Anda di halaman 1dari 16

Alif Maqshurah dan Alif Mamduhah, Alif Hadzf dan Alif Ziyadah, Alif pada Mansub

bertanwin, dan Penulisan “Idzan dan Idza”

MAKALAH

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Tugas Mata Kuliah

Qawaid al-Imla Wa al-Khat

DOSEN PEMBIMBING :

Hilal Solikin, M.Pd

Disusun oleh :

Kelompok 4

Ahmad Mubarak

Arnita

Exza Novia Pratiwi

Hikmatul Fitriah

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)

DARUL ULUM KOTABARU

2021 M/1443 H
KATA PENGANTAR

‫ بِس ِْم‬ ِ ‫َّحيم الرَّحْ َم ِن هَّللا‬


ِ ‫الر‬
، ‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم َع َلى أَ ْش َرفِ األَ ْن ِب َيا ِء َوالـمُرْ َسلِي َْن‬ َّ ‫ َوال‬، ‫العا َلـ ِمي َْن‬
َ ِّ‫هلل َرب‬ ِ ‫لـحمْ ُد‬ َ
ٍ ‫ َت ِب َع ُه ْم ِبإِحْ َس‬  ْ‫ َو َمن‬، ‫صحْ ِب ِه أَجْ ـ َم ِعي َْن‬
‫ان إِ َلى َي ْو ِم‬ َ ‫ُـح َّم ٍد َو َع َلى آلِ ِه َو‬
َ ‫َن ِب ِّي َنا َو َح ِبي ِْب َنا م‬
‫ أَمَّا َبعْ ُد‬، ‫ْن‬ ِ ‫ال ِّدي‬
Puji syukur kepada Sang Illahi Robbi yang mana atas berkat dan Rahmat-Nyalah
kami bisa menyelesaikan makalah ini, tak lupa sholawat dan salam marilah kita limpah
curahkan kepada Guru besar kita Yakni Nabi Muhammad SAW, tanpa adanya beliau
mungkinkah kita terbebas dari zaman kebodohan.
Dalam makalah ini kami membahas tentang , “Alif Maqshurah dan Alif Mamduhah,
Alif Hadzf dan Alif Ziyadah, Alif pada Mansub bertanwin, dan Penulisan “Idzan dan
Idza””   makalah ini saya tujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Qawaid al-Imla Wa al-
Khat. Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi yang membutuhkan baik
bagi dunia pendidikan ataupun para akademisi yang ingin meningkatkan atas pengetahuanya.
apabila ada kesalahan dalam makalah ini saya mohon maaf  yang sebesar – besarnya, karena
kealpaan, kehilafan itu adalah sifat manusia yang nyata didunia, maka segala saran dan kritik
yang sifatnya membangun demi kemajuan, sangat saya harapkan.
Akhir kata dari penulis mengucapkan banyak terima kasih.

