumah al-Arqam bin Abi Arqam, kuttab (rumah
guru, halaman/ pekarangan masjid), Inti materi yang diajarkan: keimanan,ibadah
6. Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan,  hal 27-28.      
7. Armai Arief, Melacak Akar Timbulnya Dikhotomi Ilmu Dalam Pendidikan Islam, Jauhar. Vol.
3, No. 2, Desember 2002,  hal 215.
8 Hitty,  Philip K .  History  of  Arabs.  (London : The  MacMillan Press, 1974), hal 408.
7

dan akhlak, juga baca-tulis dan berghitung untuk tingkat dasar, al-Quran, dasar-
dasar agama untuk tingkat lanjut. Guru disebut mu‟allim atau mu‟addib, serta
tidak dibayar, dan bagi tingkat dasar gurunya non muslim. Pada saat Islam datang
hanya 17 orang Qurasy yang bisa baca tulis. Di Madinah tempat belajar ditambah
masjid, materi yang diajarkan ditambah pendidikan kesehatan dan
kemasyarakatan. Sistemnya halaqah. Metodenya tanya- jawab, demontrasi dan
uswah hasanah, murid disebut dengan ashhabush shuffah.9  

C. Pengertian Masjid dan Jami’


Masjid dan Jami’  adalah  dua  tipe  lembaga  pendidikan  Islam yang
sangat  dekat  dengan  aktivitas  pengajaran  agama  Islam.  Kedua  ini, pada
dasarnya  memiliki  fungsi  yang sama,  yaitu sebagai tempat ibadah dan
pengajaran  agama  Islam.  Kemunculan  masjid sebagai  lembaga  pendidikan
dalam  Islam  telah  dimulai  sejak masa Rasulullah saw. dan Khulafaur Rasyidin,
sedangkan jami’ muncul kemudian dan banyak didirikan oleh para penguasa
dinasti, khususnya Abbasiyah. Beberapa jami’ yang terkenal pada masa
Abbasiyah antara lain; Jami’ Amr bin Ash, Jami’ Damaskus, Jami’ al-Azhar dan
masih banyak yang lain. (Ahmad Syalabi, 1960: 87-88).
Mesjid sejak masa Nabi Muhammad selalu digunakan selain untuk ibadah
juga sebagai institusi pendidikan umat Islam. Praktek ini pun terus dilaksanakan
pada masa para sahabat namun disinyalir di masa Umar bin Khattab-lah
intensifitas mesjid selain sebagai tempat ibadat juga difimgsikan sebagai sekolah
betul-betui terlaksana. Hal ini dapat dilihat dari beberapa sampel seperti pada
mesjid di kota Kufah, Basrah dan Damaskus yang telah digunakan untuk
pengajaran alquran dan hadis, bahkan selanjutnya pelajaran nahwu (grammar
bahasa Arab) dan sastra digabungkan pula ke dalam institusi pendidikan ini.10
Perkembangan lebih lanjut dari mesjid sebagai lembaga pendidikan Islam
adalah munculnya masjid-masjid yang dilengkapi dengan sarana akomodasi bagi
pelajar, dan mesjid ini lazimnya disebut dengan mesjid khan. Mesjid khan ini
secara finansial didukung oleh badan wakaf dan penghasilannya dimanfaatkan

9 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2007 ),  hal 22.
10 Armai Arief, Melacak Akar Timbulnya DikhotomiIlmu Dalam Pendidikan Islam, (Jauhar. Vol.
3, 02, Desember 2002),  hal 215.
8

untuk kepentingan sosial. Perkembangan khan ini sangat berkaitan erat dengan
kepedulian umat Islam masa itu terhadap para penuntut ilmu, khususnya mereka
yang berasal dan luar daerah.
Dengan demikian, pendidikan Islam dan masjid merupakan suatu kesatuan
yang integral, dimana masjid menjadi pusat dan urat nadi kegiatan keislaman yang
meliputi kegiatan keagamaan, politik, kebudayaan, ekonomi, dan yudikatif. Mulai
sejak masa Rasulullah saw. dengan masjid Quba dan Nabawi hingga masjid
Baghdad pada masa dinasti Abbasiyah, masjid selalu menjadi alternatif utama
dalam penyelenggaraan pendidikan Islam.11 Dari masjid, kemudian berkembang
menjadi masjid khan sebagai Saepudin Mashuri, Transformasi Tradisi tempat
pemondokan bagi pencari ilmu di lingkungan  halaqah masjid dari berbagai
wilayah Islam.