                                                                                    Kotabaru, 12 September 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................................................
Daftar Isi.......................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang...................................................................................................................
B. Rumusan masalah.............................................................................................................
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
1. Penulisan Alif Maqshurah
2. Penulisan Alif Mamduhah
3. Perbedaan Alif Maqsurah dan Alif Mamdudah
4. Penulisan Alif yang dihilangkan (Hazf)
5. Penulisan Alif yang ditambahkan (Ziyadah)
6. Penulisan Alif pada Mansub bertanwin
7. Penulisan “Idzan dan Idza”
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................................
Daftar pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menulis bahasa arab memang di perlukan ketelitian,maka dari itu salah satu
pelajaran penting yaitu dengan Qowa’idul imla.Sebelum belajar metode imla’ kita
membahas pengertian Qowaidul terlebih dahulu, lalu kita perlu mengetahui apa itu
qowaid.Qowa’id adalah tata bahasa untuk menyusun kalimat di dalam Bahasa
Arab.Apabila kita sudah menguasai Qowa’id secara baik,metode selanjutnya yaitu
dengan belajar imla’.Imla’ berarti talqin,yaitu menyampaikan atau mendiktekan
kepada orang lain dengan suara keras agar dia memindahkan secara baik dan benar
dari segi bahasa dan mempelajarinya.
Imlak adalah mendikte atau menyampaikan kepada orang lain dengan suara
keras-keras agar dia memindahkan secara baik dan benar dalam segi bahasa dan
mempelajarinya. Ilmu imla‟ ini sangat penting bagi kita, terutama bagi kehidupan kita
yang mayoritas beragama islam dan tentunya kita harus bisa membaca dan menulis
arab, karena bahasa arab merupakan bahasa dari kitab umat islam. Maka dari itu
tentunya perlu bagi kita untuk mengetahui caracara penulisan huruf arab. Apalagai
untuk kehidupan pada zaman moderen yang sekarang ini kita jalani.
Di zaman modern ini banyak yang tidak peduli dengan bagaimana cara
penulisan arab yang baik dan benar bahkan lalai dengan betapa pentingnya kita
mengetahui tatacara penulisan arab yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-
kaidahnya.
Di kehidupan yang serba canggih ini menuntut kita harus mengikuti
perkembangan zaman yang sekarang berjalan. Sehingga secara tidak sadar kita
perlahan-lahan semakin meninggalkan kaidah-kaidah islam. Bahkan ironisnya banyak
dari kita yang belum bisa menulis arab. Disini penulis akan sedikit membahas tentang
Alif Maqshurah dan Alif Mamduhah, Alif Hadzf dan Alif Ziyadah, Alif pada Mansub
bertanwin, dan Penulisan “Idzan dan Idza”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Memahami dan Membedakan Antara Alif Maqshurah dan Alif
Mamduhah?
2. Bagaimana Cara Penulisan Alif yang dihilangkan (Hazf) dan ditambahkan
(Ziyadah)?
3. Bagaimana Cara Penulisan Alif pada Isim Mansub bertanwin?
4. Bagaimana Cara Penulisan“Idzan dan Idza”?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui cara Memahami dan Membedakan Antara Alif Maqshurah
dan Alif Mamduhah.
2. Untuk Mengetahui Cara Penulisan Alif yang dihilangkan (Hazf) dan
ditambahkan (Ziyadah).
3. Untuk Mengetahui Cara Penulisan Alif pada Isim Mansub bertanwin.
4. Untuk Mengetahui Cara Penulisan“Idzan dan Idza”.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Alif Maqshurah dan Alif Mamduhah


1. Penulisan Alif Maqshûrah
Alif maqsurah "‫( "ى‬bahasa Arab: ‫ألف مقصورة‬, alif maqshuurat) adalah salah
satu huruf Arab yang merupakan varian dari huruf alif, alif maksura bukanlah
salah satu dari ke-28 huruf hijaiah/ huruf Arab. Alif maksura melambangkan
fonem /a/ yang dibaca panjang dan selalu berada di akhir dalam keadaan mad dan
tidak pernah mendapatkan tasykil lain seperti fathah, kasrah atau dommah.
Alif maksura serupa dengan huruf ya ‫ ي‬namun tanpa dua titik di bawahnya,
dan menurut aturan baku bahasa Arab standar, huruf ini berbeda dengan huruf ya
sehingga sering menimbulkan kesalahan dalam penulisan, seperti pada lafaz ‫فى‬
yang seharusnya ditulis ‫في‬, walaupun alif maksura terlihat serupa dengan huruf ya
dalam bahasa Persia.Contoh penggunaan alif maksura pada lafaz ‫ يحيى‬yang serupa
dengan ‫ يحيا‬, /Yahya/.
Isim Maqshur adalah isim mu’rab yang huruf terakhirnya berupa alif lazimah,
baik alif tersebut ditulis dalam bentuk alif, seperti (‫صا‬
َ ‫ )ال َع‬atau dengan bentuk ya’,
seperti (‫) ُمو َسى‬.
Alif maqsûrah adalah alif yang terdapat diakhir isim mu’rab (yang menerima
i’rab) . Alif ini tidak asli, ada karena perubahan dari ‫ و‬seperti ‫ عصا‬, perubahan
dari ‫ ي‬seperti ‫ فتى‬dan adapula tambahan untuk penanda ta’nits seperti ,‫ ذكرى‬,‫حبلى‬
‫ عطشى‬.
Ciri Khas Alif Maqsurah
Agar bisa membedakan antara jenis huruf hijaiyah dasar dan alif jenis
maqsurah, maka perhatikan ciri-ciri utamanya. Huruf alif dalam sebuah kata baru
bisa disebut sebagai maqsurah (meringkas) jika memenuhi syarat seperti:
a. Terdapat dalam kata-kata isim yang diakhiri dengan huruf alif.
b. Kata tersebut bisa diakhiri dengan alif layyinah dengan huruf ya’.
c. Huruf alif dalam kaidah maqshurah sebenarnya bukan alif asli. Tapi adalah
jenis alif munqolif (berubah). Alif ini bisa juga disebut sebagai tambahan
(zaidah). Karena itu, akan menemukan tidak ada sama sekali huruf alif
tegak di akhir kalimat jenis ini. justru alif ini dilambangkan mirip dengan
ya’. Meskipun seperti berakhiran ya’ tanpa 2 titik, tapi alif maqsurah tidak
mengubah pengucapan kata tersebut. Jika huruf awalnya berharokat
fathah, maka tetap dieja “a”.
d. Huruf turunan dari alif memang cukup banyak terdapat dalam bahasa
Arab. Misalnya saja alif maqsurah yang banyak terdapat pada akhir kata.
Jika menemukannya, maka hukum bacaan yang harus diterapkan adalah
dibaca panjang dan jelas.
Cara penulisan alif Maqshûrah;
Apabila terdapat “alif” pada huruf yang keempat atau lebih diakhir kata isim
(kata benda) dan fi’il (kata kerja), ditulis dalam bentuk ya ( ‫ ) ى‬tanpa titik, seperti;
‫ مستشفى‬, ‫ منتدى‬, ‫ كبرى‬, ‫ استعلى‬, ‫ تولى‬، ‫ يسعى‬, ‫يحيى‬
‫ ذكرى‬, ‫ ليلى‬, ‫ مرتضى‬, ‫ منتهى‬, ‫ أغنى‬,‫ـ أعطى‬,‫استقوى‬

Alif tersebut selamanya tidaklah asli, namun adakalanya hasil dari perubahan atau
ditambahkan. Alif yang merupakan hasil perubahan, adakalanya dari waw, seperti
َ ‫)ال َع‬, atau ya’, seperti (‫ )الفَتَى‬karena didalam tatsniyyahnya kita ucapkan (‫ص َوا ِن‬
(‫صا‬ َ ‫) َع‬
ِ َ‫)فَتَي‬.
dan (‫ان‬

Alif yang merupakan hasil penambahan, maka adakalanya ditambahkan untuk


ْ ‫ )ع‬dan (‫) ِذ ْك َرى‬, karena lafal-lafal tersebut berasal dari (
ta’nits, seperti (‫) ُح ْبلَى‬, (‫َط َشى‬
‫)ح ْب ٌل‬, ْ ‫ )ع‬dan (‫) ِذ ْك ٌر‬. Atau ditambahkan untuk ilhaq,[2] seperti (‫ )أَرْ طَى‬dan (‫) ِذ ْف َرى‬,
َ ( ٌ‫َطش‬
lafal yang pertama diilhaqkan dengan (‫ ) َج ْعفَـ ٌر‬dan lafal yang kedua diilhaqkan
dengan (‫) ِدرْ هَ ٌم‬.

Alif tersebut dinamakan Alif Maqshurah. Alif tersebut ditulis dengan bentuk
ya’, ketika berada ke empat atau lebih, seperti (‫)بُ ْش َرى‬, (‫ ) ُمصْ طَفَى‬dan (‫) ًم ْستَ ْشفَى‬, atau
ْ dan (‫)النَّدَى‬. Dan alif
berada ketiga dan asalnya adalah waw, seperti (‫)الفَتَى‬, (‫)الهُدَى‬
tersebut ditulis dengan bentuk alif ketika alif itu berada ketiga dan asalnya adalah
ْ dan (َ ‫)الرُّ با‬.
َ ‫)ال َع‬, (َ‫)ال َعال‬
waw, seperti (‫صا‬