Instuti Pendidikan Islam Sebelum Adanya Madrasah ( Selain Kuttab dan


Masjid )
D. Manazil Ulama’ (Rumah Kediaman Para Ulama’)

Tipe lembaga pendidikan ini termasuk kategori yang paling tua, bahkan
lebih dulu ada sebelum halaqah di masjid. Rasulullah saw.dan para sahabat
menjadikan rumahnya sebagai markas gerakan pendidikan yang terfokus pada
aktivitas pengajaran akidah dan pesan-pesan Allah  swt. dalam Alquran  untuk
disampaikan kepada masyarakat. Selain Dari al-Arqam, baik pada  periode
Makkah maupunMadinah, sebelum didirikan masjid Quba,  Rasulullah  saw.
menggunakan rumah kediamannya untuk kegiatan pembelajaran umat Islam.
Rumah Rasulullah saw. selalu ramai  sebab setiap saat orang berduyun-duyun
datang menimba  ilmu,  sehingga  fungsi  rumah sebagai  tempat  istirahat  yang
nyaman  dan  damai  menjadi  terusik (tereduksi).  Maka  turunlah  ayat  yang
menetapkan aturan yang berkenaan dengan pemilik dan fungsi rumah sebagai
tempat yang harus di jaga kenyamananya di kalangan umat Islam, termasuk
hubungan antara  para  sahabat  dengan Rasulullah saw. dalam proses pendidikan.

E. Qushur (Pendidikan Rendah di Istana)


11 Stanton, Chalaarles Michael.. Pendidikan Tinggi Dalam Islam. Ter. Afandi dan Hasan Asyari.
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu,  1994), hal 23.
9

Pendidikan anak bangsawan di kalangan  istana  berbeda dengan


pendidikan anak umat Islam pada umumnya. Di istana, metode pendidikan dasar
dirancang oleh orang tua murid yang menjadi khalifah dan penguasa pemerintah
agar selaras dengan  minat,  bakat, dan keinginan orangtuanya. Metode
pembelajaran yang diterapkan, pada dasarnya sama dengan metode belajar anak-
anak di kuttab, hanya ditambah dan dikurangi sesuai dengan kebutuhan kalangan
bangsawan istana dalam  menyiapkan  putera  mereka  memikul  tanggung  jawab
negara dan agama di masa selanjutnya. Tenaga pengajar di  lembaga  pendidikan
ini disebut muaddib. Mereka diberikan tempat tinggal di lingkungan istana dengan
tugas mengajar berbagai  disiplin ilmu, terutama yang berkaitan dengan
peningkatan wawasan keIslaman dalam bidang Al-quran, hadis, syair dan  sejarah 
peradaban manusia saat  itu.  Putra-putri  istana  terus digembleng dengan 
metode  semacam  ini  sampai  mereka  melewati masa kanak-kanaknya.
Kemudian, mereka beralih dari siswa kuttab ke tingkat mahasiswa di  halaqah
masjid atau madrasah. Misalnya salah seorang muaddib terkenal yang diberikan
tugas oleh khlifah Harun al-Rasyid adalah al-Ahmar untuk mendidik puteranya,
al-Amin.12

F. Maktabah (Perpustakaan)

Lembaga  pendidikan Islam  ini  menjadi  suatu cara  bagi  para pencinta 
ilmu masa  dahulu dalam  menyebarkan  ilmu.  Disamping harga  buku yang
mahal  dan  tidak semua  umat  Islam  dapat memilikinya, mereka juga
menginginkan  suatu tempat  yang bisa menjadi  pusat  koleksi  karya-karya
mereka, sehingga  mudah diakses oleh umat. Perpustakaan tersebut terbuka untuk
umum tanpa dipungut biaya  dan  orang-orang yang bekerja di lembaga ini digaji
oleh penguasa. Misalnya perpustakaan Iskandariyah dan Baitul al-Hikmah pada
masa dinasti Abbasiyah. Pada masa selanjutnya, lembaga pendidikan Islam dalam
bentuk perpustakaan  ini  menjadi  salah  satu pusat  kebudayaan  Islam,  bukan
lagi menjadi tempat kegiatan interaksi pembelajaran umat. Disamping  Saepudin
Mashuri, Transformasi Tradisi tempat mengoleksi buku-buku karya ilmiah dari