Tanpa memandang apakah ia berasal dari “ya” atau “alif”. Sementara apabila
sebelumnya huruf ‘ya”, maka ditulis dalam bentuk “alif”, seperti ;
‫دنيا ـ يحيا ـ خطايا ـ استحيا‬.
Apabila “alif” tersebut datang pada huruf ketiga, terlebih dahulu dilihat
asalnya. Alif yang asalnya dari “waw” (‫ ) و‬atau tidak jelas asalnya, maka ditulis
dalam bentuk “alif”. Seperti:
‫ جرى‬, ‫ سعى‬, ‫ هدى‬, ‫ مشى‬, ‫ دنا‬, ‫ غزا‬, ‫ خطا‬, ‫ ذرا‬, ‫عصا‬
‫ ذرا‬, ‫ عال‬, ‫ عفا‬,‫ دعا‬,‫عدا‬
Apabila berasal dari ”ya”; maka ditulis dalam bentuk “ya” tanpa titik, seperti;
‫ ُمدى‬, ‫ رمى‬, ‫ رحى‬, ‫ـ فتى‬,‫قضى‬
Untuk mengetahui asal alif tersebut, dapat dilakukan dengan men “tatsniyah” kan
(dibuat kedalam bentuk dua) apabila dalam bentuk mufrad (tunggal) , misalnya :
‫ عصوان – رحيان‬، ‫ رحى‬- ‫عصا‬
Sementara apabila dalam bentuk jama’, dikembalikan kepada bentuk mufrad,
seperti;
‫ مدية – خطوة‬، ‫ خطا‬- ‫ ذروة‬، ‫ ُمدى‬- ‫ذرا‬
Apabila dalam bentuk fi’il, dapat diubah kepada bentuk fi’il mudhâri’, seperti;
‫ رمى – يرمى‬، ‫ يدعو‬- ‫ دعا‬، ‫ يغزوـ‬- ‫غزا‬
Perubahan Huruf Alif Maqsurah dalam Bahasa Arab (‫ ى‬,iaitu ya yang tidak
bertitik) Menjadi Alif.
Sebagai kata dasar lagi, terus diubah ya yang tidak bertitik itu menjadi alif karena
sudah lama terserap dan bukan istilah. Contoh: Dakwah = ‫ یدعو – دعوا‬dan Makna

= – ‫یمعن‬- ‫معنا‬
Pengekalan Huruf Alif Maqsurah dalam Bahasa Arab (‫ ى‬,iaitu ya tidak bertitik),
namun Diubah apabila Menerima Imbuhan.

2. Penulisan Alif mamdûdah


Alif mamdûdah adalah alif tambahan pada isim (kata benda) seperti ,‫السماء‬
‫الصحراء‬. Alif mamdûdah ada yang berasal dari “waw” seperti ‫ سماء‬berasal dari
‫سماو‬. Ada yang berasal dari “ya” ‫ م َّشاء‬,‫ بناَّء‬berasal dari ‫ي‬
ٌ ‫ مشـا‬, ‫ي‬
ٌ ‫بنا‬. Ada juga
tambahan sebagai pertanda untuk ta’nits (pr) seperti ‫ حمراء‬, ‫ حسناء‬.
Isim Mamdud adalah isim mu’rab yang huruf terakhirnya berupa hamzah dan
sebelum hamzah itu terdapat alif zaidah, seperti (‫ ) َسما ُء‬dan (‫)صحْ َرا ُء‬.
َ
Hamzahnya isim mamdud adakalanya asli, seperti (‫ )قُ ـرَّا ُء‬dan (‫ض ـا ُء‬
َّ ‫) ُو‬, karena
keduanya berasal dari (َ‫ )قَ َرأ‬dan (‫) ُوضُو ٌء‬.
Atau gantian dari waw dan ya’. Yang gantian dari waw, seperti ( ‫ ) َسما َ ٌء‬dan (‫) َع َّدا ٌء‬
yang asalnya adalah (‫ ) َسما َ ٌو‬dan (‫) َع ُد ٌّو‬, karena keduanya dari (‫ ) َسما َ يَ ْس ُمو‬dan (‫) َعدَا يَ ْعدُو‬.
Dan yang gantian dari ya’, seperti ( ‫ )بِنَّا ٌء‬dan (‫ ) َم َّشا ٌء‬yang asalnya (‫ي‬
ٌ َ ‫ )بِنا‬dan (‫ي‬
ٌ ‫) َم َشا‬
karena berasal dari (‫ )بَنَى يَ ْبنِي‬dan (‫) َم َشى يَ ْم ِشي‬. Atau hamzah itu ditambahkan untuk
ta’nits, seperti (‫ ) َحسْنا َ ُء‬dan (‫)ح ْم َرا ُء‬
َ karena keduanya berasal dari (‫ ) ُحس ٌْن‬dan (‫) ُح ْم ٌر‬.
ِ dan (‫)قُوْ بَا ُء‬.
Atau hamzah itu ditambahkan untuk ilhaq, seperti (‫)حرْ بَا ُء‬
3. Perbedaan Alif Maqsurah dan Alif Mamdudah
Selain alif maqsurah ada jenis turunan huruf alif lainnya yaitu mamdudah.
Keduanya memang berasal dari huruf dasar alif. Tapi kita harus bisa
membedakannya ciri keduanya. Berikut ini adalah perbedaan kedua jenis huruf
turunan alif ini:
a. Kata yang diakhiri dengan huruf alif maqsurah disebut dengan isim
maqsur. Kata ini disebut demikian agar kata tersebut lebih mudah
dibedakan dari alif mamdudah.
b. Alif mamdudah adalah variasi huruf alif yang dipanjangkan karena setelah
huruf tersebut diikuti oleh hamzah.

B. Penulisan Alif yang dihilangkan (Hazf) dan ditambahkan (Ziyadah).


1. Penulisan Alif yang dihilangkan (Al-ḥażfu)
‫ الحذف‬artinya ‘ menghilangkan’, yaitu menghilangkan salah satu atau beberapa
unsur dari konstruksi sintaksis yang lengkap, mulai dari menghilangkan huruf
hijayah yang yang ikut membentuk suatu kata, kelompok kata sampai
menghilangkan satu kalimat atau lebih.
Al-ḥażfu artinya membuang huruf. Ada lima huruf yang biasa dibuang (alif,
waw, ya, la dan nun) dan alif adalah yang paling banyak.
Al–Hadzf (membuang,menghilangkan,atau meniadakan huruf).
Contoh alif yang dibuang
َ‫صا ِدقِين‬
َ – َ‫ص ِدقِين‬
َ
ِ ‫فَتَ َح ِمصْ َر َع ْم ُر بْنُ ْال َع‬
Ketika ‫ ابن‬dan ‫ ابنة‬mufrod, contoh: ‫اص‬

Ketika berada diantara dua nama orang yang tersambung, contoh: ‫علِى بْنُ أَبِي طَا‬
َ
‫لِب‬.
Hilangnya alif dari kata ‫اسم‬, ketika membaca basmalah secara sempurna, contoh:

‫َّحي ِْم الرَّحْ َم ِن هللاِ بِس ِْم‬


ِ ‫الر‬

2. Penulisan Alif yang ditambahkan (al-Ziyadah)


Ziyadah artinya menambah. Maksudnya dalam kaidah imlai huruf-huruf
tersebut tidak ada, namun dalam penulisan di Al-Qur’an dimunculkan walaupun
tidak memengaruhi bacaan. Huruf yang ditambahkan diantaranya alif, wau, ya’
dan Ha’.
Kata ziyadah secara etimologi berakar dari huruf Za, Ya, dan Dal yang
berarti tambahan, kelebihan. yang dimaksud dengan al- ziyadah adalah
penambahan huruf atau lafaz yang mempunyai tujuan dan faedah tertentu yang
tidak didapatkan ketika lafaz tersebut dibuang. Namun jika lafaz tersebut dibuang,
maka makna dasarnya tidak rusak atau berubah.
Contohnya, menambahkan huruf alif jika:
a. setelah wawu pada akhir tiap-tiap Isim Jama’ atau yang menyerupai
bentuk jama’ contoh: ‫ ُملقُوْ ا َرب ِه ْم‬,‫أُولُوا األَ ْلبب‬
b. Setelah huruf Hamzah yang ditulis diatas waw, contoh : ‫تاهلل تفتؤا‬

ِ ‫ ِمائَتَي‬,‫ مائة‬atau yang


c. Beberapa kalimat yang keluar dari kaedah, seperti : ‫ْن‬

mempunyai hukum jama’ (‫ ) بنــوا اســرا ئيل‬dan menambah alif setelah


hamzah marsumah (hamzah yang terletak di atas lukisan wawu ( ‫)تاهلل تفتؤا‬.
d. dll
Contoh penambahan alif:
َ َ‫أَوْ أَل َ ْاذبَ َحنَّهُ (أَل َ ْذب‬
)ُ‫حنَّه‬
Contoh penambahan wau:
‫ور ْي ُك ْـم ( َسأ ُ ِر ْي ُك ْم‬ُ
ِ ‫َسأ‬
Contoh penambahan ya’:
)‫بِأَيْي ٍد (بِأ َ ْي ٍد‬
Contoh penambahan Ha:
)‫َما ِهيَ ْه ( ِه َي‬