12 Sybi,  Ahmad.  1960. Tarikh al-Tarbiyah al-Islamiyah.  hal 46-48.


10

dunia Islam dan asing juga digunakan sebagai tempat penelitian, observasi, dan
laboratorium percobaan ilmiah.13

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

13 Jurnal Hunafa Vol. 4, No. 3, September 2007: hal 227-236.


11

1. Kata “Madrasah” berasal dari bahasa Arab sebagai keterangan tempat (dzaraf),
dari akar kata : “Darasa, Yadrusu, Darsan dan Madrasatan”. Yang
mempunyai arti “Tempat belajar para pelajar” atau diartikan “jalan” (Thariq).
Disamping kata “Madrasah” berasal dari kata “Darasa” yang artinya
“membaca dan belajar” dalam bahasa Hebrew atau Aramy. Baik dari bahasa
Arab atau Aramy mempunyai konotasi arti yang sama yakni “Tempat Belajar”.
Padanan madrasah dalam bahasa Indonesia adalah “sekolah”.
2. Kuttab adalah kata jadian dari "kataba", yang biasanya digunakan sebagai
tempat belajar tulis menulis, bahkan kuttab ini sudah dikenal pada masa
Jahiliyah. Namun perkembangan kuttab pada masa ini masih terbilang lambat
hingga ketika Islam datang ke daerah Arab ini hanya ditemukan beberapa
orang Quraisy saja yang pandai baca tulis.
3. Masjid dan Jami’  adalah  dua  tipe  lembaga  pendidikan  Islam yang sangat 
dekat  dengan  aktivitas  pengajaran  agama  Islam.  Kedua  ini, pada dasarnya 
memiliki  fungsi  yang sama,  yaitu sebagai tempat ibadah dan pengajaran 
agama  Islam.  Kemunculan  masjid sebagai  lembaga  pendidikan dalam 
Islam  telah  dimulai  sejak masa Rasulullah saw. dan Khulafaur Rasyidin,
sedangkan jami’ muncul kemudian dan banyak didirikan oleh para penguasa
dinasti, khususnya Abbasiyah.
4. Pendidikan anak bangsawan di kalangan  istana  berbeda dengan pendidikan
anak umat Islam pada umumnya. di istana, metode pendidikan dasar dirancang
oleh orang tua murid yang menjadi khalifah dan penguasa pemerintah agar
selaras dengan  minat,  bakat, dan keinginan orangtuanya. Metode
pembelajaran yang diterapkan, pada dasarnya sama dengan metode belajar
anak-anak di kuttab, hanya ditambah dan dikurangi sesuai dengan kebutuhan
kalangan bangsawan istana dalam menyiapkan putera mereka memikul
tanggung jawab negara dan agama di masa selanjutnya.

Daftar Pustaka

Haidar Putra Daulay, Historisitas dan eksistensi pesantren, sekolah dan


madrasah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001)
12

Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan Dan Pembaruan Pendidikan Islam Di


Indonesia, cet.2, (Jakarta: kencana 2009)
Hasan Muhammad Hassan, Nadiyah jamaluddin, Maddaris al-Tarbiyah al-
Islamiyah, (kairo: Dar al-Fikr al-‘Arabi, 1988)
Albert Hourani, Sejarah Bangsa-bangsa Muslim, Bandung: MizanPustaka, 2004.
Badri Yatim, SejarahPaeradaban Islam, Jakarta: RajawaliPers, 2008.
Mahmud Yunus, SejarahPendidikan Islam, Jakarta: Mahmud Yunus
Wadzurriyyah 2008.
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2005.
Zuhairini. 1992. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Hitty, Philip K. History of Arabs. ( London: The MacMillan Press, 1974).

Anda mungkin juga menyukai