C. Penulisan Alif pada Isim Mansub bertanwin


Tanda-tanda Isim ada 4, yaitu:
1. Khofad (majrur), yaitu huruf terakhir berharokat kasroh.
2. Menerima tanwin.
3. Diawali dengan alif-lam (‫)ال‬.
4. Menerima huruf khofad (huruf jar)
Tanda Isim Kedua: ُ‫التَّ ْن ِويْن‬
Tanda isim yang kedua yaitu bisa menerima harokat tanwin pada huruf
terakhir dari kata tersebut, baik fathatain ‫ًـ‬, kasrotain ‫ٍـ‬, maupun dommatain ‫ٌـ‬.
Perhatikan contoh di bawah ini
‫صبَةٌ | نَارًا | َحا ِميَةً | َعي ٍْن | آنِيَ ٍة‬
ِ ‫ُوجُوهٌ | يَوْ َمئِ ٍـذ | خَا ِش َعةٌ | عَا ِملَةٌ | نَا‬
Kalimah Isim yang dibaca Nashab
Mashdar
‫ضرْ بًا‬ ُ ‫ض َرب‬
َ ‫ْت زَ ْيدًا‬ َ
"Aku telah memukul Zaed sebenar-benarnya"
Dua maf'ul zhonna dan sejenisnya
‫اخاًل‬
ِ َ‫ظَنَ ْنتَ زَ ْيدًا ب‬
"Kamu menyangka Zaed itu pelit"
Ini dinamakan dengan Mad Iwadh, Mengapa dinamakan Mad Iwadh? Karena
ketika membacanya, akan mendatangkan alif mad sebagai ganti (iwadh) dari tanwin
nashab. Yang dimaksud tanwin nashab adalah fathah tanwin atau tanwin sebab dibaca
nashab. Makna "ganti" di Mad Iwadh berbeda dengan "ganti" yang ada di Mad Badal.
Berikut beberapa contoh hukum bacaan Mad Iwadh (ingat untuk dibaca waqaf karena
Mad Iwadh hanya terjadi ketika waqaf saja) adalah :
(‫)ح ِك ْي ًما( )قَ ِد ْي ًراـ( ) َعلِ ْي ًما‬ َ ) (‫صيًّا( ) ُزرْ قًاـ‬
َ (‫صبِيًّا( ) َخفِيًّا‬ ِ َ‫)ق‬

Adapun Definisi Isim Ghairu Munsharif adalah: isim yang tidak bisa dibaca
tanwin. Ada juga yang menyebutkan isim ghairu munsharif adalah isim yang tidak
menerima tanwin.
Pada dasarnya setiap isim adalah tanwin (ada beberapa pengecualian yang
dibahas pada dokumentasi lain). Isim yang bertanwin, jika mendapatkan awalan alif-
lam, isim ini tidak bertanwin.
Contohnya adalah isim di bawah ini:
ٌ‫ = ِكتَاب‬kitaabun (artinya kitab atau buku).
Isim ini jika ditambahkan imbuhan alif lam menjadi alkitaabu = ُ‫ْال ِكتَاب‬
Tanwin adalah nun sukun yang diucapkan pada akhir isim mu’rab yang
terbebas dari ( ‫ ) ال‬dan idhafah, tidak tertulis tetapi hanya diwujudkan dengan dua
dhammah ketika rafa’, dua fathah dan alif ketika nashab dan dua kasrah ketika jar
(juga perlu diperhatikan bahwa alif tidak ditambahkan ketika nashab apabila isim
akhirnya hamzah, contoh: ً‫ ُم ْبتَدَأ‬atau ‫ إِ ْبتِدَا ًء‬atau akhirnya ta’ ta’nits marbuthah, contoh:
ً‫)فَتَاة‬. Adapun apabila huruf terakhir isim adalah hamzah dan didahului oleh huruf
ْ ‫)ج‬
sukun maka diberi alif ketika nashab, contoh: ( ‫ُز ًءا – بَ ْد ًءا‬

Contoh: – ‫ زَ ْي ٌد‬atau ‫ زَ ْي ًد‬atau ‫ َز ْي ٍد‬. Kenapa isim? Karena lafadz ini diakhiri dengan
tanwin.

‫ = َو ُد ُخو ِل األلف والالم‬huruf alif dan lam Jadi kalau kita menjumpai lafadz yang awalnya
alif lam, maka itu isim. Contoh: – ٌ‫ ِكتَاب‬diberikan ‫ ال‬menjadi ُ‫ال ِكتَاب‬
Catatan: tidak akan bertemu antara alif lam dengan tanwin dalam satu lafadz. Kalau
misalnya kita berbicara ٌ‫ال ِكتَاب‬, maka ini salah.
Penulisan Alif Tanwin Nashab Maksudnya adalah jika sebuah kata pada
akhirnya dibaca dengan bunyi bertanwin dalam keadaan nashab dengan fathah
(ditandai dengan bunyi “an”) maka dalam penulisannya adakalanya dengan
menambahkan alif di akhir kata tersebut, seperti kata “qalaman” dalam kalimat
(jumlah arabiyah) berikut:berikut:‫“ قـلـمـلـما إشتریت‬

D. Penulisan“Idzan dan Idza”


Lafad idza (‫ )إذا‬adalah penanda waktu, idza (‫ )إذا‬digunakan untuk menunjuk
waktu yang akan datang dan biasanya disambung dengan fiil mudhori’.
Dalam praktek penggunaannya, terkadang dalam Al-Quran, idza (‫ )إذا‬diletakkan
sebelum fiil madhi.
‫إذا قُ ْمتُ ْم إلى الصال ِة فـا ْغ ِسلُوْ ا‬
‫بِاهللِ فـَا ْستَع ْـْذ القرآن قَ َر ْأتَ إذأ فـَا‬
jika idza (‫ )إذا‬bersambung dengan fiil madhi, maka, makna yang dihasilkannya adalah
makna akan datang, seperti dalam surat an Naziat: 34.
‫ت ٱلطَّٓا َّمةُ ْٱل ُك ْب َر ٰى‬
ِ ‫فَإِ َذا َجٓا َء‬
Maka apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) datang.
Yang dimaksud idza dalam ayat di atas adalah apabila datang (di masa depan).
Idza bisa masuk ke dalam kelompok ISIM & bisa juga masuk ke dalam
kelompok HURUF. Saat berupa ISIM, dia menjadi ZHOROF ZAMAN (‫)ظرف الزمان‬.
Biasanya diterjemahkan “APABILA”. Kemudian saat berupa HURUF, dia menjadi
HURUF MUFAJA-AH (‫ )حــرف المفاجــأة‬atau dikenal juga dengan sebutan IDZA
FUJAIYYAH (‫)إذا الفجائية‬. Biasanya diterjemahkan “TIBA-TIBA”.
ُ ‫ يلعبون في النالميذـ فـإ َذا ال َم ْد َر َسة إِلَى ِج ْئ‬artinya Saya datang ke sekolah lalu ternyata murid-
‫ت‬
murid sedang bermain di lapangan
Keduanya bertemu dalam QS. Ar-Ruum [30] ayat 25 berikut ini:

َ‫ض إِ َذا أَ ْنتُ ْم ت َْخ ُرجُوْ ن‬


ِ ْ‫ثُ َّم إِ َذا َدعَا ُك ْم َد ْع َوةً ِّمنَ اأْل َر‬
“…Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu
(juga) kamu keluar (dari kubur)”. (QS. Ar-Ruum [30]: 25)
‫( إِ َذ ْن‬idzan) : kalau begitu, jika demikian, Contoh : َ‫ت اآلن‬
ِ ‫( إِ َذ ْن نَرْ ِج َع إلى البَ ْي‬idzan narji’a
ilal baiti al aan) : Kalau begitu kita pulang ke rumah sekarang.
contohnya
‫إِ َذ ْن تَ ْن َج َح‬

huruf Idzan (‫ )إِ َذ ْن‬bisa diartikan kalau begitu, kalaupun ada, ketika itu, jika
demikian, tergantung penulisan kalimat tersebut.. Sebagaimana tertulis dalam
nadhoman alfiyah bait ke 100 Aturan penulisan huruf idzan untuk menashobkan fi’il
mudhori’ harus mengikuti 3 hal yakni mustaqbal, ketika diawal kalimat dan ketika
fi’il mudhori’ setelah bertemu langsung (tanpa ada pemisah), sebagaimana 5 contoh
penulisan amil Nawashib dengan huruf Idzan (‫ )إِ َذ ْن‬berikut ini
َ ‫اِ َذ ْن نَقُوْ َل‬
‫صا ِدقًا‬
Artinya kalau begitu kami akan berkata jujur. naqula di beri harokat fathah diakhir
kata karena terdapat amil nawashib huruf idzan sebelum kata naqula.
ِ‫اِ َذ ْن نَرْ ِم َي ْال ُكرَّة‬
Artinya jika demikian kami akan melemparkan bola, narmiya diberi harakat fathah
diakhir kata karena terdapat amil nawashib huruf idzan sebelum kata narmiya.
‫اِلَ ْيكَ اُحْ ِسنَ إِ َذ ْن‬
Artinya Kalau begitu saya akan berbuat baik padamu. uhsina di beri harokat fathah
diakhir kata karena terdapat amil nawashib huruf idzan sebelum kata uhsina.
َ ُ‫اِ َذ ْن اَ ْكت‬
َ‫ب ِر َسالَةَلَك‬
Artinya jika demikian saya akan menulis surat untukmu. Aktuba diberi harakat fathah
diakhir kata karena terdapat Amil Nawashib huruf idzan sebelum kata aktuba.
‫اِ َذ ْن نَ ُزوْ َـر َغدًا‬
Artinya kalau begitu kami akan mengunjungi besok. Nazuuro diberi harakat fathah
diakhir kata karena terdapat Amil Nawashib huruf idzan sebelum
Idzan adalah huruf nashab, jawab, dan istiqbal. Dikatakan istiqbal karena ia
khusus masuk pada fi’il mudhari' yang menunjukkan waktu akan datang.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Alif maqsurah "‫( "ى‬bahasa Arab: ‫ألف مقصورة‬, alif maqshuurat) adalah salah
satu huruf Arab yang merupakan varian dari huruf alif, serupa dengan huruf ya
‫ ي‬namun tanpa dua titik di bawahnya.
2. Alif mamdûdah adalah alif tambahan pada isim (kata benda) seperti ,‫السماء‬
‫الصــحراء‬. Isim Mamdud adalah isim mu’rab yang huruf terakhirnya berupa
hamzah dan sebelum hamzah itu terdapat alif zaidah, seperti ( ‫)سـما ُء‬
َ dan (
‫صحْ َرا ُء‬
َ ).
3. Al-ḥażfu artinya membuang huruf. Ada lima huruf yang biasa dibuang (alif,
waw, ya, la dan nun) dan alif adalah yang paling banyak.
4. ziyadah secara etimologi berakar dari huruf Za, Ya, dan Dal yang berarti
tambahan, kelebihan. yang dimaksud dengan al- ziyadah adalah penambahan
huruf atau lafaz yang mempunyai tujuan dan faedah tertentu yang tidak
didapatkan ketika lafaz tersebut dibuang.
5. Pada dasarnya setiap isim adalah tanwin (ada beberapa pengecualian yang
dibahas pada dokumentasi lain). Isim yang bertanwin, jika mendapatkan
awalan alif-lam, isim ini tidak bertanwin.
6. Lafad idza (‫ )إذا‬adalah penanda waktu, idza (‫ )إذا‬digunakan untuk menunjuk
waktu yang akan datang dan biasanya disambung dengan fiil mudhori’.
7. huruf Idzan (‫ )إِ َذ ْن‬bisa diartikan kalau begitu, kalaupun ada, ketika itu, jika
demikian, tergantung penulisan kalimat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Harun, Abdussalam Muhammad. Kitab Qowa‟id al Imla‟.madrasah lil banat hidayatul


mubtadi-aat lirboyo.

Zumaroh, Heni. (2012). Fi’il Mudhori’ Manshub, Dalam Buku “Riyadhus


Shalihin”Jilid 1. Journal of Arabic Learning and Teaching, Vol.1,No.2, hlm. 4-5.

Mu’minin, Iman, S. 2008. Kamus Ilmu Nahwu&Sharaf. Jakarta: Amzah

Putri, Neli. Problematika Menulis Bahasa Arab. Journa of Arabic Learning and
Teaching l, hlm. 174-175.

Madzkur, Zaenal, A. (2011).Urgensi Rasm Utsmani (Potret Sejarah dan Hukum


Penulisan Al-Qur’an dengan Rasm ‘Utsmani). Journal of Islamic Studies,
Vol.1,No.1, hlm. 18-22.

Nurdianto, Talqis. 2018. Ilmu Nahwu Bahasa Arab. Yogyakarta: LP3M.

https://www.khoiri.com/2021/01/contoh-penulisan-amil-nawashib.html?m=1

https://aqilmustofa615.blogspot.com/2019/03/makalah-alif-layyinah.html?m=1

https://sahabatmuslim.id/alif-maqsurah-pengertian/

https://lajnah.kemenag.go.id/berita/369-tiga-alasan-pembuangan-alif-dalam-rasm-
mushaf-al-qur-an

https://nahwushorof.abdussalam.com/al-jurrumiyyah-003-tanda-tanda-isim/

Anda mungkin juga menyukai